Kel 5 - Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipoglikemia
Kel 5 - Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipoglikemia
Kel 5 - Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipoglikemia
HIPOGLIKEMIA
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5 :
Asslamualaikum wr.wb
Puji dan syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat- Nyalah saya boleh menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu
Askep dengan judul ” ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPOGLIKEMIA” dibuat guna
meningkatkan pengetahuan Self Care pengetahuan diri. Penulis menyadari askep ini tidak
sempurna, oleh sebab itu penulis memohon maaf dan siap menerima kritik dan saran yang
membangun untuk penyempurnaan askep ini .
Dengan adanya askep ini dapat membantu dalam proses pembelajaran bimbingan dan
dapat menambah pengetahuan.Akhir
Kelompok 5
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................……….
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi hipoklikemia……………………………………………………………....
B. Penyebab .............................................................................................
C. Tanda dan gejala......................................................................................................
D. penatalaksanaan............................................................................................
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................……………..
B. Saran..........................................................................................................……………..
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................…………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah. Terdapat teknik
baru untuk menguji keadaan hipoglikemi, seperti menggunakan penganalisa oksidase
glukosa atau optical bedside glucose analyzer (mis One Touch). Teknik ini lebih
bermakna untuk tujuan skrining di ruang rawat karena interpretasi warna terkadang tidak
subjektif. Pada praktik klinik, bayi dengan kadar glukosa kurang dari 40 mg/dL
memerlukan intervensi. Juga untuk menilai glukosa plasma < 20 hingga 25 mg/dL harus
diterapi dengan pemberian glukosa per parenteral tanpa mempertimbangkan usia atau
masa gestasi.
Munculnya gejala dan kadar glukosa sangat bervariasi pada setiap bagi. Gejala
biasanya muncul bila kadar glukosa < 40 mg/dL dan tampak antara 24 dan 72 jam setelah
kelahiran atau dalam 6 jam setelah suatu kelahiran bayi mengalami stress berat. Saat bayi
berusia 72 jam, pencapaian kadar glukosa sebesar 45 mg/dL atau lebih adalah hasil yang
diharapkan tanpa mempertimbangkan berat badan, usia gestasi atau faktor predisposisi
lainnya.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada kasus hipoglikemi
b. Tujuan Khusus
Mengetahui pengkajian pada kasus hipoglikemi
Mengetahui diagnosa pada kasus hipoglikemi
Mengetahui intervensi pada kasus hipoglikemi
Mengetahui implementasi pada kasus hipoglikemi
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Hipoglikemi adalah suatu keadaan, dimana kadar gula darah plasma puasa kurang
dari 50 mg/%. (Marino : 1991)
.
Hipoglikemi bisa didefinisikan sebagai kadar gula yang rendah, biasanya kurang dari 3
mmol/L pada pembuluh vena dengan gejala dan tanda utama dimana harus secepatnya
dikenali. (Wong and Whaley : 1996).
Hipoglikemia adalah batas terendah kadar glukosa darah puasa(true glucose) adalah
60 mg %,dengan dasar tersebut maka penurunan kadar glukosa darah di bawah 60 mg%.
(Wiyono ,1999).
Hipoglikemia adalah glukosa darah rendah, terjadi pada atau tergantung pada kadar
gula atau glukosa di dalam tubuh lebih rendah dari kebutuhan tubuh.
B. PENYEBAB
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah
insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat,
protein, lemak, ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes ketoasidosis.
a. dehidrasi
b. kehilangan elektrolit
c. asidosis
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang
pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali, kedua factor ini
akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang
berlebihan dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan
elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotic yang di tandai oleh urinaria
berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit. penderita
ketoasidosis diabetic yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan sampai 400
hingga mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi asam-
asam lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan keton oleh
hati, pada keton asidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai
akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan
tersebut, badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton
akan menimbulkan asidosis metabolic.
Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik
akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti
perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak
tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan
fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit
kepala,vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah, bicara
pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional,
penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di samping
gejala adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.
Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat
berat, sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia
yang di deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi,
serangan kejang, sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran.
( Smeltzer. 2001 ).
C. TANDA DAN GEJALA
Gejala-gejala hipoglikemia terdiri dari dua fase yaitu :
a. Fase I : gejala-gejala aktivas pusat autonom dan hipotalamus sehingga hormon
epinefrin di lepaskan, gejala awal ini merupakan peringatan karena saat itu pasien
masih sadar sehingga dapat di ambil tindakan yang perlu untuk mengatasi
hipoglikemia lanjut.
b. Fase II: gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terganggunya fungsi otak,karena itu di
namakan gejala neurologist.
Penelitian pada orang yang bukan diabetes menunjukan adanya gangguan fungsi
otak yang lebih awal dari fase I dan di namakan ganguan fungsi otak subliminal, di
samping gejala yang tidak khas.
Kadang-kadang gejala fase adrenergic tidak muncul dan pasien langsung jauh pada
fase gangguan fungsi otak, terdapat dua jenis hilangnya kewaspadaan, yaitu akut dan
kronik.
Yang akut misalnya : pada pasien DMT I dengan glukosa darah terkontrol sangat
ketat mendekati normal, adanya neuropati autonom pada pasien yang sudah lama
menderita DM, dan menggunakan beta bloker yang non selektif,kehilangan kewaspadaan
yang kronik biasanya irreversible dan di anggap merupakan komplikasi DM yang serius.
Sebagai dasar diagnosis dapat di gunakan trias whipple, yaitu hipoglikemia dengan
gejala-gejala saraf pusat, kadar glukosa kurang dari 50 mg% dan gejala akan menghilang
dengan pemberian glukosa.
Factor-faktor yang dapat menimbulkan hipoglikemia berat dan berkepanjangan
adalah kegagalan sekresi hormone glukagen dan adrenalin pasien telah lama menderita
DM) adanya antibody terhadap insulin, blockade farmakologik (beta bloker non selektif),
dan pemberian obat sulfonylurea (obat anti DM yang berkasiat lama). (Mansjoer A,
1997 : 603).
Pertama, hipoglikemia dalam diabetic adalah lebih umum ketimbang ketoasidosis,
meskipun sebagian besar penyebaran terdapat pada kelompok ketergantungan
insulin.Kedua awitan dari hipoglikemia adalah lebih cepat dan manifestasinya adalah
lebih bervariasi, sering terjadi dengan cara yang tidak jelas sehingga dapat mengelakan
perhatian seseorang sampai orang tersebut tidak menyadari apa yang sesungguhnya yang
sedang terjadi dan tidak mampu untuk mencarari pengobatan yang tidak sesuai, sehingga
reaksi hipoglikemia akibat insulin dapat terjadi di tengah-tengah kehidupan sehari-hari
pasien.Yang setidaknya dapat memalukan dan yang lebih buruk sangat membahayakan.
Ketiga meskipun pemulihan yang berarti dan hipoglikemia dapat cepat dan sempurna
dalam beberapa menit setelah pengobatan yang sesuai, banyak pasien secara emosional
(kemungkinan secara psikologis) tetap terguncang selama beberapa jam atau bahkan
selama beberapa hari setelah reaksi insulin. Akhirnya dalam kondisi hipoglikemia
ekstrim, masih mempunyai kemungkinan untuk menyebabkan kerusakan otak permanen
dan bahkan fatal.(Ester,2000:464).
Di kutip dari Karen Bruke 2005 :1478 ada beberapa tanda gejala ataupun
manifestasi klinis yang meliputi:
Lapar
Mual-muntah
Pucat,kulit dingin
Sakit kepala
Nadi cepat
Hipotensi
Irritabilitas
Manifestasi sebab perubahan fungsi serebral
Sakit kepala
Koma
Kesulitan dalam berfikir
Ketidakmampuan dalam berkonsentrasi
D. PENATAKSANAAN
Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita
mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus buah,
air gula atau segelas susu. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama
penderita diabetes), hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat
timbul dan memberikan sejumlah gula yang konsisten. Baik penderita diabetes maupun
bukan, sebaiknya sesudah makan gula diikuti dengan makanan yang mengandung
karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau biskuit). Jika hipoglikemianya berat
dan berlangsung lama serta tidak mungkin untuk memasukkan gula melalui mulut
penderita, maka diberikan glukosa intravena untuk mencegah kerusakan otak yang serius.
Seseorang yang memiliki resiko mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu
membawa glukagon. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas,
yang merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di
dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula
darah dalam waktu 5-15 menit. Tumor penghasil insulin harus diangkat melalui
pembedahan. Sebelum pembedahan, diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin
oleh tumor (misalnya diazoksid). Bukan penderita diabetes yang sering mengalami
hipoglikemia dapat menghindari serangan hipoglikemia dengan sering makan dalam
porsi kecil.
BAB III
ASKEP TEORI
A. Anamnesa
a. Pengkajian
1. Identitas
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan
penanggung biaya.
2. Keluhan Utama
Biasanya pasien mengeluh pusing, lemah dan penurunan konsentrasi.
3. Riwayat penyakit saat ini
4. Berisi tentang kapan terjadinya hipoglikemia, apa yang dirasakan klien dan apa
saja yang sudah dilakukan untuk mengatasi sakitnya.
5. Riwayat penyakit dahulu
Kaji adanya penyakit yag diderita seperti diabetes mellitus, hepatitis, sirosis
hepatis, gagal ginjal dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan
hipoglikemia. Kaji riwayat penggunaan obat, konsumsi alcohol, aktivitas fisik
yang dilakukan dan asupan makanan.
6. Riwayat penyakit keluarga
Kaji adanya penyakit keluarga yang bisa menimbulkan hipoglikemia seperti
diabetes mellitus, hepatitis
7. Pengkajian bio-psiko-sosio-spiritual
Berhubungan dengan perasaan dan emosi yang di alami pasien mengenai
kondisinya.
b. Pemeriksaan Diagnostik
Pada pemeriksaan kadar glukosa darah rendah adalah 60mg/dl atau kurang
c. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko aspirasi b.d penurunan kesadaran
2. Resiko cidera b.d penurunan kesadaran dan gangguan penglihatan
3. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan berlebih
4. Nyeri akut b.d vasodilatasi pembuluh darah intracranial
5. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
6. Hambatan komunikasi verbal b.d efek adregenic: parestesia bibir
d. Intervensi keperawatan
1. Resiko aspirasi b.d penurunan kesadaran
Tujuan : Tidak terjadi aspirasi
Kriteria Hasil : Kesadaran meningkat, toleransi pemberian
makanan per oral tanpa aspirasi
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor tingkat kesadaran, reflek Menentukan tindakan keperawatan
batuk dan kemampuan menelan selanjutnya
2. Tempatkan pasien pada posisi semi Untuk mencegah aspirasi
fowler atau posisi kepala lebih
tinggi
3. Hindari pemberian cairan atau Untuk mencegah aspirasi
makanan per oral jika kesadaran
klien rendah
4. Monitor status paru Evaluasi ada aspirasi atau tidak
2. Resiko cidera b.d penurunan kesadaran dan gangguan penglihatan
Tujuan : Tidak terjadi cidera
Kriteria Hasil : Resiko cidera berkurang/hilang
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Ciptakan lingkungan yang aman Menguangi resiko cidera
bagi klien, pidahkan perabotan
yang dapat membahayakan klien
2. Pasang pengaman pada sisi tempat Mengamankan klien saat berada di
tidur klien dan turunkan tinggi tempat tidur
tempat tidur klien
3. Berikan penerangan yang adekuat Mengurangi resiko cidera
4. Bantu klien dalam ambulasi Mengurangi resiko cidera
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Anjurkan pasien mengkonsumsi Untuk pemenuhan kebutuhan dasar
ciran sedikitnya 2500ml/hari atau cairan dan menurunkan resiko dehidrasi
disesuaikan dengan kebutuhan
cairan klien
2. Pantau masukan dan haluaran, Memberikan informasi keadekuatan
pantau keseimbangan cairan volume cairan dan kebutuhan cairan
3. Evaluasi perubahan membran Indikator langsung status cairan
mukosa dan turgor kulit
4. Monitoring perubahan tanda-tanda Peningkatn suhu meningkatkan laju
vital metabolik dan kehilangan cairan melalui
evaporasi. Dehidrasi juga ditandai
dengan perubahan suhu dan tekanan
darah
5. Kolaborasi untuk pemberian cairan Intake cairan parenteral dapat
tambahan melalui IV sesuai memperbaiki kekurangan cairan
keperluan
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Istirahatkan klien di lingkungan Menurunkan stimulasi yang berlebih
yang tenang dapat mengurangisakit kepala
2. Observasi tanda-tanda nyeri non- Menilai derajat nyeri yang tidak langsung
verbal seperti ekspresi wajah, posisi
tubuh dan gelisah
3. Berikan kompres hangat pada Meningkatkan sirkulasi dan memberikan
kepala efek relaksasi
4. Kolaborasi pemberian analgesik Analgesik mengurangi nyeri
Diagnosis
Diagnosis hipoglikemia
Terapi
Terapi Infus D5% , Injeksi Ranitidin 2 x 1 gr, Injeksi Antasida 3 x 1, Injeksi
Sotatic 3 x 1 mg, Captopril 2 x 25 mg
Penanganan
Prinsip dari penanganan hipoglikemia adalah menaikkan kembali kadar gula
darah yang rendah sehingga mencapai kadar normalnya. Gejala hipoglikemia
akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita mengkonsumsi gula
(dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus buah, air gula atau
segelas susu. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama penderita
diabetes), hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul
dan memberikan sejumlah gula yang konsisten. Baik penderita diabetes maupun
bukan, sebaiknya sesudah makan gula diikuti dengan makanan yang mengandung
karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau biskuit). Jika hipoglikemianya
berat dan berlangsung lama serta tidak mungkin untuk memasukkan gula melalui
mulut penderita, maka diberikan glukosa intravena untuk mencegah kerusakan
otak yang serius. Seseorang yang memiliki resiko mengalami episode
hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa glukagon. Glukagon adalah
hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan
sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon
tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam
waktu 5-15 menit. Tumor penghasil insulin harus diangkat melalui pembedahan.
Sebelum pembedahan, diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin oleh
tumor (misalnya diazoksid). Penderita nondiabetes yang sering mengalami
hipoglikemia, dapat menghindari serangan hipoglikemia dengan sering makan
dalam porsi kecil
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipoglikemia secara benar-benar berarti kadar gula dibawah normal. Hipoglikemia
Dianggap telah terjadi bila kadar gula darah <50 mg/dL.
Kadar gula plasma kira-kira 10% lebih tinggi dibandingkan dengan kadar gula darah total
(utuh darah) karena Eritrosit mengandung kadar gula yang relatif rendah dan merupakan
kasus darurat dalam bidang endokrin
B. Saran
Untuk memudahkan mempersembahkan tindakan dalam keadaan darurat secara
cepat dan tepat, memungkinkan perlu dilakukan prosedur tetap/protokol yang dapat
digunakan setiap hari. Penanganan hipoglikemia harus dilakukan secara cepat dan tepat
sesuai gejala yang kuncul, untuk menghindaru terjadinya komplikasi yang
menimbulkanbkerusakan Dari saraf dan sel otak.
Itulah yang dapat kami penulis sampaikan, Kami tau dalam Isi makalah ini masih
Banyak Kekurangan, Karena kami pun masih dalam proses pmbelajaran. Dan kami
Mohon Para pembaca Dapat memberikan Sarah Yang membangun Untuk Dapat Kami
perbaiki dalam Penulisan Makalah-makalah Berikutnya
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/28612569/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PASIEN_HIPOGLIKEMIA