Metode Opa

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 49

BAB III

PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN

3.1. Parameter Perencanaan

3.1.1 Klasifikasi Jalan

Penentuan klasifikasi jenis jalan menurut EMP (Ekivalen Mobil Penumpang)


mengacu pada ke MKJI, 1997. Maka :

a. Mobil Penumpang = 1 x LV = -
b. Bus = 1,2 x HV = -
c. Truk = 1,2 x HV = -
d. Truk Gandeng = 1,2 x HV = - +
= -

3.1.2 Penentuan Dimensi Jalan

Direncanakan pembuatan jalan arteri kelas II untuk penghubung Peraturan


Perencanaan Jalan Raya ( PPGJR ) No. 13/1970 standard geometrik jalan adalah
sebagai berikut :

a. Klasifikasi Jalan = Kelas II


b. Kecepatan Rencana = 80 Km / Jam
c. Lebar Perkerasan = 2 x 3,5 m
d. Lebar Bahu Jalan = 2 x 0,5 m
e. Miring Melintang Jalan ( Tranversal ) =2%
f. Miring Melintang Bahu Jalan =3%
g. Miring Memanjang Jalan ( Longitudinal ) Maksimal = 10 %
h. Kemiringan Talud =1:2
3

47
3.1.3 Penentuan Kecepatan Rencana

Kecepatan yang dipilih sebagai dasar perencanaan geometrik jalan, yang


memungkinkan kendaraan dapat bergerak dengan aman dan nyaman dalam kondisi
cuaca sesuai dengan data yaitu 80 km/jam.

3.1.4 Perhitungan Jarak Pandangan


 Jarak Pandang Henti (Jh)
Untuk kontrol, nilai jarak pandang henti (Jh) harus ≥ jarak pandang henti
minimum (Jh minimum).
Tabel 3.1 Jarak pandang henti (Jh) minimum (Shirley L.Hendarsin)
VR, km/jam 120 100 80 60 50 40 30 20
Jh minimum (m) 250 175 120 75 55 40 27 16

Jarak Pandang Henti (Jh) terdiri dari 2, yaitu :


1. Jarak Tanggap (Jht)
AASHTO merekomendasikan waktu tanggap adalah 2,5 detik. Maka :
𝑉𝑅
Jht = t
3,6
80
= 3,6 . 2,5

= 55,555 m
2. Jarak Pengereman (Jhr)
Menurut Bina Marga, fp = 0,35 – 0,55
𝑉𝑅 2
( )
3,6
Jhr = 2.𝑔.𝑓𝑝
80 2
( )
3,6
= 2.9,8.0,35
493,827
= s
6,86

= 71,986 m

48
Sehingga, didapat Jarak Pandang Henti (Jh) sebagai berikut :
Jh = Jht + Jhr
= 55,555 + 71,986
= 127,541 > 120 m (AMAN)

 Jarak Pandang Menyiap (Jm)

Tabel 3.2 Jarak pandang menyiap (Jm) (Shirley L.Hendarsin)


VR, km/jam 80 60 50 40 30 20
Jarak pandang menyiap 550 350 250 150 150 100
Jarak pandang minimum yang di 350 250 200 150 100 70
perlukan

Jm = d1 + d2 + d3 + d4

d1 = jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m),


𝑎.𝑇1
- d1 = 0,278.T1 ( VR – m + )
2
2,34 .4,2
= 0,278 . 4,20 ( 80 – 15+ )
2

= 1,168 ( 65 + 4,914)
= 81,72 m

Ket : T1 = 2,12 + 0,026 VR = 2,12 + 0,026 x 80


a = 2,052 + 0,0036 VR = 2,052 + 0,0036 x 80 = 81,72 m
m = biasanya diambil 10 -15 km/jam

d2 = jarak yang ditempuh selama mendahului sampai dengan kembali ke lajur


semula (m),
- d2 = 0,278.VR.T2
= 0,278 .80. 10,4
= 231,30 m

49
Ket = T2 = 6,56 + 0,048 VR = 6,56 + 0,048 x 80

d3 = jarak antara kendaraan yang mendahului dengan kendaraan yang datang


dariarah berlawanan setelah proses mendahului selesai (m),
- d3 = 55 m

Tabel 3.3 Tabel Nilai d3


VR, km/jam 50 - 65 65 - 80 80 - 95 95 - 110
d3 (m) 30 55 75 90

d4 = jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang datang dari arah berlawanan,
2
- d4 = 3 . d2
2
= 3 . 231,30

= 154,2 m

Sehingga didapat Jarak Pandang Menyiap (Jm) sebagai berikut :


Jm = d1 + d2 + d3 + d4
= 81,72 + 231,30 + 55 + 154,2
= 522,22> 350 m (AMAN)

3.2. Perencanaan Alinyemen Horizontal

3.2.1 Perencanaan Klasifikasi Medan Jalan

Beda Tinggi Jarak Kelandaian


No Titik STA Elevasi (m)
(m) (m) %
1 STA 0+000 91,12
0,10 100 0,1
2 STA 0+100 91,22
0,09 100 0,09
3 STA 0+200 91,31
0,09 100 0,09
4 STA 0+300 91,40
0,07 100 0,07
5 STA 0+400 91,47 0,10 100 0,1

50
6 STA 0+500 91,57
0,09 100 0,09
7 STA 0+600 91,66
0,12 100 0,12
8 STA 0+700 91,78
0,12 100 0,12
9 STA 0+800 91,90
0,12 100 0,12
10 STA 0+900 92,02
0,11 100 0,11
11 STA 1+000 92,13
0,09 100 0,09
12 STA 1+100 92,04
0,16 100 0,16
13 STA 1+200 91,88
0,23 100 0,23
14 STA 1+300 91,65
0,27 100 0,27
15 STA 1+400 91,38
0,28 100 0,28
16 STA 1+500 91,10
0,33 100 0,33
17 STA 1+600 90,77
0,37 100 0,37
18 STA 1+700 90,40
0,43 100 0,427
19 STA 1+800 89,97
0,31 100 0,313
20 STA 1+900 89,66
0,26 100 0,26
21 STA 2+000 89,40
0,08 100 0,08
22 STA 2+100 89,32
0,08 100 0,08
23 STA 2+200 89,40
0,09 100 0,09
24 STA 2+300 89,49
0,12 100 0,12
25 STA 2+400 89,37
0,40 100 0,4
26 STA 2+500 88,97
0,35 100 0,35
27 STA 2+600 88,62
0,35 100 0,35
28 STA 2+700 88,27
0,38 100 0,38
29 STA 2+800 87,89
0,45 100 0,45
30 STA 2+900 87,44
0,46 100 0,46
31 STA 3+000 86,98
0,31 100 0,31
32 STA 3+100 86,67
0,14 100 0,14
33 STA 3+200 86,53
0,02 100 0,02
34 STA 3+300 86,51
0,14 100 0,14
35 STA 3+400 86,65
0,06 100 0,06
36 STA 3+500 86,71
0,09 100 0,09
37 STA 3+600 86,62
0,17 100 0,17
38 STA 3+700 86,45
0,14 25 0,56
39 STA 3+770 86,31 0,00 0 0
Total 7,57 3725 7,990
Rata -Rata 0,205

51
3.2.2 Penentuan Titik Koordinat dan Grid
Titik yang telah dipilih untuk membuat perencanaan geometrik jalan sesuai
dengan yang telah ditentukan dari titik C ke K.
Tabel 3.4 Tabel Nilai Titik Koordinat
X Y
C 9997.5760 9940.3141
PI1 10052.4962 9922.1814
PI2 10156.6266 9928.4310
PI3 10241.5938 9885.7515
K 10343.8342 9888.2489

3.2.3 Perhitungan Jarak Antara Titik Dan Sudut Pertemuan Tikungan

Menghitung Jarak :
dc−PI1 = √(X1 − XC )2 + (Y1 − YC )2

= √(10052,4962 − 9997,5760 )2 + (9922,1814 − 9940,3141)2

= √(54,9202)2 + (−18,1327)2

= √3016,2283 + 328,7948

= √3345,0231 = 57.8361 𝑚

dPI1−PI2 = √(X2 − X1 )2 + (Y2 − Y1 )2

= √( 10156,6266 − 10052,4962)2 + (9928,4310 − 9922,1814)2

= √(104,1304)2 + (6,2496)2

= √10843,1402 + 39,0575
= √10882,1977 = 104,3177𝑚c

dPI2−PI3 = √(X3 − X2 )2 + (Y3 − Y2 )2

= √(10241,5938 − 10156,6266)2 + (9885,7515 − 9928,4310)2

= √(84,9672)2 + (−42.6795)2

= √7219,4250 + 1821,5397

52
= √9040,9647 = 95.0839 𝑚

dPI3−K = √(Xk − X3 )2 + (Y𝐾 − Y3 )2

= √(10343,8342 − 10241,5938)2 + (9888,2489 − 9885,7515)2

= √(102,2404)2 + (2,4973)2

= √10453,0993 + 6,2370

= √10459.3363 = 102.2708 𝑚

Dari yang telah di gambar pada trase terdapat 3 (tiga) tikungan dengan jarak
antar titik dan sudut pertemuan tikungan yang berbeda dalam satu trase sesuai dengan
yang di gambar yaitu titik awal ke tikungan 1 terdapat jarak 57.8361 m, tikungan 1
ke tikungan 2 terdapat jarak 104,3177 m, tikungan 2 ke tikungan 3 terdapat jarak
95.0839 m, dan dari tikungan 3 ke titik akhir terdapat jarak 102.2708 m.

3.2.4 Perhitungan Tikungan


3.2.4.1 Perhitungan Tikungan I Full – Circle ( F – C )
 Jari – Jari tikungan minimum ditentukan dengan perhitungan berikut ini pada
rumus 2.12 halaman 13 dari bab 2 :
𝑉𝑅2
R min = 127.(𝑒𝑚𝑎𝑥+𝑓𝑚𝑎𝑥)
802
= 127.(0,1+0,140)
R min = 209 mm
Jadi, jari – jari rencana (Rc) harus lebih besar dari Rmin. Oleh karena itu
direncanakan Jari – Jari Rencana (Rc) = 955 m.
 Kemiringan melintang dapat diambil dari tabel B-1 apabila jari-jari rencana (Rc)
955, maka untuk nilai e nya adalah :
e = 0,038
Berikut Perhitungan Lengkung F-C ( Full – Circle ), sebagaimana diketahui :
o
β = 22
V = 80 km/jam
Direncanakan Jari – Jari Rc : 955 m

53
1. Besar Sudut Spiral, menggunakan rumus 2.25 hal 16 dari bab 2 :
s = ½ β = 1/2 . 22 = 11o
Menggunakan rumus 2.13 hal 14 dari bab 2 :
2. 1
Tc = Rc  tan 2 β
1
Tc = 955  tan 22 o
2
Tc = 11477,815 m

Menggunakan rumus 2.14 hal 14 dari bab 2 :


3. 1
Ec = Tc tan β
4
1
Ec = 11477,815  tan 4 22o
Ec = 64476,881 m
Menggunakan rumus 2.16 hal 14 dari bab 2 :
4. Lc = 0,01745    Rc
Lc = 0,01745  22  955
Lc = 366,624 m

Kontrol
2 x Tc > Lc
2 x 11477,815 > 366,624
22955.63 > 366.624……………….. OK!!

Berdasarkan kontrol hitungan didapatkan 22955.63 ≥ 366.624 maka tikungan


berjenis F-C.

54
Gambar 3.1 Tikungan I F-C

1. Perhitungan Tikungan II Full – Circle ( F – C )


 Jari – Jari tikungan minimum ditentukan dengan perhitungan berikut ini pada
rumus 2.12 halaman 13 dari bab 2 :
𝑉𝑅2
R min = 127.(𝑒𝑚𝑎𝑥+𝑓𝑚𝑎𝑥)
802
= 127.(0,1+0,140)
R min = 209 mm
Jadi, jari – jari rencana (Rc) harus lebih besar dari Rmin. Oleh karena itu
direncanakan Jari – Jari Rencana (Rc) = 955 m.
 Kemiringan melintang dapat diambil dari tabel B-1 apabila jari-jari rencana (Rc)
955, maka untuk nilai e nya adalah :
e = 0,038
Berikut Perhitungan Lengkung F-C ( Full – Circle ), sebagaimana diketahui :
o
β = 30
V = 80 km/jam
Direncanakan Jari – Jari Rc : 955 m
Direncanakan Jari – Jari Rc : 955 m
dan emaks =10% = 0.1

55
1. Menggunakan rumus 2.13 hal 14 dari bab 2 :
1
Tc = Rc  tan 2 β
1
Tc = 955  tan 2 30 o
Tc = 15651,566 m
2. Menggunakan rumus 2.14 hal 14 dari bab 2 :
1
Ec = Tc tan 4 β
1
Ec = 15651,566  tan 4 30o
Ec = 119895.027 m
3. Menggunakan rumus 2.16 hal 14 dari bab 2 :
Lc = 0,01745    Rc
Lc = 0,01745  30  955
Lc = 499,942 m

Kontrol
2 x Tc > Lc
2 x 15651,566 > 499.942
31303.132> 499,942 ……………….. OK!!

Berdasarkan kontrol hitungan didapatkan 22955.63 ≥ 366.624 maka tikungan


berjenis F-C.

Gambar 3.1 Tikungan II F-C

56
2. Perhitungan Tikungan III Full – Circle ( F – C )
 Jari – Jari tikungan minimum ditentukan dengan perhitungan berikut ini pada
rumus 2.12 halaman 13 dari bab 2 :
𝑉𝑅2
R min = 127.(𝑒𝑚𝑎𝑥+𝑓𝑚𝑎𝑥)
802
=
127.(0,1+0,140)
R min = 209 mm
Jadi, jari – jari rencana (Rc) harus lebih besar dari Rmin. Oleh karena itu
direncanakan Jari – Jari Rencana (Rc) = 955 m.
 Kemiringan melintang dapat diambil dari tabel B-1 apabila jari-jari rencana (Rc)
955, maka untuk nilai e nya adalah :
e = 0,038
Berikut Perhitungan Lengkung F-C ( Full – Circle ), sebagaimana diketahui :
o
β = 22
V = 80 km/jam
Direncanakan Jari – Jari Rc : 955 m
5. Besar Sudut Spiral, menggunakan rumus 2.25 hal 16 dari bab 2 :
s = ½ β = 1/2 . 28 = 14o
Menggunakan rumus 2.13 hal 14 dari bab 2 :
6. 1
Tc = Rc  tan 2 β
1
Tc = 955  tan 2 28 o
Tc = 14608,128 m
Menggunakan rumus 2.14 hal 14 dari bab 2 :
7. 1
Ec = Tc tan 4 β
1
Ec = 14608,128 tan 28o
4
Ec = 104441,889 m
Menggunakan rumus 2.16 hal 14 dari bab 2 :
8. Lc = 0,01745    Rc
Lc = 0,01745  28  955
Lc = 486,157 m

Kontrol
2 x Tc > Lc

57
2 x 14608,128 > 486,157
29216,256 > 486,157 ……………….. OK!!

Berdasarkan kontrol hitungan didapatkan 22955.63 ≥ 366.624 maka tikungan


berjenis F-C.

Gambar 3.1 Tikungan III F-C

Tabel 3.5 Nilai Rekapitulasi Tikungan


No. Satuan 1 2 3
 o
22 30 28
VR Km/Jam 80 80 80
RC m 955 955 955
LS m - - -
θS o
11 15 14
Tc m 11477,815 15651,566 14608,128
Ec m 644476,881 119895,027 104441,889

58
LC m 366,624 499,942 486,157
e % 0,038 0,038 0,038
Kontrol (OKE) 2 . Tc > Lc 2 . Tc > Lc 2 . Tc > Lc
Jenis Lengkung F–C F–C F-C

3.2.5 Perhitungan Pelebaran Perkerasan Pada Tikungan


1. Tikungan I Full - Circle
Diketahui :
b = 2,5 m (lebar kendaraan rencana)
B = lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di tikungan pada lajur
sebelah dalam
U = B-b
C = 1 m (lebar kebebasan samping di kiri dan kanan kendaraan)
Z = lebar tambahan akibat kesukaran mengemudi di tikungan
Bn = 7 m (lebar total perkerasan pada bagian lurus)
Bt = lebar total perkerasan di tikungan
n = 2 (jumlah lajur)
Bt = n (B + C) + Z
∆b = tambahan lebar perkerasan di tikungan
∆b = Bt – Bn
𝑅𝑤 = radius lengkung terluar dari lintasan kendaraan pada lengkung horizontal
untuk lajur sebelah dalam.
Besarmya Rw dipengaruhi oleh tonjolan depan (A) kendaraan dan sudut
belokan roda depan (𝛼)
𝑅𝑖 = radius lengkung terdalam dari lintasan kendaraan pada lengkung
horizontal untuk lajur sebelah dalam.
Besarmya Ri dipengaruhi oleh jarak gandar kendaraan (p)

Kendaraan Rencana = Truk Tunggal


B = ( Rc 2  ( P  A) 2  1
2 b) 2  ( P  A) 2  Rc 2  ( P  A) 2  1
2 b
U = B – b, sedangkan ukuran kendaraan rencana truk adalah :
P = jarak antara gandar = 6,5 m
A = tonjolan depan kendaraan = 1,5 m
b = lebar kendaraan = 2,5 m
Sehingga :

59
 2  ( P  A) 2
2
B = Rc 2  ( P  A) 2  1 2 b  Rc 2  ( P  A)  1 2 b

Rc = R –½x lebar perkerasan + ½ b


= 955 – ½(2 x 3,5) + ½ 2,5
Rc = 952,75 m

Maka :

B =√(√952,752 − (6,5 + 1,5)2 + 1⁄2 2,5)2 + (6,5 + 1,5)2 − √952,752 − (6,5 + 1,5)2 + 1⁄2 2,5

√(√952,752 − 64 + 1,25)2 + 64 − √952,752 − 64 + 1,25


=

√(√907668,5625 + 1,25)2 + 64 − √907668,5625 + 1,25


=
953,99 − 952,71 + 1,25
=
= 2,53 m
U =B–b
= 2,53 – 2,5
= 0,03 m
𝑉
Z = 0,105 , menggunakan rumus 2.42 hal 27 dari bab 2 :
√𝑅

80
= 0,105 .
√955

= 0,271 m

C = ½ Bn - b

= ½ x 7 – 2,5

=1m

Bt = n (B+C) + Z

60
= 2 (2,53 + 1,000) + 0,271

= 7,33 m

Maka lebarnya pekerasan pada tikungan I

∆b = Bt – Bn

= 7,33 – 7

= 0,33 m

Catatan :
Menurut Bina Marga, syarat dilakukannya pelebaran adalah jika ∆b > 0,6.
Karena 0,33 > 0,6, maka tidak perlu dilakukan penambahan pelebaran perkerasan di
tikungan I sebesar 0,33 m.

Tabel Rekapitulasi

Komponen Satuan I II III IV


B M 2,53 2,53 2,53 2,53
Rc M 952,75 952,75 952,75 952,75
U M 0,03 0,03 0,03 0,03
Z M 0,271 0,271 0,271 0,271
C M 1 1 1 1
Bt M 7,33 7,33 7,33 7,33
∆b M 0,33 0,33 0,33 0,33
Syarat Pelebaran
0,33 > 0,6 0,33 > 0,6 0,33 > 0,6 0,33 > 0,6
∆b > 0,6
Tidak perlu Tidak perlu Tidak perlu Tidak perlu
dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan
Kesimpulan
penambahan penambahan penambahan penambahan
pelebaran pelebaran pelebaran pelebaran

61
3.2.6 Diagram Superelevasi
1. Diagram Superelevasi Tikungan I (F-C)
Data :
 Lebar Perkerasan = 2 x 3,5 m = 7 m
 E normal = 2%
 Emax = 3,8% (Pencarian Awal)
 Mmax = 1/150 (tabel kelandaian relatif mmaks Bina Marga
dengan V = 80)
 Elevasi As Jalan = 84,45
Ls’ (fiktif) = (emaks + enormal) x B x Mmax
= (0,038 + 0,02) x 7 x 150
= 60,9 m
Ekb Dalam = Elevasi As Jalan - ½ x b x emax
= 84,45– ½ x 7 x 0,038
= 84,317
Ekb Tengah = Elevasi As Jalan – Enormal
= 84,45– 0,02
= 84,43
Ekb Luar = Elevasi As Jalan + ½ x b x emax
= 84,45 + ½ x 7 x 0,038
= 84,583

62
Gambar 3.9 Diagram Tikungan I F-C
2. Diagram Superelevasi Tikungan II (F-C)
Data :
 Lebar Perkerasan = 2 x 3,5 m = 7 m
 E normal = 2%
 Emax = 3,8% (Pencarian Awal)
 Mmax = 1/150 (tabel kelandaian relatif mmaks Bina Marga
dengan V = 80)
 Elevasi As Jalan = 87,07
Ls’ (fiktif) = (emaks + enormal) x B x Mmax
= (0,038 + 0,02) x 7 x 150
= 60,9 m
Ekb Dalam = Elevasi As Jalan - ½ x b x emax
= 87,07– ½ x 7 x 0,038
= 84,17

63
Ekb Tengah = Elevasi As Jalan – Enormal
= 87,07 – 0,02
= 87,05
Ekb Luar = Elevasi As Jalan + ½ x b x emax
= 87,07+ ½ x 7 x 0,038
= 87,203

Gambar 3.10 Diagram Tikungan II F-C

3. Diagram Superelevasi Tikungan III (F-C)


Data :
 Lebar Perkerasan = 2 x 3,5 m = 7 m
 E normal = 2%
 Emax = 3,8% (Pencarian Awal)
 Mmax = 1/150 (tabel kelandaian relatif mmaks Bina Marga
dengan V = 80)
 Elevasi As Jalan = 89,62
Ls’ (fiktif) = (emaks + enormal) x B x Mmax
= (0,038 + 0,02) x 7 x 150
= 60,9 m

64
Ekb Dalam = Elevasi As Jalan - ½ x b x emax
= 89,62 – ½ x 7 x 0,038
= 89,487
Ekb Tengah = Elevasi As Jalan – Enormal
= 89,62– 0,02
= 89,6
Ekb Luar = Elevasi As Jalan + ½ x b x emax
= 89,62 + ½ x 7 x 0,038
= 89,753``

Gambar 3.11 Diagram Tikungan III F-C


Tabel Rekapitulasi Perhitungan Diagram Superelevasi

No. Satuan I II III

Lebar M 7 7 7
Enormal % 2% 2% 2%
Emax % 3,8% 3,8% 3,8%
Mmax - 1/150 1/150 1/150
Elevasi As jalan - 84,45 87,07 89,62
Ls’(fiktif) M 60,9 60,9 60,9
Ekb Dalam - 84,317 84,17 89,487
Ekb Tengah - 84,43 87,05 89,6
Ekb Luar - 84,583 87,203 89,753

65
3.2.7 Perhitungan Kebebasan Samping
Perhitungan kebebasan samping dengan kecepatan 80 Km/Jam dan J h = 101,364
m. Berikut perhitungan kebebasan samping :
1. Tikungan I ( F – C )
Diketahui :
β = 25o
Ltotal = Lc + (2 x Ls)
= 366,624 + (2 x 70)
= 506,624 m
Jh = 127,541 m
Rc = 955
Dapat disimpulkan bahwa jarak pandang lebih kecil dari pada panjang
tikungan ( Jh < Lt ), maka digunakan rumus 2.45 dari bab 2 :
90 x Jh
E = Rc ( 1 − cos( π x Rc )
90 x 127,541
E = 955 ( 1 − cos( )
π x 955

E = 2,128 meter

66
Gambar 3.1 Menentukan Jarak Pandang Tikungan I ( F – C )

2. Tikungan II ( F – C )
Diketahui :
β = 38o
Ltotal = Lc + (2 x Ls)
= 499,942 + (2 x 70)
= 639,942 m
Jh = 127,541 m
Rc = 955
Dapat disimpulkan bahwa jarak pandang lebih kecil dari pada panjang
tikungan ( Jh < Lt ), maka digunakan rumus 2.40 dari bab 2:
90 x Jh
E = Rc ( 1 − cos( π x Rc )
90 x 127,541
E = 955 ( 1 − cos( )
π x 955

E = 2,128 m

67
Gambar 3.2 Menentukan Jarak Pandang Tikungan II ( F – C )

3. Tikungan III ( F – C )
Diketahui :
β = 34o
Ltotal = Lc + (2 x Ls)
= 486,157 + (2 x 70)
= 626.157 m
Jh = 127,541 m
Rc = 955
Dapat disimpulkan bahwa jarak pandang lebih kecil dari pada panjang
tikungan ( Jh < Lt ), maka digunakan rumus 2.40 dari bab 2 :
90 x Jh
E = Rc ( 1 − cos( π x Rc )
90 x127,541
E = 955 ( 1 − cos( )
π x 955

E = 2,128 meter

68
Gambar 3.3 Menentukan Jarak Pandang Tikungan III ( F – C )
3.2.8 STATIONING
1. Lengkung Horizontal I ( F – C )
Awal STA = 0 + 000
STA PL1 = STA E + a1
= 000 +57.8361 = 0 + 57.8361 m
STA TS1 = STA E + a1 – Ts1
= 000 + 57.8361 – 243,53 = 0 + 629,175 m
STA PI1 = STA Ts1 + ½ Lc1
= 629,175+ ½ 366,624 = 0 + 802,521 m
STA CT1 = STA PI1 + Ts1
= 802,521 + 243,53 = 0 + 1056,051 m

2. Lengkung Horizontal II ( F – C )
STA TC2 = STA PI1 + a2 – Tc2
= 802,521 + 718,548 – 316,698 = 1 + 204,371 m

69
STA PI2 = STA TC2 + ½ Lc2
= 1204,371 + ½ 633,260 = 1 + 521,001 m
STA CT2 = STA PI2 + Tc2
= 1521,001 + 316,698 = 1 + 837,699 m

3. Lengkung Horizontal III ( F – C )


STA TC3 = STA PI2 + a3 – Tc3
= 1521,001 + 561,201 – 283,361 = 1 + 798,841 m
STA PI3 = STA TC3 + ½ Lc3
= 1798,841 + ½ 566,601 = 2 + 082,141 m
STA CT3 = STA PI3 + Tc3
= 2082,141 + 283,361 = 2 + 365,502 m

4. Lengkung Horizontal IV ( F – C )
STA TC4 = STA PI3 + a4 – Tc4
= 2082,141 + 680,535 – 191,685 = 2 + 570,991 m
STA PI4 = STA TC4 + ½ Lc4
= 2570,991 + ½ 383,29 = 2 + 762,636 m
STA CT4 = STA PI4 + Tc4
= 2762,636 + 191,685 = 2 + 954,321 m
STA Akhir = STA ST4 + a5 – Tc4
= 2954,321 + 620,890 – 191,685 = 3 + 383,561 m

Kontrol :
3383,561 m < (d1) + (d2) +(d3)+( d4)+( d5)
3383,561 m < (872,705) + (718,548) + (561,201) + (680,535) + (620,890 )
3383,561 m < 3453,879 m ………..(OK)

70
3.4 Perencanaan Alinyemen Vertikal
3.4.1 Perhitungan Kelandaian Memanjang

Data Perhitungan :
Sta E = 0 + 000 = 80,90
Sta PV1 = 0 + 722 = 83,60
Sta PV2 = 1 + 448 = 86,20
Sta PV3 = 2 + 418 = 88,80
Sta PV4 = 3 + 134 = 91,15
Sta J = 3 + 768 = 91,80

Perhitungan
83,60−80,90
1. g1 = x 100% = 0,374 % (+)
722
86,20 −83,60
2. g2 = x 100% = 0,952 % (+)
273
88,80 − 86,20
3. g3 = x 100% = 8,966% (+)
29
91,15 − 88,80
4. g4 = x 100% = 0,830 % (+)
283
91,80 − 91,15
5. g5 = x 100% = 0,178 % (+)
364

1. PPV1 (Lengkung Cekung)


Diketahui data – data sebagai berikut :
 Elevasi Sta E (0 + 000) = 80,90m
 Elevasi Sta PV1 (0 + 722) = 83,60m
 Elevasi Sta PV2 (1 + 448) = 86,20m
 V Rencana = 60 km/jam
d1 = (Sta PV1 – Sta E)
= (0 + 722 – 0 + 000)
= 722 m

71
d2 = (Sta PV2 – Sta PV1)
= (1 + 448 – 0 + 722)
= 273 m

𝐸𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑃𝑉1−𝐸𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝐸
g1 = x 100%
𝑑1
83,60−80,90
= x 100%
722

= 0,374% (+) Menanjak

𝐸𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑃𝑉2−𝐸𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑃𝑉1


g2 = x 100%
𝑑2
86,20 −83,60
= x 100%
273

= 0,952% (+) Menanjak

D = [g1 – g2]
= [0,374] – [0,952]
= -0,578%

Dengan kecepatan rencana (V) = 60 km/jam dan D = -0,578%, maka dari


lampiran grafik panjang lengkung vertikal cembung diperoleh Lv = 50 m. Sehingga :

X1 = ¼ x L = ¼ x 60 = 15 m
X2 = ½ x L = ½ x 60 = 30 m

𝐷 (𝑋1)2 −0,578 (15)2


Y1 = 200𝑥𝐿𝑣 = = -0,013005 m
200𝑥50
𝐷 (𝑋2)2 −0,578 (30)2
Y2 = 200𝑥𝐿𝑣 = = -0,05202 m
200𝑥50

72
Penentuan Stasioning (Panjang Lengkung Setiap STA)

Sta PLV = Sta PPV1 – ½ LV


= 0 + 722 – ½ (50)
= 0 + 697 m

Sta B = Sta PPV1 – ¼ LV


= 0 + 722 – ¼ (50)
= 0 + 709,5 m

Sta C = Sta PPV1 + ¼ LV


= 0 + 722 + ¼ (50)
= 0 + 734,5 m

Sta PTV = Sta PPV1 + ½ LV


= 0 + 722 + ½ . 50
= 0 + 747 m

Penentuan Elevasi

Elevasi PLV = Elevasi PPV1 – X2 x g1/100


= 83,60 – 30 x (0,374%) / 100
= 83,488 m

Elevasi B = Elevasi PLV + g1/100 x X2 + Y1


= 83,488 + (0,374%)/100 x 30 + (-0,013005)
= 83,587m

Elevasi PPV = Elevasi PPV1 + Y2

73
= 83,60 + (-0,05202)
= 83,548 m

Elevasi C = Elevasi PPV1 + g1/100 x X1


= 83,60 + (0,374)/100 x 15
= 83,656 m

Sta PTV = Elevasi PPV1 + g2/100 x X1


= 83,60 + (0,952)/100 x 15
= 88,904 m

Gambar 3.13 Vertikal Cekung Tikungan 1

2. PPV2 (Lengkung Cekung)


Diketahui data – data sebagai berikut :
 Elevasi Sta PV1 (0 + 722) = 83,60 m
 Elevasi Sta PV2 (1 + 448) = 86,20 m
 Elevasi Sta PV3 (2 + 418) = 88,80 m
 V Rencana = 60 km/jam

74
d1 = (Sta PV2 – Sta PV1)
= (1 + 448 – 0 + 722)
= 273 m
d2 = (Sta PV3 – Sta PV2)
= (2 + 418 – 1 + 448)
= 29 m

𝐸𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑃𝑉2−𝐸𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑃𝑉1


g1 = x 100%
𝑑1
86,20 −83,60
= x 100%
273

= 0,952% (+) Menanjak

𝐸𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑃𝑉3−𝐸𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑃𝑉2


g2 = x 100%
𝑑2
88,80 − 86,20
= x 100%
29

= 8,966% (+) Menanjak

D = [g1 – g2]
= [0,952] – [8,966]
= -0,814%

Dengan kecepatan rencana (V) = 60 km/jam dan D = -8,014%, maka dari


lampiran grafik panjang lengkung vertikal cekung diperoleh Lv = 50 m. Sehingga :

X1 = ¼ x L = ¼ x 60 = 15 m
X2 = ½ x L = ½ x 60 = 30 m

𝐷 (𝑋1)2 −0,814 (15)2


Y1 = 200𝑥𝐿𝑣 = = -0,018315 m
200𝑥50

75
𝐷 (𝑋2)2 −0,814 (30)2
Y2 = 200𝑥𝐿𝑣 = = -0,07326 m
200𝑥50

Penentuan Stasioning (Panjang Lengkung Setiap STA)

Sta PLV = Sta PPV2 – ½ LV


= 1 + 448 – ½ (50)
= 1 + 423 m

Sta B = Sta PPV2 – ¼ LV


= 1 + 448 – ¼ (50)
= 1 + 335,5 m

Sta C = Sta PPV2 + ¼ LV


= 1 + 448 + ¼ (50)
= 1 + 460,5 m

Sta PTV = Sta PPV2 + ½ LV


= 1 + 448 + ½ (50)
= 1 + 473 m

Penentuan Elevasi

Elevasi PLV = Elevasi PPV2 – X2 x g1/100


= 86,20 – 30 x (0,952%) / 100
= 85,914 m

Elevasi B = Elevasi PLV + g1/100 x X2 + Y1


= 85,914 + (0,952%)/100 x 30 + (-0,018315)

76
= 86,181 m

Elevasi PPV = Elevasi PPV2 + Y2


= 86,20 + (-0,07326)
= 86,127 m

Elevasi C = Elevasi PPV2 + g1/100 x X1


= 86,20 + (0,952)/100 x 15
= 86,343 m

Sta PTV = Elevasi PPV2 + g2/100 x X1


= 86,20 + (8,966)/100 x 15
= 87,545 m

Gambar 3.14 Vertikal Cekung Tikungan 2

3. PPV3 (Lengkung Cembung)


Diketahui data – data sebagai berikut :
 Elevasi Sta PV2 (1 + 448) = 86,20 m
 Elevasi Sta PV3 (2 + 418) = 88,80 m
 Elevasi Sta PV4 (3 + 134) = 91,15 m

77
 V Rencana = 60 km/jam

d1 = (Sta PV3 – Sta PV2)


= (2 + 418 – 1 + 448)
= 29 m

d2 = (Sta PV4 – Sta PV3)


= (3 + 134 – 2 + 418)
= 283 m

𝐸𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑃𝑉3−𝐸𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑃𝑉2


g1 = x 100%
𝑑1
88,80 − 86,20
= x 100%
29

= 8,966% (+) Menanjak


𝐸𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑃𝑉4−𝐸𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑃𝑉3
g2 = x 100%
𝑑2
91,15 − 88,80
= x 100%
283

= 0,830% (+) Menanjak

D = [g1 – g2]
= [8,966] – [0,830]
= 8,136%

Dengan kecepatan rencana (V) = 60 km/jam dan D = 8,136%, maka dari


lampiran grafik panjang lengkung vertikal cembung diperoleh Lv = 50 m. Sehingga :

X1 = ¼ x L = ¼ x 60 = 15 m
X2 = ½ x L = ½ x 60 = 30 m

78
𝐷 (𝑋1)2 8,136 (15)2
Y1 = 200𝑥𝐿𝑣 = = 0,18306 m
200𝑥50
𝐷 (𝑋2)2 8,136 (30)2
Y2 = 200𝑥𝐿𝑣 = = 0,73224 m
200𝑥50

Penentuan Stasioning (Panjang Lengkung Setiap STA)

Sta PLV = Sta PPV3 – ½ LV


= 2 + 418 – ½ (50)
= 2 + 393 m

Sta B = Sta PPV3 – ¼ LV


= 2 + 418 – ¼ (50)
= 2 + 405,5 m

Sta C = Sta PPV3 + ¼ LV


= 2 + 418 + ¼ (50)
= 2 + 430,5 m

Sta PTV = Sta PPV3 + ½ LV


= 2 + 418 + ½ (50)
= 2 + 443 m

Penentuan Elevasi

Elevasi PLV = Elevasi PPV3 – X2 x g1/100


= 88,80 – 30 x (1,94%) / 100

79
= 88,218 m

Elevasi B = Elevasi PLV + g1/100 x X2 + Y1


= 88,218 + (8,966%)/100 x 30 + (0,18306)
= 91,091 m

Elevasi PPV = Elevasi PPV3 + Y2


= 88,80 + (0,73224)
= 89,532 m

Elevasi C = Elevasi PPV3 + g1/100 x X1


= 88,80 + (8,966)/100 x 15
= 90,145 m

Sta PTV = Elevasi PPV2 + g2/100 x X1


= 88,80 + (0,830)/100 x 15
= 88,924 m

Gambar 3.15 Vertikal Cembung Tikungan 3

80
4. PPV4 (Lengkung Cembung)
Diketahui data – data sebagai berikut :
 Elevasi Sta PV3 (2 + 418) = 88,80 m
 Elevasi Sta PV4 (3 + 134) = 91,15 m
 Elevasi Sta J (3 + 768) = 91,80 m
 V Rencana = 60 km/jam

d1 = (Sta PV4 – Sta PV3)


= (3 + 134 – 2 + 418)
= 283 m

d2 = (Sta J – Sta PV4)


= (3 + 768 – 3 + 134)
= 364 m

𝐸𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑃𝑉4−𝐸𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑃𝑉3


g1 = x 100%
𝑑1
91,15 − 88,80
= x 100%
283

= 0,830% (+) Menanjak

𝐸𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝐽−𝐸𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑃𝑉4


g2 = x 100%
𝑑2
91,80 − 91,15
= x 100%
364

= 0,178% (+) Menanjak

D = [g1 – g2]
= [0,830] – [0,178]

81
= 0,652%

Dengan kecepatan rencana (V) = 60 km/jam dan D = 0,652%, maka dari


lampiran grafik panjang lengkung vertikal cembung diperoleh Lv = 50 m. Sehingga :

X1 = ¼ x L = ¼ x 60 = 15 m
X2 = ½ x L = ½ x 60 = 30 m

𝐷 (𝑋1)2 0,652 (15)2


Y1 = 200𝑥𝐿𝑣 = = 0,01467 m
200𝑥50
𝐷 (𝑋2)2 0,652 (30)2
Y2 = 200𝑥𝐿𝑣 = = 0,05868 m
200𝑥50

Penentuan Stasioning (Panjang Lengkung Setiap STA)


Sta PLV = Sta PPV4 – ½ LV
= 3 + 134 – ½ (50)
= 3 + 109 m

Sta B = Sta PPV4 – ¼ LV


= 3 + 134 – ¼ (50)
= 3 + 121,5 m

Sta C = Sta PPV4 + ¼ LV


= 3 + 134 + ¼ (50)
= 3 + 146,5 m

Sta PTV = Sta PPV4 + ½ LV


= 3 + 134 + ½ (50)
= 3 + 159 m

82
Penentuan Elevasi

Elevasi PLV = Elevasi PPV4 – X2 x g1/100


= 91,15 – 30 x (0,830%) / 100
= 90,901 m
Elevasi B = Elevasi PLV + g1/100 x X2 + Y1
= 90,901 + (0,830%)/100 x 30 + (0,01467)
= 91,165 m

Elevasi PPV = Elevasi PPV4 + Y2


= 91,15 + (0,05868)
= 91,209 m

Elevasi C = Elevasi PPV4 + g1/100 x X1


= 91,15 + (0,830)/100 x 15
= 91,274 m

Elevasi PTV = Elevasi PPV4 + g2/100 x X1


= 91,15 + (0,178)/100 x 15
= 91,177 m

83
Gambar 3.16 Vertikal Cembung Tikungan 4

3.5 Perhitungan Drainase


Dari data curah hujan tahunan periode 2012 - 2021 Stasiun Meteorologi.

No Tahun Curah Hujan (mm/dt) (Xi) (Xi - Xa) (Xi - Xa)2


1 2013 221 32,8 1075,84
2 2014 213 24,8 615,04
3 2015 181 -7,2 51,84
4 2016 155 -33,2 1102,24
5 2017 155 -33,2 1102,24
6 2018 186 -2,2 4,84
7 2019 193 4,8 23,04
8 2020 174 -14,2 201,64
9 2021 214 25,8 665,64
10 2022 190 1,8 3,24
n = 10 1882 4845,6

84
∑ 𝑋𝑖
𝑋𝑎 = 𝑛
1.882
= 10

= 188,2 mm

√∑(𝑋𝑖−𝑋𝑎 2 )
𝑆𝑑 = 𝑛

4845,6
=√ 10

= 22,013 mm

Data lain yang diketahui :


Periode Ulang (T) = 5 tahun
n = 10
- Tabel Variasi Yt

Dari tabel tersebut diperoleh Yt = 1,4999

- Tabel Nilai Yn

85
Dari tabel tersebut diperoleh Yn = 0,5128

- Tabel Nilai Sn

86
Dari tabel tersebut diperoleh Sn = 1,0206

Maka diperoleh periode ulang curah hujan rata-rata sebesar :

𝑆𝑑
Xt = Xa + 𝑆𝑛 (Yt – Yn)

22,013
= 188,2 + 1,0206 (1,4999 – 0,5128)

= 209,490 mm/jam

Berdasarkan Peta topografi, maka jarak tempuh, beda tinggi dan luas daerah
yang mempengaruhi dapat ditentukan seperti gambar dibawah ini:

L1 = 3,5
m

a. Menghitung Intensitas Curah Hujan


Bila curah hujan efektif, dianggap mempunyai penyebaran seragam 4 jam. Maka:

𝑋𝑡
I = 90% x 4

87
209,490
= 90% x 4

= 47,135 mm/jam

b. Menghitung waktu konsentrasi (Tc)


Waktu konsentrasi (Tc) dihitung dengan rumus :
Tc = t1 + t2
2 𝑁𝑑 0,167
t1 = ( 3 x 3,28 x Lo x )
√𝑠

𝐿
t2 = 60 𝑉

Koefisien hambatan (nd aspal) = 0,013

Koefisien hambatan (nd bahu) = 0,10

Koefisien hambatan (nd tanah) = 0,80

Kecepatan air rata-rata (V) = 1,10 m/detik

Panjang saluran (L) = 3768 m (Untuk tanah asli lempung padat)

Kemiringan e normal (s aspal) = 2 % = 0,02

Kemiringan bahu ( s bahu) = 4 % = 0,04

Kemiringan tanah (s tanah) = 15,50 % = 0,155

Jarak as jalan ke tepi (Lo aspal) = 3,5 m

Lebar bahu jalan (Lo bahu) = 1,5 m

Jarak terjauh ke drainase (Lo tanah) = 50 m

Keterangan :

Tc = Waktu konsentrasi (menit)

88
t1 = Waktu inlet (menit)

t2 = Waktu aliran (menit)

Lo = Jarak dari titik terjauh ke fasilitas drainase (m)

L = Panjang saluran (m)

Nd = Koefisien hambatan

S = Kemiringan daerah pengaliran

V = Kecepatan air rata-rata diselokan (m/dt)

Tc = t1 + t2

2 nd
t1 = ( 3 x 3,28 x Lo x √s ) 0,155

2 0,013 0,155
t aspal = ( 3 x 3,28 x 3,5 x ) = 0,947 menit
√0,02

2 0,10
t bahu = ( 3 x 3,28 x 1,5 x )0,155 = 1,080 menit
√0,04

2 0,8
t tanah = ( 3 x 3,28 x 50 x )0,155 = 2,311 menit
√0,155

t1 = (t (aspal) + t (bahu) + t (tanah))

= ( 0,947 + 1,080 + 2,311 )

= 4,338 menit

𝐿
t2 =
60 𝑉

3768
= 60 𝑥 1,10

= 57,09 menit

89
Tc = t1 + t 2

= 4,337 + 57,09

= 61,427 menit

Untuk menentukan intensitas hujan maksimum (mm/jam) dengan cara


memplotkan harga Tc = 61,427 menit ke kurva basis, kemudian tarik garis ke atas
sampai memotong intensitas hujan dan intensitas hujan rencana dan intensitas hujan
maksimum dapat ditentukan :

I maks = 150 mm/jam

c. Menghitung debit
Menentukan besarnya koefisien pengaliran rata-rata (C), sebagai berikut :
- Permukaan jalan beraspal L1 = koefisien C1 = 0,90
- Bahu jalan tanah berbutir kasar L2 = koefisien C2 = 0,10
- Bagian luar jalan L3 = koefisien C3 = 0,90

90
Menentukan besarnya koefisien pengaliran rata-rata (C), sebagai berikut :
- Jalan aspal A1 = 3,5 x 924,50 = 3235,75 m2
- Bahu jalan A2 = 1,5 x 924,50 = 1386,75 m2
- Bagian luar jalan A3 = 50 x 924,50 = 46225,00 m2

Maka :

𝐶1𝐴1+𝐶2𝐴2+𝐶3𝐴3
C = 𝐴1+𝐴2+𝐴3

0,90 .3235,75+0,10.1386,75+0,90.46225,00
=
3235,75+1386,75+46225,00

= 0,878

Menghitung luas daerah pengaliran

A = (A1 + A2 + A3)

= (3235,75 + 1386,75 + 46225,00)

= 50847,50 m2 = 0,0508 km2

Menghitung besarnya debit (Q1)

Q1 = 1/3,6 . C. Imaks. A

= 1/3,6 x 0,878 x 150 x 0,0508


= 1,861 m3/detik
d. Menghitung luas penampang basah
1. Saluran direncanakan terdiri dari lempung padat dengan kecepatan diizinkan
1,10 m/det.
2. Penampang basah saluran samping dihitung sebagai berikut :
𝑄
Fd = 𝑉
1,861
= 1,10

91
= 1,691 m2

e. Saluran samping bentuk trapesium

Untuk menghitung dimensi penampang saluran samping, berdasarkan (SNI 03-


3424-94) adalah sebagai berikut :

Syarat : m = 1,5

𝑏+2𝑚𝑑
= d √𝑚2 + 1
2
𝑏+2.1,5𝑑
= d √1,52 + 1
2

b = 0,6056 d2

Fc = d (b + m.d)
= d (0,6056 + 1,5.d)
= 2,106 d2

Fc = Fd
2,106 d2 = 1,691
d2 = 1,691/2,106
d2 = 0,803

92
d = 0,90 m

b = d . 0,6056
= 0,90 x 0,6056
= 0,54 m

Tinggi jagaannya adalah :


𝑊 = √0,5𝑑

= √0,5 𝑥 0,90
= 0,67 m

f. Menghitung saluran kemiringan yang diizinkan (i)


Menghitung kemiringan saluran yang diizinkan dengan menggunakan rumus :
V = 1/n (R)2/3 (i)1/2

Saluran terbuat dari tanah asli (Lempung padat) dalam kondisi baik. Harga n =
0,028 dan kecepatan air = 1,10 m/det

𝐹𝑑
R = 𝑃

Fd = 1,691 m

93
Maka :

P = b + 2d √𝑚2 + 1

= 0,54 + 2 . 0,90 √1,52 + 1

= 3,774 m

1,691
R = 3,774

= 0,448 m

𝑉 .𝑛
i = (𝑅2/3 )2

1,10 𝑥 0,028
i = ( (0,448)2/3 )2

i = 0,0028

Kemiringan yang diizinkan i = 0,0028 = 0,28%

3.6 Potongan Melintang Jalan


Penampang melintang suatu jalan adalah proyeksi/potongan melintang tegak
lurus sumbu jalan. Pada potongan melintang tersebut dapat dilihat bagian-
bagian jalan. bagian-bagian jalan tersebut meliputi Ruang Manfaat Jalan, Ruang
Milik Jalan, dan Ruang Pengawasan Jalan.

94
Gambar 3.12 Tipikal Potongan Melintang

3.7 Perhitungan Volume Pekerjaan (Kubikasi) Dan RAB

Dari sketsa jalan, dapat dilihat bagian jalan yang terletak pada bagian galian
dan timbunan. Pada jalan yang terletak pada bagian yang tersambung dapat dicari
volumenya secara menyeluruh. Seperti bagian antara titik awal (E) dengan titik
perpotongannya muka tanah dengan rencana lintasan jalan, dicari dulu luas – luas
tampang melintang, volume adalah luas tampang dikalikan jarak antara kedua
penampang, apabila diantarai oleh dua luas tampang yang tertentu maka harus dicari
luas tampang melintang rata-rata dan dikalikan jarak antara kedua penampang yang
bersangkutan.

95

Anda mungkin juga menyukai