KTI Jane Samara
KTI Jane Samara
KTI Jane Samara
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini pembangunan dan perkembangan suatu negara telah
memberikan dampak yang besar pada masyarakat, tidak terkecuali
Indonesia. Dampak tersebut telah mengubah pola struktur masyarakat dari
agraris menjadi industri, dan gaya hidup desa ke gaya hidup masyarakat
perkotaan. Pola makan pun berubah dari yang alami menjadi cepat saji.
Akibat dari perubahan pola tersebut mengakibatkan terjadinya pergeseran
penyakit dari kecenderungan penyakit infeksi ke degeneratif seperti
kardiovaskuler dan stroke (Widyanto dan Triwibowo 2013, h 127).
Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan karena
berkurangnya atau terhentinya suplay darah secara tiba-tiba. Jaringan otak
yang mengalami hal ini akan mati dan tidak dapat berfungsi lagi. Kadang
pula stroke disebut dengan CVA (cerebrovaskular accident). Orang awam
cederung menganggap stroke sebagai penyakit. Sebaliknya, para dokter
justru menyebutnya sebagai gejala klinis yang muncul akibat pembuluh
darah jantung yang bermasalah, penyakit jantung atau secara bersamaan
(Auryn, Virzara 2009, h 38).
Menurut WHO stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan
saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh
yang lain dari itu. Organisasi stroke dunia mencatat hampir 85% orang
yang mempunyai faktor resiko dapat terhindar dari stroke bila menyadari
dan mengatasi faktor resiko tersebut sejak dini. Badan kesehatan dunia
memprediksi bahwa kematian akibat stroke akan meningkat seiring
dengan kematian akibat penyakit jantung dan kanker kurang lebih 6 juta
pada tahun 2010 menjadi 8 juta di tahun 2030 (Nabyl R.A 2012, h 19).
Data di Amerika Serikat menunjukan, kurang lebih lima juta orang
pernah mengalami stroke. Sementara di Inggris terdapat 250 ribu orang
hidup dengan kecacatan karena stroke. Di Asia khususnya, di Indonesia
stroke merupakan penyakit nomer tiga yang mematikan setelah jantung
dan kanker. Bahkan menurut survey tahun 2004, stroke merupakan
pembunuh nomer satu di rumah sakit (RS) pemerintah seluruh Indonesia.
Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdes) indonesia tahun 2007 menunjukan
bahwa angka kejadian stroke di Indonesia sebesar 6% atau 8,3 per 1000
peduduk yang telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 6 per 1000
penduduk. Hal ini menunjukan sekitar 72,3% kasus stroke di masyarakat
telah di diagnosis oleh tenaga kesehatan. Data tersebut menujukan bahwa
di Indonesia, jumlah rata-rata dalam setiap penduduk, terdapat 8 orang
yang menderita stroke. Hal ini merupakan angka yang cukup besar dan
mengkhawatirkan (Widyanto dan Triwibowo 2013, h 128). Dan prevalensi
stroke hemoragik di Jawa Tengah tahun 2012 adalah 0,07 lebih tinggi dari
tahun 2011 (0,03%). Prevalensi tertinggi tahun 2012 adalah Kabupaten
Kudus sebesar 1,84%. Sedangkan prevalensi stroke Profil Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 35 penderita non hemoragik pada tahun
2012 sebesar 0,07 lebih rendah dibanding tahun 2011 (0,09%). Prevalensi
tertinggi adalah Kota Salatiga sebesar 1,16% (Dinkes 2012).
Berdasarkan data prevalensi penyakit stroke di RSUD Lakipadada
Tana Toraja di dapatkan data dari Bulan Januari-Desember pada tahun
2014 Secara keseluruhan sebanyak 16 penderita. Sedangkan pada data
prevalensi dari Bulan Januari-Desember pada tahun 2015 sebanyak 177
penderita. Hal ini menunjukan prevalensi mengalami peningkatan yang
signifikan (RSUD Lakipadada).
Berdasarkan kasus diatas maka penulis mengangkat kasus stroke
ini dikarenakan melihat dari data prevalensi penderita stroke mengalami
peningkatan yang tinggi. Hal ini dibuktikan dari hasil data prevalensi
penyakit stroke di RSUD Lakipadada di tahun 2014 sebanyak 16 penderita
menjadi 177 penderita di tahun 2015. Selain itu, dalam menangani
masalah klien dengan stroke diperlukan juga Peran perawat untuk
menanggulangi penyakit stroke dengan cara memberikan dukungan dan
asuhan keperawatan kepada klien stroke. Kemudian peran perawat yang
lainnya meliputi pemberian informasi, edukasi dan ketrampilan yang
diperlukan oleh klien, sehingga kualitas hidup klien penderita stroke dapat
meningkat. Berdasarkan alasan tersebut diatas penulis mengangkat kasus
tentang perawatan klien dengan stroke sebagai bahan karya tulis ilmiah
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny.R dengan Diagnosa
Medis SNH (Stroke Non Hemoragik)” di Ruang Melati RSUD Lakipadada
Kabupaten Tana Toraja.
B. Tujuan Penulis
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari pembuatan karya tulis ilmiah ini
adalah untuk memahami dan menerapkan asuhan keperawatan pada
pasien yang menderita STROKE di RSUD Lakipadada.
2. Tujuan kusus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada pasien stroke
mahasiswa mampu melakukan:
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan stroke.
b. Mampu menganalisa dan merumuskan diagnosa keperawatan yang
terjadi pada pasien stroke berdasarkan data-data yang diperoleh.
c. Mampu menyusun perencanaan keperawatan dalam mengelola
pasien stroke.
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada pasien stroke.
e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan
pada pasien stroke.
f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan stroke.
C. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
adalah:
1. Bagi Penulis
Untuk menambahkan pengetahuan dan wawasan bagi penulis
tetang asuhan keperawatan dengan masalah stroke, selain itu karya
tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadikan salah satu cara penulis
dalam mengaplikasi ilmu yang diperoleh didalam perkuliahan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Manfaat penulisan Karya Tulis Ilmiah ini sebagai masukan dan
tambahan wacana pengetahuan, menambah wacana bagi mahasiswa
dan Sebagai bahan referensi untuk menambah wawasan bagi
mahasiswa Diploma III keperawatan khususnya yang berkaitan dengan
asuhan keperawatan pada pasien penderita Sroke Non Hemoragik.
3. Bagi Profesi Keperawatan
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai masukan untuk
menambah bahan informasi, referensi dan ketrampilan dalam
melakukan asuhan keperawatan sehingga mampu mengoptimalkan
pelayanan asuhan keperawatan kepada masyarakat terutama dengan
masalah stroke.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
C. Patofisiologi
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis Stroke tergantung dari sisi atau bagian mana yang
terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi kolateral.
Gejala klinis pada Stroke akut:
1. Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparesis) yang
timbul secara mendadak.
2. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan.
3. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor atau koma).
4. Afasia (kesulitan dalam bicara).
5. Gangguan penglihatan, diplopia, Ataksia.
6. Verigo, mual, muntah dan nyeri kepala (Tarwoto, Wartonah, Eros siti
suryati, 2007).
c. Kehilangan senrori
Kehilangan senrori dapat berupa kerusakan sentuhan ringan atau
mungkin berat dengan kehilangan propiosepsi (kemampuan untuk
merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh) serta kesulitan dalam
menginterpretasikan stimulus visual dan auditorius.
4. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis
Bila kerusakan terjadi pada lobus frontal, mempelajari kapasitas,
memori, atau fungsi intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin
rusak. Disfungsi ini dapat dibuktikan dalam lapang perhatian terbatas,
kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan kurang motivasi yang
menyebabkan penderita menghadapi masalah frustasi. Masalah
psikologik lain juga umunya terjadi dan dimanifestasikan oleh labilitas
emosional, bermusuhan frustasi, dendam dan kurang berkerja sama.
5. Disfungsi kandung kemih
Setelah stroke, klien dapat mengalami inkonensia urinarius
sememtara karena konfunsi dan ketidakmampuan mengungkapkan
kebutuhan.
E. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Prioritas Diagnosa
4. Interverensi Keperawatan
TINJAUAN KASUS
Pada bab III ini, penulis akan menyajikan hal dari asuhan keperawatan
yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan
evaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan selama tiga hari pada tanggal 20
Januari 2018 sampai dengan 23 Januari 2018 yang kemudian akan dibahas pada
bab berikutnya.
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
C. Rencana Keperawatan
D. Implementasi
E. Evaluasi
B. Diagnosa Keperawatan
C. Rencana Keperawatan
E. Evaluasi
Pada bab ini akan dideskripsikan tentang simpulan dan saran dari
pengelolaan kasus pada Ny. R dengan Stroke Non Hemoragik (SNH) di ruang
Matahari RSUD Lakipadada.
A. Simpulan
B. Saran
Auryn, virzara. 2009. Mengenal dan Memahami Strok. Jogjakarta : Kata Hati
Nabyl R.A. 2012. Deteksi Dini Gejala dan Pengobatan Stroke. Yogyakarta :
Auliya Publishing
Widyanto dan Triwibowo. 2013. Trend Disease (trend penyakit saat ini). Jakarta :
CV. Trans Info Media
oklusi
Iskemia
Hipoksia
PENGKAJIAN
Riwayat keperawatan
Tanggal masuk : 24 Mei 2016
Jam masuk : 08.53 WIB
NO. RM : 168767
Ruang/Kamar : matahari/5
Tanggal pengkajian : 25 Mei 2016
Jam pengkajian : 08.45
Diagnosa : SNH (Stroke Non Hemoragik)
A. Biodata Pasien
1. Data demografi pasien
Nama : Ny. R
Umur : 56 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Tangkil kulon, 18/6, Kedungwuni
2. Data demografi penanggung jawab
Nama : Ny. W
Umur : 37 tahun
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Buruh
Hub. Dengan klien : Anak
B. Pola fungsional gordon
1. Riwayat untuk pola persepsi kesehatan-penanganan kesehatan.
1.1 Keluhan Utama
DS: kelemahan anggota gerak bagian kiri.
Ket
: Laki laki
: Perempuan
: Meninggal
: Tinggal dalam satu rumah.
: pasien.
DS: Keluarga klien mengatakan dari silsilah keluarga suaminya
tidak ada yang mepunyai riwayat penyakit keturunan seperti
hipertensi, dan dari keluarga istri ada yang mempunyai riwayat
penyakit keturunan seperti hipertensi.
1.5. Riwayat kesehatan lingkungan
DS: Keluarga klien mengatakan keadaan lingkungan bersih dan
rapi terdapat ventilasi.
1.6. Riwayat pencegahan tindakan medis/gigi
DS: Keluarga klien mengatakan jika klien sakit hanya periksa ke
puskesmas.
1.7. Prosedur bedah
DS: Keluarga klien mengatakan, klien belum pernah melakukan
tindakan pembedahan.
1.8. Riwayat penyakit anak-anak
DS: Keluarga klien mengatakan, klien pada saat anak-anak
hanya mengalami sakit demam, batuk dan pilek.
1.9. Imunisasi
DS: Klien mengatakan belum pernah imunisasi.
1.10. Alergi
DS: Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi.
1.11. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan
DS: Keluarga klien mengatakan, klien biasanya makan gorengan
dan yang asin-asin.
1.12. Riwayat sosial
DS: Keluarga klien mengatakan, klien mengikuti acara
pengajian.
1.13. Personal hygiene
Sebelum sakit Selama sakit
Mandi : 2 x sehari 1 x sehari
Gosok gigi : 2 x sehari belum pernah
Cuci rambut : jika kotor belum pernah
Potong kuku : jika panjang belum pernah
Ganti pakaian : 1 x sehari belum pernah
1) Kepala.
Inspeksi : bentuk kepala bulat, kesimetrisan (+), luka (-).
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa.
2) Mata.
Inspeksi : kelengkapan dan kesimetrisan (+), kelopak mata/ palpebra
oedem (-), peradangan (-), luka (-), benjolan (-), bulu mata tidak
rontok, konjungtiva (ananemis), penglihatan baik.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
3) Leher.
Inspeksi bentuk leher simetris, peradangan (-), jaringan parut (-),
perubahan warna (-), massa (-).
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada perbesaran kelenjar limfe.
4) Telinga.
Inspeksi : bentuk simetris, perdarahan (-), tidak ada serumen, bersih.
Tes pendengaran : pendengaran baik.
5) Hidung.
Inspeksi: bentuk tulang hidung dan posisi septum nasi (simetris),
perdaraha (-),pembengkakan (-), pembesaran polip (-), bersih.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Tes penciuman : dapat mengenali rangsangan bau.
6) Mulut.
Inspeksi : kelainan kongiental (-), lesi (-), bibir pecah (-), kotoran (-),
perdarahan (-), tidak ada luka, klien tampak pelo.
7) Kulit.
Inspeksi : lesi (-), warna kulit sawo matang, jaringan parut (-), tidak
ada luka.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tekstur halus, tugor jelek, tidak ada
luka. Kelainan pa da kulit : hiperpigmentasi (-).
8) Paru paru.
Inspeksi : bentuk dada simetris, sianosi (-), tidak ada lesi.
Palpasi : getaran dinding dada kanan dan kiri sama.
Perkusi : sonor seluruh lapang paru.
Auskultasi : terdengar bunyi nafas fasikuler.
9) Jantung.
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak.
Palpasi : tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan,
ictus cordis teraba pada intercosta V
Perkusi : Pekak.
10) Perut.
Inspeksi : bentuk abdomen (datar), massa/benjolan (-), simetris.
Auskultasi : terdengar bunyi bising usus 6x/menit.
Palpasi : nyeri tekan pada bagian hepar dan ginjal (-).
11) Ekstremitas
Inspeksi : otot antara kanan dan kiri (asimetris), fraktur (-), terpasang
infus.
Palpasi : oedem (-)
1. Prosedur diagnostik dan laboratorium
a. Pemeriksaan lab tanggal 25 Mei 2016
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NORMAL
^
Leukosit H 12,86 10 3 / ul 4.50 – 11.00
^ 3
Eritrosit H 5,49 10 6 / mm 4.50 – 5.30
Hemoglobin 15,4 g / dl 14 – 18
Hematokrit 45,3 % 37.0 – 49.0
3
MCV 82.50 m 78.00 – 98.00
MCH 28.1 Pg 25.00 – 35.00
MCHC 34.00 g / dl 31.00 – 37.00
^
Trombosit H 535.000 10 3 / ul 150.000 – 450.000
RDW-SD 44 FL 37 - 55
RDW-CV 14.8 % 11. – 16
DIFF COUNT
Neutrofil 63.7 % 42 - 77
Monosit 5.2 % 2.0 - 8.0
Limfosit 22.8 % 17 – 45
Basofil H 1.8 % 0– 1
Eosinofil H 6.2 % 0.0 – 5.0
^
Limfosit absolut 2.93 10 3 / ul 0.90 – 5.20
LED 1 jam H 10.0 mm/jam <10
LED 2 jam H 20.0 mm/jam <10
Kimia klinik
Ureum 26.0 mg / dl 10.0 – 50.0
Kreatinin H 1.49 mg / dl 0.60 – 1.10
Elektrolit
Kalium H 10.3 mg/dl 0.80 – 10.20
Natrium 148.0 mmol / l 135.0 – 155.0
b. Pemeriksaan CT-Scan:
Nama : Ny. R
Alamat : Tangkil kulon, 18/6, Kedungwuni
Tanggal pemeriksaan : 25 Mei 2016
Jenis pemeriksaan : CT- Scan
Pemeriksaan CT-Scan
Hasil: tidak ada perdarahan pada subepidural maupun epidural dan
tidak ada tanda-tanda perdarahan.
2. Medical management :
a. IV, O2 terapi
Medical Tanggal Penjelasan Indikasi dan Respons
management terapi secara umum tujuan klien
Infus RL 24 Mei Pemasangan Untuk DS: -
2016 infus untuk mengembalikan
mengatasi dan keseimbangan
mengembalikan elektrolit pada
keseimbangan saat dehidrasi
elektrolit
c. Obat-obatan
Nama obat Tanggal Dosis Cara kerja Respons
terapi klien
Inj. Citicolin 24/5/2016 2x 500 Untuk DS : -
mg mengurangi
kerusakan
jaringan otak
Inj. 24/5/2016 2 x 40 Obat untuk DS :-
Ondansentron mg mengurangi
mual dan
muntah
Amlodiphin 24/5/2016 Oral, 10 Merelaksasi S : Klien
mg, dinding otot mengatakan
pembuluh bersedia
darah, sehingga meminum
tahanan perifer obat lewat
akan berkurang oral :
sehingga darah amlodiphine
akan mudah 10 mg
mengalir O : obat
sehingga masuk,
jantung tidak tidak ada
perlu alergi obat
memompa
jantung lebih
keras maka
otomatis
tekanan darah
pun berkurang,
obat hipertensi
A. PENGELOMPOKAN DATA
No Waktu Data
1. 25/5/2016DS : - Klien mengatakan sakit kepala.
P: sakit kepala bertambah saat ramai
Q: nyeri seperti ditekan
R: di kepala
S: skala 4
T: hilang timbul
- Keluarga klien mengatakan, klien mengeluh tangan
dan kaki kirinya mengalami kelemahan dan tidak
dapat digerakan.
- Keluarga klien mengatakan, klien juga kesulitan untuk
bicara dan tidak jelas.
- Keluarga klien mengatakan, klien tidak bisa bangun
dan semua aktivitas dibantu oleh keluarganya
DO:- Klien tampak gelisah dan beberapa kali klien
memegangi kepalanya.
- Klien tampak lemas dan aktivitas di bantu keluarganya
- Klien tampak susah untuk bicara/pelo dan kurang
jelas.
- TTV : TD : 180/100 mmHg
N : 82 x/menit
RR : 24 x/menit
B. ANALISA DATA
NO Waktu Data fokus Masalah Etiologi
1 25-5-16 DS:- klien mengatakan, sakit Ketidakefektifan Gangguan aliran
kepala. perfusi jaringan darah
P: sakit kepala bertambah otak
saat ramai
Q: nyeri seperti ditekan
R: di kepala
S: skala 4
T: hilang timbul
DO:- Klien tampak gelisah dan
beberapa kali klien
memegangi kepalanya.
- TTV: TD: 180/100 mmHg
N : 82 x/menit
RR : 24 x/menit
2 25-5-16 DS:-Keluarga klien mengatakan, Hambatan Kelemahan
klien mengeluh tangan dan mobilitasi fisik anggota gerak
kaki kirinya mengalami
kelemahan dan tidak dapat
digerakan.
DO:-klien tampak lemah,
terbaring ditempat tidur dan
semua aktivitas di bantu
keluarganya.
- TTV: TD: 180/100 mmHg
N: 82 x/menit
RR: 24 x/menit
3 25-5-16 DS:- keluarga klien mengatakan, Hambatan Kerusakan
klien juga kesulitan untuk komunikasi neuromuskuler
bicara dan bicaranya verbal
kurang jelas.
DO:- klien tampak mulutnya
susah digerakan/pelo dan
bicaranya kurang jelas.
4 25-5-16 DS:- Keluarga klien Difisit Kelemahan dan
mengatakan, klien tidak perawatan diri ketidakmampuan
bisa bangun dan semua merasakan bagian
aktivitas dibantu oleh tubuh
keluarganya.
DO:- Klien tampak lemas dan
terlihat aktivitas di bantu
keluarganya
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan gangguan
aliran darah.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan anggota
gerak.
3. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan
neuromuskuler.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan
ketidakmampuan merasakan bagian tubuh.
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
No.
Waktu Tujuan & KH Intervensi Rasional
dx.
1 25/5/2016 Setelah dilakukan a. Mengkaji keluhan a. Untuk mengetahui
tindakan keperawatan nyeri klien. tingkat nyeri klien
selama 3x24 jam b. Berikan posisi b. Untuk
masalah ketidakefektifan semifowler memperbaiki
perfusi jaringan otak sirkulasi
dapat adekuat dengan c. Anjurkan klien c. Untuk mencegah
kriteria hasil : untuk bedrest total perdarahan ulang
- Klien tampak tidak d. Observasi tanda- d. Untuk mengetahui
gelisah. tanda vital keadaan klien
- Tidak ada keluhan
sakit kepala. e. Kolaborasi e. Untuk mengurangi
pemberian obat kerusakan jaringan
injeksi citicolin otak.
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
F. EVALUASI
Hari/tanggal No.DX Catatan perkembangan Paraf
Rabu, 1 S: klien mengatakan sakit kepala
25-05-2016 P: sakit kepala bertambah saat ramai
Q: nyeri seperti ditekan
R: di kepala
S: skala 4
T: hilang timbul
O: klien tampak gelisah dan memegangi
kepala
TD : 180/100 mmHg
N : 84 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 37,5° C
A: masalah belum teratasi
P: lanjut intervensi
- Observasi tanda-tanda vital
- Kaji skala nyeri
- Menganjurkan klien untuk istirahat
total
- Kolaborasi pemberian injeksi : Injeksi
citicolin, Amlodiphin dan injeksi
ondansentron
2 S: Keluarga klien mengatakan, klien
mengeluh tangan dan kaki kirinya mengalami
kelemahan dan tidak dapat digerakan.
N: 84 x/menit
RR: 24 x/menit
S: 37,5 °C
A: masalah belum teratasi
P: lanjut intervensi
- Latih ROM pasif dan ubah posisi klien
- Kolaborasi pemberian obat injeksi:
Injeksi citicolin, Amlodiphin dan
ondansentron
3 S: keluarga klien mengatakan, klien kesulitan
untuk bicara dan kurang jelas
O: klien tampak mulutnya pelo dan bicaranya
kurang jelas.
A: masalah belum teratasi
P: lanjut intervensi
- Berikan metodealternatif atau
gunakan kata-kata yang sederhana dan
dengan bahasa tubuh.
- Anjurkan keluarga klien untuk
berkomunikasi dengan klien.
- Kolaborasi pemberian obat injeksi
citicolin
4 S : Keluarga klien mengatakan, klien tidak
bisa bangun dan semua aktivitas dibantu
oleh keluarganya.
O : Klien tampak lemas dan terlihat aktivitas
di bantu keluarganya
A: masalah belum teratasi
P : lanjut inervensi
- Bantu klien melakukan ADL jika di
perlukan
- Motivasi klien untuk tetap melakukan
aktivitas
Kamis,26 - 1 S: klien mengatakan masih sakit kepala
05-2016 P: bertambah saat ramai
Q: seperti di tekan
R: kepala
S: skala 3
T: hilang timbul
O: klien tampak lebih rileks
TD: 180/100 mmHg
N: 82 x/menit
RR: 22 x/menit
S: 37° C
A: masalah belum teratasi
P: lanjut intervensi
- Observasi tanda-tanda vital -
Kaji keluhan nyeri
- Menganjurkan klien untuk istirahat total
N: 82 x/menit
RR: 22 x/menit
S: 37°C
A: masalah belum teratasi
P: lanjut intervensi
- Latih ROM pasif dan ubah posisi klien -
Kolaborasi pemberian obat injeksi:
Injeksi citicolin, Amlodiphin dan
ondansentron.
3 S: keluarga klien mengatakan, klien masih
kesulitan untuk bicara.
O: klien tampak mulutnya pelo dan bicaranya
kurang jelas.
A : masalah belum teratasi
P : lanjut intervensi
- Berikan metode alternatif atau
gunakan kata-kata yang sederhana dan
dengan bahasa tubuh.
- Anjurkan keluarga klien untuk
berkomunikasi dengan klien.
- Kolaborasi pemberian obat injeksi
citicolin.