Bab Ii Jiwa

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kasus
Harga diri rendah.
a) Proses Terjadinya Masalah
1) Definisi
Perkembangan kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan dalam segi
kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan baik positif maupun negatif
dapat mempengaruhi keseimbangan fisik, mental, dan psikososial seperti bencana dan
konflik yang dialami sehingga berdampak sangat besar terhadap kesehatan jiwa
seseorang yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa (Nurhalimah,
2016).
Harga diri seseorang di peroleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan harga
diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perilaku orang lain yang
mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri seseorang
berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki harga diri tinggi
menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk
berubah serta cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri rendah
melihat lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman. (Keliat,
2011).
Menurut (Yusuf, A.H & ,R & Nihayati, 2015), gangguan jiwa ialah
terganggunya kondisi mental atau psikologi seseorang yang dapat dipengaruhi dari
faktor diri sendiri dan lingkungan. Hal-hal yang dapat mempengangaruhi perilaku
manusia ialah keturunan dan konstitusi, umur, dan sex, keadaan badaniah, keadaan
psikologik, keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan
dan kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang di cintai, rasa permusuhan,
hubungan antara manusia.
2) Tanda dan Gejala
a. Mengejek dan mengkritik diri.
b. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri.
c. Mengalami gejala fisik, misal: tekanan darah tinggi, gangguan penggunaan zat.
d. Menunda keputusan.
e. Sulit bergaul.
f. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas.
g. Menarik diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga dan halusinasi.
h. Merusak diri: harga diri rendah menyokong klien untuk mengakhiri hidup.
i. Merusak atau melukai orang lain.
j. Perasaan tidak mampu.
k. Pandangan hidup yang pesimitis.
l. Tidak menerima pujian.
m. Penurunan produktivitas.
n. Penolakan tehadap kemampuan diri.
o. Kurang memperhatikan perawatan diri.
p. Berpakaian tidak rapi.
q. Berkurang selera makan.
r. Tidak berani menatap lawan bicara.
s. Lebih banyak menunduk.
t. Bicara lambat dengan nada suara lemah.
3) Predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri
Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis, kegagalan yang berulang,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal
diri yang tidak realistis.
b. Faktor yang mempengaruhi peran.
Dimasyarakat umunya peran seseorang disesuai dengan jenis kelaminnya. Misalnya
seseorang wanita dianggap kurang mampu, kurang mandiri, kurang obyektif dan rasional
sedangkan pria dianggap kurang sensitive, kurang hangat, kurang ekspresif dibandingkan
wanita. Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak sesuai
lazimnya maka dapat menimbulkan konflik diri maupun hubungan sosial.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri.
Meliputi ketidak percayaan, tekanan dari teman sebaya dan perubahan struktur sosial.
Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan anak menjadi kurang percaya
diri, ragu dalam mengambil keputusan dan dihantui rasa bersalah ketika akan melakukan
sesuatu. Control orang yang berat pada anak remaja akan menimbulkan perasaan benci
kepada orang tua. Teman sebaya merupakan faktor lain yang berpengaruh pada identitas.
Remaja ingin diterima, dibutuhkan dan diakui oleh kelompoknya,
d. Faktor biologis
Adanya kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon secara umum, yang
dapat pula berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar
serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien
depresi kecenderungan harga diri dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya.
4) Presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi yang dihadapi
individu dan ia tidak mampu menyesuaikan. Situasi atas stressor dapat mempengaruhi
komponen. Stressor yang dapat mempengaruhi gambaran diri adalah hilangnya bagian
tubuuh, tindakan operasi, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh,
proses tumbuh kembang prosedur tindakan dan pengobatan. Sedangkan stressor yang dapat
mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari
orang tua dan orang yang berarti, pola asuh yang tidak tepat, misalnya selalu dituntut,
dituruti, persaingan dengan saudara, kesalahan dan kegagalan berulang, cita-cita tidak
terpenuhi dan kegagalan bertanggung jawab sendiri. Stressor pencetus dapat berasal dari
internal dan eksternal:

a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa


yang mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan
individu mengalaminya sebagai frustasi.
Ada tiga jenis transisi peran:
1) Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan
dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam
kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai serta
tekanan untuk menyesuaikan diri.
2) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3) Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari sehat ke keadaan sakit.
Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran,
bentuk, penampilan atau fungsi tubuh, perubahan fisik yang berhubungan
dengan tumbuh kembang normal. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua
komponen konsep diri yaitu gambaran diri, identitas diri, peran dan harga diri.

5) Rentang Respon

Keterangan:
a. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang pengalaman
nyata yang sukses diterima.
b. Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi.
c. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep diri
maladaptif.
d. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek psikososial
dan kepribadian dewasa yang harmonis.
e. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya
dengan orang lain.

6) Pohon Masalah
Pohon masalah yang muncul menurut Fajariyah (2012) :
Gangguan memori

Gangguan persepsi sensori

Distres spiritual

Keputusasaan Effect

Harga diri rendah situasional Core Problem

Gangguan interaksi sosial Cause

Koping tidak efektif

B. Asuhan Keperawatan

1) Pengkajian
1. Data subyektif
a. Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna.
b. Mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu
c. Mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk beraktivitas atau bekerja.
d. Mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan diri (mandi, berhias, makan atau
toileting).
2. Data obyektif
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimistis
d. Tidak menerima pujian
e. Penurunan produktivitas
f. Penolakan terhadap kemampuan diri
g. Kurang memperhatikan perawatan diri
h. Berpakaian tidak rapi
i. Berkurang selera makan
j. Tidak berani menatap lawan bicara
k. Lebih banyak menunduk
l. Bicara lambat dengan nada suara lemah.
3. Mekanisme koping
Mekanisme koping menurut Deden (2013) :
Jangka pendek :
a. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis : pemakaian obat-obatan,
kerja keras, nonoton tv terus menerus.
b. Kegiatan mengganti identitas sementara: ikut kelompok sosial, keagamaan, politik.

c. Kegiatan yang memberi dukungan sementara : kompetisi olah raga kontes


popularitas.
d. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara : penyalahgunaan obat-
obatan.
Jangka Panjang :

a. Menutup identitas : terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-
orang yang berarti, tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri.
b. Identitas negatif : asumsi yang pertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat.
Mekanisme Pertahanan Ego:
Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah : fantasi, disasosiasi, isolasi,
proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri dan orang lain.
2) Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan citra tubuh
2. Kesiapan meningkatkan konsep diri
3. Harga diri rendah (kronis, situasional dan resiko situasional)
4. Ketidakefektifan performa peran
5. Gangguan identitas pribadi
3) Intervensi Keperawatan
1. Rencana tindakan keperawatan pada klien
a. Tujuan/strategi pelaksanaan
Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk klien
1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
2) Membantu klien menilai kemampuan yang masih dapat dilakukan.
3) Membantu klien menetukan kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan
klien.
4) Melatih klien sesuai dengan kemampuan yang dipilih.
5) Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan klien.
6) Menganjurkan klien memasukan jadwal kegiatan harian.
Strategi pelaksanaan 2 (SP 2) untuk klien.

1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien,


2) Melatih kemampuan keduanya
3) Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal harian.
b. Tindakan keperawatan untuk klien
1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien. Perawat
dapat melakukan hal-hal berikut utuk membantu klien mengungkapkan kemampuan
dan aspek positif yang masih dimiliki.
2) Mendiskusikan bahwa klien maasih memiliki sejumlah kemampuan dan aspek
positif seperti kegiatan klien di rumah, adanya keluarga dan lingkungan terdekat
klien.
3) Memberi pujian yang realistis atau nyata dan hindarkan penilaian yang negatif
setiap kali bertemu dengan klien.
4) Membantu klien dalam menilai kemampuan yang dapat digunakan
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Mendiskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan saat ini
setelah mengalami bencana.
b) Membantu klien menyebutkannya dan berikan penguatan terhadap kemampuan
diri yang berhasil diungkapkan klien.
c) Perlihatkan respons yang konduktif dan jadilah pendengar yang aktif.
5) Membantu klien agar dapat memilih atau menetapkan kegiatan sesuai dengan
kemampuan. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Mendiskusikan dengan klien beberapa aktivitas yang dapat dilakukan dan pilih
sebagai kegiatan yang akan dilakukan sehari-hari.
b) Bantu klien menetapakan aktivitas yang dapat dilakukan secara mandiri.
Tentukan aktivitas-aktivitas yang memerlukan bantuan minimal dan bantuan
penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat klien. Berikan contoh cara
pelaksanaan aktivitas yang dapat dilakukan klien. Lakukan penyusunan
aktivitas bersama klien dan buatlah daftar aktivitas atau kegiatan sehari-hari
klien.
6) Melatih kegiatan klien yang sudah dipilih sesuai kemampuan.
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Mendiskusikan dengan klien untuk menetapkan urutan kegiatan (yang sudah
dipilih klien yang akan dilatih.
b) Bersama klien dan keluarga memperagakan beberapa kegiatan yang akan
dilakukan klien.
c) Berikan dukungan dan pujian yang nyata pada setiap kemajuan yang
diperlihatkan klien.
7) Membantu klien agar dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuan.
Untuk mencapai tujuan dari tindakan keperawatan tersebut, saudara dapat
melakukan hal-hal berikut:
a) Memberi kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah dilakukan.
b) Berikan pujian atas aktivitas atau kegiatan yang dapat yang dapat dilakukan
klien setiap hari.
c) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap
aktivitas.
d) Menyusun daftar setiap aktivitas yang sudah dilakukan bersama klien dan
keluarga.
e) Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya setelah
melaksanakan kegiatan
f) Yakikan bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas yang dilakukan oleh klien.
2. Rencana tindakan keperawatan pada keluarga.
a. Tujuan/strategi pelaksanaan
Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk keluarga.

1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.


2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami klien beserta
proses terjadinya.
Strategi Pelaksanaan 2 (SP 2) untuk keluarga.
1) Melatih keluarga untuk memperaktikan cara merawat klien harga diri rendah.
2) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien harga dri rendah.
Strategi pelaksanaan 3 (SP 3) untuk keluarga
1) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat.
2) Menjelaskan follow up klien setelah pulang.
b. Tindakan keperawatan untuk keluarga.
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat klien.
2) Jeleskan kepada keluarga tentang kondisi klien yang mengalami gangguan konsep diri;
harga diri rendah kronis.
3) Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang dimiliki klien.
4) Jelaskan cara-cara merawat klien dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah
kronis.
5) Demostrasikan cara merawat klien dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah
kronis.
6) Bantu klien menyusun rencana kegiatan klien di rumah.

4) Strategi Pelaksanaan
1. SP-1 Pasien: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-1: Mendiskusikan kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki pasien, membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat
digunakan, membantu pasien memilih/menetapkan  kemampuan yang akan dilatih,
melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan
yang telah dilatih dalam rencana harian.
a. Orientasi
“Selamat pagi, Perkenalkan saya perawat Gunawan. Saya Mahasiswa Keperawatan
Poltekkes. Saya yang akan merawat bapak dari jam 8 pagi sampai jam 3 sore nanti ya
pak”
“Bagaimana keadaan  Bapak E hari ini?  bapak E terlihat segar“
”Bagaimana, kalau kita berbincang-bincang tentang kemampuan dan kegiatan yang
pernah   Bapak E lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih
dapat   Bapak E dilakukan di rumah sakit. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu
kegiatan untuk kita latih. Bagaimana menurut Bapak E?”
”Dimana kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu saja pak?
Berapa lama kira-kira kita akan ngobrol pak? Apakah cukup 20 menit? Oke cukup ya
pak 20 menit”
b. Kerja
“Bapak E, apa saja kemampuan Bapak E dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya buat
daftarnya ya pak. Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa Bapak E lakukan?
Bagaimana dengan merapihkan kamar? Menyapu ? Mencuci piring? Wah, bagus
sekali. Cukup banyak kemampuan dan kegiatan yang  Bapak E miliki “.
”   Bapak E, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat
dikerjakan di rumah sakit? Coba kita lihat, yang pertama bisakah? yang kedua? sampai
5 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih
bisa dikerjakan di rumah sakit ini”
”Sekarang, coba Bapak E pilih satu kegiatan  yang masih bisa dikerjakan di rumah
sakit ini”.
” Ok, yang nomor satu, merapihkan tempat tidur? Kalau begitu, bagaimana kalau
sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur Ibu T? Mari kita lihat tempat tidur
Bapak E. Coba lihat, sudah rapihkah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus sekali pak. Sekarang kita angkat spreinya dan kasurnya kita
balik. Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus pak.
Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang
ambil bantal, rapihkan dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah
letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus, pak bisa melakukannya”
” Bapak E sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan
bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus ”
“ Coba Bapak E lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau Bapak E
lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan untuk melakukan dan T
(tidak) tidak melakukan”

c. Terminasi
“Bagaimana perasaan  Bapak E setelah berbincang-bincang dan latihan merapihkan
tempat tidur? Iya benar bu. Bapak E ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat
dilakukan di rumah sakit ini. Salah satunya, merapihkan tempat tidur yang
sudah Bapak E praktekkan dengan baik sekali.  Nah, kemampuan ini dapat dilakukan
juga di rumah setelah pulang ya pak.”
”Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Bapak E mau berapa kali sehari
merapihkan tempat tidur? Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu sehabis
istirahat jam berapa?”
”Besok pagi  kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Bapak E masih ingat kegiatan
apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapihkan tempat tidur? Ya
bagus, cuci piring. Kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di
dapur ruangan ini sehabis makan pagi  selama 20 menit, menurut ibu bagaimana? Oke
pak, Sampai jumpa ya”
2. SP-2 Pasien: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-2: Melatih pasien melakukan kegiatan
lain yang sesuai dengan  kemampuan  pasien.
a. Orientasi
“Selamat pagi, Bapak E masih ingat dengan saya? Iya benar sekali pak, saya perawat
Isel yang akan merawat Bapak E dari jam 8 sampai jam 3 sore nanti ya pak”
“Bagaimana perasaan Bapak E pagi ini? Wah, tampak cerah”
 ”Bagaimana Bapak E, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ Tadi
pagi? Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita akan
latihan kemampuan kedua ya pak?. Masih ingat apa kegiatan itu Bapak E?”
”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur ruangan ini, Waktunya sekitar
20 menit. Bagaimana menurut Bapak E?”
b. Kerja
“Bapak E, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya,
yaitu sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring
dan air untuk membilas. Bapak E bisa menggunakan air yang mengalir dari kran ini
ya? Oh ya jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-makanan”
“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
“Setelah semua perlengkapan tersedia, Bapak E ambil satu piring kotor lalu buang
dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah. Kemudian Bapak E
bersihkan piring tersebut dengan menggunakan sabut/tapes yang sudah diberikan
sabun pencuci piring.  Setelah selesai disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak
ada busa sabun sedikit pun di piring tersebut. Setelah itu  Bapak E bisa
mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah
selesai bapak”
“Sekarang coba Bapak E praktekkan kembali seperti yang saya contohkan tadi pak”
“Bagus sekali, Bapak E dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang
dilap tangannya pak”
c. Terminasi :
”Bagaimana perasaan Bapak E setelah latihan cuci piring?”
 “Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari
Bapak E? Mau berapa kali Bapak E mencuci piring? Bagus sekali Bapak E mencuci
piring tiga kali setelah makan. “ Coba Bapak E lakukan dan jangan lupa memberi
tanda M (mandiri) kalau Bapak E lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika
diingatkan untuk melakukan dan T (tidak) tidak melakukan”
”Besok kita akan latihan  untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat
tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan
mengepel. Mau jam berapa bu kita melakukan latihan mengepel nya? Oke baik
besok jam 9 pagi ya pak setelah bapak selesai merapikan tempat tidur dan mencuci
piring. Dimana kita akan melakukan latihannya bapak? Oke baik pak, kita muali
dari ruangan ini saja ya pak. Kalau begitu saya permisi dulu ya pak, Sampai jumpa”
3. SP-1 Keluarga: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-1: Mendiskusikan masalah yang
dihadapi keluarga dalam merawat pasien di rumah, menjelaskan tentang pengertian,
tanda dan gejala harga diri rendah, menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri
rendah, mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah, dan
memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat.
a. Orientasi
“Selamat pagi bapak/ibu, perkenalkan saya perawat Iselfia Myatrizky yang merawat
Bapak E dari jam 8 pagi ini sampai nanti jam 3 sore”
“Bagaimana keadaan  Bapak/Ibu pagi ini?”
“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat Bapak E?
Berapa lama waktu Bapak/Ibu butuhkan? 30 menit saja? Baik pak/bu. Kita
berbincang-bincangnya diruang wawancara saja bagaimana pak/bu? Oke, mari kita
keruangan wawancara”
b. Kerja
“Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah Bapak E”
“Ya memang benar sekali Pak/Bu, Bapak E itu memang  terlihat tidak percaya diri
dan sering menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada Bapak E, sering
menyalahkan dirinya dan mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh sedunia.
Dengan kata lain, Bapak E memiliki masalah harga diri rendah yang ditandai dengan
munculnya pikiran-pikiran yang selalu negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan
Bapak E ini terus-menerus seperti itu, Bapak E bisa mengalami masalah yang lebih
berat lagi, misalnya Bapak E jadi malu bertemu dengan orang lain dan memilih
mengurung diri”
“Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?”
“Bagus sekali bapak/Ibu sudah mengerti”
“Setelah kita mengerti bahwa masalah Bapak E dapat menjadi masalah serius, maka
kita perlu memberikan perawatan yang baik untuk Bapak E”
”Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki Bapak E? Ya benar, dia juga
mengatakan hal yang sama (kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan Bapak
E)”
” Bapak E itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan cuci
piring. Serta telah dibuat jadual untuk melakukannya. Untuk itu, Bapak/Ibu dapat
mengingatkan Ibu T untuk melakukan kegiatan tersebut sesuai jadwal. Tolong bantu
menyiapkan alat-alatnya ya Pak/Bu dan jangan lupa memberikan pujian agar harga
dirinya meningkat. Ajak pula memberi tanda cek list pada jadwal kegiatannya”.
”Selain itu, bila Bapak E sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak/Ibu
tetap  perlu memantau perkembangan Bapak E. Jika masalah harga dirinya kembali
muncul dan tidak tertangani lagi, bapak/Ibu dapat membawa Bapak E ke
puskesmas”
”Nah, bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian kepada
Bapak E”
”Temui Bapak E dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian
yang yang mengatakan: Bagus sekali Bapak E, kamu sudah semakin terampil
mencuci piring”
”Coba Bapak/Ibu praktekkan sekarang. Bagus”
c. Terminasi
”Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?”
“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi E dan bagaimana
cara merawatnya?”
“Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali Bapak/Ibu
kemari lakukan seperti itu dan di rumah juga demikian ya pak/bu.”
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara
memberi pujian langsung kepada Bapak E. Jam berapa Bapak/Ibu datang? Baik
saya tunggu ya. Sampai jumpa”
4. SP-2 Keluarga: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-2: Melatih keluarga mempraktekkan
cara merawat pasien dengan masalah harga diri rendah langsung kepada pasien
a. Orientasi
“Selamat pagi Bapak/Ibu?”
” Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”
”Bapak/Ibu masih ingat latihan merawat Ibu Bapak/Ibu  seperti yang kita
pelajari  dua  hari yang lalu?”
“Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung kepada Bapak E, Waktunya 20
menit. Bagaimana menurut bapak/ibu? Oke kalau begitu, sekarang mari kita temui
Bapak E” 
b. Kerja
”Selamat pagi Bapak E. Bagaimana perasaan Bapak E hari ini?”
”Hari ini saya datang bersama anak Bapak E. Seperti yang sudah saya katakan
sebelumnya, anak Ibu T juga ingin merawat Bapak E agar cepat pulih.”
(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
”Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang sudah kita
latihkan beberapa hari lalu yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan orang
tua Bapak/Ibu (Perawat mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat
pasien seperti yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya)”
”Bagaimana  perasaan Bapak E setelah berbincang-bincang dengan anak Bapak E?”
”Baiklah,  sekarang saya dan anak Bapak E ke ruang perawat dulu  (Perawat dan
keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga)”
c. Terminasi:
“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?”
“Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah bisa melakukan cara merawat seperti yang tadi
kepada Bapak E ya”.
5. SP-3 Keluarga: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-3: Membantu keluarga membuat
jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning), Menjelaskan
follow up klien setelah pulang
a. Orientasi
“Selamat pagi Bapak/Ibu?”
” Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”
“Bagaimana Bapak/Ibu, selama Bapak/Ibu membesuk apakah sudah terus berlatih
cara merawat Bapak?”
“Karena besok Bapak E sudah boleh pulang, maka sesuai janji kita sekarang
ketemu, nah sekarang bagaimana kalau kita bicarakan jadwal di rumah?”
“Berapa lama Bapak/Ibu mau kita berbicara? Bagaimana kalau 15 menit?”
“Dimana kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau birbincang-bincangnya
disini saja?”
b. Kerja
” Bapak/Ibu ini jadwal kegiatan Bapak E selama di rumah sakit. Coba diperhatikan,
apakah semua dapat dilaksanakan di rumah?”
” Bapak/Ibu, jadwal yang telah dIbuat selama Bapak dirawat dirumah sakit tolong
dilanjutkan dirumah, baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya”
”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan
oleh Bapak selama di rumah. Misalnya kalau Bapak terus menerus menyalahkan
diri sendiri dan berpikiran negatif terhadap diri sendiri, menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain, jika hal ini terjadi segera
hubungi rumah sakit atau bawa Bapak langsung kerumah sakit”
c. Terminasi
“Bagaimana Mbak apakah sudah paham? Ada yang ingin ditanyakan?
“Jangan lupa ya, Bapak/Ibu materi yang telah saya ajarkan 3 hari ini, baik cara
merawat bapak maupun mengatur jadwal bapak dirumah nanti diterapkan, ya.”
“Baiklah, silakan menyelesaikan administrasi ya, Bapak/Ibu”
“Saya akan persiapkan pakaian dan obat.”
“Karena bapak sudah boleh pulang, nanti silahkan mbak datang lagi untuk
memeriksakan atau mengontrolkan keadaan bapak ya, Bapak/Ibu. Bagaimana
perkembangan kondisi bapak”
“Satu bulan kemudian ya, bapak.”
“Tempatnya nanti silahkan datang ke rumah sakit lagi ya, Bapak/Ibu.”
STRATEGI PELAKSANAAN PASIEN DAN KELUARGA ISOLASI SOSIAL
Sp 1 pasien :
Bina hubungan saling percaya, bantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial, bantu pasien
mengenal keuntungan dari berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain, dan ajarkan pasien berkenalan dengan orang lain.
Fase Orientasi: “Assalamualaikum dik, saya perawat yang akan merawat adik, perkenalakan pak
nama saya I , senang dipanggil I , nama adik siapa? Senang dipanggil apa? Bagaiamana kabar
adik hari ini, apa keluhan adik hari ini? Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga
dan teman-teman adik? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau diruang tamu? Mau
berapa lama dik? Bagaimana kalau 15 menit?
Fase Kerja:
“Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan adik? Siapa yang jarang
bercakap-cakap dengan adik? Apa yang membuat bapak jarang bercakap-cakap?”
“apa saja kegiatan yang bisa bapak lakukan dengan temanteman yang bapak kenal? Apa yang
menghambat bapak dalam bereteman atau bercakap-cakap dengan orang lain? Menurut bapak
apa saja keuntungan kalau kita mempunyai teman? Wah benar, ada teman bercakap-cakap. Apa
lagi pak? ( sampai pasien dapat menyebut beberapa). Nah kalau kerugian tidak mempunyai
teman apa ya pak? iya apa lagi pak? ( sampai pasien dapat menyebutkan beberapa). Jadi banyak
juga ruginya kalau tidak punya teman ya pak. Kalau begitu inginkah bapak belajar bergaul denga
oran lain? bagus, bagaiaman kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain?” Begini
loh pak, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan nama panggilan
yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: perkenalkan nama saya S, senang di panggil S, asal
saya dari lampung, hobi saya main volley. Selanjutnya bapak menanyakan nama orang yang
diajak berkenalan. Contohnya begini: nama bapak siapa ? Senang di panggil apa? Asalnya dari
mana? Hobinya apa? Ayo pak dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan bapak, coba bapak
berkenalan dengan saya” “ Ya bagus sekali!coba sekali lagi pak,iya bagus sekali pak, nah setelah
bapak berkenalan dengan orang tersebut bapak dapat melanjutkan percakapan tentang hal-hal
yang menyenangkan untuk bapak bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang
keluarga, pekerjaan dan sebagainnya”.

Fase Terminasi:
“bagaimana perasaan bapak setelah kita latihan berkenalan?” “bapak tadi sudah mempraktikan
cara bereknalan dengan baik sekali” “ “ Selanjutnya, bapak dapat mengingat-ingat apa yang kita
pelajari tadi selama saya tidak ada. Sehingga bapak lebih siap untuk berkenalan dengan orang
lain.bapak mau mempraktikan dengan orang lain? Mau jam berapa mencobanya pak? Mari kita
masukkan pada jadwal kegiatan harian bapak ya?”
Sp 2 :
Ajarkan pasien berinteraksi secara bertahp (berkenalan dengan orang pertama seoranng perawat)
Fase Orientasi :
“Selamat pagi ,bapak! Bagaimana perasaan bapak hari ini? Sudah di ingat-ingat lagi pelajaran
kita tentang berkenalan? Coba sebutkan lagi sambil bersalaman dengan suster! Bagus
sekali,bapak masih ingat.Nah seperti janji saya,saya akan mengajak bapak mencoba berkenalan
dengan Ibu teman saya .Tidak lama kok,sekitar 10 menit. Ayo kita temui perawat N di sana.”
Fase Kerja:
(Bersama-sama bapak Anda mendekati perawat N) “Selamat pagi ibu N,ini bapak ingin
berkenalan dengan Ibu.” “Baiklah pak,bapak dapat berkenalan dengan perawat N seperti yang
kita praktekkan kemarin” ( Pasien mendemontrasikan cara berkenalan dengan kader N: memberi
salam, menyebut nama, menanyakan nama perawat dan seterusnya).
Sp 3:
Latih pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang kedua seorang pasien)
Fase Orientasi:
“ Selamat pagi,Bapak!Bagaimana perasaan bapak hari ini? “ Apakah bapak bercakap-cakap
dengan Bu kader kemarin?” (Jika jawaban pasien ya, anda dapat lanjutkan komunkasi berikutnya
kepada orang lain.) Bagaimana perasaan bapak setelah bercakap-cakap dengan perawat N
kemarin siang?” “ Bagus sekali bapak menjadi senang karena punya teman lagi.” “ Kalau begitu
bapak ingin punya banyak teman lagi?” “Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan
orang lain,yaitu tetangga O ? Seperti biasa kira-kira 10 menit.? Mari kita temui dia di ruang
makan.?
Fase Kerja :
(Bersama –sama bapak,Anda mendekati pasien). Selamat pagi ,ini ada pasien saya yang ingin
berkenalan. Baiklah pak,bapak sekarang dapat berkenalan dengannya seperti yang telah bapak
lakukan sebelumnya.” (Pasien mendemontrasikan cara berkenalan: memberi salam,menyebutkan
nama, nama panggilan, asal, hobi, dan menanyakan hal yang sama.) “Ada lagi yang bapak ingin
tanyakan kepada O? Kalau tidak ada lagi yang ingin di bicarakan,bapak dapat sudahi perkenalan
ini. . Lalu bapak dapat buat janji bertemu lagi,mis.,bertemu lagi pukul 4 sore nanti.” (Sore
membuat janji untuk bertemu kembli dengan O) “Baiklah O,karena sudah selesai
berkenalan,saya dan bapak akan kembali ke rumah bapak,Selamat pagi.” (Bersama-sama pasien,
anda meninggalkan O untuk melakukan terminasi dengsn bapak di tempat lain.)
Fase Terminasi :
“Bagaimana perasaan bapak setelah berkenalan dengan O?” Dibandingkan kemarin pagi,bapak
tampak lebih baik saat berkenalan dengan O”’Pertahankan apa yang sudah bapak lakukan
tadi.Jangan lupa untuk bertemu kembali dengan O pukul 4 sore nanti. Selanjutnya,bagaimana
jika kegiatan berkenalan dan becakap-cakap dengan orang lain kita tambahkan lagi di jadwal
harian? Jadi satu hari bapak dapat berbincang-bincang dengan orang lain sebanyak tiga
kali,pukul 10 pagi, pukul 1 siang dan pukul 8 malam, bapak dapat bertemu dengan N, dan yang
lain. Selanjutnya bapak dapat berkenalan dengan orang lain lagi secara bertahap.Bagaimana
pak,setuju kan ? Baiklah,besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman bapak.Pada
pukul yang sama dan tempat yang sama ya.Sampai besok.”
Sp 4 :
latih pasien terlibat dalam kegiatan kelompok seperti terapi aktifitas kelompok Fase Orientasi : “
Selamat pagi bapak, gimana kabarnya hari ini? Apakah bapak sudah hafal cara berkenalan
dengan orang lain? Apakah bapak sudah mempraktikannya kepada teman atau perawat yang ada
kesini? Baik bagus sekali pak. Baik pak sekarang kita akan berlatih berkenalan dengan 2 orang
atau lebih kepada teman-teman bapak dan bapak juga bisa nanti berbincang-bincang setelah
berkenalan. Mau berapa lama waktu berkenalan nya pak? Dimana tempatnya, disini saja ya pak?
Dan nanti setelah ini baru kita menemui temanteman bapak”
Fase Kerja :
“Bapak sudah tau cara berkenalan kan pak? Ya bagus sekali pak. Sekarang mari kita temui
teman-teman yang lagi berkumpul di sana ya pak. Selamat pagi bapak-bapak ini bapak U ingin
berkenalan sama bapak-bapak disini. Baik lah pak sekarang silahkan bapak berkenalan seperti
yang sudah kita praktikkan tadi”, ya bagus sekali bapak! Ada lagi yang mau bapak tanyakan
kepada teman-teman bapak, coba apak tanyakan tentang hobi nya. Nah kalau sudah tidak ada
lagi yang ingin bapak tanyakan, bapak bisa menyudahi perkenalan ini, lalu bapak bisa membuat
janji untuk bertemu kembali dengan teman-teman bapak , misalnya nnatik sore. Baiklah bapak-
bapak karena bapak U sudah selesai berkenelan dengan teman-teman yang ada disini semua,
bapak U izin pamit dulu ya. “
Fase terminasi:
“bagaiamana perasaan bapak setelah berkenalan denga temanteman bapak tadi? Mari kita
masukkan ke dalam jadwal kegiatan harain bapak ya! Jangan lupa praktekkan lagi ya pak ,
jangan lupa untuk menanyyakan hobi dan makanan kesukaannya agar perkenalan bapak semakin
lancar, besok kita ketemu lagi ya pak, kita akan menjumpai tema-teman bapak untuk mengulang
cara berkenalan lagi, mau jam berap apak? Jam 8 pagi ya pak? Tematanya dimana pak? Oh disini
, baik sampai jumpa besok pagi pak”

STRATEGI PELAKSANAAN KELUARGA Sp 1 Keluarga :


Berikan penyuluhan kepada keluarga tentang masalah isolasi sosial,penyebab isolasi sosial,dan
cara merawat pasien dengan isolasi sosial.
Fase Orientasi :
“Selamat pagi, buk! Perkenalkan saya perawat J dari pusekemas saya yang merawat anak Ibu.
Nama ibu siapa? Senang di panggil apa? Bagaimana perasaan ibu hari ini? Bagaimana keadaan
anak S sekarang? Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang masalah anak ibu dan cara
perawatan nya? Kita diskusikan di sini saja ya? Berapaa lama ibu punya waktu? Bagaimana
kalau setengah jam?” Fase Kerja: “Apa masalah yang Ibu hadapi dalam merawat S?Apa yang
sudah di lakukan? Masalah yang di alami oleh anak S di sebut isolasi sosial.Ini adalah salah satu
gejala penyakit yang juga di alami oleh pasien-pasien gangguan jiwa lain. Tanda-tandanya antara
lain tidak mau bergaul dengan orang lain,mengurung diri, kalaupun berbicara hanya sebentar
dengan wajah menunduk. Biasanya masalah ini muncul karena memiliki pengalaman yang
mengecewakan saat berhubungan dengan orang lain,seperti sering di tolak,tidak di hargai,atau
berpisah dengan orang-orang terdekat.” “ Apabila masalah isolasi sosial ini tidak di atasi maka
seseorang dapat mengalami halusinasi,yaitu mendengar suara atau melihat bayangan yang
sebetulnya tidak ada. Untuk menghadapi keadaan yang demikian Bapak dan anggota keluarga
lainnya harus bersabar menghadapi S.Dan untuk merawat S,keluarga perlu melakukan beberapa
hal.Pertama keluarga harus membina hubungan saling percaya dengan S yang caranya adalah
bersikap peduli dengan dengan S dan jangan ingkar janji. Kedua keluarga perlu memberikan
semangat dan dorongan kepada S untuk dapat melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang
lain.Berilah pujian yang wajar dan jangan mencela kondisi pasien. Selanjutnya jangan biarkan S
sendiri.Buat rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan S misalnya sholat bersama,makan
bersama,rekreasi bersama,melakukan kegiatan rumah tangga bersama.Nah bagaimana kalau
sekarang kita latihan untuk melakukan semua cara itu? Begini contoh komunikasinya,pak
S:,Bapak lihat sekarang kamu sudah dapat bercakap-cakap dengan orang lain.Perbincangan juga
lumayan lama.Bapak senang sekali melihat perkembangan kamu,Nak.coba kamu bincang-
bincang dengan saudara yang lain.Lalu bagaimana kamu kalau mulai sekarang kamu sholat
berjamaah.Kalau di rumah sakit ini,kamu sholat di mana?Kalau nanti di rumah,kamu solat
bersama-sama keluarga atau di mushola kampung .Bagaimana S,kamu mau coba kan,nak? Nah
coba sekarang ibu peragakan cara komunikasi seperti yang telah saya contohkan Bagus, bu. Ibu
telah memperagakan dengan baik sekali.Sampai sini ada yang ingin di tanyakan bu?”
Fase Terminasi:
“Baiklah waktunya sudah habis.Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan tadi? Coba ibu
ulangi lagi apa yang di maksud dengan isolasi sosial dan tanda-tanda orang yang mengalami
isolasi sosial. Selanjutnya dapat ibu sebutkan kembali cara-cara merawat anak ibu yang
mengalami masalah isolasi sosial. Bagus sekali bu, ibu dapat menyebtkan kembali cara-cara
perawatan tersebut. Nanti kalau ketemu S coba Ibu lakukan dan tolong ceritakan kepada semua
keluarga agar mereka juga melakukan hal yang sama. Bagaimana kalau kita bertemu tiga hari
lagi untuk latihan langsung kepada S? Kita ketemu di rumah ibu saja, pada pukul yang sama,
selamat pagi”.
Sp 2 :
Latih keluarga mempraktikan cara merawat pasien dengan masalah isolasi sosial langsung di
hadapan pasien.
Fase Orientasi :
“Selamat pagi bu, bagaimana perasaan Ibu hari ini? Ibu masih ingat latihan merawat anak ibu
seperti yang telah kita pelajari beberapa hari yang lalu? Mari praktikan langsung ke S!Berapa
lama waktu bapak/Ibu?Baik kita akan coba 30 menit Sekarang mari kita temui S.”
Fase Kerja :
“Selamat pagi,S.Bagaimana perasaan S hari ini? Ibu , S ingin bercakap-cakap.Beri salam!
Bagus.Tolong S tunjukkan jadwal kegiatannya!” (Kemudian Anda berbicara kepada keluarga
sebagai berikut) “Nah bu, sekarang ibu dapat mempraktikan apa yang sudah kita lakukan
beberapa hari lalu.” (Anda mengobservasi keluarga mempraktikan cara merawat pasien seperti
yang telah di latihkan pada pertemuan sebelumnya). “Bagaimana perasaan S setelah berbincang-
bincang dengan orang tua S? Baiklah,sekarang saya dan orang tua ke ruang perawat dulu. (Anda
dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga)
Fase Terminasi:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita latihan tadi? Ibu sudah bagus. Mulai sekarang ibu sudah
dapat melakukan cara merawat tadi kepada S tiga hari lagi kita akan bertemu untuk
mendiskusikan pengalaman ibu melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari.Waktu dan
tempatnya sama seperti sekarang bu Sampai jumpa!”

Anda mungkin juga menyukai