Tugas 3 Perencanaan Wilayah 044886446
Tugas 3 Perencanaan Wilayah 044886446
Tugas 3 Perencanaan Wilayah 044886446
TUGAS 3
Jawaban.
Analis partisipatif memiliki arti pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan
merupakan bukti nyata dari kehidupan berdemokrasi. Masyarakat harus terlibat dalam pembangunan
demi hasil yang akan dicapai. Simak lebih lanjut mengenai seperti apa partisipasi masyarakat dalam
pembangunan. Kata kunci dalam pelaksanaan pembangunan bermasyarakat meliputi partisipasi dan
daya dukung masyarakat guna pembangunan berkelanjutan.
Masyarakat diharapkan mampu berpartisipasi atas segala sesuatu yang meliputi pembangunan
suatu wilayah./ Pembangunan bermasis masyarakat meliki dampak yang baik dikarenakan
pembangunan tersebut mampu masuk cesara menyeluruh denga napa yang dibutuhkan dalam
masyarakat. Partisipasi masyarakat diharapkan mampu memaksimalkan pembangunan yang telah
direncanakan.
Soal. 2 Setelah otonomi daerah beralan, maka pelaksanaan pembangunan mengalami perubahan yang
dahulunya sentralistik menjadi desentralistik, sehingga muncul istilah pembangunan yang berbasis
masyarakat. Coba Anda jelaskan perbedaan teknik Rapid Rural Apprisal (RRA) dengan Partisipatory
Action Research (PAR) dan coba jelaskan prinsip-prinsip yang digunakan dalam pembangunan yang
berbasis masyarakat!
Jawaban.
RRA merupakan singkatan dari Rapid Rural Appraisal. Metode memahami kondisi suatu
pedesaan dengan cepat. Metode ini dilakukan dengan cara berkomunikasi langsung dengan masyarakat
secara informal untuk mendapatkan berbagai informasi sekaligus mengamati kondisi-kondisi yang ada.
Metode RRA ini juga merupakan cara tercepat untuk mengetahui bagaimana pandangan masyarakat
desa terkait berbagai hal dan dengan biaya yang relatif minim. Informasi-informasi yang didapat
kemudian dilakukan analisa sebagai dasar perancangan pembangunan tersebut sehingga pembangunan
desa yang dilakukan bisa sesuai dengan pandangan masyarakat.
Participatory Action Research (PAR) adalah metode riset yang dilaksanakan secara partisipatif
di antara warga masyarakat dalam suatu komunitas aras bawah yang semangatnya untuk mendorong
terjadinya aksi-aksi transformatif melakukan pembebasan masyarakat dari belenggu ideologi dan relasi
kekuasan (perubahan kondisi hidup yang lebih baik). Dengan demikian, sesuai istilahnya PAR
memiliki tiga pilar utama, yakni metodologi riset, dimensi aksi, dan dimensi partisipasi. PAR
dilaksanakan dengan mengacu metodologi riset tertentu, harus bertujuan untuk mendorong aksi
transformatif, dan harus melibatkan sebanyak mungkin masyarakat warga atau anggota komunitas.
Prinsip-Prinsip Pembangunan Masyarakat :
Karakter dan Penampilan: peserta aktif dalam pengembangan masyarakat memiliki visualisasi
yang jelas tentang apa yang mereka inginkan untuk komunitas mereka, hal-hal seperti karakter
dan penampilan sangat penting.
Inklusi dan Keragaman: inklusi didefinisikan sebagai tindakan yang diambil untuk
memastikan bahwa setiap orang dihargai sama dan memiliki akses yang sama ke sumber daya.
Keragaman biasanya mengacu pada ciri-ciri yang ada dalam kelompok-gender, ras, status
sosial ekonomi, agama, pandangan politik
Perencanaan dan Persiapan: perencanaan dan persiapan dapat sangat bermanfaat bagi
masyarakat
Kolaborasi dan Partisipasi: Kolaborasi membantu menyatukan orangorang dari berbagai latar
belakang yang mungkin memiliki akses ke sumber daya yang berbeda . Partisipasi
memungkinkan seseorang untuk memberikan pengaruh apa pun yang mereka miliki pada saat
itu selama proses - mereka dapat memberikan masukan dan memberikan umpan balik
Kesadaran: dapat memantau kemajuan proses dan perbaikan yang diimplementasikan
Transparansi dan Kepercayaan: Karena tidak semua orang di komunitas akan dapat
berpartisipasi penuh atau memiliki suara mereka dalam proses pengembangan masyarakat.
Soal 3. Coba Anda cari di internet atau sumber yang lain contoh perencanaan wilayah dengan
pendekatan (a) growth pole, (b) economic development, dan (c) urban and rural linkage!
Jawaban.
a. Grow Pole
Konsep growth pole atau dikenal sebagai konsep ‘kutub pertumbuhan’ dibangun oleh
Perroux pada tahun 1955. Konsep ini bersumber dari faktor-faktor aglomerasi dan teori-teori
lokasi terdahulu (Glasson-Sitohang, 1977). Konsep ini didasarkan pada teori ekonomi makro,
oleh karenanya dasar utama adalah konsentrasi pertumbuhan ekonomi pada ruang tertentu
(yang sebelumnya digambarkan oleh Perroux pada ruang abstrak).
Model struktur ruang yang muncul sebelumnya, yaitu teori tempat sentral (central place
theory), telah menuai kritik, dan konsep growth pole merupakan jawaban atas kritik terhadap
teori tempat sentral tersebut. Dalam praktek konsep growth pole cenderung berkembang lebih
jauh daripada dasar teoritiknya sendiri.
b. Economic Development
Kendala yang dihadapi adalah pembangunan kota yang belum dilaksanakan secara
terpadu dengan mempertimbangkan wilayah lain yang memiliki keterkaitan erat dalam konteks
pengembangan wilayah dan peningkatan ekonomi lokal. Desa maupun kota akan memiki peran
yang saling mendukung, yaitu desa dengan segala sumberdaya yang dimilikinya akan berperan
sebagai penggerak ekonomi lokal serta kota dengan segala sarana dan prasarana yang
dimilikinya berperan dalam memfasilitasi pengembangan wilayah terjadi akibat pertumbuhan
ekonomi lokal dan pengembangan wilayah.
Pengkajian dan fasilitasi kerja sama antar kota dan keterkaitan kota desa untuk
mendukung pengembangan desa, serta pengembangan ekonomi lokal karena sifatnya yang
dapat dilakukan sebagai pekerjaan sampingan maupun sebagai pekerjaan pokok. Jika industri 4
kerajinan mencapai kemajuan maka pemerataan pembangunan juga akan tercapai. Dengan
demikian, sub sektor industri kecil dan kerajinan rakyat diharapkan mempunyai peran strategis
yaitu sebagai penggerak peningkatan laju pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.
c. Urban and rural linkage
Berdasarkan kata dasar, urban adalah area di mana terdapat permukiman manusia yang
padat dan infrastruktur yang terbangun, sedangkan rural diartikan “seperti desa atau seperti di
desa”. Berdasarkan batasan tersebut, perdesaan dan perkotaan diklasifikasikan berdasarkan
karakteristik masyarakat, sedangkan desa dan kota didefinisikan berdasarkan batas
administrasi. Menurut definisi epistemologisnya, urban-rural linkage sendiri diartikan sebagai
sebuah arus/flow barang, orang, informasi, antara desa dan kota. Hal ini bisa juga disebut
sebagai hubungan sektor antara desa dan kota. Keterkaitan desa-kota dapat dibagi menjadi
empat, yaitu keterkaitan fisik, ekonomi, pergerakan penduduk (bagaimana penduduk itu
berpindah dari desa ke kota), dan keterkaitan birokrasi (hubungan yang diatur dalam undang-
undang dan pemerintahan daerah; bahwa daerah memiliki kewenangan untuk mengatur
daerahnya sendiri).
Urban-rural linkage dalam cara observasi/fenomena berusaha untuk membuktikan
keterhubungan desa-kota dari pengamatan terhadap variabel, indikator, dan data-data informasi
yang digunakan, contohnya menggunakan transportasi umum atau berlibur dari kota menuju
desa. Dalam perspektif urban-rural linkage sebagai policy agenda, adanya urgensi
keterhubungan desa-kota dengan ditopang kebijakan yang mendukung keterhubungan tersebut
menjadi fokus pembahasan. Contoh keterhubungan tersebut dapat berupa infrastruktur
transportasi antarwilayah, jaringan logistik, dan akses permodalan.