Materi Resume Modul 9 KB 1
Materi Resume Modul 9 KB 1
Materi Resume Modul 9 KB 1
C. Uraian Materi
1. Pengertian al-Qur'an
Menurut bahasa, kata al-Qur'an adalah bentuk isim masdar dari kata “qa-
raa” yang berarti membaca yaitu kata “qur-a-nan” yang berarti yang dibaca.
Demikian pendapat Imam Abu Hasan Ali bin Hazim. Penambahan huruf alif
dan lam atau al, pada awal kata menunjuk pada kekhususan tentang sesuatu yang
dibaca, yaitu bacaan yang diyakini sebagai wahyu Allah swt. Sedang
penambahan huruf alif dan nun pada akhir kata menunjuk pada makna suatu
bacaan yang paling sempurna. Kekhususan dan kesempurnaan suatu bacaan
tersebut berdasar pada firman Allah swt. sendiri yang terdapat dalam QS. al-
Qiyamah/75: 17-18 dan QS. Fushshilat/41: 3.
ْ
ُ َ ُ َّ َ َ َ َ َ ُ َ ُ ُ َ َ َ ْ َ َ َّ
ف ِإذا ق َرأن ُاه فات ِب ْع ق ْر َءانه. ِإن علينا ج ْمعه َوق ْر َءانه
Artinya:”Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah (Allah swt.) mengumpulkan
di dadamu dan membuatmu pandai membacanya, jika Kami (Allah swt.) telah
selesai membacanya, maka ikutilah (sistem) bacaan itu”. (QS. al-Qiyamah/75:
17-18)
Dalam ayat yang lain Allah swt. berfirman:
َ َ ْ َ ًّ َ ً ُ ُ ُ ْ َ ُ ٌ َ
اب ف ِصلت َء َاياته ق ْر َءانا ع َر ِبيا ِلق ْو ٍم َيعل ُمون ِكت
Artinya:”Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab
untuk kaum yang mengetahui”. (QS. Fushshilat/41: 3)
Secara istilah (terminologi), para pakar al-Qur'an memberikan definisi di
antaranya:
a. Menurut Muhammad Ali al-Shabuni
1
Al-Qur'an adalah firman Allah swt. yang mengandung mukjizat yang
diturunkan kepada nabi dan rasul terakhir dengan perantaraan Jibril a.s.
yang tertulis dalam mushaf dan sampai kepada kita dengan mutawattir
(bersambung).
b. Menurut Muhammad Musthofa al-Salabi
Al-Qur'an adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammmad
saw. untuk memberi hidayah kepada manusia dan menjelaskan mana jalan
yang benar dan harus dijalani yang dibawa oleh Jibril a.s. dengan lafaz dan
maknanya.
c. Menurut Khudhari Beik
Al-Qur'an adalah firman Allah swt. yang berbahasa Arab yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. untuk dipahami dan selalu
diingat, disampaikan secara mutawatir (bersambung), ditulis dalam satu
mushaf yang diawali dengn surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat al-
Naas.
d. Menurut Ulama Ushul
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw. dan kalau bukan kalam Allah dan tidak diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw. maka tidak dinamakan al-Qur’an,
melainkan Zabur, Taurat, atau Injil. Bukti bahwa al-Qur’an sebagai kalam
Allah swt. adalah kemukjizatan yang terkandung di dalamnya dari
struktur bahasa, isyarat-isyarat ilmiah, dan informasi masa depan yang
diungkapkan semua bisa dibuktikan secara ilmiah.
2
Artinya:”Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Muhammad), dan ulul amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu.
Kemudian jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunahnya), jika kamu
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya”.
Hal ini diperkuat oleh dialog Nabi dengan Mu’az bin Jabal ketika
diutus ke Yaman. Kebanyakan hukum yang ada dalam al-Qur’an bersifat
umum (kulli), tidak membicarakan soal-soal yang kecil-kecil (juz’i), artinya
tidak satu persatu suatu masalah dibicarakan. Karena itu, al-Qur’an
memerlukan penjelasan lebih lanjut dan hadis merupakan penjelasan utama
bagi al-Qur’an. Adapun al-Qur’an hanya memuat pokok-pokok yang
meliputi semua persoalan yang berhubungan dengan urusan dunia dan
akhirat. Syari’at Islam telah sempurna dengan turunnya al-Qur’an. Allah
berfirman dalam QS. al-Maidah/5: 3 sebagai berikut:
َ ْ ْ ُ ُ َ ُ َ َ َ
َ ََْ َّ ُ ْ َ َ ً َ َ َ َ ْ ْ ُ َْ َ ُ ْ َْ َ ْ ُ َ ْ ُ ُ ْ َ ْ َ ْ ََْ
اليوم أكملت لكم ِدينكم وأتممت عليكم ِنعم ِتي ور ِضيت لكم ال ِإسلام ِدينا فم ِن اضطر ِفي مخمص ٍة
ٌ ور َرح
يم ٌ اّلل َغ ُف
َ َّ َغ ْي َر ُم َت َجانف لإ ْثم َفإَّن
ِ ِ ٍ ِِ ٍِ
Artinya:”Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi
agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja
berbuat dosa. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”. (QS. al-Maidah/5: 3).
Hukum-hukum mengenai salat, zakat, jihad dan urusan-urusan ibadah
lainnya yang terkandung dalam al-Qur’an masih bersifat umum, maka yang
menjelaskannya ialah hadis. Demikian pula untuk urusan muamalat seperti
pernikahan, kisas, hudud, dan lain-lain.
Menurut Imam Ghazali, ayat-ayat al-Qur’an yang berisi tentang
hukum ada 500 ayat, dan terbagi kepada dua macam, yaitu: ayat yang
bersifat ijmali (global) dan ayat yang bersifat tafsili (detil). Ayat-ayat al-
Qur’an yang berisi tentang hukum itu disebut dengan ayat al-ahkam. Dasar
bahwa kedudukan al-Qur’an merupakan satu-satunya sumber yang
pertama dan paling utama dalam hukum Islam adalah firman Allah dalam
QS. al-Maidah/5: 49.
َ َ َ َ َ
َ ْ َ ُ َّ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ ُ ْ َ ْ ْ ُ ْ َ ْ َ ْ ُ َ َ ْ ْ ََّ َ َ ُ َّ َ َ ْ َ ْ ُ َ ْ َ ْ ُ ْ
وََأ ِن احكم بينهم ِبما أنزل اّلل ولا تت ِبع أهواءهم واحذرهم أن يف ِتنوك عن بع ِض ما أنزل اّلل ِإليك
3
Artinya:”Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka
menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka
tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah
kepadamu”. (QS. al-Maidah/5: 49).
4
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salat, sedang
kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu
ucapkan”. (QS. al-Nisa/4: 43).
3) Menegaskan hukum haram kepada khamar dan perbuatan buruk
lainnya
َ
ْ َ
ُاج َتن ُبوه َ ْ َّ َ َ ْ ٌ ْ ُ َ ْ َ َ ُ َ َ َ ُ ْ َ ْ َ ُ ْ َ ْ َ َّ ْ ُ َ َ َّ َ ُّ َ
ِ ِ يا أيها ال ِذين آمنوا ِإنما الخمر والمي ِسر والأنصاب والأزلام ِرجس ِمن عم ِل الشيط
ان ف
َ ُ ْ ُ ْ ُ َّ َ َ
لعلكم تف ِلحون
Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)
khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan
panah adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka, jauhilah perbuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”. (QS. al-Maidah/5:
90).
5
didasarkan pada kemaslahatan dan kemanfaatan yang merupakan jiwa
agama. Atas dasar kemaslahatan dan kemanfaatan ini, hukum-hukum
dapat disesuaikan dengan kondisi tempat dan waktu.
5. Metode-metode al-Qur’an dalam Menyampaikan Hukum
a. Hukum normatif yang turun tanpa sebab dan yang diawali pertanyaan
Dalam muqaddimah kitab Fiqih Shalat karya Ibnu Qayyim al-Jauzi
(2011), Syekh Muhammad Syaltut menjelaskan bahwa terdapat dua
metode untuk menjelaskan hukum-hukum yang termaktub di dalam al-
Qur’an.
Pertama, mayoritas ayatnya berisi tentang tuntunan perintah dan
larangan yang redaksinya tidak diawali dengan pertanyaan. Bentuknya
terkadang diawali dengan seruan dengan menyebut ciri seperti ciri
keimanan. Tujuannya adalah membuat mereka mendengar seruan itu,
lalu mengajak mereka untuk beramal dan menjalankan hukum-hukum
yang telah ditetapkan sebagai konsekuensi dari keimanan. Misalnya, QS.
al-Baqarah/2: 178:
َّ َ َ
َْ َْ ُ َ ْ ُ ُ ْ َ َ َ ُ ُ َ َ َم
يََََأيُّها ٱل ِذين ءا نوا ك ِتب عليكم ٱل ِقصاص ِفى ٱلقتلى
6
mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon
kepadaKu,". (QS. al-Baqarah/2: 186)
b. Hukum al-Quran secara global dan secara terperinci
Al-Quran dalam menyampaikan dan menjelaskan hukum-hukum syarak
menempuh dua acara:
1) Ketentuan-ketentuan hukum dalam al-Qur’an sebagian besarnya
disampaikan dalam bentuk prinsip-prinsip dasar, prinsip-prinsip umum,
dan bersifat global.
2) Dalam beberapa hal al-Qur’an menyampaikan dan menjelaskan hukum
secara detail, seperti dalam masalah kafarat dan hukum keluarga serta
beberapa hal dalam hukum pidana.
Dari segi terperinci atau tidaknya ayat-ayat hukum dalam al-Qur’an,
Muhammad Abu Zahrah menjelaskan sebagai berikut:
1) Ibadah
Ayat-ayat hukum mengenai ibadah dikemukakan dalam al-Qur’an
dalam bentuk mujmal (global) tanpa memerinci tata cara melakukannya
(kaifiat), seperti perintah shalat, zakat, haji, puasa. Kewajiban shalat
ditegaskan, namun syarat dan rukunnya tidak disinggung sama sekali.
Demikian pula halnya dengan haji, zakat, dan puasa. Dalam hal ini untuk
menjelaskannya dilimpahkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw.
dengan sunahnya.
2) Kafarat (Denda)
Kafarat adalah semacam denda yang bermakna ibadah, karena
merupakan penghapus bagi sebagian dosa. Ada tiga bentuk kafarat yang
disinggung dalam al-Qur’an, yaitu:
a) Kafarat Zihar.
Zihar adalah ucapan seorang suami kepada istrinya: “Engkau
bagiku bagaikan punggung ibuku.” Istri yang sudah di-zihar tidak
boleh digauli oleh suaminya kecuali setelah membayar kafarat, yaitu
memerdekakan seorang hamba sahaya, dan jika tidak didapati, maka
wajib puasa dua bulan berturut-turut, dan jika tidak mampu, maka
dengan memberi makan 60 orang miskin.
7
b) Kafarat karena melanggar sumpah
Kafarat karena melanggar sumpah yaitu memberi makan atau
pakaian kepada 10 orang fakir miskin, atau memerdekakan seorang
hamba sahaya, dan jika tidak didapati maka puasa tiga hari.
c) Kafarat karena membunuh orang mukmin
Kafarat seseorang yang membunuh orang mukmin karena tidak
sengaja, di samping wajib membayar diat (denda), ia juga wajib
membayar kafarat dengan memerdekakan seorang hamba sahaya
(budak) yang beriman, dan jika tidak didapati, maka ia berpuasa dua
bulan berturut-turut.
Tiga bentuk kafarat di atas secara terperinci dijelaskan dalam al-
Qur’an, dan kemungkinan adanya ijtihad hanya pada segi-segi yang
belum dijelaskan dan belum diperinci dalam al-Qur’an dan sunah.
3.) Hukum Muamalat
Dalam bidang ini al-Qur’an hanya menjelaskan prinsip-prinsip
dasar, seperti larangan memakan harta orang lain secara tidak sah dan
keharusan adanya rela sama rela, seperti dijelaskan dalam firman Allah
QS. al-Nisa/4: 29.
8
ُ ُ ُ ْ ُْ ُ َْ ُ ُ ُ ُ ُ َ ُ ُ َ َ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ََ ْ ُ
ح ِر َمت عل ْيك ْم اَّمهتك ْم َو َبنتك ْم َواخوتك ْم َوع همتك ْم َوخلتك ْم َو َبنت الا ِخ َو َبنت الاخ ِت َواَّمهتك ُم
ُ ُ ُ ُ ُ ه ُ ُ ُ َ َ َّ َ ْ ُ ُ َ َ َ ْ ُ َ ْ َ ْ َ ْ ه
الرضاع ِة َواَّمهت ِن َساۤىِٕك ْم َو َر َباۤى ُِٕبك ُم ال ِت ْي ِف ْي حج ْو ِرك ْم ِم ْن ِن َساۤىِٕك ُم ال ِتي ارضعنكم واخوتكم ِمن
ُ َ َّ ُ َ ُ َ َ ُ َ َ َّ ْ ُ ْ َ َ ْ ُ ْ ُ َ ْ َّ ْ َ َّ ْ ُ ْ َ َ ْ ه
م ْ اح َع َل ْيك ْم َو َح َلاۤى ُِٕل ابْ َناۤىِٕك ُم الذيْ َن م ْن ا ْص َلابك ال ِتي دخلتم ِب ِهن ف ِان لم تكونوا دخلتم ِب ِهن فلا جن
ْۙ ِ ِ ِ
ً ُ َ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ُ ْ َ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ َّ َ َ ْ َ َ َ َّ ه
اّلل كان غف ْو ًرا َّر ِح ْيما وان تجمعوا بين الاختي ِن ِالا ما قد سلفۗ ِان
9
b. Nash yang zanni dalalahnya terhadap hukumnya.
Istilah qath’i dan zhanni masing masing terdiri atas dua bagian, yaitu
yang menyangkut al-tsubut (kebenaran sumber) dan al-dalalah (kandungan
makna). Tidak terdapat perbedaan pendapat dikalangan umat Islam
menyangkut kebenaran sumber al-Qur’an. Semua bersepakat meyakini
bahwa redaksi ayat-ayat al-Qur’an yang terhimpun dalam mushaf dan
dibaca kaum muslim di seluruh penjuru dunia adalah sama tanpa sedikit
perbedaan dengan yang diterima Nabi Muhammad saw. dari Allah melalui
Malaikat Jibril.
Al-Qur’an jelas qath’iy al-tsabut. Hakikatnya merupakan salah satu
dari apa yang dikenal dengan istilah ma’lum min al-din bi al-dharurah
(sesuatu yang sudah sangat jelas, aksomatik, dalam ajaran agama). Tidak
ada perbedaan pendapat dalam hal ini, bahkan diyakini bahwa hal ini telah
memasuki lapangan teologi, artinya pengingkaran qath’i al-tsubutnya al-
Qur’an akan membawa sejumlah konsekuensi teologis. Namun demikian,
dari sisi al-dalalah, ayat al-Qur’an ada yang qath’i dan ada pula yang zanni.
Yang menjadi persoalan adalah yang menyangkut kandungan makna
redaksi ayat ayat al-Qur’an ini.
Nash atau ayat yang bersifat qath’i adalah lafal-lafal yang
mengandung pengertian tunggal dan tidak bisa dipahami makna lain
darinya. Adapun menurut definisi Prof. Abdul Wahhab Khallaf dalil qath’i
ialah suatu teks yang menunjukkan pada makna tertentu yang dapat
dipahami darinya, tidak ada kemungkinan untuk dita’wilkan, dan tidak ada
peluang untuk memahami makna selain dari makna tekstualnya. Dalil-dalil
qath’i dapat dipahami begitu saja dan penolakan terhadapnya berarti bentuk
kekufuran. Misalnya, masalah akidah, seperti keyakinan terhadap surga dan
neraka, serta yaumul hisab, adalah masalah-masalah agama yang tidak
dapat dibantah lagi kepastiannya sehingga kita tidak punya alasan untuk
tidak meyakininya. Misalnya, firman Allah swt. dalam QS. al-Nisa/4: 12:
ٌَ َّ ُ َّ ُ ُ َ َ َ ُ ُ َ
َولـكمۡ ِنصۡف َما ت َرك از َۡواجكمۡ ِانۡ لمۡ َيكنۡ ل ُهَّن َولد
10
Ayat ini adalah qath’i dalalahnya bahwa bagian suami (bila ditinggal
mati istri) adalah seperdua atau separuh, tidak bisa lainnya (yakni yang lain
dari seperdua) atau dipahami dengan versi lain. Firman Allah dalam QS. al-
Nur/24: 2.
َْ َ ََ َ ْ
اح ٍد ِمن ُهما ِمائة جلد ٍة َ َُّ ْ ُ ْ َ َّ َ ُ َ َّ َ
ِ الزا ِنية والز ِان ْي فاج ِلدوا كل و
11
Allah swt. berfirman dalam QS. al-Maidah/5: 3.
َُْ َ ُ ُ ََْ ْ َ ُ
الميتة ح ِرمت عليكم
12
E. Latihan
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 1 tentang al-Qur'an
sebagai sumber hukum Islam. Untuk memperluas wawasan Anda tentang materi
ini, coba Anda jawablah beberapa pertanyaan berikut:
1. Al-Qur'an disebut sebagai sumber hukum Islam yang pertama dan utama.
Jelaskan maksud ungkapan tersebut!
2. Terdapat beberapa metode dalam al-Qur’an untuk menyampaikan atau
menjelaskan Hukum. Uraikan masing-masing metode tersebut!
3. Jelaskan bagaimana prinsip al-Qur'an dalam menetapkan hukum?
4. Al-Qur'an mengandung dua hukum yaitu ibadah dan muamalah. Jelaskan
keduanya dan cakupan masing-masing!
F. Daftar Referensi
https://bangkitmedia.com/ngaji-ushul-fiqh-10-ijma-sebagai-sumber-hukum-
ketiga/
https://almanhaj.or.id/2263-pengertian-as-sunnah-menurut-syariat.html
13