5496 14907 2 PB

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

Analisis Sistem Budidaya untuk Mendukung Kebijakan Keberlanjutan Produksi Udang (Hadie, W & L.E.

Hadie)

Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/jkpi


e-mail:[email protected]
JURNALKEBIJAKANPERIKANANINDONESIA
Volume 9 Nomor 1 Mei 2017
p-ISSN: 1979-6366
e-ISSN: 2502-6550
Nomor Akreditasi: 626/AU2/P2MI-LIPI/03/2015

ANALISIS SISTEM BUDIDAYA UNTUK MENDUKUNG KEBIJAKAN


KEBERLANJUTAN PRODUKSI UDANG

ANALYSIS OF THE AQUACULTURE SYSTEM TO SUPPORT A POLICY OF


SUSTAINABLE SHRIMP PRODUCTION

Wartono Hadie*, dan Lies Emmawati Hadie


Pusat Riset Perikanan, Gedung BRSDM KP II, Jl.Pasir Putih II, Ancol Timur, Jakarta Utara-14430, Indonesia
Teregistrasi I tanggal: 26 Mei 2017; Diterima setelah perbaikan tanggal: 24 Juli 2017;
Disetujui terbit tanggal: 31 Juli 2017

ABSTRAK

Volume ekspor udang Indonesia masih tergolong fluktuatif, namun komoditas udang tetap
menjadi salah satu komoditas andalan ekspor perikanan Indonesia yang meliputi 40% hasil
ekspor perikanan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menggambarkan status keberlanjutan
sistem budidaya udang dan merumuskan opsi rekomendasi kebijakannya. Analisis secara
deskriptif dan analisis ordinasi Rap-SISDITA yang berbasis metode dimensional scalling digunakan
untuk mengevaluasi keberlanjutan beberapa sistem budidaya udang vaname yang berkembang
di masyarakat. Hasil analisis menunjukkan bahwa: 1). Dalam mendukung Inpres Nomor 7 tahun
2016 tentang percepatan industrialisasi perikanan, maka sub sektor budidaya perlu
mengimplementasikan hasil penelitian untuk mendukung keberlanjutan produksi udang vaname.
Dimensi yang perlu diperhatikan adalah kebijakan pemerintah, teknologi budidaya, dan nilai
ekonomi; 2). Membentuk program budidaya udang vaname berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Hal itu bisa dicapai melalui regulasi dengan penerapan model teknologi budidaya udang vaname
yang ideal, berbasis lingkungan yang sehat, teknologi tepat guna, dan berorientasi pasar. Kebijakan
pemerintah perlu berfokus pada pemberdayaan petambak pada berbagai sistem budidaya dengan
dimensi pendukungnya yang tepat. Regulasi ini dapat ditetapkan oleh pihak Pemerintah beserta
Pemerintah Daerah; 3). Pemanfaatan sentra budidaya udang vaname secara terintegrasi melalui
diseminasi teknologi yang menjangkau daerah-daerah yang berpotensi untuk budidaya udang
vaname dan melalui multimedia yang lebih luas; 4). Pemerintah Pusat menugaskan lembaga
penelitian, perguruan tinggi, penyuluh perikanan, produsen benih, pengusaha pakan, dan
kelompok pembudidaya untuk mengambil langkah persiapan hingga pelaksanaan program.

Kata Kunci: Kebijakan; keberlanjutan; sistem budidaya; udang, multi dimensional scalling

ABSTRACT

Indonesian shrimp export volume is fluctuating, yet the shrimp commodities remains main
commodity of Indonesian export which covers 40% of export proceeds fishery. This research aims
to to describe the sustainability status of shrimp aquaculture system and to formulate management
options. A descriptive analysis and Rap-SISDITA ordination analysis based on dimensional scaling
method were used to evaluate the sustainability of vaname shrimp farming systems. The results
show that: 1). In support of Presidential Instruction No. 7 in 2016 on the acceleration of the
industrialization of fisheries, aquaculture sub-sector, research urgently needed to support the
sustainability of vaname shrimp production. A public policy should focus on aquaculture technology,
and economic value; 2). A program of shrimp farming should be built in a sustainable and
ecofriendly. This can be achieved through applying regulation with ideal technology for vaname
shrimp farming, based on a healthy environment, appropriate technology, and market-oriented. A
public policy should focus on empowering farmers on various farming systems with the exact
dimensions. This regulation can be determined by the Central Government and Local Government;
3). Optimizing the vaname shrimp farming centers are integrated through the dissemination of
technologies that reach potential areas for vaname shrimp cultivation through effective
___________________
Korespondensi penulis:
e-mail: [email protected]
Telp. 081245747247 51

Copyright © 2017, Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia (JKPI)


J.Kebijak.Perikan.Ind. Vol.9 No.1 Mei 2017: 51-60

communication media; 4). A Central Government should asked research institutes, universities,
fisheries extension institutions, seed producers, feed businesses, and farmer groups to arrange
doable action plan to implement the program.

Keywords: Policy; sustainability; aquaculture systems; shrimp; multi-dimensional scaling

PENDAHULUAN menghambat pengembangan perikanan tangkap,


budidaya, pengolahan, pemasaran dalam negeri dan
Udang merupakan salah satu komoditas sektor ekspor hasil perikanan, dan tambak garam nasional;
perikanan yang bernilai ekonomi tinggi. Volume ekspor b). penyusunan road map industri perikanan nasional,
udang Indonesia masih tergolong fluktuatif, namun penetapan lokasi, dan masterplan kawasan industri
udang tetap menjadi salah satu komoditas andalan perikanan nasional sebagai proyek strategis nasional;
ekspor perikanan Indonesia. Untuk kebutuhan ekspor, c). peningkatan produksi perikanan tangkap dan
udang pada umumnya diperoleh dari hasil budidaya budidaya untuk mendukung ketersediaan bahan baku
di tambak. Udang mendominasi lebih dari 40 persen industri dan konsumsi (KKP, 2017). Oleh karena itu
hasil perikanan untuk ekspor dan perolehan devisa. pengembangan sistem budidaya perikanan,
Negara Jepang, Amerika Serikat menjadi negara khususnya udang perlu dievaluasi secara akurat untuk
tujuan dengan volume ekspor udang terbanyak. Uni memperoleh opsi strategi kebijakan yang dapat di
Eropa yang beranggotakan 28 negara merupakan implementasikan oleh stake holder.
pasar terbesar dunia untuk komoditas perikanan
(Simamora, 2014 ). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
status keberlanjutan sistem budidaya udang dan
Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan merumuskan opsi rekomendasi kebijakan agar dapat
(KKP, 2012) rata-rata produksi udang Indonesia dari dicapai produksi udang yang berdaya saing tinggi di
tahun 2008-2013 sebanyak 320.000 ton per tahun. pasar global. Pengumpulan data ke daerah atau sentra
Namun produksi udang nasional ditargetkan oleh KKP budidaya udang pada bulan April – Agustus 2014.
mencapai 699.000 ton pada tahun 2014, sebagian Lokasi yang di survey adalah provinsi Jawa Barat
besar dari target tersebut didominasi oleh udang (Karawang, Subang), provinsi Jawa Tengah (Bantul,
vaname. Kendala krusial yang perlu segera mendapat Kulonprogo, Purworejo), provinsi Jawa Timur
perhatian adalah masalah ketersediaan benih (Sidoarjo), dan provinsi Sulawesi Selatan (Pangkep,
berkualitas tinggi dalam jumlah yang mencukupi Takalar). Data sekunder diperoleh dari Dinas Perikanan
kebutuhan. Total kebutuhan benih secara nasional di provinsi dan kabupaten Bandung, Karawang,
adalah sebesar + 45 milyar untuk dapat tercapainya Daerah Istimewa Yogyakarta, Purworejo, Surabaya,
target produksi yang telah dicanangkan KKP. Sidoarjo, Maros, dan Makassar.
Faktanya kebutuhan benih baru tercukupi sekitar 40
– 50 %, artinya supply- demand tidak berimbang. Kerangka Pendekatan
Kendala lainnya adalah persaingan di pasar global
dimana beberapa komoditas perikanan dari negara Visi KKP adalah pembangunan kelautan dan
lain memiliki daya saing yang sangat tinggi yang perikanan yang berdaya saing dan berkelanjutan
disebabkan oleh proses produksi yang jauh lebih untuk kesejahteraan masyarakat. Sehubungan
efisien dibandingkan dengan Indonesia (Adrianto, dengan misi KKP terkait dengan optimalisasi,
2008; Syahra, 2012). Kebijakan strategis yang terkait peningkatan nilai tambah dan daya saing, serta
dengan pengembangan sistem budidaya perikanan memelihara daya dukung dan kualitas lingkungan
menjadi salah satu faktor penting yang akan sumber daya perikanan, maka pemanfaatan dan
mendukung dan meningkatkan daya saing komoditas pengelolaannya seyogyanya dilakukan untuk
perikanan unggulan. Kebijakan di KKP mengalami mencapai tujuan pembangunan perikanan
perubahan sejak diberlakukannya kebijakan baru yang berkelanjutan.
berorientasi kearah komersialisasi dan added – value
di sektor kelautan dan perikanan nasional (KKP, Penelitian ini menggambarkan isu dan
2012). permasalahan sistem budidaya udang di Jabar,
Jateng, Jatim dan Sulawesi Selatan dan di identifikasi
Dalam rangka mendukung Inpres no 7 tahun 2016, faktor-faktor yang mempengaruhi keberlanjutan aspek
maka KKP mendapat mandat antara lain untuk: a). kebijakan, teknologi, ekologi, dan ekonomi (Gambar
mengevaluasi peraturan perundang-undangan yang 1). Faktor-faktor yang mempengaruhi aspek- aspek

52
Copyright © 2017, Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia (JKPI)
Analisis Sistem Budidaya untuk Mendukung Kebijakan Keberlanjutan Produksi Udang (Hadie, W & L.E. Hadie)

itu dikaji dengan alat ukur berupa indikator empat pra survei yang disesuaikan dengan kondisi spesifik
aspek keberlanjutan baik hasil dari beberapa sumber budidaya udang di lokasi penelitian.
seperti FAO, Rapfish dan sumber lainnya, maupun

Sistem budidaya
udang/shrimp culture
system

Dimensi Dimensi Dimensi Dimensi


kebijakan/ teknologi/ ekologi/ ekonomi/
Dimension of Dimension of Dimension Dimension
Policy Technology of Ecology of Economy

Indikator
Rap-SISDITA (skor dan atribut)/ Indikator pra
Indicator (Score and
survei/ Pre survey
attribute)
Indicator

Metode Status keberlanjutan sistem


budidaya udang/ State of
MDS/ MDS
sustainability shrimp culture
Methode

Tinjauan dimensi kebijakan, teknologi, ekologi, dan


ekonomi/ Review of policy, technology, ecology,
and economic dimensions

Rekomendasi kebijakan sistem


budidaya udang berkelanjutan/
Recommendations of sustainability
shrimp culture system

Gambar 1.Kerangka pendekatan penelitian tinjauan keberlanjutan sistem budidaya udang yang meliputi dimensi
kebijakan, ekologi, teknologi dan ekonomi.
Figure 1. Frameworks approach sustainability review study of shrimp farming system which includes the
dimensions of policy, ecology, technology and economy.
Jenis dan Sumber Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
gabungan antara penelitian deskriptif dan survei
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa langsung. Sistem budidaya udang yang di analisis
data primer dan data sekunder. Metode pengambilan adalah tradisional plus di Sulawesi Selatan, super
contoh (responden) yang digunakan dalam penelitian intensif Sulawesi Selatan, intensif di Jawa Barat,
ini adalah purposive sampling (Townsley, 1996). tradisional di Jawa Tengah, dan intensif di Jawa
Metode ini dipilih agar responden terpilih dapat tepat Tengah.
sasaran dan tujuan target data dapat terpenuhi.

53

Copyright © 2017, Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia (JKPI)


J.Kebijak.Perikan.Ind. Vol.9 No.1 Mei 2017: 51-60

Metode Analisis Data dan good dengan Excell; 5. Tahapan leverage analysis
dan Monte Carlo analysis untuk memperhitungkan
Analisis data dilakukan dengan kompilasi data aspek ketidak-pastian.
primer dan sekunder, kemudian data di identifikasi
dalam empat dimensi yaitu kebijakan, teknologi, BAHASAN
ekologi, dan ekonomi. Analisis keberlanjutan sistem Status Keberlanjutan Dimensi Kebijakan
budidaya udang vaname selanjutnya dianalisis dengan
Rap–Sistem Budidaya Udang Tambak (Rap- SISDITA) Atribut yang dipertimbangkan memberikan
yang merupakan modifikasi metode Rap-fish. Analisis pengaruh terhadap tingkat keberlanjutan pada dimensi
ordinasi Rap-SISDITA merupakan teknik analisis yang kebijakan terdiri dari 11 atribut : (1) Regulasi nasional;
berbasis Metode Dimensional Scalling (MDS) untuk (2) Regulasi daerah; (3) Program bantuan; (4) Rencana
menganalisis keberlanjutan sistem budidaya udang Umum Tata Ruang (RUTR) & Rencana Umum Tata
pada beberapa sistem budidaya yang telah Wilayah (RUTW); (5) Kebijakan ekspor udang
berkembang di masyarakat (Young, 1985; Alder et.al, konsumsi; (6) Kebijakan impor induk udang; (7) Food
2000; Pitcher et.al, 1999; Pitcher & Power, 2000; security; (8) Penggunaan obat-obatan kimia; (9)
Pitcher & Preikshot, 2001; Kavanagh, 2001; Purnomo Kebijakan impor artemia; (10) Kebijakan infrastruktur;
et.al, 2003; Supangat, 2005;Machado et al.,2015). (11) Kebijakan pemeliharaan lingkungan.

Teknik MDS berfungsi pada transformasi Hasil analisis MDS menunjukkan bahwa nilai
multidimensi menjadi dua dimensi dan menentukan indeks keberlanjutan sistem tradisional Jateng
posisi relatif keberlanjutan di antara dua titik ekstrim mencapai 51.33, untuk sistem tradisional Sulawesi
dalam ordinasi bad (0%) dan good (100%) untuk Selatan sebesar 44.86, sistem intensif Jawa Tengah
masing-masing dimensi maupun dimensi memperoleh nilai 51.52, kemudian sistem intensif
gabungannya. Prinsip MDS adalah pengukuran jarak Jawa Barat adalah 79.15 dan sistem super intensif
yang dinamakan euclidien distance. Estimasi dengan mencapai 61.94. Kisaran nilai indeks keberlanjutan
teknik MDS menghasilkan nilai S stress untuk yang diperoleh akan menentukan tingkat keberlanjutan
mengetahui goodness of fit dari model yang dibangun. suatu sistem budidaya (Johnson & Wichern, 1992).
Model yang baik memiliki nilai S stress yang lebih Berdasarkan klasifikasi kondisi tersebut, maka kondisi
kecil dari 0,25 (Alder et al. 2000). Faktor dominan/ dimensi kebijakan termasuk dalam kategori cukup
sensitif terhadap keberlanjutan dikarakterisasi berkelanjutan untuk sistem budidaya super intensif,
berdasar hasil analisis leverage yang sudah intensif Jawa Barat, intensif Jawa Tengah, dan sistem
diintegrasikan di dalam MDS. Penentuan faktor tradisional Jawa Timur. Namun kurang berkelanjutan
dominan/sensitif terhadap keberlanjutan dilakukan untuk sistem budidaya sistem tradisional Sulawesi
berdasarkan pada nilai root mean square (RMS) Selatan.
terbesar, apabila salah satu atribut dihilangkan dalam
ordinasi. Analisis Monte Carlo dilakukan untuk menilai Apabila dilihat dari hasil analisis leverage pada
aspek ketidakpastian dalam MDS (Kavanagh & dimensi kebijakan, maka terdapat empat atribut yang
Pitcher, 2004). Prosedur analisis Rap–SISDITA paling berpengaruh terhadap keberlanjutan sistem
dilakukan melalui beberapa tahapan yakni : 1. budidaya udang yaitu 1) kebijakan ekspor udang
Tahapan analisis terhadap data sistem budidaya konsumsi; 2) food security dan 3) penggunaaan obat-
udang melalui data statistik dan studi literatur, serta obatan kimia, dan 4) kebijakan impor induk udang.
pengamatan di lapangan; 2. Tahapan skoring yang Berdasarkan hasil survei di lokasi budidaya udang,
mengacu pada literatur (Kavanagh, 2001; Pitcher, kebijakan terkait ketiga faktor tersebut belum
1999) dengan menggunakan Excell; 3. Tahapan diimplementasikan sepenuhnya, masih adanya
analisis MDS untuk menentukan ordinasi dan nilai pembudidaya yang belum mengerjakan sistem
stress melalui ALSCAL Algoritma; 4. Tahapan rotasi budidaya yang baik dengan berpatokan pada SOP
untuk menentukan posisi perikanan pada ordinasi bad budidaya yang baik (Gambar 2).

54
Copyright © 2017, Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia (JKPI)
Analisis Sistem Budidaya untuk Mendukung Kebijakan Keberlanjutan Produksi Udang (Hadie, W & L.E. Hadie)

Gambar 2.Leverage dan atribut yang sensitive memengaruhi keberlanjutan dimensi kebijakan.
Figure 2. Leverage and sensitive attributes that affect the sustainability of the policy dimensions.
Terkait dengan kebijakan ekspor udang konsumsi vaname; ( 7) penggantian air; (8) penggunaan probotik;
ke negara-negara potensial harus terus ditingkatkan (9) penggunaan kincir; (10) masa pemeliharaan; (11)
melalui berbagai kegiatan promosi atau peningkatan frekuensi pakan; (12) dosis pakan; (13) jenis pakan;
lobby perdagangan antar negara. Food Security yang (14) sumber benih; (15) kepadatan; (16) ukuran; (17)
harus dilakukan mulai dari pembudidaya sampai penebaran; (18) ketersediaan pakan; (19) ketersediaan
eksportir sebaiknya terus dimonitor oleh pelaksana benur; (20) penumbuhan plankton; (21) pengairan; (22)
sehingga tidak lagi ada penolakan ekspor udang pemberantasan hama; (23) pemupukan; (24)
Indonesia di negara pengimpor. pengapuran; (25) pengeringan; dan (26) pengolahan
tanah.
Apabila ditinjau dari dimensi kebijakan sistem
budidaya intensif, polikultur dan tradisional plus masih Hasil analisis MDS menunjukkan bahwa nilai
memerlukan kebijakan pemerintah dalam hal indeks keberlanjutan sistem tradisional Jateng
pemeliharaan lingkungan seperti mangrove di kawasan mencapai 61.31, untuk sistem tradisional Sulawesi
tambak udang. Dukungan infrastruktur yang belum Selatan sebesar 58.84, sistem intensif Jawa Tengah
optimal pada wilayah bagian Timur seperti Sulawesi memperoleh nilai 56.83, kemudian sistem intensif
Selatan. Masalah sinkronisasi kebijakan Pusat dan Jawa Barat adalah 95.64 dan sistem super intensif
daerah perlu ditingkatkan, serta penataan RUTR/ mencapai 96.89. Kisaran nilai indeks keberlanjutan
RUTW belum menyeluruh di setiap kawasan budidaya yang diperoleh akan menentukan tingkat keberlanjutan
udang, sehingga menimbulkan konflik kepentingan. suatu sistem budidaya (Johnson & Wichern, 1992).
Berdasarkan klasifikasi kondisi tersebut, maka kondisi
Pada atribut kebijakan impor udang konsumsi dimensi teknologi termasuk dalam kategori cukup
menunjukkan dominansi yang tinggi. Hal ini berkelanjutan untuk semua sistem budidaya.
mengindikasikan lemahnya pasar udang dalam negeri
terhadap kompetitor eksportir udang seperti Vietnam, Analisis leverage menunjukkan bahwa enam dari
Thailand dan Cina. Intervensi pemerintah diperlukan 26 atribut memberikan pengaruh yang nyata terhadap
untuk melindungi ekspor udang ke Negara tujuan tingkat keberlanjutan teknologi budidaya udang
seperti Eropa, Jepang dan Amerika. Kebijakan impor vaname, yaitu : (1) infrastruktur; (2) penerapan
induk udang masih dibutuhkan untuk mendukung teknologi pasang surut; (3) cara panen; (4) ukuran
produksi benih udang, namun perlu diperketat dalam panen; (5) monitoring kualitas air; dan (6) pedoman
aturan persyaratan kualitas induk, agar tidak menjadi SOP budidaya udang.
penyebab wabah penyakit EMS yang mematikan.
Tantangan besar terkait bisnis perudangan nasional
Status Keberlanjutan Dimensi Teknologi adalah semakin ketatnya daya saing produk udang
di perdagangan global. Untuk tetap dapat bertahan
Atribut yang dipertimbangkan memberikan dan bersaing di pasar global, pengusaha udang harus
pengaruh terhadap tingkat keberlanjutan pada dimensi meningkatkan daya saing produk udang nasional.
teknologi budidaya terdiri dari 26 atribut: (1) Terutama dengan penguasaan teknologi budidaya
infrastruktur; (2) penerapan teknologi pasang surut; seperti produksi udang unggul, penerapan budidaya
(3) cara panen; (4) ukuran panen; (5) monitoring sistem tertutup, teknologi bioflok serta perekayasaan
kualitas air; (6) pedoman SOP budidaya udang teknologi. Program industrialisasi udang yang telah

55

Copyright © 2017, Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia (JKPI)


J.Kebijak.Perikan.Ind. Vol.9 No.1 Mei 2017: 51-60

digulirkan KKP telah memberikan harapan besar bagi strategis. Masalah infrastruktur di pertambakan,
tercapainya peningkatan produksi udang nasional. pemanfaatan pasang- surut air laut untuk mengairi
Selain teknologi diperlukan juga regulasi, insentif dan tambak, cara dan ukuran udang saat dipanen,
pengembangan sistem budidaya yang berkelanjutan. monitoring kualitas air yang belum optimal, serta
Sehingga segenap permasalahan tidak menjadi penerapan SOP budidaya udang yang masih
ham batan, tetapi sebagai tantangan guna memerlukan bimbingan dan penyuluhan dari instansi
meningkatkan kinerja dengan upaya yang nyata dan yang berwewenang (Gambar 3).

Gambar 3.Leverage dan atribut yang sensitive memengaruhi keberlanjutan dimensi teknologi.
Figure 3. Leverage and sensitive attributes that affect the sustainability of the technological dimension.

Status Keberlanjutan Dimensi Ekologi yang diperoleh akan menentukan tingkat keberlanjutan
suatu sistem budidaya (Johnson & Wichern, 1992).
Atribut yang dipertimbangkan memberikan Berdasarkan klasifikasi kondisi tersebut, maka kondisi
pengaruh terhadap tingkat keberlanjutan pada dimensi dimensi ekologi termasuk dalam kategori cukup
ekologi budidaya terdiri dari delapan atribut : (1) berkelanjutan untuk sistem budidaya super intensif
mangrove; (2) penyakit; (3) kondisi pasang surut; (4) dan intensif Jawa Barat. Namun pada sistem lainnya
musim; (5) rencana tata-letak, desain, dan konstruksi; dalam kondisi kurang berkelanjutan. Hasil penelitian
(6) sumber air tawar; (7) sumber air laut; (8) penilaian Irnad (2015) memperlihatkan hasil yang berbeda yaitu
kualitas fisik tambak. untuk budidaya udang di Bengkulu dimensi ekologi
menunjukkan nilai yang relatif kecil, sehingga kurang
Hasil analisis MDS menunjukkan bahwa nilai berkelanjutan pada dimensi ekologi. Kondisi ini
indeks keberlanjutan sistem tradisional Jateng membutuhkan adanya kebijakan pemerintah di tingkat
mencapai 48.96, untuk sistem tradisional Sulawesi provinsi untuk mendukung keberlanjutan bisnis udang
Selatan sebesar 41.26, sistem intensif Jawa Tengah di daerah Bengkulu. Dari hasil analisis leverage
memperoleh nilai 35.53, kemudian sistem intensif terdapat tiga atribut penting yang mempengaruhi
Jawa Barat adalah 50.43 dan sistem super intensif terhadap keberlanjutan sistem budidaya udang yaitu
mencapai 73.67. Kisaran nilai indeks keberlanjutan mangrove, penyakit dan pasang surut (Gambar 4).

56
Copyright © 2017, Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia (JKPI)
Analisis Sistem Budidaya untuk Mendukung Kebijakan Keberlanjutan Produksi Udang (Hadie, W & L.E. Hadie)

Atribut yang sensitif pada ekologi tambak adalah Atribut investasi dapat diartikan sebagai suatu
keterbatasan mangrove yang sangat memengaruhi komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya
produksi, sehingga hal ini memerlukan kebijakan lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan
dalam restorasi hutan mangrove oleh Pemda setempat mendapatkan keuntungan dimasa mendatang. Dari
dengan melibatkan stakeholder. Atribut penyakit hasil penelitian, diketahui bahwa investasi budidaya
udang seperti WSSV menjadi kendala besar, karena udang intensif dan super intensif sangat memerlukan
menimbulkan kematian masal yang sangat merugikan investasi yang besar, sehingga keberhasilan dalam
petambak udang. Dukungan kebijakan oleh Pemda budidayanya akan memberikan keuntungan yang
ini perlu mengacu kepada PERMEN KP No 75/2016, besar pula. Dengan demikian, keberlanjutan sistem
yang menyatakan bahwa penguatan kapasitas Pemda budidaya perikanan harus memberikan kepastian
dalam mendukung pengelolaan perikanan budidaya usaha yang menguntungk an sehingga akan
skala kecil berbasis daya dukung ekosistem mempengaruhi investasi dari pelaku usaha untuk
merupakan kewenangan Pemda ( KKP, 2016). melakukan usahanya. Atribut penumbuhan usaha
pendukung dalam keberlanjutan sistem budidaya
Status Keberlanjutan Dimensi Ekonomi menempati nomor tiga. Seperti diketahui bahwa
sistem perikanan merupakan suatu rangkaian
Atribut yang dipertimbangkan memberikan kegiatan usaha terdiri dari hulu ke hilir, mulai dari
pengaruh terhadap tingkat keberlanjutan pada dimensi penyedia input, produksi, pasca produksi termasuk
ekonomi dari lima sistem budidaya yang dikaji terdiri jasa. Ketersediaan faktor pendukung dalam sistem
dari tujuh atribut : (1) kepemilikan asset; (2) investasi perikanan sangat diperlukan keberadaanya di lokasi
yang digunakan; (3) penumbuhan usaha pendukung; sentra budidaya. Hal ini karena dapat menjamin
(4) wilayah pemasaran; (5) keuntungan usaha; (6) ketersediaan kebutuhan pembudidaya dengan cepat
mutu udang yang dihasilkan; (7) produk dengan nilai dan efisien.
pasar yang baik.
Atribut yang sensitif pada dimensi ekonomi adalah
Hasil analisis MDS menunjukkan bahwa nilai kepemilikan asset tambak. Pada daerah Bantul, DIY
indeks keberlanjutan sistem tradisional Jateng hal ini menjadi sumber konflik kepentingan antar
mencapai 83.13, untuk sistem tradisional Sulawesi stakeholder. Tambak yang digunakan untuk usaha
Selatan sebesar 83.13, sistem intensif Jawa Tengah budidaya merupakan milik pihak lain, sehingga hal
memperoleh nilai 92.15, kemudian sistem intensif ini menjadi kendala dalam keberlanjutan usaha
Jawa Barat adalah 83.12 dan sistem super intensif budidaya udang. Selain hal itu investasi yang
mencapai 92.17. Kisaran nilai indeks keberlanjutan dibutuhkan masih membutuhkan perhatian dari pihak
yang diperoleh akan menentukan tingkat keberlanjutan perbankan. Investasi yang digunakan petambak
suatu sistem budidaya (Johnson & Wichern, 1992). umumnya diperoleh dari pinjaman dengan jaminan
Berdasarkan klasifikasi kondisi tersebut, maka kondisi rumah atau tanah dengan bunga yang cukup tinggi
dimensi ekonomi termasuk dalam kategori cukup (Gambar 4). Kebijakan pemerintah diharapkan dapat
berkelanjutan untuk lima sistem budidaya yang dikaji. menjadi jembatan dalam mengatasi masalah tersebut
Dari hasil analisis leverage diketahui bahwa terdapat diatas, hal senada dengan pernyataan Davis &
tiga atribut yang berpengaruh pada keberlanjutan Gartside (2001) dan (Kementerian Koordinator Bidang
sistem budidaya yaitu kepemilikan aset, investasi Perekonomian, 2011) yang menyatakan bahwa
yang digunakan dan penumbuhan usaha pendukung. kebijakan dalam bidang ekonomi akan membantu
perkembangan suatu usaha.
Atribut kepemilikan aset menjadi atribut penting
dalam keberlanjutan sistem budidaya perikanan. Dari Hasil analisis Monte Carlo pada taraf kepercayaan
hasil penelitian diketahui bahwa kepemilikan aset 95 % menunjukkan ada selisih perhitungan yang relatif
budidaya ikan dikuasai oleh penduduk luar, bahkan kecil pada nilai MDS yang dihasilkan analisis Rap-
di DIY sering terjadi konflik yang disebabkan oleh SISDITA dengan uji Monte Carlo. Selisih yang kecil
kepentingan berbagai stakeholder. Kondisi demikian, ini memperlihatkan bahwa kesalahan dalam analisis
memungkinkan terjadinya alih fungsi lahan tidak dapat relatif kecil skoring setiap atribut, variasi pemberian
dihindari, ketika pemilik akan mengubah usaha dari skoring karena perbedaan opini juga kecil, proses
perikanan menjadi usaha non perikanan. Disamping analisis cukup akurat, dan kesalahan in put data serta
itu, kepemilikan aset budidaya oleh orang luar tidak data hilang dapat dihindari. Nilai perbedaan indeks
banyak memberikan manfaat ekonomi kepada keberlanjutan analisis MDS dan Monte Carlo disajikan
masyarakat lokal dan keberlanjutan sistem budidaya pada Tabel 1.
tidak lagi dapat diprogramkan oleh pemerintah
setempat.

57

Copyright © 2017, Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia (JKPI)


J.Kebijak.Perikan.Ind. Vol.9 No.1 Mei 2017: 51-60

Tabel 1. Perbedaan indeks nilai keberlanjutan analisis Monte Carlo dengan analisis Rap-SISDITA.
Table 1. The difference in sustainability value of Monte Carlo analysis with Rap-SISDITA analysis.
Dimensi keberlanjutan MDS Monte Carlo Perbedaan/Difference
Sustainability dimension
Kebijakan 60,13 57,09 3,04
Policy
Ekologi 49,58 49,68 0,10
Ecology
Teknologi 71,91 72,07 0,16
Technology
Ekonomi 87,06 85,26 1,80
Economy
Selisih perbedaan nilai MDS dengan uji Monte dibuktikan kalau sesuai dengan kaidah ilmiah, maka
Carlo berkisar antara 0,1 – 3,04. Hal ini membuktikan nilai stress dan koefisien determinasi dianalisis. Hasil
tingkat akurasi hasil analisis Rap-SISDITA yang analisis untuk nilai stress dan koefisien determinasi
dapat dikatakan akurat. Atribut-atribut yang dikaji perlu (R2) disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil analisis Rap-SISDITA untuk nilai Stress dan Koefisien determinasi (R2)
Table 2. Result of Rap-SISDITA analysis for Stress and Coefficient of determination (R2)
Parameter/Parameter Dimensi keberlanjutan/Policy dimension
A B C D
Stress 0,17 0,13 0,19 0,14
R2 0,94 0,95 0,93 0,96
Iterasi 2 2 2 3
Keterangan: A = dimensi kebijakan, B = dimensi teknologi, C = dimensi ekologi, D = dimensi ekonomi.
Nilai stress dan koefisien determinasi KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
menunjukkan bahwa hasil analisis cukup akurat dan Kesimpulan
dapat dipertanggung- jawabkan secara ilmiah. Hal ini
dibuktikan dengan nilai stress lebih kecil dari 0,25 Keberlanjutan budidaya udang vaname dengan
dan koefisien determinasi mendekati nilai 1,0 sistem tradisional plus, semi intensif, intensif dan
(Kavanagh & Pitcher, 2004). Dari Tabel 1 dapat dilihat super intensif didukung oleh tiga dimensi yang utama
bahwa tidak semua dimensi mendukung keberlanjutan yaitu dimensi kebijakan, teknologi, dan ekonomi.
budidaya udang vaname secara signifikan. Tiga Atribut-atribut yang paling sensitif dalam dimensi
dimensi utama yang mendukung keberlanjutan kebijakan adalah: 1).kebijakan ekspor udang
budidaya udang vaname adalah dimensi kebijakan, konsumsi, 2). kebijakan impor induk udang, 3).
teknologi dan ekonomi. Akurasi dukungan dimensi- kebijakan food security, dan 4). penggunaan obat-
dimensi tersebut terhadap keberlanjutan budidaya obatan kimia. Atribut yang paling sensitif untuk
udang vaname dibuktikan dengan nilai stress dan keberlanjutan dimensi teknologi adalah: 1).
koefisien determinasi yang diperoleh (Tabel 2). infrastruktur, 2). penerapan teknologi pasang surut,
3). cara panen, 4).ukuran panen, 5).pedoman SOP
Kondisi lapangan juga mendukung hal tersebut, budidaya udang dan 6). monitoring kualitas air. Atribut
mengingat adanya dukungan kebijakan, teknologi, yang paling sensitif untuk keberlanjutan dimensi
dan nilai ekonomi produk budidaya. Hal tersebut ekonomi adalah: 1). kepemilikan aset 2). investasi
sesuai dengan kenyataan di lapang karena terkadang yang digunakan dan 3). penumbuhan usaha
kepemilikan tambak ataupun pemodal usaha bisa pendukung. Dengan mengelola ketiga kelompok
berasal dari luar kawasan budidaya. Dimensi ekologi dimensi yang sensitif tersebut, maka budidaya udang
memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap vaname akan tetap berkeberlanjutan serta dapat
keberlanjutan budidaya udang vaname. Dalam upaya mencapai produksi udang yang berdaya saing tinggi
mengatasi degradasi lingkungan, dukungan teknologi di pasar global.
telah membantu berkembangnya budidaya udang,
meskipun rekayasa lingkungan belum menjamin REKOMENDASI
sepenuhnya dalam mengatasi penyakit yang timbul
akibat degradasi lingkungan. Hasil analisis secara deskriptif yang disinergikan
dengan teknik analisis berbasis multi dimensional

58
Copyright © 2017, Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia (JKPI)
Analisis Sistem Budidaya untuk Mendukung Kebijakan Keberlanjutan Produksi Udang (Hadie, W & L.E. Hadie)

scalling, maka diperoleh opsi kebijakan dalam strategi Nasional. Paper Pengantar pada FGD Strategi
kebijakan sistem budidaya udang, seperti berikut ini: Pengembangan Ekonomi Negara Kepulauan.

1. Dalam mendukung Inpres Nomor 7 tahun 2016 Alder, J., Pitcher, T.J., Preikshot. D., Kaschner, K.,
tentang peningkatan produksi dalam mendukung & Feriss, B. (2000). How good is good? A Rapid
industrialisasi perikanan, maka sub sektor appraisal technique for evaluation of the
budidaya perlu mengimplementasikan hasil sustainability status of fisheries of the North
penelitian untuk mendukung keberlanjutan usaha Atlantic. In Pauly and Pitcher (eds). Methods for
budidaya udang vaname. Dimensi yang perlu evaluationg the impacts of fisheries on the north
diperhatikan dalam membuat keberlanjutan Atlantic ecosystem. Fisheries Center Research
budidaya udang vaname adalah kebijakan Reports. 8(2): 136 - 182.
pemerintah, teknologi budidaya, dan nilai ekonomi
produk budidaya. Davis, D., & Gartside, D.F. (2001). Challenges for
2. Dalam mendukung PERMEN KP No.75/2016 economic policy in sustainable management of
tentang pedoman umum pembesaran udang windu marine natural resources. Ecological Economics
(Penaeus monodon) dan udang vaname 36: 223-236.
(Litopenaeus vannamei) , maka para pembudidaya
udang perlu menerapkan persyaratan teknis yang Irnad. (2015). Sustainability status and strategy of
baku dalam menentukan lokasi, mempersiapkan shrimps business in Bengkulu Province.
sarana dan prasarana. Proses budidaya udang juga Proceeding ISEPROLOCAL. International Seminar
harus memenuhi syarat jaminan mutu dan on Promoting Local Resources for Food and
keamanan pangan, serta menerapkan cara Health (p. 516–519). Bengkulu. Indonesia.
budidaya yang baik pada tahap pra produksi, proses
produksi dan panen. Johnson, R.A., & Wichern, D.W. (1992). Applied
3. Pemanfaatan sentra budidaya udang vaname multivariate statistical analysis, (3th Ed). Prentice
secara terintegrasi melalui diseminasi teknologi Hall Eugleword Cliss. New Jersey.
secara menyeluruh yang menjangkau daerah-
daerah yang berpotensi untuk budidaya udang Kavanagh, P. (2001). RAPFISH Software Description
vaname. Selain itu diperlukan promosi dan (for Microsoft Excel). Rapid Appraisal for Fisheries
komersialisasi hasil teknologi budidaya melalui (RAPFISH) Project (36p). Fisheries Center
multimedia yang lebih luas. University of British Columbia; Vancouver.
4. Pem erintah Pusat menugaskan lembaga
penelitian, Perguruan tinggi, penyuluh perikanan, Kavanagh, P. & Pitcher, T.J. (2004). Implementing
produsen benih, pengusaha pakan, dan kelompok microsoft excel software for rapfish: A Technique
pembudidaya untuk mengambil langkah persiapan for the Rapid Appraisal of Fisheries Status.
hingga pelaksanaan program. Capacity building Fisheries Centre Research Reports 12 (2), 75 pp.
sumberdaya manusia diperlukan untuk memotivasi University of British Columbia.
pembudidaya udang vaname agar menerapkan
teknologi budidaya yang tepatguna. Kementerian Kelautan dan Perikanan. (2012).
Kebijakan industrialisasi kelautan dan perikanan.
PERSANTUNAN Kementerian Kelautan dan Perikanan, (30 pp).
Jakarta.
Riset ini dibiayai oleh DIPA Kegiatan Riset Analisis
Kebijakan Pengembangan Perikanan Budidaya TA Kementerian Kelautan dan Perikanan. (2016).
2014. Ucapan terima kasih kami haturkan kepada Pedoman umum pembesaran udang windu
Bpk. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan (Penaeus monodon) dan udang vaname
Perikanan Budidaya dan Bp. Benny Osta Nababan, (Litopenaeus vannamei). Diakses dari http://
S.Pi, M.Si, dosen pada Fakultas Ekologi Manusia, www.bkipm.kkp.go.id/75-permen-kp-2016-ttg-
IPB Bogor atas saran dan masukan yang sangat pedoman-umum
bermanfaat dalam penelitian ini.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. (2017). Instruksi
DAFTAR PUSTAKA Presiden No. 7 Tahun 2016 tentang Percepatan
Pembangunan Industri Perikanan Nasional.
Adrianto, L. (2008). Akselerasi ekonomi kelautan dan Diakses dari http://infohukum.kkp.go.id/index.php/
perikanan menuju Negara Kepulauan yang Maju, hukum/download/1134
Mandiri, Kuat dan Berbasiskan Kepentingan

59

Copyright © 2017, Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia (JKPI)


J.Kebijak.Perikan.Ind. Vol.9 No.1 Mei 2017: 51-60

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Purnomo. A.H., Taryono., Hartono, T., Nasution, Z.,
(2011). Master plan percepatan dan perluasan Aji, N., & Azizi, A. (2003). Analisis Rapfish
pembangunan ekonomi Indonesia (MP3EI) edisi Perikanan Teluk Tomini. Laporan Riset Daya
revisi. Kementerian Koordinator Bidang Dukung Kelautan dan Perikanan I. Badan Riset
Perekonomian, (210 pp). Jakarta. Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Machado, I.C., Fagundes, L., & Henrique, M.B. (2015). Simamora, S.D. (2014). Market Brief Langkah dan
Multidimensional assesment of sustainability Strategi Ekspor ke Uni Eropa: Produk Udang.
extractivism of mangrove oyster Crassosstrea spp. Diakses dari http://apindo.or.id/id/publikasi/market
in the Estuary of Cananea, Sao Paolo, Brazil.
Braz. J. Biol. 75(3): 670–678. Supangat, A. (2005). Konservasi sumber daya
perairan. Edisi Kesatu, (p.6.27–6.44).Universitas
Pitcher, T., & Preikshot, D. (2001). Rapfish: A Rapid Terbuka. Jakarta.
Appraisal Technique to Evaluate the Sustainability
Status of Fisheries. Fisheries Research 49(3):255- Syahra, A. (2012). Strategi produksi agribisnis (10p).
270. Bahan Ajar Strategi Agribisnis. Jakarta.

Pitcher, T.J. (1999). Rapfish, A rapid appraisal Townsley, P. (1996). Rapid rural appraisal,
technique for fisheries, And Its Application to the participatory rural appraisal and aquaculture. FAO
Code of Conduct for Responsible Fisheries. FAO Fisheries Technical Paper (No. 358. 109 pp). FAO
Fisheries Circular (No.947, 47 pp). FAO of the UN, of the UN, Rome.
Rome.
Young, F. W. (1985). Multidimensional scaling. In, S.
Pitcher, T.J., & Power, M.D. (2000). Fish Figures: Kotz, N. L. Johnson, & C. B. Read (Eds),
Quantifying the Ethical Status of Canadian Encyclopedia of statistical sciences (Vol. 5, pp.
Fisheries, East and West. In H. Coward., R. Omer., 649-659). New York: Wiley.
and T. Pitcher (Eds). Just Fish: Ethics and
Canadian Marine Fisheries ISER. (p. 225-253).
New Foundland. Canada.

60
Copyright © 2017, Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia (JKPI)

Anda mungkin juga menyukai