Makalah Permasalahan Pendidikan Di Indonesia Kasturyanti

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“PERMASALAHAN PENDIDIKAN DI INDONESIA”

Disusun dan Disajikan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Pengajuan


Kenaikan Pangkat dan Golongan dari III/a ke III/b

Oleh :

KASTURYANTI, S.Pd
NIP. 19850623 201903 2 009

KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN BONE


MI AL-WAHAB POMPANUA RIATTANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang dalam penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmat-Nyalah makalah ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Dalam makalah ini, penulis membahas mengenai
“PERMASALAHAN PENDIDIKAN DI INDONESIA”. Makalah ini dibuat dalam
rangka memperdalam pemahaman mengenai sarana yang digunakan dalam proses
pembelajaran.
Proses penyusunan makalah ini, tentunya penulis mendapatkan bimbingan,
arahan, koreksi, dan saran. Untuk itu rasa terima kasih yang dalam penulis kepada
yang terhormat semua pihak yang telah membimbing kami dalam membuat proses
pembuatan makalah,dan kepada kawan-kawan semua.
Hanya kepada Tuhan Maha Kuasa jualah penulis memohon doa sehingga
bantuan dari berbagai pihak bernilai ibadah. Penulis menyadari bahwa sebagai
manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekurangan sehingga hanya yang
demikian sajalah yang dapat penulis berikan. Penulis juga sangat mengaharapkan
kritikan dan saran dari para pembaca sehingga penulis dapat memperbaiki kesalahan-
kesalahan dalam penyusunan makalah selanjutnya. Demikian makalah ini, semoga
bermanfaat bagi kita semua. Amiin. 

Pompanua Riattang, Agustus 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 2
C. Tujuan......................................................................................... 3
D. Manfaat Penulisan Makalah....................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 4
A. Masalah Pokok Pendidikan........................................................ 4
B. Faktor Pendukung Masalah Pendidikan..................................... 8
C. Penanggulangan Masalah Pembelajaran.................................... 10

BAB III PENUTUP........................................................................................ 14


A. Kesimpulan................................................................................. 14
B. Saran........................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penididikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap
manusia dimuka bumi ini. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia.
Dalam kondisi apapun manusia tidak dapat menolak efek dari penerapan
pendidikan. Pendidikan diambil dari kata dasar didik, yang ditambah imbuhan
menjadi mendidik. Mendidik berarti memlihara atau memberi latihan mengenai
akhlak dan kecerdasan pikiran. Dari pengertian ini didapat beberapa hal yang
berhubungan dengan Pendidikan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah suatu usaha
manusia untuk mengubah sikap dan tata laku seseorang atau sekolompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Pada
hakikatnya pendidikan adalah usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu
sendiri. Dalam penididkan terdapat dua subjek pokok yang saling berinteraksi.
Kedua subjek itu adalah pendidik dan subjek didik. Subjek-subjek itu tidak harus
selalu manusia, tetapi dapat berupa media atau alat-alat pendidikan. Sehingga
pada pendidikan terjadi interaksi antara pendidik dengan subjek didik guna
mencapai tujuan pendidikan.
Menurut wadah yang menyelenggarakan pendidikan, pendidikan dapat
dibedakan menjadi pendidikan formal, informal dan nonformal.
Pendidikan formal adalah segala bentuk pendidikan atau pelatihan yang
diberikan secara terorganisasi dan berjenjang, baik bersifat umum maupun
bersifat khusus. Contohnya adalah pendidikan SD, SMP, SMA dan perguruan
tinggi negeri ataupun swasta. Pendidikan Informal dalah jenis pendidikan atau
pelatihan yang terdapat di dalam keluarga atau masyarkat yang diselenggarakan
tanpa ada organisasi tertentu(bukan organisasi). Pendidkan nonformal adalah
segala bentuk pendidikan yan diberikan secara terorganisasi tetapi diluar wadah
pendidikan formal.
Pada makalah ini, akan dikaji hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan
formal yang diselenggarakan di Indonesia.

1
Pada dasarnya setiap kegiatan yang dilakukan akan menimbulkan dua
macam dampak yang saling bertentangan. Kedua dampak itu adalah dampak
positif dan dampak negatif. Dampak positif adalah segala sesuatu yang
merupakan harapan dari pelaksanaan kegiatan tersebut, dengan kata lain dapat
disebut sebagai ’Tujuan’. Sedangkan dampak negatif adalah segala sesuatu yang
bukan merupakan harapan dalam pelaksanaan kegitan tersebut, sehingga dapat
disebut sebagai hambatan atau masalah yang ditimbulkan.
Jika peristiwa di atas dihubungkan dengan pendidikan, maka pelaksanaan
pendidikan akan menimbulkan dampak negatif yang disebut sebagai masalah dan
hambatan yang akan dihadapi. Hal ini akan lebih tepat bila disebut sebagai
permasalahan Pendidikan.
Istilah permasalahan pendidikan diterjemahkan dari bahasa inggris yaitu
“problem“. Masalah adalah segala sesuatu yang harus diselesaikan atau
dipecahkan. Sedangkan kata permasalahan berarti sesuatu yang dimasalahkan
atau hal yang dimasalahkan. Jadi Permasalahan pendidikan adalah segala-sesuatu
hal yang merupakan masalah dalam pelaksanaaan kegiatan pendidikan.
Setiap masalah yang dihadapi disebabkan oleh faktor-faktor pendukungnya
adapun faktor-faktor yang menyebabkan berkembangnya 4 masalah di atas adalah
sebagai berikut.
1. Ilmu Pengeahuan dan Teknologi (IPTEK)
2. Laju Pertumbuhan penduduk
3. Kelemahan guru/dosen (tenaga pengajar) dalam menangani tugas yang
dihadapinya, dan ketidakfokusan peserta didik dalam menjalani proses
pendidikan (Permasalahan Pembelajaran).

B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Permasalahan Pendidikan
Indonesia adalah segala macam bentuk masalah yang dihadapi oleh program-
program pendidikan di negara Indonesia.
Permasalahan pendidikan adalah suatu masalah yang sangat komplek.
Apabila ditelaah lebih jauh, maka kita akan menemukan sekumpulan hal-hal

2
rumit yang sangat susah untuk disiasati. Masalah yang dihadapi tersebut akan
lebih susah jika saling berkait satu sama lain.
Oleh sebab itu, di dalam makalah ini penulis akan memberikan gambaran
penting mengenai kumpulan masalah-masalah yang akan di bahas dalam makalah
ini. Berikut ini adalah bagan mengenai masalah-masalah yang akan dibahas.

C. Tujuan
Adapun tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini
adalah sebagai berikut.
1. Memenuhi tugas yang diberikan pada mata kuliah Pengantar Pendidikan
Universitas Negeri Padang.
2. Sebagai bentuk perhatian Mahasiswa terhadap masalah pendidikan yang
dihadapi Indonesia.
3. Suatu usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.
4. Membantu dalam membahas dan menanggulangi masalah yang dihadapi di
dalam dunia pendidikan.

D. Manfaat Penulisan Makalah


Berikut ini akan dijabarkan mengenai manfaat-manfaat yang dapat diambil
dari penulisan makalah ini.
1. Membangun kualitas pendidikan kearah yang lebih baik.
2. Menelaah masalah-masalah pendidikan yang dihadapi.
3. Memberikan inovasi baru dalam menghadapi masalah pendidikan
4. Batu loncatan kepada pendidikan yang lebih baik.
5. Membangun cara belajar yang lebih efektif.

3
BAB II
PERMASALAHAN PENDIDIKAN

A. Masalah Pokok Pendidikan


Permasalahan pendidikan merupakan suatu kendala yang menghalangi
tercapainya tujuan pendidikan. Pada bab ini akan dibahas beberapa hal yang
merupakan permasalahan pendidikan di Indonesia. Adapun permasalahan tersebut
adalah sebagai berikut.
1. Pemerataan Pendidikan
2. Mutu dan Relevansi Pendidikan
3. Efisiensi dan Efektifitas Pendidikan
Berikut ini adalah penjelasan-penjelasan mengenai 3 poin permasalahan
pendidikan di atas.
1. Pemerataan Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata pemerataan
berasal dari kata dasar rata, yang berarti: 1) meliputi seluruh bagian, 2)
tersebar kesegala penjuru, dan 3) sama-sama memperoleh jumlah yang sama.
Sedangkan kata pemerataan berarti proses, cara, dan perbutan melakukan
pemerataan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemerataan pendidikan adalah
suatu proses, cara dan perbuatan melakukan pemerataan terhadap pelaksanaan
pendidikan, sehingga seluruh lapisan masyarakat dapat merasakan
pelaksanaan pendidikan.
Pelaksanaan pendidikan yang merata adalah pelaksanaan program
pendidikan yang dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi
seluruh warga negara Indonesia untuk dapat memperoleh pendidikan.
Pemerataan dan perluasan pendidikan atau biasa disebut perluasan keempatan
belajar merupakan salah satu sasaran dalam pelaksanaan pembangunan
nasional. Hal ini dimaksudkan agar setiap orang mempunyai kesempatan yang
sama unutk memperoleh pendidikan. Kesempatan memperoleh pendidikan
tersebut tidak dapat dibedakan menurut jenis kelamin, status sosial, agama,
amupun letak lokasi geografis.

4
Dalam propernas tahun 2000-2004 yang mengacu kepada GBHN 1999-
2004 mengenai kebijakan pembangunan pendidikan pada poin pertama
menyebutkan:
“Mengupayakan perluasan dan pemeraatan memperoleh pendidikan
yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju terciptanya
Manusia Indonesia berkualitas tinggi dengan peninggakatan anggaran
pendidikan secara berarti“. Dan pada salah satu tujuan pelaksanaan
pendidikan Indonesia adalah untuk pemerataan kesempatan mengikuti
pendidikan bagi setiap warga negara.
Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa Pemerataan Pendidikan
merupakan tujuan pokok yang akan diwujudkan. Jika tujuan tersebut tidak
dapat dipenuhi, maka pelaksanaan pendidikan belum dapat dikatakan berhasil.
Hal inilah yang menyebabkan masalah pemerataan pendidikan sebagai suatu
masalah yang paling rumit untuk ditanggulangi.
Permasalahan Pemerataan dapat terjadi karena kurang tergorganisirnya
koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, bahkan hingga
daerah terpencil sekalipun. Hal ini menyebabkan terputusnya komunikasi
antara pemerintah pusat dengan daerah. Selain itu masalah pemerataan
pendidikan juga terjadi karena kurang berdayanya suatu lembaga pendidikan
untuk melakukan proses pendidikan, hal ini bisa saja terjadi jika kontrol
pendidikan yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah tidak menjangkau
daearh-daerah terpencil. Jadi hal ini akan mengakibatkan mayoritas penduduk
Indonesia yang dalam usia sekolah, tidak dapat mengenyam pelaksanaan
pendidikan sebagaimana yang diharapkan.
Permasalahan pemerataan pendidikan dapat ditanggulangi dengan
menyediakan fasilitas dan sarana belajar bagi setiap lapisan masyarakat yang
wajib mendapatkan pendidikan. Pemberian sarana dan prasrana pendidikan
yang dilakukan pemerintah sebaiknya dikerjakan setransparan mungkin,
sehingga tidak ada oknum yang dapat mempermainkan program yang
dijalankan ini.

5
2. Mutu dan Relevansi Pendidikan
Mutu sama halnya dengan memiliki kualitas dan bobot. Jadi pendidikan
yang bermutu yaitu pelaksanaan pendidikan yang dapat menghsilkan tenaga
profesional sesuai dengan kebutuhan negara dan bangsa pada saat ini.
Sedangkan relevan berarti bersangkut paut, kait mangait, dan berguna secara
langsung.
Sejalan dengan proses pemerataan pendidikan, peningkatan mutu untuk
setiap jenjang pendidikan melalui persekolahan juga dilaksanakan.
Peningkatan mutu ini diarahkan kepada peningkatan mutu masukan dan
lulusan, proses, guru, sarana dan prasarana, dan anggaran yang digunakan
untuk menjalankan pendidikan.
Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Faktor terpenting yang mempengaruhi adalah mutu proses
pembelajaran yang belum mampu menciptakan proses pembelajaran yang
berkualitas. Hasil-hasil pendidikan juga belum didukung oleh sistem
pengujian dan penilaian yang melembaga dan independen, sehingga mutu
pendidikan tidak dapat dimonitor secara ojektif dan teratur.Uji banding antara
mutu pendidikan suatu daerah dengan daerah lain belum dapat dilakukan
sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga hasil-hasil penilaian pendidikan
belum berfungsi unutk penyempurnaan proses dan hasil pendidikan.
Selain itu, kurikulum sekolah yang terstruktur dan sarat dengan beban
menjadikan proses belajar menjadi kaku dan tidak menarik. Pelaksanaan
pendidikan seperti ini tidak mampu memupuk kreatifitas siswa unutk belajar
secara efektif. Sistem yang berlaku pada saat sekarang ini juga tidak mampu
membawa guru dan dosen untuk melakukan pembelajaran serta pengelolaan
belajar menjadi lebih inovatif.
Akibat dari pelaksanaan pendidikan tersebut adalah menjadi sekolah
cenderung kurang fleksibel, dan tidak mudah berubah seiring dengan
perubahan waktu dan masyarakat. Pada pendidikan tinggi, pelaksanaan
kurikulum ditetapkan pada penentuan cakupan materi yang ditetapkan secara
terpusat, sehingga perlu dilaksanakan perubahan kearah kurikulum yang

6
berbasis kompetensi, dan lebih peka terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan juga disebabkan oleh
rendahnya kualitas tenaga pengajar. Penilaian dapat dilihat dari kualifikasi
belajar yang dapat dicapai oleh guru dan dosen tersebut. Dibanding negara
berkembang lainnya, maka kualitas tenaga pengajar pendidikan tinggi di
Indonesia memiliki masalah yang sangat mendasar.
Melihat permasalahan tersebut, maka dibutuhkanlah kerja sama antara
lembaga pendidikan dengan berbagai organisasi masyarakat. Pelaksanaan
kerja sama ini dapat meningkatkan mutu pendidikan. Dapat dilihat jika suatu
lembaga tinggi melakukan kerja sama dengan lembaga penelitian atau
industri, maka kualitas dan mutu dari peserta didik dapat ditingkatkan,
khususnya dalam bidang akademik seperti tekonologi industri.
3. Efisiensi dan Efektifitas Pendidikan
Sesuai dengan pokok permasalahan pendidikan yang ada selain sasaran
pemerataan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan, maka ada satu
masalah lain yang dinggap penting dalam pelaksanaan pendidikan, yaitu
efisiensi dan efektifitas pendidikan. Permasalahan efisiensi pendidikan
dipandang dari segi internal pendidikan. Maksud efisiensi adalah apabila
sasaran dalam bidang pendidikan dapat dicapai secara efisien atau berdaya
guna. Artinya pendidikan akan dapat memberikan hasil yang baik dengan
tidak menghamburkan sumberdaya yang ada, seperti uang, waktu, tenaga dan
sebagainya.
Pelaksanaan proses pendidikan yang efisien adalah apabila
pendayagunaan sumber daya seperti waktu, tenaga dan biaya tepat sasaran,
dengan lulusan dan produktifitas pendidikan yang optimal. Pada saat sekarng
ini, pelaksanaan pendidikan di Indonesia jauh dari efisien, dimana
pemanfaatan segala sumberdaya yang ada tidak menghasilkan lulusan yang
diharapkan. Banyaknya pengangguran di Indonesia lebih dikarenakan oleh
kualitas pendidikan yang telah mereka peroleh. Pendidikan yang mereka
peroleh tidak menjamin mereka untuk mendapat pekerjaan sesuai dengan
jenjang pendidikan yang mereka jalani.

7
Pendidikan yang efektif adalah pelaksanaan pendidikan dimana hasil
yang dicapai sesuai dengan rencana / program yang telah ditetapkan
sebelumnya. Jika rencana belajar yang telah dibuat oleh dosen dan guru tidak
terlaksana dengan sempurna, maka pelaksanaan pendidikan tersebut tidak
efektif.
Tujuan dari pelaksanaan pendidikan adalah untuk mengembangkan
kualitas SDM sedini mungkin, terarah, terpadu dan menyeluruh melalui
berbagai upaya. Dari tujuan tersebut, pelaksanaan pendidikan Indonesia
menuntut untuk menghasilkan peserta didik yang memeiliki kualitas SDM
yang mantap. Ketidakefektifan pelaksanaan pendidikan tidak akan mampu
menghasilkan lulusan yang berkualitas. Melainkan akan menghasilkan lulusan
yang tidak diharapkan. Keadaan ini akan menghasilkan masalah lain seperti
pengangguran.
Penanggulangan masalah pendidikan ini dapat dilakukan dengan
peningkatan kulitas tenaga pengajar. Jika kualitas tenaga pengajar baik, bukan
tidak mungkin akan meghasilkan lulusan atau produk pendidikan yang siap
untuk mengahdapi dunia kerja. Selain itu, pemantauan penggunaan dana
pendidikan dapat mendukung pelaksanaan pendidikan yang efektif dan
efisien. Kelebihan dana dalam pendidikan lebih mengakibatkan tindak
kriminal korupsi dikalangan pejabat pendidikan. Pelaksanaan pendidikan yang
lebih terorganisir dengan baik juga dapat meningkatkan efektifitas dan
efisiensi pendidikan. Pelaksanaan kegiatan pendidikan seperti ini akan lebih
bermanfaat dalam usaha penghematan waktu dan tenaga.

B. Faktor Pendukung Masalah Pendidikan


Masalah pokok pendidikan akan terjadi di dalam dalam bidang pendidikan
itu sendiri. Jika di analisis lebih jauh, maka sesungguhnya permasalahan
pendidikan berkaitan dengan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
masalah itu. Adapun faktor-faktor yang dapat menimbulkan permasalahan pokok
pendidikan tersebut adalah sebagai berikut.

8
1. IPTEK
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini berdampak
pada pendidikan di Indonesia. Ketidaksiapan bangsa menerima perubahan
zaman membawa perubahan tehadap mental dan keadaan negara ini.
Bekembangnya ilmu pengetahuan telah membentuk teknologi baru dalam
segala bidang, baik bidang social, ekonomi, hokum, pertanian dan lain
sebagainya.
Sebagai negara berkembang Indonesia dihadapkan kepada tantangan
dunia global. Dimana segala sesuatu dapat saja berjalan dengan bebas.
Keadaan seperti ini akan sangat mempengaruhi keadaan pendidikan di
Indonesia. Penemuan teknologi baru di dalam dunia pendidikan, menuntut
Indonesia melakukan reformasi dalam bidang pendidikan. Pelaksanaan
reformasi tidaklah mudah, hal ini sangat menuntut kesiapan SDM Indonesia
untuk menjalankannya.
2. Laju Pertumbuhan Penduduk
Laju pertumbuhan yang sangat pesat akan berpengaruh tehadap masalah
pemerataan serta mutu dan relevansi pendidikan. Pertumbuhan penduduk ini
akan berdampak pada jumlah peserta didik. Semakin besar jumlah
pertumbuhan penduduk, maka semakin banyak dibutuhkan sekolah-sekolah
unutk menampungnya. Jika daya tampung suatu sekolah tidak memadai, maka
akan banyak peserta didik yang terlantar atau tidak bersekolah. Hal ini akan
menimbulkan masalah pemerataan pendidikan.
Tetapi apabila jumlah dan daya tampung suatu sekolah dipaksakan,
maka akan terjadi ketidakseimbangan antara tenaga pengajar dengan peserta
didik. Jika keadaan ini dipertahankan, maka mutu dan relevansi pebdidikan
tidak akan dapat dicapai dengan baik.
Sebagai negara yang berbentuk kepulauan, Indonesia dihadapkan
kepada masalah penyebaran penduduk yang tidak merata. Tidak heran jika
perencanaan, sarana dan prasarana pendidikan di suatu daerah terpencil tidak
terkoordinir dengan baik. Hal ini diakibatkan karena lemahnya kontrol
pemerintah pusat terhadap daerah tersebut. Keadaan seperti ini adalah
masalah lainnya dalam bidang pendidikan.

9
Keterkaitan antar masalah ini akan berdampak kepada keadaan
pendidikan Indonesia.
3. Permasalahan Pembelajaran
Pelaksanaan kegiatan belajar adalah sesuatu yang sangat penting dalam
dunia pendidikan. Dalam kegiatan belajar formal ada dua subjek yang
berinteraksi, Yaitu pengajar/pendidik (guru/dosen) dan peserta didik (
murid/siswa, dan mahasiswa).
Pada saat sekarang ini, kegiatan pembelajaran yang dilakukan
cenderung pasif, dimana seorang pendidik selalu menempatkan dirinya
sebagai orang yang serba tahu. Hal ini akan menimbulkan kejengahan
terhadap peserta didik. Sehingga pembelajaran yang dilakukan menjadi tidak
menarik dan cenderung membosankan. Kegiatan belajar yang terpusat seperti
ini merupakan masalah yang serius dalam dunia pendidikan.
Guru / dosen yang berpandangan kuno selalu menganggap bahwa
tugasnya hanyalah menyampaikan materi, sedangakan tugas siswa/mahasiswa
adalah mengerti dengan apa yang disampaikannya. Bila peserta didik tidak
mengerti, maka itu adalah urusan mereka. Tindakan seperti ini merupakan
suatu paradigma kuno yang tidak perlu dipertahankan.
Dalam hal penilaian, Pendidik menempatkan dirinya sebagai penguasa
nilai. Pendidik bisa saja menjatuhkan, menaikan, mengurangi dan
mempermainkan nilai perolehan murni seorang peserta didik. Pada satu kasus
di pendidikan tinggi, dimana seorang dosen dapat saja memberikan nilai yang
diinginkannya kepada mahasiswa tertentu, tanpa mengindahkan kemampuan
atau skill yang dimiliki oleh mahasiswa tersebut. Proses penilaian seperti
sungguh sangat tidak relevan.

C. Penanggulangan Masalah Pembelajaran


Penanggulangan masalah pembelajaran ini lebih diarahkan kepada pokok
permasalahan pendidikan di atas.
1. Gaya Belajar
Untuk menanggulangi masalah pembelajaran ini, diperlukan
pelaksanaan kegiatan belajar baru yang lebih menarik. Gaya belajar dapat

10
dilakukan dalam 3 bentuk, dan dilaksanakan pada saat yang bersamaan. Yaitu
belajar secara Somatis, Auditori dan Visual.
a. Somatis
Somatic bersal dari bahasa Yunani, yang berarti tubuh. Jadi belajar
somatis dapat disebut sebagai balajar dengan menggunakan indra peraba,
kinestetis, praktis, dan melibatkan fisik serta menggunakan dan
menggerakkan tubuh sewaktu belajar. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar
pada saat ini otak merupkan organ tubuh yang paling dominan.
Pembelajaran yang dilakukan seperti merupakan kegiatan yang sangat
keliru.
Anak-anak yang bersifat somatis tidak akan mampu untuk duduk
tenang. Mereka harus menggerakkan tubuh mereka untuk membuat otak
dan pikiran mereka tetap hidup. Anak-anak seperti ini disebut sebagai
“Hiperaktif“. Pada sejumlah anak, sifat hiperaktif itu normal dan sehat.
Namun yang dijumpai pada anak-anak hiperaktif adalah penderitaan,
dimana sekolah mereka tidak mampu dan tidak tahu cara memperlakukan
mereka. Aktivitas anak-anak yang hiperaktif cenderung dianggap
mengganggu, tidak mampu belajar dan mengancam ketertiban proses
pembelajaran.
Dalam satu penelitian disebutkan bahwa “jika tubuhmu tidak
bergerak, maka otakmu tidak beranjak“. Jadi menghalangi gaya belajar
anak somatis dengan menggunakan tubuh sama halnya dengan
menghalangi fungsi pikiran sepenuhnya. Mungkin dalam beberapa kasus,
sistem pendidikan dapat membuat cacat belajar anak, dan bukan
menggangu jalannya pembelajaran.
b. Auditori
Pikiran auditori lebih kuat dari yang kita sadari. Telinga terus
menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, dan bahkan tanpa
kita sadari. Begitu juga ketika kita berbicara, area penting dalam otak kita
akan menjadi aktif.
Semua pembelajaran yang memiliki kecenderungan auditori, belajar
dengan menggunakan suara dari dialog, membaca dan menceritakan

11
kepada orang lain. Pada saat sekarang ini, budaya auditori lambat laun
mulai menghilang. Seperti adanya peringatan jangan berisik di
perpustakaan telah menekan proses belajar secara auditori.
c. Visual
Ketajaman visual merupakan hal yang sangat menonjol bagi
sebagian peserta didik. Alasaannya adalah bahwa dalam otak seseorang
lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua
indra yang lain.
Setiap orang yang cenderung menggunakan gaya belajar visual akan
lebih mudah belajar jika mereka melihat apa yang dibicarakan olah guru
atau dosen. Peserta didik yang belajar secara visual akan menjadi lebih
baik jiak dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan,
ikon, gambar, dan gambaran mengenai suatu konsep pembahasan.
Peserta didik yang belajar secara visual ini, akan lebih baik jika
mereka menciptakan peta gagasan, diagram, ikon dan gambar lainnya
dengan kreasi mereka sendiri.
2. Gaya Mengajar
Pelaksanaan pembelajaran sangat ditunjang oleh keahlian pendidik
dalam mengatur suasana kelasnya. Seringkali dalam proses penyampaian
materi, pendidik langsung mengajar apa adanya. Ada pendidik yang tidak mau
memikirkan cara menyampaikan materi pelajaran yang akan dibahasnya.
Menyampaikan materi bukan hanya sekedar berbicara di depan kelas saja,
tetapi suatu cara dan kemampuan untuk membawakan materi pelajaran
menjadi suatu bentuk presentasi yang menarik, menyenangkan, mudah
dipahami dan diingat oleh peserta didik. Dalam hal ini, komunikasi menjadi
lebih penting. Dengan komunikasi seseorang bisa mengerti dengan apa yang
dibicarakan.
Komunikasi yang efektif tidak berarti pasti dan harus dapat menjangkau
100%. Komunikasi yang efektif berarti mengerti dengan tanggung jawab
dalam proses menyampaikan pemikiran, penjelasan, ide, pandangan dan
informasi. Dalam komunikasi pembelajaran, sering dijumpai permasalahan,
yaitu masalah mengerti dan tidak mengerti. Jika peserta didik tidak mengerti

12
dengan apa yang disampaikan pendidik, maka tanggung jawab seorang
pendidiklah untuk membuat mereka menjadi lebih mengerti.
Jika dulu pendidik dipandang sebagai sumber informasi utama, maka
pada saat sekarang ini pandangan seperti itu perlu disingkirkan. Sumber-
sumber informasi pada abad ini telah menimbulkan kelebihan informasi bagi
setiap manusia di muka bumi ini. Informasi yang tersedia jauh lebih banyak
dari yang dibutuhkan. Hal inilah yang menyebabkan peninjauan kembali
terhadap gaya belajar masa kini.
Oleh karena itu peran utama seorang pendidik perlu diperbaharui. Peran
pendidik seharusnya adalah sebagai fasilitator dan katalisator.
Peran guru sebagai fasilitator adalah menfasilitasi proses pembelajaran
yang berlangsung di kelas. Dalam hal ini, peserta didik harus berperan aktif
dan bertanggung jawab terhadap hasil pembelajaran. Karena sebagai
fasilitator, maka posisi peserta didik dan pendidik adalah sama.
Sedangkan peran pendidik sebagai katalisator adalah dimana pendidik
membantu anak-anak didik dalam menemukan kekuatan, talenta dan
kelebihan mereka. Pendidik bergerak sebagai pembimbing yang membantu,
mangarahkan dan mengembangkan aspek kepribadian, karakter emosi, serta
aspek intelektual peserta didik. Pendidik sebagai katalisator juga berarti
mampu menumbuhkan dan mengembangkan rasa cinta terhadap proses
pembelajaran, sehingga tujuan pembelajran yang diinginkan dapat terjadi
secara optimal.
Gaya mengajar seperti ini akan lebih bermanfaat dalam proses
peningkatan mutu, kualitas, efektifitas dan efisiensi pendidikan.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan-kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah sebagai
berikut.
1. Dalam usaha pemerataan pendidikan, diperlukan pengawasan yang serius
oleh pemerintah. Pengawasan tidak hanya dalam bidang anggaran pendidikan,
tetapi juga dalam bidang mutu, sarana dan prasarana pendidikan. Selain itu,
perluasan kesempatan belajar pada jenjang pendidikan tinggi merupakan
kebijaksanaan yang penting dalam usaha pemerataan pendidikan.
2. Pendidikan (dengan Bidang terkait) dalam usaha pengendalian laju
pertumbuhan penduduk sangat diperlukan. Pelaksaaan program ini dapat
ditingkatkan dengan mengakampanyekan program KB dengan sebaik-baiknya
hingga pelosok negeri ini.
3. Pelaksanaan program belajar dan mengajar dengan inovasi baru perlu
diterapkan. Hal ini dilakukan karena cara dan sistem pengajaran lama tidak
dapat diterapkan lagi.
4. Sistem pendidikan Indonesia dapat berjalan dengan lancar jika kerja sama
antara unsur-unsur pendidikan berlangsung secara harmonis. Pengawasan
yang dilakukan pemerintah dan pihak-pihak pendidikan terhadap masalah
anggaran pendidikan akan dapat menekan jumlah korupsi dana di dalam dunia
pendidikan.
5. Peningkatan mutu pendidikan akan dapat terlaksana jika kemampuan dan
profesionalisme pendidik dapat ditingkatkan.

14
B. Saran
Adapun saran-saran dalam makalah permasalahan pendidikan ini adalah
sebagai berikut.
1. Perlu dilakukan perubahan yang lebih mengarah pada kurikulum berbasis
kompetensi, serta lebih adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
Dan teknologi, serta kebutuhan masyarakat pada saat ini.
2. Perlunya ditingkatkan kualitas pendidik dalam usaha Peningkatan mutu
pendidikan. Hal ini dapat dilakukan dengan meggunakan metoda baru dalam
pelaksanaan pembelajaran.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak, Jakarta: Pustaka Amami, 1999.

Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999.

Abu Ahmadi, Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1994.

Mahmud, Tedi Priatna, Pemikiran Pendidikan Bandung: Sahifa, 2005.

http://www.mohammadikhsan19.co.cc/2010/06/nilai-nilai-pendidikan-dalam-
haji.html. luluvikar.files.wordpress.com/2011/05/skripsi-tuti.pdf.
adjhis.wordpress.com/2011/06/menggapai-nilai-edukasi-ibadah-ramadhan.

16

Anda mungkin juga menyukai