Makalah Qurdis Kel 05

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Ayat – Ayat Al- Qur’an Tentang Jujur Dalam Mu’amalah Dalam Q.S. Al –
Muthaffifin (83): 1-17 Dan Q.S. Al – An’am (6) : 152, Hadist Tentang Jujur
Dalam Mu’amalah Riwayat Baihaqi Dari Ibnu Abbas

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Materi Qur’an Hadits

Dosen Pengampu: Abdul Fattah, M.Th.I

Kelompok 5 ;

Jihan Fitri Jalila (210101110175)

Billy Syehan (210101110140)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALIKI MALANG
Maret , 2023.
Kata Pengantar

Assalamualaikum wr.wb.

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ―Ayat – Ayat Al- Qur’an Tentang
Jujur Dalam Mu’amalah Dalam Q.S. Al – Muthaffifin (83): 1-17 Dan Q.S. Al – An’am (6) : 152,
Hadist Tentang Jujur Dalam Mu’amalah Riwayat Baihaqi Dari Ibnu Abbas‖ ini dengan tepat
waktu. Adapun makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah Qur’an dan
Hadist oleh dosen pengampu bapak Abdul Fattah, M.Th.I. Selain itu, penyusunan makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan kepada pembaca mengenai ayat – ayat dan hadist yang
membahas tentang pentingnya jujur dalam Mu’amalah. Tidak lupa, kami juga ucapkan terima
kasih kepada Bpk. Abdul Fattah selaku guru mata kuliah Qur’an dan Hadist, berkat tugas yang
diberikan ini dapat menambah wawasan kepada kami terkait materi yang telah diberikan. Kami
juga mengucapkan terimakasih yang sebesarnya kepada pihak yang telah membantu dalam
proses penyusunan makalah ini.

Meski demikian, kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan ini masih
terdapat banyak kesalahan. Oleh karena itu, kami memohon maaf atas kesalahan yang nantinya
pembaca temukan dalam makalah ini. Kami juga mengharap adanya kritik serta saran dari para
pembaca apabila menemukan kesalahan dalam penulisan makalah ini. Akhir kata, kami harap
semoga makalah ini dapat membantu dan memberikan manfaat kepada para pembaca.
terimakasih.

Wassalamualaikum wr.wb.

Malang, 27 Maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

JUDUL ........................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 7
C. Tujuan .................................................................................................................................. 7

BAB II PEMBAHASAN

A. Ayat Al – Qur’an tentang jujur dalam Mu’amalah dalam Q.S. Al- Muthaffifin :1-17 ........
B. Ayat Al – Qur’an tentang jujur dalam Mu’amalah dalam Q.S. Al- An’am : 152 .................
C. Hadist tentang jujur dalam mu’amalah riwayat Baihaqi Dari Ibnu Abbas ............................

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ...................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Setiap manusia dalam menjalani kehidupan sehari-harinya pasti akan selalu
membutuhkan pertolongan dari manusia lainnya. Hal ini disebabkan karena manusia
merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Oleh karena itu, terdapat
aturan yang harus dipahami agara kegiatan sosial dapat berjalan dengan baik. Dalam
syariat Islam, terdapat istilah Muamalah yang didalamnya mengatur hubungan antara
manusia dengan manusia lainnya untuk memenuhi keperluan hidup sehari-hari.
Sedangkan yang termasuk pada kegiatan muamalah di antaranya yaitu jual beli, sewa
menyewa, utang piutang, dan lain sebagainya. Dalam konteks Sederhananya, muamalah
dapat diartikan sebagai hubungan antar manusia untuk saling membantu agar tercipta
masyarakat yang harmonis. Sebagaimana yang tercantum dalam Alquran surah Al-
Maidah ayat 2, yang artinya: "Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran." (QS Al-Maidah: 2).1
Pengertian muamalah menurut istilah syariat Islam yaitu merupakan suatu
kegiatan yang mengatur berbagai hal yang berhubungan dengan kegiatan sesama umat
manusia. Hubungan baik antara manusia perlu dijaga agar tercipta masyarakat yang
rukun dan harmonis.
Beberapa jenis muamalah yang sering kita jumpai, diantaranya:
1. Muamalah jual beli, muamalah jual beli merupakan kesepakatan tukar menukar benda
untuk memiliki benda tersebut selamanya dengan melakukan akad jual beli. Rukun
jual beli ada tiga yakni, ada penjual dan pembeli, ada uang dan barang yang
diperjualbelikan, dan ada ijab qobul. Jual beli dibenarkan oleh syariat sesuai dengan
firman Allah SWT surat Al Baqarah ayat 275.

ّ ِ ‫ ُع ِيثْ ُم‬ْٛ َ‫ظ ۚ َٰرَنِكَ ثِأ َ ََّ ُٓ ْى قَبنُٕا إََِّ ًَب ْانج‬
ۗ ‫انشثَب‬ ّ ِ ًَ ‫طبٌُ ِيٍَ ْان‬
َ ْٛ ‫ش‬ ّ ِ ٌَُٕ‫َأ ْ ُكه‬ٚ ٍَِٚ‫انَّز‬
ُ َّ‫َت َ َخج‬ٚ ِ٘‫َقُٕ ُو انَّز‬ٚ ‫َقُٕ ُيٌَٕ إِ ََّل َك ًَب‬ٚ ‫انشثَب ََل‬
َّ ‫طُّ ان‬

1
Q.S. Al – Maidah : 2
َ‫َّللاِ ۖ َٔ َي ٍْ َعبدَ فَأُٔ َٰنَئِك‬
َّ َٗ‫ف َٔأَ ْي ُشُِ ِإن‬
َ َ‫عه‬
َ ‫ظة ِي ٍْ َس ِثّ ِّ فَب َْت َ َٓ َٰٗ فَهَُّ َيب‬ ّ ِ ‫ َع َٔ َح َّش َو‬ْٛ ‫َّللاُ ْان َج‬
َ ‫انش َثب ۚ فَ ًَ ٍْ َجب َءُِ َي ْٕ ِع‬ َّ ‫َٔأَ َح َّم‬
ٌَُٔ‫ َٓب خَب ِنذ‬ٛ‫بس ۖ ُْ ْى ِف‬ ْ َ‫أ‬
ِ َُّ ‫ص َحبةُ ان‬

Artinya: "Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka
berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia
berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka,
mereka kekal di dalamnya."2
2. Muamalah utang piutang
Utang piutang merupakan kegiatan yang menyerahkan harta dan benda kepada orang
lain dengan perjanjian akan dikembalikan pada waktu kemudian, dengan cara tidak
mengubah keadaannya. Rukun utang-piutang ada tiga, yaitu orang yang berpiutang
dan yang berutang, harta atau barang, dan lafadz kesepakatan (ketentuan perjanjian).
3. Muamalah sewa menyewa
Sewa menyewa disebut dengan ijārah. Artinya adalah imbalan yang harus diterima
oleh seseorang atas jasa yang diberikannya. Jasa di sini berupa penyediaan
tenaga dan pikiran,barang, tempat tinggal, atau hewan.
Dasar hukum muamalah ijarah atau sewa menyewa terdapat di dalam surat Al Baqarah
ayat 233

ِ ‫ت ُ ْى ِث ْبن ًَ ْع ُش‬ْٛ َ‫عهَّ ًْت ُ ْى َيب آت‬


‫ٔف‬ َ ‫ ُك ْى ِإرَا‬ْٛ َ‫ضعُٕا أ َ ْٔ ََلدَ ُك ْى فَ ََل ُجَُب َح َعه‬
ِ ‫َٔ ِإ ٌْ أ َ َسدْت ُ ْى أ َ ٌْ ت َ ْغت َْش‬

Artinya: "..Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain, maka tidak
ada dosa bagimu memberikan pembayaran dengan cara yang patut..."3.

2
Q.S. Al – Baqarah : 275
3
Q.S. Al – Baqarah : 233
Allah subhanahu wata’ala memberikan amanah kepada manusia berupa harta
benda, yang diharapkan harta titipan tersebut bisa diolah dengan baik dan sesuai dengan
ketentuan syariat. Sedangkaan setiap amanah yang diberikan oleh Allah kepada manusia
akan di pertanggungjawabkan dihadapan-Nya, begitupula dengan harta benda yang
dimiliki. Oleh karena itu, pengelolaan dan pemanfaatan harta benda yang kita miliki
harus sesuai dengan ketentuan Allah.

Pada posisi yang kontradiktif, realitas muamalah secara umum memberikan


gambaran bahwa penjual sering berlaku arogan dengan berbagai macam ekspresi
negatifnya. Memangsa harta dengan cara curang (mengambil keuntungan sepihak tanpa
menghiraukan kerugian pihak pembeli), menjual barang tidak sesuai dengan promosi,
bahkan tak jarang mereka mengurangi timbangan. Lebih jauh dinamika pengembangan
harta yang bersifat eksploitatif terhadap kelompok lain pun sering terjadi, dan disinyalir
keuntunganlah yang menjadi prima klausanya. Gambaran etika dalam jual beli semakin
tidak tampak, karena hanya diukur dengan keuntungan.4 Jika hanya keuntungan yang
diperhitungkan dalam jual beli dan menghalalkan segala cara agar mendapatkan
keuntungan yang melebihi porsinya maka hal ini masuk dalam praktek memakan harta
dengan cara yang bathil.

Dengan menjaga dan mantaati kaedah – kaedah muamalah secara baik, maka akan
diikuti oleh keuntungan yang seimbang antara penjual dan pembeli. Sehingga
menciptakan keadilan dan terbentuk simbiosis mutualisme, yakni saling menguntungkan
antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, untuk memberikan pemahan yang lebih
mengenai ketidakcurangan dalam muamalah, maka penulis akan membahas ayat dan
hadis yang bisa dijadikan sebagai dasar untuk melakukan muamalah yang jujur serta baik
dan jauh dari kecurangan. dengan makalah yang berjudul “Ayat – Ayat Al- Qur’an
Tentang Jujur Dalam Mu’amalah Dalam Q.S. Al – Muthaffifin (83): 1-17 Dan Q.S. Al –
An’am (6) : 152, Hadist Tentang Jujur Dalam Mu’amalah Riwayat Baihaqi Dari Ibnu
Abbas”.

4
Eka sakti habibullah, prinsip – prinsip muamalah dalam islam, jurnal perbankan syariah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ayat tentang jujur dalam muamalah pada Q.S Al – Muthaffifin ayat 1-17?
2. Bagaimana ayat tentang jujur dalam muamalah pada Q.S. Al – A n’am ayat 152?
3. Bagaimana hadist yang menerangkan tentang jujur dalam muamalah pada riwayat
Baihaqi Dari Ibnu Abbas?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui prinsip jujur dalam muamalah sesuai dengan Q.S. Al – Muthaffifin
ayat 1 – 17.
2. Untuk mengetahui prinsip jujur dalam muamalah pada Q.S. Al – An’am ayat 152.
3. Untuk mengetahui prinsip jujur dalam muamalah pada hadis riwayat Baihaqi Dari
Ibnu Abbas.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ayat tentang jujur dalam muamalah pada Q.S. Al – Muthaffifin ayat 1-17
Berikut ini bacaan surah Al-Muthaffifin.
1. َ ًُ ‫ْم ِنّ ْه‬َٚٔ
ٍٛ‫ط ِفّ ِف‬
"Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang"
2. ٌَُٕ‫ ْغت َْٕف‬َٚ ‫بط‬ ۟ ُ‫ٍَ ِإرَا ٱ ْكت َبن‬ِٚ‫ٱنَّز‬
ِ َُّ‫ٕا َعهَٗ ٱن‬
"(Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta
dipenuhi"
3. ٌَٔ‫ ُْخغ ُِش‬ٚ ‫َٔإِرَا كَبنُٕ ُْ ْى أَٔ َّٔصَ َُٕ ُْ ْى‬
"Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi"
َٰٓ
4. ٌَُٕ‫ظٍ أ ُ ۟ٔ َٰنَئِكَ أَََّ ُٓى َّي ْجعُٕث‬
ُ َٚ ‫أ َ ََل‬
"Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan"
5. ‫ى‬ٍٛ ‫َ ْٕ ٍو َع ِظ‬ٛ‫ِن‬
"Pada suatu hari yang besar"
6. ًٍَِٛ َ‫بط ِن َشةّ ِ ْٱن َٰعَه‬
ُ َُّ‫َقُٕ ُو ٱن‬ٚ ‫َ ْٕ َو‬ٚ
"(Yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam?"
ٍ ‫بس نَ ِفٗ ِع ِ ّج‬
7. ٍٛ َ َ‫ََل ِإ ٌَّ ِك َٰت‬
ِ ‫ت ْٱنفُ َّج‬ َٰٓ َّ ‫ك‬
"Sekali-kali jangan curang, karena sesungguhnya kitab orang yang durhaka tersimpan
dalam sijjin"
8. ٍٛ‫َٔ َيب َٰٓ أَد َْس َٰىكَ َيب ِع ِ ّج‬
"Tahukah kamu apakah sijjin itu?"
9. ‫ِك َٰتَت َّي ْشقُٕو‬
"(Ialah) kitab yang bertulis"
10. ٍَٛ‫ ْٕ َي ِئ ٍز ِنّ ْه ًُ َك ِزّ ِث‬َٚ ‫ْم‬َٚٔ
"Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan"
ِ ّ‫َ ْٕ ِو ٱنذ‬ِٛ‫ُ َك ِزّثٌَُٕ ث‬ٚ ٍَِٚ‫ٱنَّز‬
11. ٍِٚ
"(Yaitu) orang-orang yang mendustakan hari pembalasan"
12. ‫ى‬ٍٛ ِ‫ُ َكزِّةُ ِث ِ َٰٓۦّ ِإ ََّل ُكم ُي ْعت َ ٍذ أَث‬ٚ ‫َٔ َيب‬
"Dan tidak ada yang mendustakan hari pembalasan itu melainkan setiap orang yang
melampaui batas lagi berdosa"

13. ٍَِٛ‫ش ْٱْل َ َّٔن‬ٛ َ َٰ َ‫َتَُُب قَب َل أ‬َٰٚ ‫ ِّ َءا‬ْٛ َ‫ِإرَا تُتْهَ َٰٗ َعه‬
ُ ‫ع ِط‬

"Yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: 'Itu adalah dongengan
orang-orang yang dahulu‖

۟ َُ‫ك َََّل ۖ ثَ ْم ۜ َساٌَ َعهَ َٰٗ قُهُٕ ِث ِٓى َّيب كَب‬


14. ٌَُٕ‫َ ْك ِغج‬ٚ ‫ٕا‬

"Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi
hati mereka"

15. ٌَُٕ‫َ ْٕ َيئِ ٍز نَّ ًَحْ ُجٕث‬ٚ ‫َل ِإََّ ُٓ ْى َعٍ َّس ِثّ ِٓ ْى‬
َٰٓ َّ ‫َك‬

"Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari (rahmat)
Tuhan mereka"

۟ ُ ‫صب ن‬
16. ‫ى‬ِٛ ‫ٕا ْٱن َج ِح‬ َ َ‫ث ُ َّى ِإََّ ُٓ ْى ن‬

"Kemudian, sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka"

17. ٌَُٕ‫ُقَب ُل َٰ َْزَا ٱنَّزِٖ ُكُتُى ِثِۦّ ت ُ َك ِزّث‬ٚ ‫ث ُ َّى‬

"Kemudian, dikatakan (kepada mereka): 'Inilah azab yang dahulu selalu kamu dustakan‖

Surah Al-Muthaffifin merupakan surah Makiyah atau yang diturunkan di Makkah.


Ia adalah surah ke 83 dalam susunan mushaf Al-Quran, terdiri dari 36 ayat. Asbabun
nuzul surat Al-Muthaffifin berkaitan dengan kondisi penduduk Arab yang sering
mencurangi timbangan ketika berniaga dan berdagang. Berkenaan dengan hal itu,
turunlah surat Al-Muthaffifin sebagai teguran kepada mereka.5 Pada ayat pertamaa sudah
tampak dengan jelas bahwa turunnya ayat ini sebagai teguran dan ancaman bagi orang –
orang yang suka melakukan kecurangan. muamalah yang dilakukan dengan kecurangan
jatuhnya akan menjadi riba, sedangkan riba dilarang oleh syariat dan sangat dibenci oleh

5
Abdul hadi, Asbabun Nuzul Dan Tafsir Al Muthaffifin Ayat 1-17, https://tirto.id/asbabun-nuzul-dan-tafsir-surat-al-
muthaffifin-ayat-1-17-gqvm, tirti.id, 7 april 2022.
Allah SWT. sehingga orang yang melakukan kecurangan pada saat kegiatan muamalah
maka barang tersebut akan menjadi tidak halal karena didapatkan dengan cara yang
bathil.

―Ketika Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah, masyarakat di kota itu terkenal
sebagai orang-orang yang paling buruk dalam hal takaran dan timbangan—mereka selalu
berbuat curang. Allah lalu menurunkan firman-Nya: 'Wailul-lil-muíaffifìn'. Seiring
turunnya ayat ini mereka pun mulai menakar dan menimbang dengan baik,‖ (H.R. Nasai,
Ibnu Majah, Hakim, dan Ibnu Hibban).

Surah Al-Muthaffifin 1-17 menjelaskan tentang betapa besar orang yang suka
mencurangi timbangan dan balasannya kelak di neraka. Ayat 1-6 surah ini berisi tentang
ancaman bagi orang-orang yang berkhianat ketika menakar atau menimbang dalam
berniaga. Ayat pertama memberikan isyarat bahwa orang yang melakukan kecurangan
akan mendapatkan azab pedih kelak di akhirat. Mengurangi takaran atau timbangan,
meskipun sedikit, namun jika dilakukan berulang kali tetap akan menghasilkan
keuntungan berlipat ganda. Hal itu sangat dibenci dan dimurkai Allah SWT.

Selanjutnya, ayat 7-17 menjelaskan bahwa setiap perbuatan buruk, termasuk


kecurangan saat berniaga, akan dicatat dalam buku khusus yang bernama Sijjin. Buku
Sijjin ini mencatat tiga golongan orang berdosa, yaitu: 1. Orang-orang mu'tad (golongan
melampaui batas dan melanggar hukum-hukum Allah SWT). 2. Atsim atau kelompok
orang bergelimang dosa karena mengonsumsi barang haram, berbicara bohong,
mengkhianati amanah, dan curang dalam bermuamalah. 3. Mengkhianati wahyu Allah
SWT. Mengingkari Al-Quran dan menyatakannya bukan wahyu Allah.6

B. Ayat tentang jujur dalam muamalah pada Q.S. Al – An’am ayat 152
Berikut bacaan surat Al – An’am ayat 152 beserta artinya.

‫غب ا ََِّل ُٔ ْع َع َٓ ۚب َٔاِرَا قُ ْهت ُ ْى فَب ْع ِذنُ ْٕا‬ ِۚ ‫ضَ اٌَ ِث ْبن ِقغ‬ْٛ ًِ ‫ َم َٔ ْان‬ْٛ ‫شذ َِّٗ َۚٔا َ ْٔفُٕا ْان َك‬
ُ ّ‫ْط ََل َُ َك ِه‬
ً ‫ف ََ ْف‬ ُ َ ‫ ْجهُ َغ ا‬َٚ ّٰٗ‫غ ٍُ َحت‬َ ْ‫ اَح‬ِٙ َ ْ ْٙ ‫ ِْى ا ََِّل ِثبنَّ ِت‬ٛ‫ ِت‬َٛ ‫َٔ ََل ت َ ْق َشث ُْٕا َيب َل ْان‬
ّٰ َٔ ‫َّللاِ ا َ ْٔفُ ْٕ ۗا َٰر ِن ُك ْى‬
ٌَْٔ ‫صى ُك ْى ثِ ّٖ نَعَهَّ ُك ْى تَزَ َّك ُش‬ ّٰ ‫َٔنَ ْٕ َكبٌَ رَا قُ ْش َٰث ۚٗ َٔثِعَ ْٓ ِذ‬

6
Abdul hadi, Asbabun Nuzul Dan Tafsir Al Muthaffifin Ayat 1-17, https://tirto.id/asbabun-nuzul-dan-tafsir-surat-al-
muthaffifin-ayat-1-17-gqvm, tirti.id, 7 april 2022.
“Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih
bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran dan
timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang
melainkan sekedar kesanggupannya. dan apabila kamu berkata, Maka hendaklah
kamu Berlaku adil, Kendatipun ia adalah kerabat(mu)[519], dan penuhilah janji
Allah[520]. yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.‖

Pada ayat pertama di awali dengan larangan untuk mendekati harta anak
yatim, seperti sengaja mengambil hartanya dengan alasan yang di buat – buat,
kecuali dengan niatan untuk menyimpan, menjaga atau menginvestasikannya agar
menjadi lebih berkembang. Kemudian harta tersebut di kembalikan kepada
mereka ketika sudah dewasa dan mampu mengelola hartanya.
Penjelasan selanjutnya ini memerintahkan kepada kita untuk
menyempurnakan takaran dan timbangan secara adil. Tidak boleh merekayasa
untuk mengurangi takaran atau timbangan dalam bentuk apa pun. Namun
demikian, karena untuk tepat 100 % dalam menimbang adalah sesuatu yang sulit,
maka dibuat kesepakatan antara penjual dan pembeli, berupa kerelaan keduanya.
Penjual tidak diharuskan untuk menambahkan barang yang dijual, melebihi dari
kewajibannya, pembeli juga merelakan jika ada sedikit kekurangan dalam
timbangan karena tidak sengaja.7
Penjelasan berikutnya adalah perintah untuk berbicara dengan jujur, pada
saat bersaksi atau memutuskan hukum terhadap seseorang harus mengatakan yang
sebenarnya. Sebab, kejujuran dan keadilan adalah inti persoalan hukum.
Kejujuran dan keadilan harus dapat ditegakkan agar tidak terjadi sikap saling
mendzolimi. Semua itu bertujuan agar masyarakat bisa hidup damai, tenang, dan
tenteram.
Ayat ini berakhiri dengan perintah untuk memenuhi janji kepada Allah,
yaitu mematuhi hukum yang telah ditentukan oleh-Nya, baik dalam ibadah,

7
Safnatun zulaihah, S.Pd.I, Isi Kandungan Q.S. Al - Muthaffifin ayat 1-17 dan Kandungan Q.S. Al- An’am ayat 152,
https://safnadhila.blogspot.com/2020/09/isi-kandungan-qs-al-muthaffifin-ayat-1.html, 8 SEPTEMBER 2020.
muamalah, maupun lainnya. Memenuhi janji ini akan mendatangkan kebaikan
bagi manusia, yaitu agar kita melakukan apa yang diperintahkan dan menghindari
segala larangan, serta saling mengingatkan.

C. Hadist tentang jujur dalam muamalah pada riwayat Baihaqi dari Ibn Abbas

ِ ُ‫ ِّ اْْل ُ َي ُى انغَّب ِنفَة‬ْٛ ِ‫َت ف‬


‫َب ُل‬ٛ‫انً ْك‬ ِ ‫َب َي ْعش ََش انت َّج‬ٚ ‫عهَّ َى‬
ْ ‫ت ُ ْى ا َ ْي ًشا َْهَك‬ْٛ َ‫بس اََِّ ُك ْى قَذْ َٔن‬ َ َٔ ِّ ْٛ َ‫صهَّٗ هللاُ َعه‬ ُ ‫َّبط قَبل قَب َل َس‬
َ ِ‫ع ْٕ ُل هللا‬ ٍ ‫َع ٍِ اث ٍِْ َعج‬
ٌُ‫ْضَ ا‬ًٛ‫َٔاْ ِن‬

Artinya: ―Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: 'Wahai para
pedagang, sesungguhnya kalian menguasai urusan yang telah menghancurkan umat
terdahulu, yakni takaran dan timbangan,‖ (H.R. Baihaqi).

Isi kandungan Hadis diatas adalah peringatan keras kepada para pedagang untuk
menyempurnakan timbangannya.8

Cara berperilaku jujur saat bermuammalah khususnya ketika terjadi transaksi jual beli
yaitu pada saat menakar ataupun menimbang adalah

 Menggunakan alat timbangan atau alat takar yang sudah divalidasi sehingga tidak
ada kesalahan dalam mengukur atau menimbang barang.
 Melebihkan sedikit barang dari kadar yang telah ditimbang agar tidak ada keraguan
dalam hati bahwa barang yang ditimbang belum mencapai kadarnya.

Ada dua aspek dalam bermuamalah, yaitu aspek adabiyah dan madaniyah. aspek
adabiyah merupakan aspek dalam suatu muammalah yang berkaitan erat dengan adab
atau perilaku atau akhlak manusia. Sedangkan aspek madaniyah merupakan aspek
dalam suatu muammalah yang berkaitan erat dengan kebendaan seperti berkaitan
dengan halal dan haramnya.

Hubungan antara jujur dalam bermuamalah dengan keuntungan yang akan diperoleh
yaitu kejujuran dalam bermuammalah sangat berkaiatan erat dengan keuntungan yang
didapatkan. Hal ini karena pada biasanya orang yang bermuammalah dengan jujur akan
lebih mudah mendapat pelanggan yang tetap karena banyak orang yang percaya
8
(Hadist Riwayat Baihaqih).
terhadap orang yang jujur sehingga banyak traksaksi yang terjadi dan keuntungan
diraih. Sebaliknya jika tidak jujur dalam bermuammalah akan membuat orang banyak
yang kecewa dan tidak mau bertransaksi kembali.

Jujur merupakan sifat terpuji yang harus dimiliki setiap muslim. Islam mewajibkan
umatnya untuk memiliki sifat ini. Berikut ini hadis-hadis tentang jujur pada muamalah
dalam Islam, serta dalil naqli yang menganjurkannya. Dalam bahasa Arab, jujur berasal
dari kata as-shidqu atau shiddiq yang artinya benar atau nyata. Lawan kata as-shidqu
adalah al-kidzbu yang artinya dusta atau bohong. Bagi seorang muslim, kejujuran
adalah penyempurna keimanan, sekaligus juga pelengkap keislamannya. Allah
memerintahkan hamba-Nya untuk bertakwa, yang pondasinya adalah sifat jujur dan
amanah.
Ada 2 aspek dalam muamalah yaitu adabiyah dan madaniyah. Pertama, aspek
adabiyah menyangkut adab atau akhlak, seperti kejujuran, toleransi, sopan santun, adab
bertetangga dan sebagainya. Kedua, aspek madaniyah berhubungan dengan kebendaan,
seperti halal, haram, syubhat, kemudharatan, dan lainnya. Jika kita terus mengamalkan
kejujuran dalam setiap aktivitas muamalah, niscaya Allah akan membuka keberkahan
dan pintu rezeki yang tidak disangka-sangka. Selain itu, orang yang bermuamalah
dengan jujur dan amanah akan merasa nyaman dan senang. Karakter jujur juga
merupakan akhlak menonjol sosok uswatun hasanah, Nabi Muhammad, yang
diteladankan beliau SAW sehari-hari hingga dikenal dengan julukan Al-Amin. Dalam
sebuah hadis, disebutkan juga hikmah kejujuran: ―Hendaklah kamu semua bersikap
jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga.
Seseorang yang selalu jujur dan mencari kejujuran akan ditulis oleh Allah sebagai orang
yang jujur.9

9
Artikel tirto.id (Hadis tentang Jujur dalam Muamalah & Dalil Naqli Sifat Jujur Baca selengkapnya di artikel
"Hadis tentang Jujur dalam Muamalah & Dalil Naqli Sifat Jujur" )
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Surah Al-Muthaffifin merupakan surah Makiyah atau yang diturunkan di Makkah. Ia


adalah surah ke 83 dalam susunan mushaf Al-Quran, terdiri dari 36 ayat. Asbabun nuzul surat
Al-Muthaffifin berkaitan dengan kondisi penduduk Arab yang sering mencurangi timbangan
ketika berniaga dan berdagang. Berkenaan dengan hal itu, turunlah surat Al-Muthaffifin sebagai
teguran kepada mereka.

Pada ayat pertama di awali dengan larangan untuk mendekati harta anak yatim. Penjelasan
selanjutnya ini memerintahkan kepada kita untuk menyempurnakan takaran dan timbangan
secara adil. Tidak boleh merekayasa untuk mengurangi takaran atau timbangan dalam bentuk apa
pun. Penjelasan berikutnya adalah perintah untuk berbicara dengan jujur, pada saat bersaksi atau
memutuskan hukum terhadap seseorang harus mengatakan yang sebenarnya. Sebab, kejujuran
dan keadilan adalah inti persoalan hukum. Ayat ini diarakhiri dengan perintah untuk memenuhi
janji kepada Allah, yaitu mematuhi hukum yang telah ditentukan oleh-Nya, baik dalam ibadah,
muamalah, maupun lainnya. Memenuhi janji ini akan mendatangkan kebaikan bagi manusia,
yaitu agar kita melakukan apa yang diperintahkan dan menghindari segala larangan, serta saling
mengingatkan.

Isi kandungan Hadis diatas adalah peringatan keras kepada para pedagang untuk
menyempurnakan timbangannya.10 Cara berperilaku jujur saat bermuammalah khususnya ketika
terjadi transaksi jual beli yaitu pada saat menakar ataupun menimbang adalah

 Menggunakan alat timbangan atau alat takar yang sudah divalidasi sehingga tidak
ada kesalahan dalam mengukur atau menimbang barang.
 Melebihkan sedikit barang dari kadar yang telah ditimbang agar tidak ada keraguan
dalam hati bahwa barang yang ditimbang belum mencapai kadarnya.

10
(Hadist Riwayat Baihaqih).
Daftar Pustaka

Q.S. Al – Maidah : 2
Q.S. Al – Baqarah : 275
Q.S. Al – Baqarah : 233
Eka sakti habibullah, prinsip – prinsip muamalah dalam islam, jurnal perbankan syariah.
Abdul hadi, Asbabun Nuzul Dan Tafsir Al Muthaffifin Ayat 1-17, https://tirto.id/asbabun-nuzul-
dan-tafsir-surat-al-muthaffifin-ayat-1-17-gqvm, tirti.id, 7 april 2022.
Safnatun zulaihah, S.Pd.I, Isi Kandungan Q.S. Al - Muthaffifin ayat 1-17 dan Kandungan Q.S.
Al- An’am ayat 152, https://safnadhila.blogspot.com/2020/09/isi-kandungan-qs-al-
muthaffifin-ayat-1.html, 8 SEPTEMBER 2020.

Hadist Riwayat Baihaqih dari Ibnu Abbas

Nurul Azizah, Hadis tentang Jujur dalam Muamalah & Dalil Naqli Sifat Jujur,
https://tirto.id/hadis-tentang-jujur-dalam-muamalah-dalil-naqli-sifat-jujur-gqsw,
Tirto.id, 7 April 2022.

Anda mungkin juga menyukai