Bahan Ajar Pengantar Teori Bilangan BAHAN AJAR PTB GENAP ERW 2023
Bahan Ajar Pengantar Teori Bilangan BAHAN AJAR PTB GENAP ERW 2023
Bahan Ajar Pengantar Teori Bilangan BAHAN AJAR PTB GENAP ERW 2023
Pada hari ini senin tanggal 24 bulan Januari tahun 2023 Bahan Ajar Mata Kuliah
Pengantar Teori Bilangan Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam telah diverifikasi oleh Ketua Jurusan/ Ketua Program Studi
Pendidikan Matematika.
Mata kuliah ini membahas tentang induksi matematika, keterbagian, algoritma pembagian,
konsep dan sifat tentang faktor persekutuan dan kelipatan persekutuan bilangan bulat,
bilangan prima, faktorisasi bilangan, dan kongruensi, melalui case method dan team based
project.
Daftar Isi
Halaman Judul……………………………………………………………………………. 1
Verifikasi Bahan Ajar…………………………………………………………………….. 2
Prakata……………………………………………………………………………………. 3
Deskripsi Mata Kuliah……………………………………………………………………. 4
Daftar Isi………………………………………………………………………………….. 5
BAB 1 Pendahuluan……………………………………………………………………… 6
BAB 2 Induksi Matematika
BAB 3 Keterbagian,
BAB 4 Algoritma pembagian,
BAB 5 Konsep dan sifat tentang faktor persekutuan dan kelipatan persekutuan bilangan
bulat,
BAB 6 Bilangan prima,
BAB 7 Kongruensi.
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada pendahuluan ini akan dibahas tentang bilangan bulat yang mencakup tentang
sistem bilangan bulat, operasi hitung pada bilangan bulat, dan urutan pada bilangan
bulat.
1. Sistem Bilangan Bulat
a. Pengantar
Pada sistem bilangan cacah memiliki sifat tertutup terhadap operasi
penjumlahan. Hal ini sebelumnya telah dibahas bahwa jika a dan b bilangan-
bilangan cacah, maka ada dengan tunggal bilangan cacah (a+b). Tidak demikian
halnya dengan operasi pengurangan dan pembagian dalam sistem bilangan cacah.
Pengurangan dan pembagian bilangan-bilangan cacah tidak selalu memberi hasil.
Misalnya, tidak ada bilangan cacah yang sama dengan (3 - 5), begitu juga tidak ada
bilangan cacah yang sama dengan (3 : 5). Dengan kata lain, sistem bilangan cacah
tidak tertutup terhadap operasi pengurangan dan pembagian.
Hal tersebut menjadi suatu alasan untuk memperluas sistem bilangan cacah
agar terdapat suatu sistem bilangan yang tertutup terhadap operasi hitung seperti
pengurangan dan pembagian. Perluasan dilakukan secara bertahap. Tahapan
pertama, sistem bilangan cacah diperluas sehingga diperoleh sistem bilangan yang
tertutup terhadap pengurangan. Sistem bilangan hasil perluasan tahap pertama ini
disebut sistem bilangan bulat.
Dengan perluasan ini tidak hanya tercapai bahwa pengurangan selalu
memberikan hasil (sifat tertutup terhadap pengurangan), tetapi sifat-sifat lain yang
ada dalam sistem bilangan cacah hanya berlaku dengan syarat-syarat, tetapi setelah
perluasan sifat itu berlaku tanpa syarat-syarat itu.
Contoh: (a+b) - c = (a - c) + b
Dalam sistem bilangan cacah, contoh berlaku dengan syarat 𝑎 ≥ 𝑐, jika
a, b, dan c bilangan cacah, sedangkan dalam sistem bilangan bulat, rumus tersebut
berlaku tanpa syarat 𝑎 ≥ 𝑐. Himpunan bilangan-bilangan
{… , −3, −2, −1, 0, 1, 2, 3, … } disebut himpunan bilangan bulat dan diberi simbol
dengan huruf besar B atau ℤ. Anggota-anggota dari {−1, −2, −3 … } disebut
bilangan-bilangan bulat negatif. Bilangan asli juga disebut bilangan bulat positif.
Definisi 1.1
Jika n bilangan bulat maka 𝑛 + (−𝑛) = (−𝑛) + 𝑛 = 0. (−𝑛)disebut
lawan dari (invers penjumlahan dari) n, dan 0 disebut elemen identitas
terhadap penjumlahan.
Definisi 1.1 menyatakan bahwa untuk setiap bilangan bulat n ada dengan tunggal
bilangan bulat (-n) sedemikian sehingga 𝑛 + (−𝑛) = (−𝑛) + 𝑛 = 0. Lawan dari
(−𝑛) adalah −(−𝑛) sehingga (−𝑛) + (−(−𝑛)) = (−(−𝑛)) + (−𝑛) = 0, karena
(−𝑛) + 𝑛 = 𝑛 + (−𝑛) = 0 dan dengan ketunggalan dari n, maka (−(−𝑛)) = 𝑛
Sistem bilangan bulat dipandang sebagai perluasan bilangan cacah,
sehingga semua operasi yang didefinisikan pada bilangan-bilangan cacah berlaku
pula untuk bilangan-bilangan bulat. Demikian juga sifat-sifatnya. Berikut ini
rangkuman sifat-sifat yang berlaku untuk bilangan-bilangan bulat sebagai suatu
definisi dalam sistem bilangan bulat.
Definisi 1.2
Sistem bilangan bulat terdiri atas 𝐵 = {… , −3, −2, −1, 0, 1, 2, 3, … }
dengan operasi biner penjumlahan (+) dan perkalian (×). Untuk a, b, dan
c bilangan bilangan bulat sembarang, sistem mempunyai sifat sifat
sebagai berikut:
i. Sifat tertutup terhadap penjumlahan. Untuk setiap a,b ∈ B,
terdapat dengan tunggal (a+b) dalam B.
ii. Sifat tertutup terhadap perkalian. Untuk setiap a,b ∈ B, terdapat
dengan tunggal tunggal (axb) dalam B.
iii. Sifat komutatif penjumlahan. Untuk setiap a,b ∈ B, berlaku
𝑎 + 𝑏 = 𝑏 + 𝑎.
iv. Sifat komutatif perkalian. Untuk setiap a,b ∈ B, berlaku
𝑎 × 𝑏 = 𝑏 × 𝑎.
v. Sifat asosiatif penjumlahan. Untuk setiap a,b, dan c ∈ B, berlaku
(𝑎 + 𝑏) + 𝑐 = 𝑎 + (𝑏 + 𝑐).
vi. Sifat asosiatif perkalian. Untuk setiap a,b, c ∈ B, berlaku
(𝑎 × 𝑏) × 𝑐 = 𝑎 × (𝑏 × 𝑐).
vii. Sifat distributif kiri perkalian terhadap penjumlahan. Untuk setiap
a,b, dan c ∈ B, berlaku 𝑎 × (𝑏 + 𝑐) = (𝑎 × 𝑏) + (𝑎 × 𝑐).
viii. Sifat distributif kanan perkalian terhadap penjumlahan. Untuk
setiap a,b ∈ B, berlaku (𝑎 + 𝑏) × 𝑐 = (𝑎 × 𝑐) + (𝑏 × 𝑐).
ix. Untuk setiap a, ada dengan tunggal elemen 0 ∈ B sehingga
a+0 = 0+a = a, 0 disebut elemen identitas penjumlahan pada.
x. Untuk setiap a, ada dengan tunggal elemen 1 ∈ B sehingga
𝑎 × 1 = 1 × 𝑎 = 𝑎. 1 disebut elemen identitas perkalian.
Contoh:
Buktikan bahwa (−𝑎)(𝑏 + (−𝑐)) = 𝑎𝑐 − 𝑎𝑏.
Bukti:
(−𝑎)(𝑏 + (−𝑐)) = (−𝑎)(𝑏) + (−𝑎)(−𝑐)sifatdistributif perkalian penjumlahan.
= (−(𝑎𝑏)) + 𝑎𝑐
= 𝑎𝑐 + (−(𝑎𝑏))
= 𝑎𝑐 − 𝑎𝑏.
Contoh:
Buktikan bahwa (𝑎 − 𝑏): (−𝑐) = (𝑏: 𝑐) − (𝑎: 𝑐)
Bukti:
Kalimat yang akan dibuktikan dipandang sebagai pembagian dengan (a – b)sebagai
terbagi, (-c) sebagai pembagi dan {(𝑏: 𝑐) − (𝑎: 𝑐)} sebagai hasil pembagian.
Sehingga kalimat yang akan dibuktikan itu sama artinya dengan
{(𝑏: 𝑐) − (𝑎: 𝑐)} × (−𝑐) = 𝑎 − 𝑏.
Ki = {(𝑏: 𝑐) − (𝑎: 𝑐)} × (−𝑐)
= {(𝑏: 𝑐) + (−(𝑎: 𝑐))} × (−𝑐)
= {(𝑏: 𝑐) × (−𝑐)} + {(−(𝑎: 𝑐)) × (−𝑐)}
= (−𝑏) + {(𝑎: 𝑐) × 𝑐}
= (−𝑏) + 𝑎
= 𝑎 + (−𝑏)
=𝑎−𝑏
= 𝐾𝑎.
Coba lengkapilah bukti itu dengan membubuhi alasan yang digunakan setiap langkah
pembuktian.
4.2.2 latihan 2
Selesaikanlah soal-soal berikut!
Apabila a, b, c, k, l dan m adalah bilangan-bilangan bulat, maka buktikanlah bahwa:
1. ((−𝑎): 𝑏) × (−𝑐) = 𝑎: (𝑏 × 𝑐).
2. ((−𝑎): 𝑏): (−𝑐) = (𝑎: 𝑐): 𝑏.
3. (−(𝑎𝑏𝑐)): (−𝑘𝑙𝑚)) = (𝑎: 𝑘)(𝑏: 𝑙)(𝑐: 𝑚).
4. (−(𝑎𝑐)): (−(𝑏𝑐)) = 𝑎: 𝑏.
5. (−𝑐)(𝑎: 𝑏) = (−𝑎): (𝑏: 𝑐)
4.2.3 Rangkuman
1. Perkalian bilangan bulat
(−𝑎) × 𝑏 = (−𝑎𝑏)
(−𝑎) × (−𝑏) = 𝑎𝑏
2. Pilihlah pembagian bilangan-bilangan bulat.
Jika a, b dan c bilangan-bilangan bulat dengan 𝑏 ≠ 0
Maka a : b = c bila dan hanya bila 𝑎 = 𝑏 × 𝑐.
3. Rumus definisi pembagian bilangan-bilangan bulat.
((−𝑎): 𝑏) × 𝑏 = (−𝑎)
(𝑎: (−𝑏)) × 𝑏 = (−𝑎)
((−𝑎): 𝑏) × (−𝑏) = 𝑎
(𝑎: (−𝑏) × (−𝑏) = 𝑎
((−𝑎): (−𝑏)) × 𝑏 = 𝑎
((−𝑎): (−𝑏) × (−𝑏) = (−𝑎)
Definisi 2.5
Definisi 2.6
Jika a dan b bilangan-bilangan bulat, a lebih dari b (dinyatakan dengan 𝑎 >
𝑏) bila dan hanya bila 𝑏 < 𝑎.
Urutan bilangan-bilangan bulat ini akan tampak jelas pada garis bilangan berikut.
−3 −2 −1 0 1 2 3
Pada garis bilangan, a < b ditunjukkan bahwa titik yang menyatakan a berada di
sebelah kiri dari titik yang menyatakan b. Misalkan (−4) < (−1), terlihat pada garis
bilangan itu bahwa titik yang menyatakan (−4) berada di sebelah kiri dari titik yang
menyatakan (−1).
Dalam model 1 telah dipelajari bahwa jika a dan b bilangan-bilangan cacah, maka
berlaku tepat satu relasi di antara 𝑎 < 𝑏, 𝑎 = 𝑏 dan 𝑎 > 𝑏, yang terjkenal sebagai sifat
trikotomi.
Apakah sifat trikotomi berlaku pada bilangan-bilangan bulat? Coba selidiki pula bahwa
relasi “lebih kecil dari” pada bilangan-bilangan bulat berlaku sifat-sifat irrefleksif,
asimetris dan transitif.
i. 𝑎 = 𝑏 maka 𝑎 + 𝑐 = 𝑏 + 𝑐
ii. 𝑎 = 𝑏 maka 𝑎 × 𝑐 = 𝑏 × 𝑐
iii. 𝑎 = 𝑏 dan 𝑐 = 𝑑 maka 𝑎 + 𝑐 = 𝑏 + 𝑑
iv. 𝑎 + 𝑐 = 𝑏 + 𝑐 maka 𝑎 + 𝑏
v. 𝑎 × 𝑐 = 𝑏 × 𝑐 dengan 𝑐 ≠ 0 maka 𝑎 = 𝑏.
Pembuktian sifat-sifat berikut sejalan dengan pembuktian yang telah diberikan pada
bilangan-bilangan cacah. Sifat-sifat itu adalah:
Sifat 2.2
Jika a, b dan c bilangan-bilangan bulat, maka a<b bila dan hanya bila 𝑎 + 𝑐 <
𝑏+𝑐
Bukti:
i. Dibuktikan jika 𝑎 < 𝑏 maka 𝑎 + 𝑐 < 𝑏 + 𝑐.
𝑎 < 𝑏 berarti ada bilangan bulat positif k sedemikian sehingga
𝑎+𝑘 =𝑏 definisi “lebih kecil dari”
(𝑎 + 𝑘) + 𝑐 = 𝑏 + 𝑐 sifat penjumlahan pada kesamaan
𝑎 + (𝑘 + 𝑐) = 𝑏 + 𝑐 sifat asosiatif penjumlahan
𝑎 + (𝑐 + 𝑘) = 𝑏 + 𝑐 sifat komutatif penjumlahan
(𝑎 + 𝑐) + 𝑘 = 𝑏 + 𝑐 sifat asosiatif penjumlahan
𝑎+𝑐 <𝑏+𝑐 definisi “lebih kecil dari”.
ii. Dibuktikan jika 𝑎 + 𝑐 < 𝑏 + 𝑐 maka 𝑎 + 𝑏.
𝑎 + 𝑐 < 𝑏 + 𝑐 berarti ada bilangan bulat positif p sedemikian hingga
(𝑎 + 𝑐) + 𝑝 = 𝑏 + 𝑐 definisi “lebih kecil dari”
𝑎 + (𝑐 + 𝑝) = 𝑏 + 𝑐 sifat asosiatif penjumlahan
𝑎 + (𝑝 + 𝑐) = 𝑏 + 𝑐 sifat komutatif penjumlahan
(𝑎 + 𝑝) + 𝑐 = 𝑏 + 𝑐 sifat asosiatif penjumlahan
{(𝑎 + 𝑝) + 𝑐} + (−𝑐) = (𝑏 + 𝑐) sifat penjumlahan pada kesamaan
(𝑎 + 𝑝) + (𝑐 + (−𝑐)) = 𝑏 + (𝑐 + (−𝑐)) sifat asosiatif penjumlahan
(𝑎 + 𝑝) + 0 = 𝑏 + 0 invers penjumlahan
𝑎+𝑝 =𝑏
𝑎<𝑏 definisi “lebih lecil dari”.
Dari i dan ii terbuktilah bahwa
𝑎 < 𝑏 bila dan hanya bula 𝑎 + 𝑐 < 𝑏 + 𝑐
Perhatikan bahwa jika 𝑎 + 𝑐 < 𝑏 + 𝑐 maka 𝑎 < 𝑏 belum dapat dibuktikan apabila
𝑎, 𝑏 dan 𝑐 bilangan-bilangan cacah (Mengapa?).
Sifat 2.3
Jika 𝑎 dan 𝑏 bilangan-bilangan bulat dan 𝑐 bilangan bulat positif serta 𝑎 < 𝑏
maka 𝑎 × 𝑐 < 𝑏 × 𝑐.
Bukti:
Sifat 2.4
Jika a dan b bilangan-bilangan bulat dan c bilangan bulat positif serta 𝑎 × 𝑐 <
𝑏 × 𝑐 maka 𝑎 < 𝑏.
Bukti:
𝑎×𝑐 <𝑏×𝑐
(𝑎 × 𝑐) + (−(𝑏 × 𝑐)) < (𝑏 × 𝑐) + (−(𝑏 × 𝑐)) sifat penjumlahan pada ketidaksamaan
(𝑎 × 𝑐) + ((−𝑏) × 𝑐) < 0 invers penjumlahan
(𝑎 + (−𝑏)) × 𝑐 < 0 sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan
𝑎 + (−𝑏) < 0 c bilangan bulat positif
(𝑎 + (−𝑏)) + 𝑏 < 0 + 𝑏 sifat penjumlahan dan ketidaksamaan
𝑎 + ((−𝑏) + 𝑏) < 𝑏 sifat asosiatif penjumlahan
𝑎<𝑏 invers penjumlahan.
Sifat 2.3 dan sifat 2.4 dapat diringkas dalam satu kalimat, yaitu: Jika a dan b bilangan-
bilangan bulat dan c bilangan bulat positif maka 𝑎 < 𝑏 bila dan hanya bila 𝑎 × 𝑐 < 𝑏 × 𝑐.
Pada sifat 2.3 dan 2.4 dibatasi dengan c bilangan bulat positif. (Mengapa?) Bagaimana jika
𝑐 = 0 telah disajikan dalam modul 1. Masih ingatkah? Untuk c bilangan bulat negatif,
misalkan 𝑐 = −5, a dan b berturut-turut diambil (−4) dan 7 → (−4) < 7. Jika kedua ruas
dari ketidaksamaan ini dikalikan (-5) maka terdapat 20 < (−35), yaitu suatu
ketidaksamaan yang salah. Agar diperoleh ketidaksamaan yang benar maka tanda
ketidaksamaan “ < ” harus diganti dengan “ > ”. Secara umum, hal itu dinyatakan dalam
sifat berikut.
Sifat 2.5
Jika a dan b bilangan-bilangan bulat dan c bilangan bulat negatif serta 𝑎 < 𝑏
maka 𝑎 × 𝑐 > 𝑏 × 𝑐.
Bukti:
𝑎 < 𝑏 beararti ada bilangan bulat positif k sedemikian hingga 𝑎 + 𝑘 = 𝑏 definisi
“lebih kecil dari”
(𝑎 + 𝑘) × 𝑐 = 𝑏 × 𝑐 sifat perkalian pada kesamaan
(𝑎 × 𝑐) + (𝑘 × 𝑐) = 𝑏 × 𝑐 sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan.
Karena k bilangan bulat positif dan c bilangan bulat
negatif, maka (𝑘 × 𝑐) suatu bilangan bulat negatif,
sehingga – (𝑘 × 𝑐) bilangan bulat positif.
{(𝑎 × 𝑐) + (𝑘 × 𝑐)} + (−(𝑘 × 𝑐)) = (𝑏 × 𝑐) + (−(𝑘 × 𝑐))
Sifat penjumlahan pada kesamaan
(𝑎 × 𝑐) + {(𝑘 × 𝑐) + (−(𝑘 × 𝑐))} = (𝑏 × 𝑐) + (−(𝑘 × 𝑐))
Sifat asosiatif penjumlahan
(𝑎 × 𝑐) + 0 = (𝑏 × 𝑐) + (−(𝑘 × 𝑐)) invers penjumlahan
(𝑎 × 𝑐) = (𝑏 × 𝑐) + (−(𝑘 × 𝑐)) karena (−(𝑘 × 𝑐)) bilangan positif, maka
(𝑏 × 𝑐) < (𝑎 × 𝑐)
𝑎×𝑐 > 𝑏×𝑐 definisi “lebih besar dari”.
Konvers sifat 2.5 juga bernilai benar, yaitu:
Sifat 2.6
Jika a dan b bilangan-bilangan bulat dan c bilangan bulat negatif serta 𝑎 × 𝑐 >
𝑏 × 𝑐 maka 𝑎 < 𝑏.
Bukti sifat ini mirip bukti sifat 2.4, dipersilahkan Anda membuktikan sendiri.
BAB 2
INDUKSI MATEMATIKA
Induksi matematika adalah proses pembuktian teorema umum atau rumus dari
kasus-kasus khusus sebagai berikut.
P(n) adalah pernyataan, teorema, rumus dengan n variabel pada bilangan bulat.
Ada dua langkah dalam pembuktian dengan Induksi Matematika
1. Tunjukkan dengan substitusi bahwa P(n) adalah benar untuk satu harga n yang
bulat positif, misalnya n=1, atau n=2 dan seterusnya.
2. Andaikan P(n) adalah benar untuk n=k. Kemudian buktikan bahwa P(n) adalah
benar untuk n=k+1.
Untuk diingat.
1. a ≤ b means a < b or a = b,
2. a > b means b < a, and
3. a ≥ b means b ≤ a.
Contoh.
1. Buktikan dengan induksi matematika bahwa, untuk semua harga n positif,
𝑛(𝑛+1)
P(n):1 + 2 + 3 + ⋯ + 𝑛 = 2
Bukti:
Langkah 1: P(n) adalah benar untuk n=1, karena
1(1 + 1)
1= =1
2
Langkah 2: andaikan P(n) benar untuk n = k.
𝑘(𝑘+1)
𝑃(𝑘): 1 + 2 + 3 + ⋯ + 𝑘 = adalah benar.
2
(𝑘 + 1)(𝑘 + 2)
=
2
𝑛(𝑛+1)
Ini merupakan harga dari apabila (k+1) diganti n.
2
Apabila P(n) adalah benar untuk n=k, telah dibuktikan bahwa P(n) benar untuk
n=k+1. P(n) berlaku untuk n=1; sehingga berlaku untuk n=1+1=2. P(n) berlaku
untuk n=2,maka berlaku untuk n=2+1=3 dan seterusnya berlaku untuk semua n
bilangan bulat positif.
2. Buktikan dengan induksi matematika bahwa jumlah n suku dari deret hitung
𝑛
𝑎 + (𝑎 + 𝑑) + (𝑎 + 2𝑑) + ⋯ + {𝑎 + (𝑛 − 1)𝑑} = [2𝑎 + (𝑛 − 1)𝑑]
2
Bukti:
Langkah 1: P(n) adalah benar untuk n=1, karena
1
𝑎 = [2𝑎 + (1 − 1)𝑑] = 𝑎
2
Langkah 2: andaikan P(n) benar untuk n = k.
𝑘
𝑃(𝑘): 𝑎 + (𝑎 + 𝑑) + (𝑎 + 2𝑑) + ⋯ [𝑎 + (𝑘 − 1)𝑑] = [2𝑎 + (𝑘 − 1)𝑑]
2
adalah benar.
Tambahkan kedua ruas dengan suku ke (k+1), sebagai berikut
𝑘
𝑎 + (𝑎 + 𝑑) + (𝑎 + 2𝑑) + ⋯ + [𝑎 + (𝑘 − 1)𝑑] + (𝑎 + 𝑘𝑑) = [2𝑎 + (𝑘 − 1)𝑑] + (𝑎 + 𝑘𝑑)
2
𝑘
𝑃𝑒𝑟ℎ𝑎𝑡𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑟𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 ∶ [2𝑎 + (𝑘 − 1)𝑑] + (𝑎 + 𝑘𝑑)
2
2𝑘𝑎 + 𝑘 2 𝑑 − 𝑘𝑑 + 2𝑎 + 2𝑘𝑑
=
2
(𝑘 + 1)
= (2𝑎 + 𝑘𝑑)
2
𝑛
Ini merupakan harga dari 2 [2𝑎 + (𝑛 − 1)𝑑 apabila (k+1) diganti n.
Apabila P(n) adalah benar untuk n=k, telah dibuktikan P(n) benar untuk n=k+1.
P(n) berlaku untuk n=1; sehingga berlaku untuk n=1+1=2, berlaku untuk n=2,maka
berlaku untuk n=2+1=3 dan seterusnya berlaku untuk semua n bilangan bulat
positif.
3. Buktikan bahwa.
Jika 𝑛 ≥ 5, 𝑚𝑎𝑘𝑎 4𝑛 < 2𝑛
Diketahui: 𝑛 ≥ 5.
Buktikan: 4𝑛 < 2𝑛 , untuk semua bilangan bulat positif 𝑛 ≥ 5.
Bukti:
P(n): 4𝑛 < 2𝑛
1. Diambil n=5
P(5): 20< 32, adalah benar.
2. P(k): 4𝑘 < 2𝑘 adalah benar.
Akan dibuktikan bahwa P(k+1): 4(𝑘 + 1) < 2(𝑘+1) adalah benar.
4𝑘 < 2𝑘 adalah benar.
Masing-masing ruas ditambah dengan 4
4𝑘 + 4 < 2𝑘 + 4
↔ 4(𝑘 + 1) < 2𝑘 + 4 adalah benar.
Perhatikan ruas kiri
4(k+1)= 4k +4
< 2𝑘 + 4 diketahui benar.
< 2𝑘 + 4 k karena 4<4k.
< 2𝑘 + 2𝑘 karena 4𝑘 < 2𝑘 adalah benar.
< 2. 2𝑘 sifat eksponen.
< 2𝑘+1 sifat eksponen.
Latihan.
Buktikan tiap-tiap pernyataan berikut dengan Induksi Matematika (n adalah bilangan bulat
positif).
1. 1 + 3 + 5+ . . . +(2n − 1) = n2
3n −1
2. 1 + 3 + 32 + … + 3n−1 = 2
n2 (n+1)2
3. 13 + 23 + 33 + … + n3 = 4
a(rn +1)
4. 𝑎 + 𝑎𝑟 + 𝑎𝑟 2 + ⋯ = r−1
1 1 1 n
5. + 2.3 + 3.4 + … =
1.2 n+1
1. d divides n.
2. d is a divisor of n.
3. d is a factor of n.
4. n is a multiple of d.
Definisi keterbagian.
Bilangan bulat a membagi habis bilangan bulat b jika dan hanya jika ada bilangan bulat k
sehingga b = ak. Ditulis a│b untuk a membagi habis b.
Dengan kata lain 1) a faktor b
2) a pembagi b
3) a kelipatan b
Teorema 3.1: Jika a│b maka a│bc untuk c bilangan bulat sebarang.
Bukti: Diketahui a│b, c bilangan bulat sebarang.
Akan dibuktikan a│bc.
Menurut definisi a│b adalah b = ak.
⇔ b.c = ak. c
⇔ bc = a. Kc
⇔ a│bc