Adart Pmkri
Adart Pmkri
Adart Pmkri
PEMBUKAAN
Bahwa sesungguhnya kami, mahasiswa Katolik Republik Indonesia, menyadari
sepenuhnya tugas dan kewajiban terhadap Gereja dan tanah air. Oleh Karena itu, kami
harus menyumbangkan dharma bakti untuk menembus amanat penderitaan rakyat
demi tercapianya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Maka, untuk menunjukkan dharma bakti yang mulia itu, kami menghimpun diri dalam
perhimpunan yang berasaskan Pancasila, dijiwai oleh Kekatolikkan, dan disemangati
oleh Kemahasiswaan, dengan Anggaran Dasar sebagai berikut :
Pasal 1
NAMA, WAKTU, KEDUDUKAN, SANTO PELINDUNG, DAN
SEMBOYAN
Pasal 2
ASAS
PMKRI dalam seluruh orientasi dan seluruh kegiatannya
berasaskan Pancasila.
Pasal 3
PMKRI dalam seluruh orientasi dan seluruh kegiatannya dijiwai
oleh kekatolikkan
Pasal 4
PMKRI dalam seluruh orientasi dan seluruh kegiatannya disemangati oleh
kemahasiswaan.
Pasal 5
VISI
Visi PMKRI : Terwujudnya keadilan Sosial, kemanusiaan, dan
persaudaraan sejati.
Pasal 6
MISI
Misi PMKRI: Berjuang dengan terlibat dan berpihak pada kaum tertindas melalui
kaderisasi intelektual Populis yang dijiwai oleh nilai-nilai kekatolikkan demi
terwujudnya keadilan sosial, Kemanusiaan, dan Persaudaraan sejati.
Pasal 7
USAHA-USAHA
Untuk mencapai visi dan misi tersebut, PMKRI berusaha dilapangan :
1. Kerohanian
2. Kemasyarakatan-kenegaraan.
3. Kemahasiswaan.
Pasal 8
KEANGGOTAAN
Anggota PMKRI terdiri atas ;
1. Anggota Biasa, yaitu mahasiswa S0 atau S1, warga negara Indonesia
yang masih aktif kuliah atau seperti yang diatur dalam Rapat Umum
Anggota Cabang dengan batasan waktu paling lama 11 ( sebelas )
tahun – terhitung sejak pertama kali terdaftar sebagai mahasiswa.
2. Anggota Kehormatan, ialah mereka yang berjasa dalam PMKRI
menurut ketetapan MPA.
3. Penyatu, ialah mereka yang pernah menjadi anggota PMKRI yang
berhak penuh.
4. Penyokong, ialah mereka yang memberikan sokongan-sokongan tetap
berupa uang atau hak.
Pasal 9
PEMBERHENTIAN ANGGOTA
1. Keanggotaan biasa atau penyatu berakhir karena :
a) permintaan sendiri
b) Meninggal dunia
c) Anggota tidak lagi memenuhi syarat-syarat yang termasuk
dalam pasal 8 sub 1 dan 3 d) Dipecat.
2. Keanggotaan biasa atau penyatu dapat diberhentikan untuk sementara.
3. Pemberhentian penyokong terjadi karena :
a) Permintaan sendiri secara tertulis
b) Meninggal dunia
c) Perkumpulan atau Badan Hukum yang bersangkutan
dibubarkan
d) Penyokong tidak lagi memenuhi seperti yang dimaksud dalam
pasal 8 sub 4
Pasal 10
HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA
1. Anggota biasa memperoleh hak-hak yang ada dalam perhimpunan
2. Anggota diwajibkan menanti peraturan- peraturan yang ada dalam
perhimpunan
Pasal 11
SUSUNAN ORGANISASI
PMKRI terdiri atas:
1. Pusat
2. Cabang – cabang
Pasal 12
KEPENGURUSAN
1. PMKRI mempunyai Pengurus Pusat dan Pengurus Cabang .
2. a. Pengurus Pusat mempunyai suatu badan yang terdiri atas:
1) Presidium Paripurna, ialah Presidium Harian bersama – sama
Komisaris Daerah yang mewakili wilayahnya, dan Ketua- Ketua
Lembaga.
2) Presidium Harian, terdiri atas Ketua Presidium
ditambah dengan 4 (empat) orang Presidium dan
maksimal 6 (enam) orang presidium yang
berkedudukan dimana Pengurus Pusat berada.
3) Lembaga- lembaga mempunyai otonomi yang
diatur secara khusus.
4) Sekretariat, dikoordinir oleh oleh seorang
Sekretaris Jendral.
b. Presidium Paripurna:
1) Presidium Parnipura merupakan badan kolegial dan kolektif serta
adalah Badan Pelaksana ( eksekutif ) tertinggi dari PMKRI.
2) Presidium Parnipura bersidang sedikit- dikitnya tiga bulan sekali dan
apabila diangap perlu.
c. Pekerjaan sehari- hari Presidium dilakukan oleh Presidium Harian
yang berhak penuh untuk bertindak atas nama Presidium Paripurna dan
harus dipertangungjawabkan.
d. Baik Presidium Paripurna maupun Presidium harian dipimpin oleh
seorang Ketua Presidium merangkap anggota Presidium Harian.
e. Komisaris Daerah ( disingkat Komda ):
1) Komisaris daerah diangat oleh Cabang- Cabang yang menjadi
wilayahnya dan disahkan oleh Mandataris MPA.
2) Bila Cabang- Cabang dalam wilayah komisariat daerah tidak dapat
melakukan koordinasi untuk mngangkat Komda dalam waktu enam
(6) bulan terhitung sejak dilantiknya Pengurus Pusat PMKRI, maka
Mandataris MPA dapat mengunakan hak prerogatifnya untuk
mengangkat seorang Komda dengan tetap memperhatikan usulan dari
Cababng- Cabang dalam wilayah komisariat daerah tersebut.
3) Bila dalam waktu (6) bulan sejak diturunkanya surat keputusan
pengangkatan Komda,Komda tidak melakukan fungsi dan
wewenangnya, maka cabang- cabang yang berada diwilayah tersebut
berhak mengajukan usulan peninjauan kembali.
4) Untuk membentuk sebuah wilayah Komisariat daerah baru , maka
sekurang- kurangnya diusulkan oleh tiga cabang yang letak
geografisnya berdekatan dan disahkan oleh PP.
5) Komda berhak membentuk tim bilamana dirasa perlu.
3. Pengurus Cabang:
a. Susunan Pengurus Cabang sedapat mungkin disesuaikan dengan
susunan Pengurus Pusat dengan memperhatikan kebutuhan Cabang.
b. Pengurus Cabang dipilih oleh Rapat Umum Angota Cabang.
Pasal 13
HAK DAN KEWAJIBAN PENGURUS PUSAT DAN PENGURUS
CABANG
1. Pengurus Pusat:
a. Pengurus Pusat untuk bertindak atas nama PMKRI seluruhnya dalam
hal- hal mengenai kepentingan umum perhimpunan serta memberi
petunjuk- petunjuk dan nasehat- nasehat kepada Pengurus Cabang;
b. Hal- hal mngenai keadaan Cabang, Pengurus Pusat tidak berhak untuk
mengambil keputusan;
c. Pengurus Pusat berkewajiban menyampaikan laporan kegiatan pada
cabang tiap (6) bulan sekali.
2. Komisaris Daerah:
a. Komisi daerah mengkoordinir cabang- cabang di daerahnya;
b. Komisaris Daerah berkewajiban menyampaikan laporan kegiatan pada
tiap cabang setiap 3 (tiga) bulan sekali.
3. Pengurus Cabang:
a. Pengurus cabang berhak mengambil keputusan mengenai hal- hal
keadaan umum cabang;
b. Pengurus cabang dapat bertindak atas nama PMKRI seluruhnya
setelah mendapat ijin dari
Pengurus Pusat untuk dikerjakan;
c. Pengurus cabang berkewajiban menyampaikan laporan kegiatan
kepada angota secara periodik;
d. Pengurus cabang berkewajiban memberikan laporan cabang kepada
Pengurus Pusat tentang keadaan dan perkembangan cabang tiap (6)
bulan sekali.
Pasal 14
CABANG - CABANG
Cabang – cabang didirikan di tempat di mana yang di anggap perlu oleh
Pengurus Pusat dan diatur dalam Tap MPA.
PasaL 15
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
1. Majelis permusyawaratan anggota (MPA) mempunyai kekuasaan tertinggi
dalam Perhimpunan.
2. Majelis Permusyawaratan Angota diadakan :
a. Sekali dalam dua tahun dibawah pimpinan Pusat Waktu dan tempat
penyelengaraan ditentukan oleh MPA sebelumnya.
b. Apabila dikehendaki oleh Pengurus Pusat.
c. Apabila dikehendaki oleh sekurang – kurangnya 2/3 dari jumlah cabang
dengan mandat persetujuan Pengurus Pusat (dengan ketentuan, bilangan –
bilangan pecahan dibulatkan kebawah). Jika dalam tiga bulan Pengurus
Pusat belum juga melaksanakan MPA, maka cabang – cabang yang
bersangkutan berhak memimpin MPA tersebut.
Pasal 16
KONGRES
1. Kongres adalah pertemuan antara para anggota untuk membicarakan isu-
isu strategi nasional dan mempertebal persaudaraan.
2. Kongres diadakan sekurang – kurangnya sekalidalam 2 (dua) tahun Waktu
dan tempat penyelenggaraanya di tentukan oleh MPA sebelumnya.
3. Kongres dibiyayai oleh anggota, Kekurangan biaya dipikul oleh cabang
penyelenggaraan dan Pengurus Pusat.
Pasal 17
KEUANGAN
1. Kekayaan organisasi didapat dari:
a. Uang pangkal
b. Uang iuran
c. Sokongan- sokongan yang tidak mengikat
d. Usaha – usaha lain yang sah
2. Kekayaan Pengurus Pusat didapat dari:
a. Iuran dari tiap- tiap cabang
b. Sokongan- sokongan yang tidak mengikat
c. Usaha- usaha yang sah
Pasal 18
PEMBUBARAN
Dilakukan oleh MPA tahunan atau MPA khusus yang diadakan untuk magsud
tersebut dalam suasana musyawarah yang dibimbing asas pancasila, dijiwai
oleh kekatolikan, dan disemangati oleh kemahasiswaan.
Pasal 19
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
1. Perubahan Angaran Dasar dilakukan oleh MPA dengan musyawarah yang
dibimbing oleh asas Pancasila, dijiwai oleh kekatolikan , dan disemagati
oleh kemahasiswaan .
2. Perubahan Angaran Dasar harus diberitahukan kepada wali gereja yang
bersangkutan.
Pasal 20
PENUTUP
Hal –hal yang belum diatur dalam Angaran Dasar ini diatur dalam Angaran
Rumah Tangga (disingkat ART) yang tidak boleh bertentagan dengan
Angaran Dasar dan yang akan dibuat:
1. a. Untuk PMKRI seluruhnya: Angaran Rumah Tangga ini harus mendapat
persetujuan dan pegesahan dari MPA.
b. Untuk tiap- tiap cabang: Angaran Rumah Tangga cabang harus
mendapat persetujuan dari Rapat Umum Angoota Cabang yang
bersangkutan dan dikukuhkan oleh Pengurus Pusat.
2. Angaran dasar ini mulai berlaku setelah disahkan oleh Kongres VII tangal
31 Desember 1997 di Jakarta.
3. Ada berapa perubahan berdasarkan:
a. Keputusan Sidang MPA IV tangal 28 Desember 1961di Yogyakarta;
b. Keputusan Sidang MPA VII tangal 31 Desember 1964 di malang;
c. Keputusan Sidang MPA VIII tangal 6 April 1967 di Bandung;
d. Keputusan Sidang MPA IX tangal 6 April 1969 di Surabaya;
e. Keputusan Sidang MPA X tangal 27 Agustus 1971 di Surakarta;.
PASAL 1
KEANGGOTAAN
PERMINTAAN, PENERIMAAN DAN PENOLAKAN
Permintaan untuk menjadi anggota biasa, penyatu dan penyokong harus diajukan
1
dengan surat kepada Pengurus Cabang yang bersangkutan.
2 Permintaan untuk menjadi anggota biasa harus disertai bukti, bahwa ia adalah
mahasiswa berupa :
a Surat keterangan dari Perguruan Tinggi Negeri atau lainnya yang diakui oleh
pemerintah sebagai perguruan tinggi yang sederajat dengan perguruan tinggi
negeri, dimana dimungkinkan mencapai tingkat pengetahuan sarjana.
b Surat keterangan perguruan tinggi yang belum diakui pemerintah, yang
dimungkinkan mencapai tingkat pengetahuan sarjana beserta ijasah sekolah
lanjutan atas.
3 Seorang mahasiswa dilantik oleh Pengurus cabang yang bersngkutan menjadi anggota
biasa setelah menempuh dengan baik masa percobaan menurut ketentuan-ketentuan
yang ditetapkan oleh Rapat Umum Anggota.
4 Penerimaan seorang anggota penyatu dilakukan oleh Pengurus Cabang bersangkutan
dengan persetujuan RUA Cabang.
5 Penerimaan sebagai anggota biasa, penyatu atau penyokong harus disertai tanda-tanda
bukti dalam bentuk yang ditetapkan oleh RUA Cabang yang bersangkutan.
6 Keberatan terhadap penerimaan sebagai anggota biasa, penyatu atau penyokong harus
diajukan kepada Pengurus Cabang yang bersangkutan yang dalam 14 hari
memutuskan atas keberatan-keberatan itu.
7 Bila seseorang tidak dapat diterima sebagai anggota biasa, penyatu atau penyokong
maka penolakan itu diberitahukan dengan surat kepada calon yang bersangkutan
dengan menyebut alasan penolakan itu.
PASAL 2
ANGGOTA KEHORMATAN
1 Seorang yang telah berjasa kepada PMKRI dapat diangkat menjadi anggota
kehormatan oleh MPA atas usul Pengrus Pusat dan Pengurus cabang yang
bersangkutan, dengan alasan yang membuktikan jasa-jasanya. Usul ini harus diajukan
kepada semua cabang sebelum MPA dimulai.
2 Penerimaan sebagai anggota kehormatan disertai tanda-tanda bukti dalam bentuk
yang ditetapkan MPA.
3 Anggota kehormatan bebas dari pembayaran iuran atau sokongan dan berhak
menghadiri semua rapat Pengurus Pusat lengkap, Pengurus Cabang, RUA Cabang dan
MPA/Kongres tanpa hak suara.
PASAL 3
PEMBERHENTIAN
1 Seorang anggota biasa, penyatu atau penyokong yang hendak berhenti dari PMKRI
harus memberitahukan keinginan itu dengan surat kepada Pengurus Cabangnya
paling lambat 1 bulan sebelum tanggal pemberhentiannya.
2 Seorang anggota biasa, penyatu atau penyokong yang menurut Badan Pengurus
Cabang melakukan tindakan yang patut dicela, ia akan menerima peringatan-
peringatan dari Badan Pengurus Cabang sebanyak 2 kali dan apabila peringatan ini
tidak diindahkan maka ia dapat dipecat sementara.
3 Seorang anggota biasa , penyatu atau penyokong dapat diberhentikan untuk sementara
oleh Pengurus Cabang yang bersangkutan, setelah terbukti bahwa ia telah melanggar
ketentuan-ketentuan AD/ART atau telah merugikan kepentingan PMKRI.
4 Pemecatan seorang anggota biasa, penyatu atau penyokong hanya boleh dilakukan
atas usul Pengurus Cabang yang bersangkutan juga atas usul anggota yang berhak
penuh dari cabangnya yang jumlahnya ditentukan oleh peraturan yang berlaku oleh
RUA yang bersangkutan dengan musyawarah yang dibimbing oleh azas Pancasila,
dijiwai kekatolikan disemangati kemahasiswaan dan setelah memberi kesempatan
yang cukup untuk membela diri. Pemecatan ini diberitahukan kepada Pengurus Pusat.
5 Seorang anggota yang dipecat (karena sebab-sebab yang merugikan kepentingan
Umum PMKRI atau yang pemecatannya berakibat merugikan kepentingan umum
PMKRI) dapat mengajukan banding kepada Pengurus Pusat. Keputusan banding Ini
tidak dapat diganggu gugat.
PASAL 4
HAK-HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA
1 Hak-hak anggota terdiri dari :
a Hak berbicara
b Hak suara
c Hak memilih
d Hak dipilih
e Hak ikut serta dalam usaha perhimpunan
2 Kewajiban anggota terdiri dari :
a Menaati AD/ART dan semua aturan Perhimpunan
b Membayar uang iuran pada waktunya, kecuali yang diberi pengecualian.
c Menjunjung tinggi nama baik perhimpunan.
d Membantu usaha-usaha perhimpunan dalam mengejar tujuannya.
3 Hak suara diberikan secepat-cepatnya tiga bulan sesudah menjadi anggota atau diatur
dalam ART Cabang.
4 a Penyatu mendapat hak seperti pada ayat (1) sub a dan e
b Penyokong mendapat hak seperti pada ayat (1) sub e
C Penyatu dan penyokong dapat menghadiri RUA Cabang, MPA/Kongres
5 Hak-hak dan kewajiban tersebut di atas diatur dalam pasal-pasal yang bersangkutan.
PASAL 5
1 SUSUNAN ORGANISASI/PENGURUS
Pengurus Pusat berkedudukan di ibukota Republik Indonesia.
2 a Pemilihan Pengurus Pusat diadakan dengan pemilihan Ketua Presidium oleh
MPA. Ketua Presidium ini ditunjuk sekaligus sebagai formatur Pengurus Pusat.
b Komisaris daerah dicalonkan oleh cabang-cabang yang bersangkutan yang berada
dalam wilayahnya (?)
3 Anggota biasa yang berhak penuh dapat menjabat jabatan sebagai berikut :
a Presidium Harian
b Komisaris Daerah
c Sekretaris Jendral
d Sekretaris/Ketua Biro
e Utusan yang mewakili PMKRI ke luar
4 Masing-masing anggota Presidium mempunyai hak yang sama.
5 Rapat presidium hanya sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya dua per tiga dari
seluruh anggota presidium.
6 Keputusan presidium diambil secara musyawarah sampai tercapai kata sepakat.
PASAL 6
PENASIHAT ROHANI DAN DEWAN PERTIMBANGAN
1 Penasihat rohani ialah seorang padri (imam) yang ditunjuk oleh wali gereja dengan
pertimbangan Pengurus Pusat.
2 Dewan Pertimbangan adalah dewan yang terdiri dari sejumlah cendekiawan Katolik
Indonesia yang diangkat oleh Presidium/Pengurus Cabang yang bersangkutan dan
bertugas memberikan pertimbangan-pertimbangan pada Presidium atau Pengurus
Cabang baik diminta atau tidak mengenai semua persoalan yang dianggap penting.
3 Penasihati Rohani dan Dewan Pertimbangan berhak atas undangan untuk menghadiri
semua rapat, MPA/Kongres tanpa hak suara.
4 penasihat Rohani mempunyai hak untuk memberikan nasihat yang berhubungan
dengan hal kerohanian, baik diminta atau tidak.
5 Jika diantara pengurus dan Penasihat Rohani tidak tercapai kesesuaian paham
tentang sesuatu hal, keputusan terakhir ditentukan oleh waligereja yang
bersangkutan.
PASAL 7
HAK DAN KEWAJIBAN PENGURUS/UTUSAN
1 Presidium Pusat berkewajiban :
a Mengusahakan dan menjaga agar persatuan antar anggota tetap Terpelihara.
b Membina perhimpunan ke arah kesempurnaan.
c Mengawasi pekerjaan dan kehidupan seluruh perhimpunan supaya sesuai dengan
asas, jiwa, semangat,dan tujuan perhimpunan.
d Memenuhi segala kewajiban sesuai dengan AD/ART PMKRI dan keputusan-
keputusan MPA.
2 Anggota Pengurus Pusat berkewajiban dan berhak :
a Ketua Presidium, memimpin rapat bersama-sama dengan anggota presidium yang
lain, bertanggungjawab dan berhak atas segala pelaksanaan urusan perhimpunan.
Menandatangani surat-surat penting bersama dengan anggota presidium yang lain
atau dengan Sekretaris JendEral atau dengan Sekretaris atau dengan Ketua Biro.
b Anggota Presidium, bersama-sama dengan Ketua Presidium, bertanggungjawab
dan berhak atas sagala pelaksanaan urusan perhimpunan. Membantu dan
mewakili Ketua Presidium bila yang bersangkutan Berhalangan,
menyelenggarakan tugas-tugas yang diserahkan kepadanya. Menandatangani
surat-surat penting bersama dengan Sekretaris Jendral/Sekretaris.
c Komisaris daerah melaksanakan tugas Pengurus Pusat didaerahnya. Membawa
suara daerah kepada Pengurus Pusat.
d Sekretaris Jendral adalah koordinator dari sekretariat Pengurus Pusat.
e Sekretaris/Ketua Biro bertanggung jawab atas segala urusan yang berkenaan
dengan bironya dan menandatangani surat-surat bersama Presidium.
f Bendaharawan, bertanggungjawab atas keuangan perhimpunan. Menjalankan
usaha untuk kekayaan perhimpunan. Jabatan ini dirangkap oleh sekretaris atau
ketua biro usaha. Bendaharawan, bertanggungjawab atas keuangan perhimpunan.
Menjalankan usaha untuk kekayaan perhimpunan. Jabatan ini dirangkap oleh
sekretaris atau ketua biro usaha.
3 Rapat Pengurus Pusat dan Pengurus Cabang diadakan setiap kali bila dianggap perlu,
baik atas permintaan Pengurus Pusat maupun pengurus cabang yang bersangkutan.
4 Utusan PMKRI keluar diwajibkan mengadakan hubungan, pertanggungjawaban dan
laporan kepada Pengurus Pusat dan atau Pengurus Cabang yang bersangkutan.
PASAL 8
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA (MPA)
1 Jumlah perwakilan untuk MPA ditentukan oleh MPA sebelumnya dengan ketentuan
bahwa tiap cabang sedikitnya berhak atas empat utusan. Setiap utusan harus
mempunyai surat kuasa dari RUA cabang yang bersangkutan.
2 Cabang yang tidak dapat mengirim utusan untuk menghadiri MPA dapat memberikan
kuasa penuh secara tertulis kepada anggota cabang lainnya dengan ketentuan harus
melalui Pengurus Cabang yang bersangkutan
3 Pengurus Pusat berkewajiban menyampaikan kepada cabang :
a Acara dan persoalan yang akan dibicarakan di MPA dalam waktu sebulan sebelum
MPA dimulai.
b Risalah MPA terakhir pada waktu sebelum MPA dimulai.
c Putusan-putusan MPA dalam waktu sebulan setelah MPA selesai.
4 MPA sah jika dihadiri oleh cabang yang hadir dengan sebenarnya (tidak termasuk
mandat), sekurang-kurangnya setengah dari jumlah cabang seluruhnya, dengan
ketentuan harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah cabang-cabang,
dengan catatan bilangan pecahan setengah atau lebih dibulatkan ke atas dan selainnya
dibulatkan ke bawah.
5 MPA masih dapat disahkan apabila salah satu kuorum dalam ayat (4) terpenuhi
dengan ketentuan :
a Syarat-syarat yang tidak dipenuhi sekurang-kurangnya harus mencapai setengah
kuorum ditambah satu.
b Disetujui oleh 2/3 dari cabang yang hadir.
PASAL 9
KONGRES
Kongres sebagai alat untuk mempertebal rasa persaudaraan antara para anggota
Perhimpunan dilaksanakan dalam bentuk seminar, ceramah, peninjauan-peninjauan dan
atau pertemuan olah raga, kesenian, dan lain-lain yang bermanfaat.
PASAL 10
KEUANGAN
1 Dasar iuran cabang, jenis sokongan dan penghasilan lain sebgaimana termaksud
dalam pasal 16 ayat 2 (c) Anggaran dasar, ditetapkan oleh MPA dan atau dalam hal-
hal luar biasa oleh Pengurus Pusat bersama dengan Pengurus Harian Cabang.
2 Sokongan dari seorang penyokong, dilakukan secara sukarela.
3 Pengeluaran oleh anggota Pengurus Pusat berhubungan dengan menjalankan
kewajibannya dipikul oleh perhimpunan setelah mendapat persetujuan dari Presidium
Harian.
4 Ongkos-ongkos untuk keperluan MPA dan Kongres yang berlebihan dari uang
sokongan Pengurus Pusat dan cabang-cabang, harus diberikan kepada Pengurus Pusat
untuk dimasukkan dalam dana MPA dan Kongres yang akan datang.
PASAL 11
PENERBITAN DAN PERS
Penerbitan PMKRI dan dipertanggungjawabkan redaksi diatur dalam peraturan tersendiri
yang disahkan oleh MPA.
PASAL 12
PEMBUBARAN
Bila perhimpunan ini dibubarkan, maka segala kekayaan perhimpunan diserahkan kepada
badan-badan lainnya menurut keputusan MPA yang membubarkannnya.
PASAL 13
PERUBAHAN
Perubahan Anggaran rumah Tangga ini harus dilakukan oleh MPA dalam suasana
musyawarah yang dibimbing oleh asas Pancasila, dijiwai oleh kekatolikan, dan
disemangati oleh kemahasiswaan.
PASAL 14
PENUTUP
Segala sesuatu yang tidak diatur dalam Anggaran Dasar maupun Anggaran Rumah
Tangga ini diputuskan oleh Pengurus Pusat lengkap dan harus dipertanggungjawabkan
kepada MPA.
PERATURAN PERALIHAN
1 Anggaran Rumah Tangga ini mulai berlaku pada saat disahkan oleh Sidang I MPA
PMKRI di bandung pada tanggal 28 September 1959.
2 Segala sesuatu yang berdsarkan Anggaran Rumah tangga lama, yang bertentangan
dengan Anggaran Rumah Tangga baru, tetap berlaku sebagaimana biasa.
3 Ada beberapa perubahan berdasarkan :
a Keputusan Sidang MPA IV tanggal 28 Desember 1961 di Yogyakarta.
b Keputusan Sidang MPA VII tanggal 31 Desember 1964 di Malang.
c Keputusan Sidang MPA VIII tanggal 6 April 1967 di Bandung.
d Keputusan Sidang MPA IX tanggal 6 April 1969 di Surabaya.
e Keputusan Sidang MPA X tanggal 27 Agustus 1971 di Surakarta.
f Keputusan Sidang MPA XI tanggal 13 Oktober 1975 di Semarang.
g Keputusan Sidang MPA XIV tanggal 17 Maret 1985 di Jakarta.
h Keputusan Sidang MPA XV tanggal 9 Mei 1988 di Surabaya.
i Ketetapan Sidang MPA XVI tanggal 3 September 1990 di Ujung Pandang.
j Ketetapan Sidang MPA XVII tanggal 29 November 1992 di Bandung.
k Ketetapan Sidang MPA XVIII tanggal 27 November 1994 di Medan.
l Ketetapan Sidang MPA XX tanggal 23 Oktober 1998 di Banjarmasin.