Proposal Skripsi Salama Sely

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 41

Salama Sely :FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEGAWATDARURATAN DAN STROKE BERULANG PADA KEJADIAN


STROKE

Pendahuluan : Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat menimbulkan
cacat atau kematian
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan
kegawatdaruratan dan terjadinya stroke berulang pada kejadian stroke.
Metode Penelitian : Penelitian ini dilakukan dengan cara literature review jurnal yang
menggunakan metode deskriptif desain, cross sectional studi, deskriptif korelasi,
deskriptif kuantitatif, deskriptif kualitatif, deskriptif analisis, deskriptif bivariat, dan quasi
experimen
Hasil : Hasil literature review dari 17 jurnal yang membahas tentang yang berhubungan
dengan kegawatdaruratan kejadian stroke didapatkan hasil hipertensi, kadar gula darah
dan keterlambatan penangan pada pasien stroke. Sedangkan diabetes mellitus, obesitas,
merokok, dan kadar kolesterol merupakan faktor resiko yang menyebabkan kejadian
stroke.
Kesimpulan dan Saran :Hipertensi, kadar gula darah dan keterlambatan penanganan
pasien stroke merupakan faktor yang berhubungan dengan kegawatdaruratan dan stroke
berulang pada kejadian stroke. Sedangkan diabetes mellitus, obesitas, merokok dan kadar
kolesterol merupakan faktor resiko yang menyebabkan kejadian stroke.
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan
melakukan pengkajian lebih dalam lagi.

Kata Kunci : Faktor, kegawatdaruratan, Stroke berulang stroke , .


Referensi : 17 Jurnal (2015-2022)
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

stroke adalah kelumpuhan pada satu sisi tubuh atau kelumpuhan pada satu sisi tubuh

yang disertai kesemutan atau baal satu sisi tubuh atau mulut menjadi mencong tanpa

kelumpuhan otot mata atau bicara pelo atau sulit bicara/komunikasi dan atau tidak mengerti

pembicaraan. (Kemenkes, 2019). Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai

dan harus ditangani secara cepat dan tepat karena merupakan penyebab utama kecacatan pada

orang dewasa dan menimbulkan dampak yang besar bagi sosial ekonomi, karena biaya

pengobatan yang relatif besar (Creamona, 2017 ).

Prevalensi stroke di Amerika Serikat setiap tahun sekitar 700.000 orang, dan stroke

mengakibatkan hampir 150.000 kematian. Prevalensi stroke di Amerika Serikat tercatat

hampir setiap 45 detik terjadi kasus stroke, dan setiap 4 detik terjadi kematian akibat stroke.

Penderita stroke di Amerika Serikat berusia antara 55-64 tahun sebanyak 11% mengalami

infark serebral silent, prevalensinya meningkat sampai 40% pada usia 80 tahun dan 43% pada

usia 85 tahun (Hanum, 2017).

Menurut World Health Organization(WHO) Stroke merupakan penyakit dengan

angka kematian tertinggi kedua di dunia pada tahun 2019. Stroke menjadi penyebab sekitar

11% dari total kematian atau sekitar 6 juta kasus dari 55,4 juta kematian di seluruh dunia

(WHO, 2020). Berdasarkan data WHO (2010) setiap tahunnya terdapat 15 juta orang di

seluruh dunia menderita stroke. Di antaranya ditemukan jumlah kematian sebanyak 5 juta

orang dan 5 juta orang lainya mengalami kecacatan yang permanen.

Kasus stroke terbesar yang teridentifikasi berada pada kategori usia 75 tahun ke atas

50,2‰ dan terkecil pada kategori usia 15-24 tahun yakni 0,6‰.3–5 Menurut Institute for

Health Metrics and Evaluation, dari tahun 2009-2019 stroke masih menjadi penyebab

kematian nomor satu di Indonesia dengan peningkatan sebesar 25,9%.

Penyakit stroke telah menjadi masalah kesehatan yang menjadi penyebab utama
kecacatan pada usia muda dan merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak di

dunia.Diperkirakan, insiden stroke di Amerika Serikat lebih dari 700.000 tiap tahun dan

meninggal lebih dari 160.000 tiap tahunnya (Nasution, 2007).

Kejadian kasus stroke 100 sampai 300 oramg per 100.000 penduduk pertahun. Stroke

merupakan penyebab kematian nomor satu di Indonesia dan pada tahun 2030 diperkirakan

akan terus meningka mencapai 23,3 juta kematian. Berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan,

prevalenasi stroke mengalami peningkatan dari 7% pada Riset Kesehatan Dasar tahun 2013

menjadi 10,9% pada Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 (Riskesdas, 2018).

Menurut RISKESDAS 2018 Di Maluku pasien stroke untuk laki-laki 11,4 % dan

untuk perempuan 6,6 % dengan berjumlah keseluruhan 0.9 % dari jumlah 11.991 jiwa dan

yang tidak rutin melakukan pemeriksaan stroke ulang sebanyak 38,71 % dari 113 jiwa.

Berdasarkan data menunjukkan bahwa insiden stroke di Maluku masih cukup tinggi.

Jumlah pasien stroke yang dirawat di Unit Perawatan Stroke RSUD dr M. Haulussy pada

tahun pada ruang neurologi dari bulan januari – desember 2022 terdapat 77 pasien stroke di

yang di rawat.Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh

gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat menimbulkan cacat

atau kematian (Munir, 2015).

Stroke adalah serangan mendadak dari defisit neurologis fokal akibat vaskular yang

berlangsung selama lebih dari 24 jam. Stroke diklasifikasikan menjadi iskemik (disebabkan

oleh trombosis atau emboli) dan hemoragik (terutama disebabkan oleh pecahnya pembuluh

darah atau aneurisma) (WHO, 2012).

Lingga (2013) membagi faktor risiko stroke menjadi dua, yaitu faktor yang tidak

terkendali, seperti genetic, cacat bawaan, usia gender, riwayat penyakit dalam keluarga dan

faktor yang dapat dikendalikan seperti hipertensi, hyperlipidemia, hiperryrisemia, penyakit

jantung, obesitas, merokok, konsumsi alcohol, kurang aktivitas fisik, stress, konsumsi obat-

obatan dan kontrasepsi berbasis hormone. Belum ada satupun obat yang paling efektif untuk

menyembuhkan stroke, sehingga jalan satu-satunya adalah menghindari diri dari serangan

stroke dengan cara mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit stroke.
Adapun faktor kegawatdaruratan penyebab stroke yaitu hipertensi, kadar gula darah

dan keterlambatan penanganan pada pasien. Stroke tergolong penyakit gawatdaruratan

dengan serangan akut yang membutuhkan pertolongan cepat. Stroke dapat menimbulkan

akibat yang bervariasi pada pasien seperti kecacatan sementara maupun permanen hingga

terjadinya kematian mendadak. Dampak stroke jika tidak ditangani lebih cepat yaitu

terjadinya kerusakan neurologis seperti kelumpuhan, tonus otot lemah, hilangnya sensasi rasa,

gangguan lapang pandang, kesulitan bicara, gangguan persepsi dan tidak mengenal orang

(vidoni dan Boyd dalam Sakti Oktaria Batubara et al, 2015).

Hasil penelitian Indah Maulidiyah et al (2015) menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara hipertensi (p value = 0,001; OR = 4,833) dan merokok (p

value = 0,032; OR = 2,883) dengan kejadian stroke Iskemik pada pasien rawat inap RSUD

Soedarso Pontianak. Disarankan kepada responden agar mengurangi kebiasaan merokok serta

mengendalikan tekanan darah agar dapat mengendalikan resiko terjadinya stroke. Kejadian

stroke Iskemik di RSUD Kota Padangsidimpuan menurut Henny Arwina Bangun (2017)

menunjukkan ada hubungan hipertensi dengan kejadian stroke Iskemik sebanyak 44 orang

(62,85%).

Beberapa peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian mengenai faktor yang

berhubungan dengan kegawatdaruratan kejadian stroke, oleh karena itu peneliti ingin

merangkum literature yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor yang berhubungan

dengan kegawatdaruratan dan berulang pada kejadian stroke.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan rangkuman literatur
review “Faktor apakah yang berhubungan dengan kegawatdaruratan dan stroke berulang pada
kejadian stroke“
C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari literature review diketahui faktor yang berhubungan

dengan kegawatdaruratan dan stroke berulang pada kejadian stroke.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya faktor resiko yang menyebabkan kejadian stroke.


1) Diketahuinya faktor resiko diabetes mellitus yang menyebabkan

kejadian stroke.

2) Diketahuinya faktor resiko obesitas yang menyebabkan kejadian

stroke.
6

3) Diketahuinya faktor resiko kolesterol yang menyebabkan kejadian

stroke.

4) Diketahuinya faktor merokok yang menyebabkan kejadian stroke.

b. Diketahuinya faktor yang menyebabkan kegawatdaruratan dan

stroke berulang pada kejadian stroke.

1) Diketahuinya faktor hipertensi yang menyebabkan

kegawatdaruratan dan stroke berulang pada kejadian stroke.

2) Diketahuinya faktor kadar gula darah yang menyebabkan

kegawatdaruratan dan stroke berulang pada kejadian stroke.

3) Diketahuinya faktor keterlambatan penanganan pasien yang

menyebabkan kegawatdaruratan dan stroke berulang kejadian

stroke.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah

tentang faktor yang berhubungan dengan pada kejadian stroke Manfaat

praktis

a. Bagi Profesi Keperawatan

Sebagai bahan masukan bagi tenaga keperawatan khususnya yang

bekerja di instansi pelayanan untuk meningkatkan pengetahuan

perawat tentang stroke.

b. Bagi Institusi Pendidikan


7

Diharapakan dapat bermanfaat sehingga bisa menambah kepustakaan

mengenai faktor yang berhubunagn dengan kegawatdaruratan dan

stroke berulang kejadian stroke.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan referensi tambahan pemikiran dalam perkembangan

pengetahuan sehingga dapat mengembangkan penelitian tentang faktor

yang berhubungan dengan kegawatdaruratan kejadian stroke.


BAB II
KONSEP TEORI

Pada bab ini disajikan pemaparan hasil penelitian setelah dilakukan terlebih dahulu analisis

data. Pemaparan hasil penelitian tersebut disajikan untuk mengetahui faktor yang berhubungan

dengan kegawatdaruratan kejadian stroke.Stroke merupakan penyakit neurologik yeng terjadi

karena gangguan suplai darah menuju suatu bagian otak. Angka kejadian stroke meningkat

seiring dengan bertambahnya usia, semakin tinggi usia seseorang semakin tinggi kemungkinan

terjadi stroke. Menurut penyebabnya stroke dibagi dua yaitu stroke hemoragik akibat pecahnya

pembuluh darah otak dan stroke iskemik (stroke non hemoragik) akibat adanya trombus atau

embolus pada pembuluh darah otak.Banyak faktor yang menyebabkan stroke, yang terdiri dari

faktor yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah.

A. Faktor resiko yang menyebabkan kejadian stroke

1) Faktor resiko diabetes mellitus yang menyebabkan kejadian stroke.

Dalam penyusunan literature review ini terdapat sembilan jurnal yang akan

digunakan dan ditemukan sebanyak tiga jurnal yang membahas terkait faktor yang

berhubungan dengan kegawatdaruratan kejadian stroke. Berdasarkan jurnal yang di

review (Giri Udani, 2015) mengatakan bahwa, Hasil penelitian didapatkan bahwa ada

38 klien (76%) mengalami diabetes melitus yang menderita stroke dan ada hubungan

antara faktor resiko diabetes melitus dengan kejadian menderita stroke, hal ini

menunjukkan bahwa diabetes mellitus kecenderungan dua kali lipat mengakibatkan


berbagai penyakit pembuluh darah, akan tetapi hanya sebagian kecil efek diabetes

mellitus dikarenakan oleh lemak darah, tekanan darah dan obesitas. Temuan ini

menunjukkan bahwa diabetes mellitus dapat mengakibatkan efek yang cukup

berbahaya. Selain penderita diabetes lebih tinggi resikonya kena serangan jantung atau

stroke dibandingkan dengan mereka yang memiliki kadar gula darah stabil.

Hal ini sejalan dengan penelitian (Khairatunnisa & Dian Maya Sari, 2017)

mengatakan bahwa, proporsi pasien yang menderita DM pada kelompok kasus adalah

sebesar 73,3%, sedangkan kelompok kontrol sebesar 40,0%. Sementara itu proporsi

pasien yang tidak DM pada kelompok kasus sebesar 26,7%, sedangkan kelompok

kontrol sebesar 60,0%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

antara faktor DM terhadap kejadian stroke dengan nilai OR sebesar 4,12 (95% CI:

1,69 – 10,04). Hal ini berarti bahwa pasien yang menderita stroke memiliki risiko 4,12

kali dengan DM dibandingkan dengan yang tidak menderita stroke.

Namun, kedua penelitian diatas tidak sejalan dengan penelitian (Wayunah &

Muhammad Saefulloh, 2016) yang mengatakan bahwa, hasil penelitian diketahui

responden yang menderita diabetes mellitus sebanyak 28 responden (27,2 %). Dari

hasil tersebut sebanyak 64,3 % mengalami stroke CVDSNH. Namun dari hasil analisa

lanjut ditemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara riwayat diabetes mellitus

dengan kejadian stroke CVD-SH dan stroke CVD-SNH (P value 0,512, 95 % CI).

Dari hasil analisa OR diketahui bahwa responden yang menderita diabetes mellitus

memiliki risiko 1,5 kali terjadi stroke CVD-SH daripada stroke CVD-SNH

dibandingkan yang tidak memiliki riwayat diabetes mellitus.

Dari data diatas maka peneliti berasumsi bahwa, diabetes mellitus berpengaruh

dan merupakan faktor risiko stroke iskemik. Hal tersebut terjadi karena diabetes akan

meningkatkan risiko untuk terjadinya hipertensi. Diketahui bahwa diabetes mellitus

dimana peningkatan insulin dalam darah meningkatkan penyerapan jumlah natrium

didalam tubuh. Penyerapan natrium kan meningkatkan kadar kalium falam dalam
darah dan akan menyebabkan terstimulasikan system saraf simpatik. Hal ini diduga

menyebabkan perubahan struktur dalam darah yang mempengaruhifungsi jantung dan

tekanan darah.Masalah vaskuler yang timbul dikarenakan diabetes dan diperparah

dengan hipertensi, pola makan yang tidak baik serta kurangnya aktivitas fisik.

Sehingga diabetes adalah kondisi dimana secara tidak langsung akan mempengaruhi

untuk terjadinya hipertensi.

2) Faktor resiko obesistas yang menyebabkan kejadian stroke.

Dalam penyusunan literature review ini terdapat sembilan jurnal yang akan

digunakan dan ditemukan sebanyak tiga jurnal yang membahas terkait faktor yang

berhubungan dengan kegawatdaruratan kejadian stroke. Berdasarkan jurnal yang di

review (Khairatunnisa & Dian Maya Sari, 2017) mengatakan bahwa, proporsi

pasien yang obesitas pada kelompok kasus sebesar 40,0%, sedangkan pada

kelompok kontrol sebesar 20,0%.

Sementara itu, proporsi pasien yang tidak obesitas pada kelompok kasus

sebesar 60,0%, sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 80,0%. Hasil uji statistik

menunjukkan tidak terdapat pengaruh antara obesitas terhadap kejadian stroke (p =

0,066). Penelitian Onwuchekwa, et. al. (2013) juga menunjukkan hasil yang sama.

Penelitian yang dilakukan pada penduduk pedesaan di wilayah selatan Nigeria ini

mendapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara obesitas dengan kejadian

stroke.

Hal ini sejalan dengan penelitian (Wayunah & Muhammad Saefulloh, 2016)

yang mengatakan bahwa, hasil penelitian, dimana ditemukan hasil tidak ada

hubungan antara obesitas dengan kejadian stroke CVD-SH dan stroke CVD-SNH

(p value 0,307, 95 % CI). Hasil ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nurfaida, Munawir dan Suarnianti (2013) yang menyimpulkan tidak ada hubungan

antara obesitas dengan kejadian Non Hemoragic Stroke (NHS) di Rumah Sakit

Tingkat II Pelamonia Makasar (p = 0,419, α = 0,05). Menurutnya asil penelitian ini

juga didukung oleh penelitian Sahruni (2012) yang mengemukakan bahwa obesitas
tidak menunjukkan hubungan yang positif dengan kejadian stroke.Hubungan

langsung obesitas dengan stroke memang belum jelas. Namun obesitas biasanya

berhubungan dengan pola makan, DM tipe 2, peningkatan kadar kolesterol dan

peningkatan tekanan darah yang memicu terjadinya proses aterosklerosis.

Terutama yang mengalami central obesitas (obesitas perut).

Dari hasil diatas maka peneliti berasumsi bahwa, obesitas tidak termasuk

faktor penyeybab stroke dikarenakan masih adanya faktor lain yang mempengaruhi

serta banyaknya cara untuk mengatasi kelebihan berat badan yang dilakukan

masyarakat saat ini misalnya dengan diet rendah lemak serta olahraga maupun

meningkatkan aktivitas fisik lainnya. Ditambah lagi semakin maraknya suplemen

ataupun obat yang bisa membantu menurunkan berat badan.

3) Faktor resiko kolesterol yang menyebabkan kejadian stroke.

Dalam penyusunan literature review ini terdapat sembilan jurnal yang akan

digunakan dan ditemukan sebanyak tiga jurnal yang membahas terkait faktor yang

berhubungan dengan kegawatdaruratan kejadian stroke. Berdasarkan jurnal yang di

review (Giri Udani, 2015) yang mengatakan bahwa, hasil penelitian didapatkan

bahwa ada 46 klien (73%) memiliki hiperkolesterolemia yang menderita stroke dan

ada hubungan antara faktor resiko hiperkolesterolemia dengan kejadian menderita

stroke, hal ini berarti sesuai dengan teori-teori yang menyatakan bahwa

kecenderungan hiperkolesterolemia dapat mengalami gangguan pembuluh darah.

Kolesterol yang tinggi memicu aterosklerosis, penyempitan, atau pengerasan arteri

yang dapat menyebabkan penyakit jantung, stroke, dan masalah kesehatan mayor

lainnya.Bila kolesterol itu terus menumpuk dan membentuk plak-plak di dalam

saluran darah, maka transportasi darah di tubuh pun terhambat dan dapat

mengganggu kerja tubuh secara keseluruhan.


Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian (Wayunah & Muhammad

Saefulloh) yang mengatakan bahwa, tidak ada hubungan antara kadar kolesterol darah

dengan kejadian stroke CVD-SH maupun CVD-SNH (p = 0,051, α = 0,05), dan risiko

stroke pada responden yang memiliki kadar kolesterol darah yang tinggi berisiko 2,7

kali terjadi stroke CVD-SH daripada CVD-SNH (OR = 2,724; 95% CI 1,096 – 6,771).

Kadar kolesterol total dan Low Density Lipoprotein (LDL) yang meningkat berkaitan

erat dengan terjadinya aterosklerosis. Kolesterol LDL yang tinggi merupakan risiko

terjadinya stroke iskemik. Dan kadar kolesterol LDL yang lebih dari 150 mg/dL

meningkatkan risiko terjadinya sumbatan pembuluh darah otak.

Dari hasil penelitian diatas maka penenliti berasumsi bahwa, ada hubungan

antara kolesterol dengan kejadian stroke.Diketahui tingginya jumlah kolesterol dapat

menyebabkan penumpukan plak diarteri sehingga menyulitkan darah untuk mencapai

jantung.Sehingga menyebabkan nyeri dada. Jika suplai darah benar-benar diblokir

akan mengalami serangan jantung.

4) Faktor resiko merokok yang menyebabkan kejadian stroke.

Dalam penyusunan literature review ini terdapat sembilan jurnal yang akan

digunakan dan ditemukan sebanyak empat jurnal yang membahas terkait faktor yang

berhubungan dengan kegawatdaruratan kejadian stroke. Berdasarkan jurnal yang di

review (Wayunah & Muhammad Saefulloh, 2016) yang mengatakan bahwa, hasil

penelitian ditemukan sebanyak 49 responden ( 47,6 %) yang merokok, ditemukan

sebanyak 35 (71,4 %) mengalami stroke CVD-SNH. Hasil analisa diketahui p = 1,000

(α = 0,05), maka dapat disimpulkan riwayat perilaku merokok tidak berhubungan

dengan terjadinya stroke CVD-SH maupun stroke CVD-SNH. Orang yang merokok

berisiko 1,05 kali terjadi stroke CVD-SH daripada stroke CVD- SNH (OR = 0,053, 95

% CI 0,449 – 2,467).

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian (Indah Maulidiyah et al., 2015)
yang mengatakan bahwa, Berdasarkan uji statistik Chi Square di peroleh nilai p

value = 0,032 lebih kecil dari α=0,05 sehingga dinyatakan ada hubungan antara

kebiasaan merokok dengan kejadian stroke iskemik. Penelitian yang telah dilakukan

dan hasil penelitian sebelumnya yang mendukung yakni terdapat hubungan yang

signifikan antara kebiasaan merokok dengan kejadian stroke iskemik .Merokok

merupakan kebiasaan dan sudah menjadi bagian kehidupan masyarakat. Rokok

mengandung unsur-unsur seperti tar, nikotin, benzopyrin, metal-kloride, aseton,

ammonia, dan karbomonoksida.

Dari hasil penelitian diatas maka peneliti berasumsi bahwa, penyebab terjadinya

stroke dikarenakan rokok mengandung 4000 jenis bahan kimia yang diantaranya

bersifat karsinogenik atau yang mempengaruhi system vaskuler.Merokok juga

meningkatkan terjadinya thrombus, karena terjadi arterosklerosis.Sehingga dari sekian

banyak bahan kimia tersebut, dua diantaranya sangat berbahaya yaiyu nikoti dan juga

karbon monoksida, dimana nikotin merupakan zat kimia yang sifat adiktif dan

memengaruhi saraf serta peredaran darah dan zat karbon monoksida yang ada

didalam rokok juga dapat mengurangi pasokan oksigen yang dibawa ke aliran

darah.Maka dari itu rokok merupakan salah satu faktor penyebab stroke.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian (Indah permata sari, 2015) bahwa

p: 0,014 atau nilai p < 0,05 Ha diterima yang berarti ada hubungan riwayat stroke

dalam keluarga dengan stroke berulang. Nilai p: 0,021 atau nilai p < 0,05 Ha diterima

yang berarti ada hubungan hipertensi dengan stroke berulang. Nilai p: 0,021 atau nilai

p < 0,05 Ha diterima yang berarti ada hubungan merokok dengan stroke berulang..

Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan

terjadinya stroke berulang pada penderita pasca stroke yaitu riwayat stroke dalam,

merokok.

B. Faktor yang menyebabkan kegawatdaruratan dan stroke berulang pada kejadian stroke

1) Faktor hipertensi yang menyebabkan kegawatdaruratan dan stroke

berulang pada kejadian stroke.


Dalam penyusunan literature review ini terdapat tujuh belas jurnal yang akan

digunakan dan ditemukan sebanyak sembilann jurnal yang membahas terkait

faktor hipertensi berhubungan dengan kegawatdaruratan dan stroke berulang

kejadian stroke. Berdasarkan jurnal yang di review (Ade Yonata & Arif Satria

Putra Pratama, 2016) Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala khas, apabila

hipertensi tidak dikontrol dan ditangani dengan tepat maka akan menimbulkan

berbagai komplikasi yang dapat mengancam kehidupan penderitanya, salah satu

diantaranya ialah stroke. Stroke didefinisikan sebagai suatu gangguan disfungsi

neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah, dan terjadi

secara mendadak dengan gejala-gejala dan tanda-tanda yang sesuai dengan daerah

fokal otak yang terganggu.Pada hipertensi terjadi beberapa gangguan fisiologis

yang dapat memicu terjadinya komplikasi berupa stroke.Gangguan yang terjadi

yaitu perubahan struktur pembuluh darah serebral, perubahan aliran darah serebral,

stres oksidatif, peradangan, dan disfungsi barorefleks arteri. Tekanan darah yang

tinggi dapat memacu kronis dan tidak terkendali akan memacu kekauan pada

dinding pembuluh darah kecil yang dikenal dengan mikroangiopati. Dan dapat

juga memacu timbulnya timbunan plak pada pembuluh darah besar. Timbunan

plak akan menyempitkan lumen atau diameter pembuluh darah. Plak yang tidak

stabil akan mudah rupture atau pecah dan terlepas. Plak yang terlepas akan

meningkatkan resiko tersumbatnya pembuluh darah yang lebih kecil. Hubungan

tekanan darah dengan stroke iskemik dapat dilihat dari tekanan darah yang tinggi

pada hipertensi akan memicu pecahnya pembuluh darah otak. Pada gilirannya

jaringan otak akan rusak dan timbul gejala – gejala stroke. Semakin tinggi tekanan

darah, semakin besar tekanan yang diderita oleh dinding pembuluh 20 darah.Jika

tekanan darah semakin tinggi, maka pembuluh darah dapat pecah terutama

pembuluh darah kecil yang berdinding lebih tipis (Henny Arwina Bangun, 2017).

Dalam penelitian (martono , 2022) mengatakan bahwa, faktor jenis stroke

memiliki signifikansi sebesar 0.000 dengan koefisien korelasi 0.419, komorbid


memiliki signifikansi sebesar 0.750 dengan koefisien korelasi 0.036, skor GCS

memiliki signifikansi sebesar 0.049 dengan koefisien korelasi 0.221, skor NIHSS

memiliki signifikansi sebesar 0,013 dengan koefisien korelasi 0.276,

penatalaksanaan memiliki signifikansi sebesar 0,214 dengan koefisien korelasi

0.140, komplikasi memiliki signifikansi sebesar 0,029 dengan koefisien korelasi

0.244, dan gejala sisa memiliki signifikansi 0.171 dengan koefisien korelasi 0.154.

Terdapat hubungan antara masing-masing jenis stroke, skor GCS, skor NIHSS,

dan komplikasi dengan lama rawat inap pada pasien stroke di RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo. Sedangkan faktor komorbid, penatalaksanaan, dan gejala sisa tidak

ditemukan hubungan dengan lama rawat inap pada pasien stroke di RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo.

Dari data diatas maka peneliti berasumsi bahwa, hipertensi sebagai faktor

kegawatdaruratan yang dapat memicu terjadinya stroke sehingga menyebabkan

stroke yang berulang. Karena pada kasus hipertensi mengalami kerusakan endotel

pembuluh darah dan meningkatakan permeabilitas dinding pembuluh darah.

Akibatnya dapat terjadi gangguan aliran darah tubuh dimana diameter pembuluh

darah pada nantinya akan mengecil sehingga darah yang mengalir ke otak pun

akan berkurang. Dengan pengurangan aliran darah otak (ADO) maka otak akan

kekurangan suplai oksigen. Karena suplai berkurang secara terus menerus, maka

jaringan otak lama-lama akan mengalami kematian.

2) Faktor kadar gula darah yang menyebabkan kegawatdaruratan dan stroke berulang

pada kejadian stroke.

Dalam penyusunan literature review ini terdapat 17 jurnal yang akan

digunakan dan ditemukan sebanyak dua jurnal yang membahas terkait faktor kadar

gula darah sewaktu berhubungan dengan kegawatdaruratan kejadian stroke.

Berdasarkan jurnal yang direview (Romadhani Tri Purnomo et al, 2017),

mengatakan bahwa terdapat 66 (84,6,0%) responden dengan hiperglikemia

mengalami stroke akut Hemoragik. Berdasrkan uji chi square didapatkan nilai p
value 0,000 berarti <0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan

yang bermakna antara kadar gula darah sewaktu dengan kejadian stroke akut pada

pasien stroke yang dibawa ke Instalasi Gawat Darurat RSI Klaten. Hiperglikemia

menyebabkan stroke melalui kemampuannya menebalkan pembuluh darah otak

yang berukuran besar. Penebalan tersebut akan mengakibatkan diameter pembuluh

darah mengecil yang akhirnya menyebabkan gangguan aliran darah ke otak yang

berujung pada kematian sel-sel otak (Permatasari, 2011). Selain itu hiperglikemi

kronis akan menimbulkan glikolisasi protein-protein dalam tubuh. Bila hal ini

berlangsung hingga berminggu-minggu, akan terjadi advance glycosylate end

products (AGES) yang toksik untuk semua protein. AGE protein yang terjadi

diantaranya terdapat pada receptor macrofag dan reseptor endotel. Age reseptor di

makrofag akan meningkatkan produksi tumor necrosis factors (TNF), Interleukine-

I (ILI), insulin like growth factors-I (IGF-I). Produk ini akan memudahkan

proliperasi sel dan matriks pembuluh darah. AGE reseptor yang terjadi di endotel

akan meningkatkan produksi faktor jaringan endotel-I yang dapat menyebabkan

konstriksi pembuluh darah dan kerusakan darah (Iskandar, 2011).

Dari hasil penelitian diatas maka peneliti berasumsi bahwa, kadar gula darah

merupakan faktor kegawatdaruratan yang dapat menyebabkan stroke hal ini

disebabkan karena kadar gula darah yang tinggi dapat membentuk aterosklerosis.

Aterosklerosis merupakan suatu kondisi yang dimana terbentuknya lapisan-lapisan

lemak atau sumbatan kolesterol dalam pembuluh darah. Sumbatan atau lapisan

lemak yang berada disepanjang pembuluh darah akan menyebabkan terjadinya

penyempitan atau lebih parah penyumbatan pada pembuluh darah.

3) Faktor keterlambatan penanganan pasien yang menyebabkan kegawatdaruratan

pada kejadian stroke.

Dalam penyusunan literature review ini terdapat sembilan jurnal yang akan

digunakan dan ditemukan sebanyak satu jurnal yang membahas terkait faktor

keterlambatan penanganan pasien stroke berhubungan dengan kegawatdaruratan


kejadian stroke. Berdasarkan junral yang direview (Derrel V Barahama et al,

2019), Stroke merupakan masalah kesehatan global.Memastikan kedatangan

pasien ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis secara tepat waktu

merupakan hal yang vital pada suatu kejadian stroke.Keterlambatan kedatangan

pada pasien stroke sebelum tiba di rumah sakit merupakan alasan utama terjadinya

keterlambatan penanganan medis pada kasus stroke. Kedatangan pasien stroke

yang lebih awal ke rumah sakit memberikan kesempatan pada pasien untuk

mendapatkan penanganan medis yang cepat dan tepat, yang berhubungan dengan

keberhasilan terapi dan perbaikan luaran klinis pasien, sedangkan luaran klinis

akan mengalami perburukan pada pasien stroke yang tidak mendapatkan

penanganan medis secara cepat dan tepat (Seremwe F, et al., 2017).

Stroke merupakan masalah kesehatan global. Menurut data WHO tahun 2016
stroke merupakan penyebab kematian dan disabilitas nomor dua di dunia.3 Stroke
menempati posisi kedua setelah penyakit jantung sebagai penyakit penyebab
kematian di Indonesia.3 Menurut hasil laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
2013, prevalensi stroke berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (nakes) tertinggi
di Sulawesi Utara (10,8 %).
Dari hasil penelitian diatas maka peneliti berasumsi bahwa target penanganan

stroke adalah penyelamatkan sebanyak mungkin area di otak yang secara anatomi

atau bentuk masih baik namun fungsinya masih terganggu atau daerah sekitar sel-

sel pada titik serangan stroke (daerah penumbra). Seiring waktu daerah penumbra

ini bisa jatuh ke kondisi infark dimana baik bentuk dan fungsinya sudah

terganggu.Infark disebabkan karena sumbatan pembuluh darah besar dapat diikuti

dengan bengkak yang luas pada jaringan otak dan meningkatkan risiko

perdarahan.Semakin cepat dibawa ke RS untk mendapatkan penanganan,

diharapkan semakin baik.

Adapun faktor yang paling mempengaruhi kegawatdaruratan kejadian stroke

adalah faktor hipertesi.Dimana 7 jurnal diantaranya terdapat 95% faktor hipertensi

yang berhubungan secara signifikan dengan kejadian stroke.Stroke didefinisikan

sebagai suatu gangguan disfungsi neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan
peredaran darah dan terjadi secara mendadak dengan gejala dan tanda yang sesuai

dengan daerah focal otak yang terganggu. Tekanan darah yang tinggi dapat

memacu kronis dan tidak terkendali akan memacu kekakuan pada dinding

pembuluh darah kecil yang dikenal dengan mikroanginopati, dan dapat juga

memacu timbulnya timbunan plak pada pembuluh darah besar (Henny Arwina

Bangun, 2017).

Selain hipertensi, kadar gula darah juga merupakan faktor kegawatdaruratan

pada kejadian stroke. Dimana berdasarkan jurnal yang direview menurut

Romadhani Tri Purnomo et al, 2017, mengatakan bahwa terdapat 66 (84,60%)

responden dengan hiperglikemia yang mengalami stroke akut. Hiperglikemia

menyebabkan stroke yang besar melalui kemampuannya menebalkan pembuluh

darah otak yang berkuran besar. Penebalan tersebut akan mengakibatkan diameter

pembuluh darah mengecil yang akhirnya menyebabkan gangguan aliran darah ke

otak yang berujung pada kematian sel-sel otak (Permatasari, 2011).

Membahas mengenai faktor hipertensi dan kadar gula darah, keterlambatan

penanganan pada pasien stoke juga mempengaruhi kegawatdaruratan pada

kejadian stroke. Dimana kedatangan pasien stroke yang lebih awal ke rumah sakit

memberikan kesempatan pada pasien untuk mendapatkan penanganan medis yang

cepat dan tepat, berhubungan dengan keberhasilan terapi dan perbaikan luaran

klinis pasien. Luaran klinis pasien akan mengalami perburukan pada pasien stroke

yang tidak mendapatkan penanganan medis secara cepat dan tepat (Seremwe F, et

al., 2017).
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pencarian Literatur

1. Kata kunci (Keywords)

Rangkuman artikel secara menyeluruh dalam bentuk literature

reviewmengenai faktor yang berhubungan dengan kegawatdaruratan

kejadian stroke. Hasil dari rangkuman literature review ini dilakukan

secara manualscrenningdengan mengacu pada kriteria inklusi dan eksklusi

dalam menentukan penyelesaian artikel yang telah ditemukan dan

disesuaikan dengan tujuan dari penyusunan literatir review.

Table 2.1 kata kunci Literatur Review


Factor Stroke Kegawatdaruratan
Factor Stroke kegawatdaruratan
OR OR OR
Faktor Serangan otak Darurat
OR
Emergency

2. Database pencarian (Journal Database)

Literature review merupakan rangkuman menyeluruh terkait beberapa studi

penelitian yang ditentukan berdasarkan tema tertentu. Pencarian literature dilakukan

pada bulan Desember 2020.Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti terdahulu.Sumber data sekunder yang didapat berupa artikel jurnal

bereputasi baik nasional maupun internasional dengan tema yang sudah ditentukan.

Pencarian

artikel dalam literature review ini menggunakan beberapa databasedengan

kriteria kualitas tinggi hingga rendah yaitu Google Scholar, Pubmed.

3. Strategi pencarian (Boolean System)


Strategi pencarian artikel atau jurnal menggunakan booleanoperator

(AND or NOT) yang digunakan untuk menspesifikan pencarian, sehingga

mempermudah dalam penentuan artikel atau jurnal yang ingin digunakan.

Adapun proses penjaringan atau strategi pencarian yang digunakan dalam

penyusunan literature review terdiri sebagai berikut:

Gambar 2.1 Proses Penjaringan Kata Kunci Yang Digunakan

Google Scholar

Stroke AND Kegawatdaruratan Stroke

Pubmed
Stroke AND Stroke Emergency

Reseach gate
Stroke AND Stroke Emergency

B. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Strategi yang digunakan untuk mencari artikel menggunakan PICOS

framework (Schardt et al., 2007) yang terdiri dari:

1. Population/problem yaitu populasi atau masalah yang akan dianalisis

sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam literature review.


2. Intervention yaitu suatu tindakan penatalaksanaan terdapat kasus

perorangan atau masyarakat serta pemaparan tentang penatalaksanaan

studi sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam literature review.

3. Compration yaitu intervensi atau penatalaksanaan lain yang digunakan

sebagai pembanding, jika tidak ada bisa menggubakan kelompok control

dalam studi yang terpilih.

4. Outcamey aitu hasil atau iuran yang diperoleh pada studi terdahulu yang

sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam literature review.

5. Study design yaitu desain penelitian yang digunakan dalam penyusunan

literature review.

Tabel 2.2 Format PICOS dalam Literatur Review


Kriteria Inklusi Ekslusi
Population/Problem Pasien kegawatdarauratan Selain pasien stroke
dengan kejadian stroke
Intervention Intervensi terkait faktor Tidak terkait dengan faktor
yang berhubungan yang berhubungan dengan
dengan kegawatdaruratan kegawatdaruratan dan
dan stroke berulang stroke berulang kejadian
kejadian stroke Stroke
Comparator Tidak ada pembanding -
Outcome faktor yang berhubungan Tidak terkait dengan faktor
dengan kegawatdaruratan yang berhubungan dengan
dan stroke berulang kegawatdaruratan kejadian
kejadian stroke stroke dan stroke berulang

Study desain and Descritiptive desain,


type publication cross sectional studi, -
deskriptif korelasi,
deskriptif kuantitatif
Publication years Tahun 2015 sampai 2020 Sebelum tahun 2015
Language Bahasa Indonesia dan Bahasa selain Bahasa
Inggris Indonesi dan Inggris
(Schardt et al, 2007)

C. Proses Seleksi Literatur

1. Hasil pencarian literature


Berdasarkan hasil pencarian literature melalui publikasi pada tiga

database dengan menggunakan kata kunci yang sudah disesuaikan,

kemudian peneliti mendapatkan 250 artikel yang sesuai dengan kata kunci

tersebut. Hasil pencarian yang sudah didapatkan kemudian diperiksa

duplikasi, ditemukan terdapat 17 jurnal yang sama sehingga dikeluarkan

dan terisa 146 jurnal. Peneliti kemudian melakukan skrining berdasarkan

judul dan abstrak (n=137) serta full text(n=17) yang disesuaikan dengan

tema literature review. Assessment yang dilakukan berdasarkan kelayakan

terhadap kriteria inklusi dan ekslusi didapatkan sebanyak 17 jurnal yang

bisa dipergunakan dalam literature review.

Hasil seleksi artikel studi dapat digambarkan dalam Diagram Flow

di bawah ini.

Gambar 2.2 Diagram Flow Literature Review PRISMA (2009)


Identifikasi jurnal berdasarkan
Identifikasi jurnal berdasarkan
DatabasePubmed(n=1)
Google Scholar (n=159)

Jumlah jurnal yang diperoleh (n=160)

Jumlah jurnal setelah duplikasi


dihapus (n=146)
Jumlah yang diseleksi (n=137) Jumlah yang dikeluarkan
(n=128)

Jurnal lengkap dinilai kelayakannya Jumlah lengkap dikeluarkan


(n=9)
dengan alasan tertentu
(n=0)

Studi termasuk dalam


kualitatif/kuantitatif (n=9)

Artikel jurnal yang digunakan (n=9)

2. Daftar artikel yang memenuhi kriteria

a. Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian stroke pada pasien di

RSU H. Sahudin Kutacane Kabupaten Aceh Tenggara (2017).

b. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stroke iskemik pada

pasien rawat inap di RSUD Soedarso Pontianak (2015).

c. Faktor-faktor yang behubungan dengan kejadian stroke iskemik di

RSU Kota Padangsidimpuan (2017).

d. Analisis faktor yang berhubungan dengan kejadian stroke di RSUD

Indramayu (2016).

e. Faktor yang mempengaruhi kejadian stroke di Rumah Sakit Daerah

Provinsi Kepulauan Riau (2019)


f. Faktor resiko kejadian stroke (2015).

g. Faktor risiko terkait dengan stroke iskemik pada pasien Jepang dengan

Fibrilasi Atrium Nonvalvular (2020).

h. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian stroke akut pada

pasien stroke yang dibawa ke Instalasi Gawat Darurat RSI Klaten

(2017).

i. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keterlambatan kedatangan


pasien stroke di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

J. faktor- faktor yang berhubungan dengan terjadinya stroke berulang pada

penderita stroke.

k. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Risiko Kejadian Stroke Di Ruang


Rawat Inap A di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2017.

l. Hubungan antara merokok dan stroke: Sebuah meta-analisis.

m. Faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian stroke pada usia produktif.

n. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Lama Rawat Inap Pasien

Stroke Di Rsup Dr. Wahidin Sudirohusodo

o. Perawatan Endovaskular untuk Stroke Iskemik Akut Dengan atau Tanpa

Anestesi Umum: Perbandingan yang Cocok

p. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stroke Di Provinsi Jambi (Analisis


Data Riskesdas 2018)
Hasil Pencarian Jurnal Penelitian

Nama Metode
No Author jurnal , Judul (Desain, Populasi, Hasil Penelitian Databas e
Vol,no , tahun
. Variabel, instrumen ,
analisis )
1Khairatunnisa,Jurnal ilmiah Faktor risiko
Desain:obsevasional analitik Hasil penelitian menunjukkan faktor- faktor Google Scholar
Dian penelitian yang dengan rancangan studi yang berhubungan secara
Maya Sari kesehatan berhubungan kasus control. signifikan dengan kejadian stroke adalah
,Volume dengan kejadianPopulasi: 90 responden hipertensi 6,18 (95% CI: 2,46 – 15,51) dan
2, No 1 stroke Variabel: terdiridari diabetes melitus OR sebesar 4,12 (95% CI:
Tahun 2017 padapasien di variable bebas seperti 1,69 – 10,04). Faktor yang tidak
RSU H. Sahudin hipertensi, diabetes berhubungan bermakna dengan kejadian
Kutacane mellitus, merokok, stroke adalah
Kabupaten Aceh obesitas merokok, obesitas
Tenggara. instrument : kartu kontrol
analisis : secara univariat dan
bivariat
2 Indah Jurnal Faktor-faktor Desain : rancangan Hasil penelitian menunjukan bahwa Google
Maulidiyah, ilmiah Scholar
yang observasional analitik terdapat hubungan yang bermakna antara
penelitian
M. Nasip,
kesehatan berhubungan dengan rancangan kasus merokok (p value = 0,032; OR = 2,883),
Mareleny Vol 2,
dengan kejadian control tekanan darah (p value = 0,001; OR = 4,833),
No 4
wati
tahun stroke iskemik Populasi: 92 Responden dengan kejadian Stroke Iskemik pada pasien
2015
pada pasien Variabel: terdiri dari rawat inap di RSUD Soedarso Pontianak.
rawat inap di variable bebas seperti
RSUD Soedarso hipertensi, merokok,
Pontianak obesitas.
Instrument : kartu kontrol
Analisis : secara univariat
dan bivariat
3 Henny Jurnal Faktor-faktor Desain: analitik dengan Hasil penelitian adalah ada hubungan tekanan Google
Arwina mutiara yang pendekatan Cross darah dengan kejadian stroke iskemik Scholar
Bangun kesehata berhubungan Sectional sebanyak 44 orang (62,85%), dari hasil uji
n dengan kejadian Populasi: 70 Responden chi-square 0,01 yang menunjukkan hubungan
masyara stroke iskemik Variabel: hipertensi, antara tekanan darah dengan stroke iskemik.
kat di RSU Kota kadar gula darah. Hubungan kadar gula darah dengan kejadian
Volume Padangsidimpua Instrument : kuisioner stroke iskemik yaitu sebanyak
Analisis : secara univariat
13, No 4 n 66 orang (94,28%) dari hasil uji chi- square
dan bivariat
tahun 0,018 yang menunjukkan adanya hubungan
2017 kadar gula darah dengan stroke
iskemik.
4 Wayunah, Jurnal Analisis faktor Desain: observasional Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan Google
Muhammad pendidi yang analitik dengan rancangan yang signifikan antara hipertensi (p = 0,035) Scholar
Saefulloh kan berhubungan Cross Sectional Study dengan jenis stroke. Obesitas (p = 0,307),
kepera dengan kejadian Populasi: 103 Responden kadar kolesterol darah dengan kejadian stroke
watan stroke di RSUD Variabel: Hipertensi, CVD-SH maupun CVD-SNH (p = 0,051,
indones Indramayu obesitas, kadar kolesterol α = 0,05), dan risiko stroke pada responden
ia, darah yang memiliki kadar kolesterol darah yang
Volume Instrument : kuisioener tinggi berisiko 2,7 kali terjadi stroke CVD-
Analisis : secara univariat
2, No 2 SH daripada CVD-SNH (OR = 2,724; 95%
dan bivariat
tahun CI 1,096 –
2016 6,771). Penelitian ini menyimpulkan riwayat
hipertensi merupakan faktor risiko
independen yang berhubungan dengan jenis
stroke, sedangkan tidak ada hubungan secara
signifikan antara faktor obesitas dan kadar
kolesterol darah dengan kejadian stroke.
5 Romlina , Jurnal Faktor yang Desain: penelitian Hasil penelitian menunjukkan
terdapat Google
kesehatan Scholar
Jusuf mempengaruhi deskriptif dengan desain hubungan kadar kolesterol darah dengan
, Vol 13,
Kristiano, No 2 kejadian stroke Cross Sectional. kejadian stroke (p = 0,005). Faktor yang
tahun
Yunita di Rumah Sakit Populasi: 257 Responden berpengaruh terhadap kejadian stroke adalah
2019
Daerah Provinsi Variabel: kadar kolesterol kadar kolesterol darah (OR =
Kepulauan Riau darah. 0,047)
Instrument : kuisioener
Analisis : multivariat
6 Giri Udani Volume Faktor resiko Desain: penelitian Hasil penelitian uji statistik hubungan faktor Google
6, No 1 kejadian stroke menggunakan desain resiko Hipertensi diperoleh p value 0,001 Scholar
tahun korelasi dengan metode disimpulkan ada hubungan Merokok
2015 pendekatan Cross diperoleh p value 0,028 disimpulkan ada
Sectional. hubungan. Diabetes mellitus diperoleh p
Populasi: 100 Responden value 0,012 disimpulkan ada
Variable: resiko hubungan.,
hipertensi, merokok, hiperkolesterolemia (p = 0,014) disimpulkan
resiko diabetes mellitus, ada hubungan.
hiperkolesterolmia
Instrument : kuisioener
dan wawancara
Analisis : bivariat
7 Ken Volume Faktor risiko Desain: penelitian Faktor resiko yang terkait dengan stroke Pubmed
Okumaru, 3, No 4 terkait dengan menggunakan studi iskemik seteleh penyesuaian penggunaan
MD, PhD tahun stroke iskemik kohort. antikoagulan oral saat pendaftaran adalah
2020 pada pasien Populasi: 227 Responden hipertensi (HR, 1.60;95% CI, 1.15-2.23;P
Jepang dengan Variabel: hipertensi, = 006), baik diabetes didefinisikan
Fibrilasi Atrium diabetes mellitus sebagai faktor risiko stroke iskemik
Nonvalvular.
8 Romadhani Jurnal Analisi faktor- Desain: penelitian Faktor resiko yang terkait dengan kejadian Google
Tri Purnomo, artikel faktor yang kuantitatif korelasi dengan stroke akut adalah Terdapat hubungan yang scholar
Edi motorik mempengaruhi pendekatan waktu cross bermakna antara tekanan darah dengan
Widjajanto, Volume, kejadian stroke sectional. kejadian stroke akut pada pasien stroke yang
Ika 12, No akut pada pasien Populasi: 190 responden dibawa ke Instalasi Gawat Darurat RSI
Sulistyarini 24 tahun stroke yang Variable: hipertensi, Klaten (p value 0,022 dan OR 5,223),
2017
dibawa ke kadar gula darah sewaktu, Terdapat hubungan yang bermakna antara
instalasi gawat riwayat penyakit kadar gula darah sewaktu dengan kejadian
darurat RSI jantung,kadar kolesterol. stroke akut pada pasien stroke yang dibawa
Klaten Instrument : lembar ceklis ke Instalasi Gawat Darurat RSI Klaten (p
Analisis : bivariat
value 0,000 dan OR 5,500), Tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara riwayat
penyakit jantung dengan kejadian stroke akut
pada pasien stroke yang dibawa ke Instalasi
Gawat Darurat RSI Klaten (p value 0,0812
dan OR 0,931),
Tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara kadar kolesterol total dengan kejadian
stroke akut pada pasien stroke yang dibawa
ke Instalasi Gawat Darurat
RSI Klaten (p value 0,879 dan OR 0,954)
9 Derrel V Artikel Faktor-faktor Desain: analiti retrospektif usia (P=0,711), jenis kelamin (P=0,879), Google
Barahama, jurnal yang menggunakan teknik tingkat pendidikan (P=0,010), letak tempat Scholar
Gilbert kesehat berhubungan purposive sampling tinggal (P=0,303), jarak tempat tinggal
Tangkudung, an , dengan Populasi: 226 populasi (P=0,458) dan penggunaan ambulans
Nieke A. H. Volume keterlambatan Variable: usia, jenis (P=0,469). Terdapat hubungan bermakna
N. Kenbuan 7, No 1 kedatangan kelamin, tingkat antara tingkat pendidikan dengan
tahun pasien stroke di pendidikan, letak tempat keterlambatan kedatangan pasien stroke di
2019 RSUP Prof. Dr. tinggal, jarak tempatr RSUP Prof. R. D. Kandou Manado
R. D. Kandou tinggal, penggunaan
Manado ambulance.
Instrument : rekam medik
pasien
Analisis : bivariat
10 Indah Jurnal faktor-faktor Desain : penelitian p: 0,014 atau nilai p < 0,05 Ha diterima yang Google
permata sari UMS, yang kuantitatif dan uji analisi berarti ada hubungan riwayat stroke dalam Scholar
Volume berhubungan data dengan pendekatan keluarga dengan stroke berulang. Nilai p:
1, no 1 dengan cross sectional. 0,021 atau nilai p < 0,05 Ha diterima yang
Tahun terjadinya stroke Populasi: 50 populasi berarti ada hubungan hipertensi dengan
2015 berulang pada Variable: jenis kelamin , stroke berulang. Nilai p: 0,021 atau nilai p <
penderita pasca usia, riwayat 0,05 Ha diterima yang berarti ada hubungan
stroke stroke,hipertensi, merokok merokok dengan stroke berulang. Nilai p:
, stress 0,028 atau nilai p < 0,05 Ha diterima yang
Instrument : quisioner berarti ada hubungan stress dengan stroke
Analisis : secara univariat berulang. Dari hasil analisis data
dan bivariat menunjukkan bahwa faktor-faktor yang
berhubungan dengan terjadinya stroke
berulang pada penderita pasca stroke yaitu
riwayat stroke dalam keluarga, hipertensi,
merokok, dan stress
11 Ropika Jurnal Faktor-Faktor desain : penelitian 69,4% berisiko terkena stroke, 41,7% Google
ningsih menara Yang deskriptif korelasional responden dengan faktor usia, Scholar
ilmu, Berhubungan dengan studi Cross 63,9% dengan faktor jenis kelamin laki-laki,
Vol. 7 Dengan Risiko sectional menggunakan 80,6% dengan faktor hipertensi, 86,1%
No.7 Kejadian Stroke teknik purposive sampling dengan faktor diabetes
tahun Di Ruang Rawat Populasi: 72 populasi melitus, 84,7% dengan faktor aktivitas fisik
2018 Inap A di Variable: jenis kelamin , kurang. (P = 0,001), hipertensi (p = 0,000),
Rumah Sakit usia, pekerjaan ,hipertensi, diabetes melitus (p = 0,004), merokok (p =
Stroke Nasional merokok, diabetes melitus. 0,000), kurang aktivitas fisik (p = 0,472)
Bukittinggi Instrument : quisioner dengan risiko stroke
Analisis : secara univariat
Tahun 2017 kejadian tidak ada hubungan.
dan bivariat
12 Yana Jurnal Faktor – Faktor desain : penelitian ada hubungan terhadap kejadian stroke non Google
setiawan ilmiah Yang kuantitatif dan uji analisi hemoragik Variabel yang berhubungan Scholar
kepera Berhubungan data dengan pendekatan adalah Jenis kelamin (p value = 0,003 dan
watan, Dengan cross sectional. OR = 6,476) dan Stres (p value = 0,006 dan
Vol 1 Kejadian Stroke Populasi: 57 populasi OR = 5,431) dan Obesitas (p value = 0,027
no 1 Pada Usia Muda Variable : Stroke, Jenis dan OR= 4,950) dan Gaya hidup (p value=
tahun Di Ruang kelamin, Stres, Obesitas, 0,007 dan OR = 0,182). Aktifitas fisik (p
2018 Wijaya Rsud Gaya hidup, Aktifitas value= 0,015 dan OR = 0,214).
Kota Bekasi fisik.
Instrument : quisioner
Analisis : secara univariat
dan bivariat
13 BiqiPan ,  Volume Hubungan Desain: penelitian Hasil penilitian perokok memiliki pubmed
menggunakan Stata, dan
Xiao Jin .
 
12 no antara merokok peningkatan risiko stroke secara keseluruhan
plot corong serta uji
98 dan stroke: asimetri regresi Egger dibandingkan dengan bukan perokok, dengan
Populasi: 303.134
tahun Sebuah meta- odds ratio (OR) gabungan sebesar 1,61
Responden
2019 analisis Variabel: perokok, (interval kepercayaan [CI] 95%: 1,34-1,93, P
jenis kelamin < 0,001). Analisis subkelompok yang
dilakukan berdasarkan status merokok
mengungkapkan OR 1,92 (95% CI: 1,49-
2,48) untuk perokok saat ini dan 1,30 (95%
CI: 0,93-1,81) untuk mantan perokok. Selain
itu, hubungan antara jenis stroke apapun dan
status merokok juga signifikan secara
statistik; perokok saat ini memiliki
peningkatan risiko stroke dibandingkan
dengan bukan perokok (OR: 1.46, 95% CI:
1.04-2.07, P < .001), yang dipengaruhi oleh
jenis kelamin (laki-laki: OR: 1.54, 95% CI:
1.11-2.13, P = 0,002; wanita: OR: 1,88, 95%
CI: 1,45-2,44, P < 0,023). Dari analisis,
bahwa perokok pasif meningkatkan
keseluruhan risiko stroke sebesar 45% (OR:
1,45, 95% CI: 1,0-2,11, P < 0,05).
Berdasarkan meta-analisis dosis-respons,
risiko stroke meningkat sebesar 12% untuk
setiap penambahan 5 batang rokok per hari.
14 Martono Jurnal Faktor- faktor Desain : penelitian Uji statistik yang dilakukan dengan Google
Martono, kepera yang kuantitatif dan uji analisi menggunakan Chi Square diperoleh nilai ρ: Scholar
Rendi Editya watan berhubungan data dengan pendekatan 0,021 atau p < 0,05 Ha diterima artinya ada
Darmawan, muham dengan kejadian cross sectional. riwayat keluarga stroke dengan stroke
Devita Nur madiya stroke pada usia Populasi: 50 populasi berulang. Hubungan antara hipertensi dan
Variable: jenis kelamin ,
Anggraeni h, produktif stroke berulang. Nilai ρ: 0,048 atau p < 0,05
usia, riwayat
Volume stroke,hipertensi, merokok , Ha diterima yang artinya ada hubungan
stress.
7 no 1 kebiasaan merokok dengan stroke berulang.
Instrument : rekam medik
tahun pasien Nilai ρ: 0,039 atau p < 0,05 Ha diterima yang
Analisis : secara univariat
2022 artinya ada hubungan antara stres dengan
dan bivariat
kejadian stroke berulang. Berdasarkan
analisis data menunjukkan bahwa faktor yang
berhubungan dengan kejadian stroke
berulang pada pasien pasca stroke adalah
riwayat keluarga stroke, hipertensi, merokok,
dan stress.
15 Latif, Jurnal Analisis Faktor- Desain : Analitik faktor jenis stroke memiliki signifikansi Google
Nur f. azahra peneliti Faktor Yang observasional dengan sebesar 0.000 dengan koefisien korelasi Scholar
an Berhubungan desain penelitian cross 0.419, komorbid memiliki signifikansi
UNHA Dengan Lama sectional. tehnik total
sebesar 0.750 dengan koefisien korelasi
S , No 1 Rawat Inap sampling
0.036, skor GCS memiliki signifikansi
vol 1 Pasien Stroke Di Populasi: 80 populasi
sebesar 0.049 dengan koefisien korelasi
tahun Rsup Dr. Variable: jenis kelamin ,
0.221, skor NIHSS memiliki signifikansi
2021 Wahidin usia, jenis stroke,
Sudirohusodo komordibitas.
sebesar 0,013 dengan koefisien korelasi

Instrument : rekam medik 0.276, penatalaksanaan memiliki


pasien signifikansi sebesar 0,214 dengan
Analisis : secara univariat
koefisien korelasi 0.140, komplikasi
dan bivariat memiliki signifikansi sebesar 0,029
dengan koefisien korelasi 0.244, dan
gejala sisa memiliki signifikansi 0.171
dengan koefisien korelasi 0.154. Terdapat
hubungan antara masing-masing jenis
stroke, skor GCS, skor NIHSS, dan
komplikasi dengan lama rawat inap pada
pasien stroke di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo. Sedangkan faktor
komorbid, penatalaksanaan, dan gejala
sisa tidak ditemukan hubungan dengan
lama rawat inap pada pasien stroke di
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo.
16 Benjamin Volume Perawatan Desain : Skala Rankin menunjukkan hasil fungsional yang lebih Reseach
bagner 5 no 53 Endovaskular yang dimodifikasi buruk setelah pengobatan endovaskular gate
Tahun untuk Stroke setelah 3 bulan, stroke sirkulasi anterior dengan GA
2022 Iskemik Akut
dianalisis dengan regresi dibandingkan tanpa GA dalam
Dengan atau
logistik terurut. pengaturan dunia nyata. Temuan ini
Tanpa Anestesi
Populasi: 1284 populasi tampaknya independen dari perbedaan
Umum:
Variable: jenis kelamin , yang diketahui dalam karakteristik pasien
Perbandingan
usia, jenis stroke, antar kelompok.
yang Cocok
komordibitas.
17 Muhammad Jurnal Faktor-Faktor Desain : Analitik prevalensi stroke sebesar 1,2%. Faktor risiko Google
Yang
gilang prasitio univ observasional dengan stroke pada penelitian ini yakni umur Scholar
Berhubungan
jambi. Dengan Kejadian desain penelitian cross (p=0.003; POR=4,188; 95%CI 1,634-
Stroke Di Provinsi
Nomor sectional. 10,733), jenis kelamin (p=0,002; POR=2,365;
Jambi (Analisis
3 vol 1 Data Riskesdas Populasi: 6648 responden 95%CI 1,391-4,020), aktifitas fisik (p=0,000;
2018)
tahun Variable: usia >15 POR=2,525; 95%CI 1,471-4,500), hipertensi
2018 tahun ,jenis kelamin , (p=0,000; POR=14,535; 7,612-27,754).
hipertensi, aktifitas fisik. Faktor dominan terjadinya stroke pada
Instrument : survei penelitian ini adalah hipertensi, setelah
Riskesdas Provinsi Jambi dikontrol dengan umur, jenis kelamin, dan
tahun 2018 aktifitas fisik Deteksi dini faktor risiko dan
Analisis : SPSS 23 dengan program CERDIK harus terus digalakkan
complex sample Uji Chi agar memperkecil kejadian faktor risiko dan
Square dan Regresi kejadian stroke
Logistik Ganda
Analisis

Dari jurnal yang terpilih maka didapatkan faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian stroke. Ditentukan antara lain:

a. Diabetes Mellitus

Berdasarkan hasil penelusuran pada 4 jurnal diperoleh faktor diabetes mellitus sebagai
penyebab stroke. Hasil penelitian menurut Khairatunnisa et al, Hasil uji statistik menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh antara faktor DM terhadap kejadian stroke dengan nilai OR sebesar 4,12
(95% CI: 1,69 – 10,04). Hal ini berarti bahwa pasien yang menderita stroke memiliki risiko 4,12
kali dengan DM dibandingkan dengan yang tidak menderita stroke. Menurut penelitian Giri Udani,
Hasil penelitian didapatkan bahwa ada 38 klien (76%) dengan nilai (p value = 0,012) mengalami
diabetes melitus yang menderita stroke dan ada hubungan antara faktor resiko diabetes melitus
dengan kejadian menderita stroke. Menurut penelitian Ken Okumaru et al, diabetes meliitus
didefinisikan sebagai faktor resiko stroke iskemik.
b. Obesitas

Berdasarkan hasil penelusuran pada 3 jurnal diperoleh faktor obesitas sebagai

penyebab stroke. Hasil penelitian menurut Khairatunnisa et al, hasil uji statistik

menunjukkan tidak terdapat pengaruh antara obesitas terhadap kejadian stroke (p =

0,066), menurut penelitian Wayunah et al, dimana ditemukan adanya hubungan antara

obesitas dengan kejadian stroke CVD-SH dan stroke CVD-SNH (p value 0,307, 95 % CI)

c. Kolesterol

Berdasarkan hasil penelusuran pada 3 jurnal diperoleh faktor merokok sebagai

penyebab stroke. Menurut hasil penelitian Wayunah et al, analisa lebih lanjut

menunjukkan tidak ada hubungan antara kadar kolesterol darah dengan kejadian stroke

CVD-SH maupun CVD- SNH (p = 0,051, α = 0,05), dan risiko stroke pada responden

yang memiliki kadar kolesterol darah yang tinggi berisiko 2,7 kali terjadi stroke CVD-

SH daripada CVD-SNH (OR = 2,724; 95% CI 1,096 – 6,771). Menurut penelitian

Romalina et al, Hasil analisis bivariate menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara kadar kolesterol darah dengan kejadian stroke (p=0,005). Hasil

multivariate menunjukkan bahwa factor penentu kejadian stroke (OR=0,047). Menurut

penelitian Giri Udani, hasil penelitian didapatkan bahwa ada 46 klien (73%) dengan hasil
( p = 0,014) memiliki hiperkolesterolemia yang menderita stroke dan ada hubungan

antara faktor resiko hiperkolesterolemia dengan kejadian menderita stroke, hal ini berarti

sesuai dengan teori-teori yang menyatakan bahwa kecenderungan hiperkolesterolemia

dapat mengalami gangguan pembuluh darah.

d. Merokok

Berdasarkan hasil penelusuran pada 5 jurnal diperoleh faktor merokok sebagai

penyebab stroke. Hasil penelitian menurut khairatunnisa et al, hasil uji statistik

menunjukkan tidak terdapat pengaruh antara obesitas terhadap kejadian stroke (p =

0,066). Menurut penelitian Indah Maulidiyah, berdasarkan uji statistik Chi Square di

peroleh nilai pvalue = 0,032 lebih kecil dari α=0,05 sehingga dinyatakan ada hubungan

antara kebiasaan merokok dengan kejadian stroke iskemik. Menurut penelitian Giri

Udani, hasil penelitian didapatkan bahwa ada 52 klien ( 70,3%) dengan hasil (p = 0,028)

merokok yang menderita stroke dan ada hubungan antara faktor resiko merokok dengan

kejadian menderita stroke.

e. Hipertensi

Berdasarkan hasil penelusuran pada 9 jurnal diperoleh faktor hipertensi sebagai

penyebab stroke. Hasil penelitian menurut Khairunnisa et al, berdasarkan hasil uji

statistik didapatkan bahwa terdapat hubungan antara faktor hipertensi terhadap kejadian

stroke, dengan nilai OR sebesar 6,18 (95% CI: 2,46 – 15,51). Menurut penelitian Indah

Maulidiyah et al, berdasarkan uji statistik Chi Square di peroleh nilai (p= 0,001; OR =

4,833) sehingga dinyatakan ada hubungan antara tekanan darah dengan kejadian stroke

iskemik, menurut Henny Arwina Bangun, berdasarkan uji statistik dengan uji chi-square

menunjukkan bahwa nilai p = 0,000 atau < 0,05 yang menunjukkan bahwa ada hubungan

tekanan darah dengan kejadian stroke iskemik. Menurut penelitian Romadhani Tri

Purnomo et al, didapatkan proporsi stroke non-hemoragik tertinggi hipertensi (78,6%).

Sedangkan proporsi penderita stroke hemoragik tertinggi pada kasus hipertensi (84,6%).

Menurut penelitian Wayunah et al, riwayat hipertensi terbukti berhubungan secara

bermakna dengan kejadian stroke CVD-SH maupun CVD-SNH (p = 0,035, dan OR =


7,500). Menurut penelitian Giri Udani, hasil penelitian uji statistik disimpulkan ada

hubungan hubungan faktor hipertensi diperoleh p value 0,001 Diabetes Mellitus. Menurut

penelitian Ken Okumaru, faktor resiko yang terkait dengan stroke iskemik seteleh

penyesuaian penggunaan antikoagulan oral saat pendaftaran adalah hipertensi (HR,

1.60;95% CI, 1.15-2.23;P = 006).

F. Kadar gula darah sewaktu

Berdasarkan hasil penelusuran pada 1 jurnal diperoleh faktor kadar gula darah

sewaktu sebagai penyebab stroke. Hasil penelitian menurut Agreayu, Safrita dan Sastri

(2012), yang menunjukkan bahwa pasien yang mengalami stroke sebagian besar

memiliki kadar gula darah yang meningkat atau hiperglikemia yaitu sebanyak 60,56%.

Berdasarkan penelitian ini juga dapat diketahui bahwa hipoglikemia dapat

menyebabkan terjadinya stroke non hemoragik sebanyak 50% dibandingkan terjadinya

stroke hemoragik yang hanya 15,4%. Tidak jauh beda dengan pendapat Potter et al.,

(2009), jumlah penderita hipoglikemia pada diabetes di Indonesia senada dengan

prevalensi diabetes di Indonesia yaitu 1,1% secara nasional dan 5,7% pada penduduk

perkotaan di Indonesia.

g. Keterlambatan penanganan pasien

Stroke merupakan masalah kesehatan global.Memastikan kedatangan

pasien ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis secara tepat

waktu merupakan hal yang vital pada suatu kejadian stroke. Keterlambatan

kedatangan pada pasien stroke sebelum tiba di rumah sakit merupakan alasan

utama terjadinya keterlambatan penanganan medis pada kasus stroke (Derrel V

Barahama et al, 2019).


BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil literature review yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa dari

17 jurnal terdapat 4 faktor resiko yang menyebabkan kejadian stroke diantaranya faktor resiko

diabetes mellitus, faktor resiko obesitas, faktor resiko kolesterol dan faktor resiko merokok.

Sedangkan didapatkan 3 faktor kegawatdaruratan kejadian stroke, dimana (95%) faktor

hipertensi yang paling mempengaruhi kegawatdaruratan dan stroke berulang pada kejadian

stroke. Kadar gula darah (84,60%) dan keterlambatan penangan pasien.

B. SARAN

a. Bagi profesi keperawatan

Sebagai bahan masukan bagi tenaga keperawatan khususnya yang bekerja di

instansi pelayanan untuk meningkatkan pengetahuan tentang faktor yang dapat

memicu kegawatdaruratan kejadian stroke.

b. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan dapat bermanfaat sehingga bisa menambah kepustakaan mengenai


faktor kagawatdaruratan kejadian stroke.
c. Bagi peneliti selanjutnya.
Sebagai bahan referensi tambahan pemikiran dalam perkembangan pengetahuan sehingga dapat
mengembangkan penelitian tentang faktor yang dapat memicu kegawatdaruratan.
DAFTAR PUSTAKA

Sri Muliasni Isar (2020) :faktor yang berhubungan dengan kegawatdaruratan kejadian stroke

Udani, Giri. (2015). Faktor resiko kejadian stroke.


Hanum P. (2017). Hubungan karekteristik dan Dukungan Keluarga Lansia dengan
Kejadian Stroke pada Lansia Hipertensi di Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan 17.
Bangun, H. A. (2017). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian iskemik di
RSU Kota Padangsidimpuan.
Maulidiyah.I., et al. (2015).Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadianj stroke
iskemik pada pasien rawat inap di RSUD Soedarso Pontianak.
Pontianak.
Okumaru, Ken, et al. (2020). Faktor risiko terkait dengan kejadian stroke iskemik pada
pasien Jepang dengan Fibrilasi Atrium.Jepang.
Khairatunnisa, Sari. (2017). Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Kejadian Stroke
pada Pasien di RSU H. Sahuddin Kutacane Kabupaten Acrh Tenggara.
Lingga.Lanny.(2013). All about Stroke. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Munir.(2015). Neurologi Dasar. Jakarta: Sagung Seto.
Muttaqin, Arif (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika.
Nasution L.F. (2007). Stroke Non Hemoragik, Medula Unila, 1 (3), 1-9.
Ningsih Ropika (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Risiko Kejadian Stroke Di
Ruang Rawat Inap A di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2017
Nurarif dan Hardhi.(2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda NIC-NOC, Edisi Revisi Jilid 3. Jogjakarta: Penerbit
Mediaction.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI.
Romalina, et al. (2019).Faktor yang mempengaruhi kejadian stroke di Rumah Sakit
Daerah Provinsi Kepulauan Riau.

Batubara, Sakti Oktaria, et al. (2015). Hubungan Antara Penanganan Awal dan
Kerusakan Neurologis Pasien Stroke Di RSUD Kupang.

Baharama, et al. (2019). faktor-faktor yang berhubungan dengan keterlambatan


kedtangan pasien stroke di RSUP Prof.Dr. R.D.Kandou Manado.
Permata, indah sari(2015). faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya stroke
berulang pada penderita pasca stroke
Purnomo, T. P, et al. (2017). Analisis faktor yang mempengaruhi kejadian stroke akut
pada pasien stroke yang dibawa ke Instalasi Gawat Darurat RSI Klaten.
Wayunah dan Muhammad Saefulloh. (2016). Analisis faktor yang berhubungan dengan
kejadian stroke di RSUD Indramayu
World Health Organization. (2016). Stroke: Global Respone is Needed

Anda mungkin juga menyukai