Manajemen Risiko DINDA NPPS

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 51

MANAJEMEN RISIKO

RESUME MATERI 1 SEMESTER

DOSEN PENGAMPU :

HENKY SETIADI S.Pd, M.Pd

DISUSUN OLEH :

Azizah 1810530017

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI JAMBI

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


BAB I

MANAJEMEN RISIKO

Manajemen risiko adalah suatu pendekatan yang terstruktur


dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan
ancaman dengan pemberdayaan sumber daya. Strateginya bisa
berupa memindahkan risiko, atau mengurangi risiko. Dalam
bisnis, manajemen risiko sangat penting mengingat bahwa
perlu perhitungan yang matang dalam menjalankan sebuah
bisnis. Manajemen risiko dalam bisnis berarti merupakan
proses mengatur kondisi untuk menanggulangi risiko arus kas
dalam bisnis

Tujuan Manajemen Risiko

 Mengurangi risiko yang mungkin akan muncul sesuai


bidang yang dipilihnya.
 Terpenting dapat diterima oleh masyarakat (pekerja)
 Disisi lain pelaksana manajemen risiko melibatkan
segala cara yang tersedia bagi manusia maupun
organisasi.

Macam-macam risiko menurut sifatnya

1. Risiko fundamental
Adalah risiko yang penyebabnya tidak dapat
dilimpahkan kepada seseorang dan yang menderita
tidak hanya satu. Misalnya : banjir, angin topan
2. Risiko khusus

1
Adalah risiko yang bersumber pada peristiwa mandiri
dan umumnya mudah diketahui penyebabnya. Misalnya
: kapal kandas, pesawat jatuh
3. Risiko dinamis
Adalah risiko yang timbul karena kemajuan masyarakat
dibidang ekonomi, ilmu & teknologi. Kebalikannya
risiko statis seperti hari tua, dan risiko kematia.
4. Risiko yang dapat dialihkan kepada pihak lain, dengan
mempertanggungkan suatu objek yang akan terkena
risiko kepada perusahaan asuransi.
5. Risiko yang tidak dapat dialihkan kepada pihak lain,
umumnya semua jenis risiko spekulatif.

Jenis Manajemen risiko

 Finansial
Bisnis akan berjalan dengan baik jika keberadaan
finansial juga dikelola dengan baik. Hal ini perlu
diketahui karena tujuan dasar bisnis itu sendiri adalah
mendapatkan untung sebanyak mungkin. Akibat dari
risiko finansial sangat fatal karena seringkali kegagalan
dalam berbisnis terjadi karena ketidakmampuan dalam
mengelola keuangan. Kondisi cahsflow (arus kas)
berantakan, catatan keuangan yang tidak teratur,
tunggakan hutang merupakan beberapa dari penyebab
risiko finansial dari bisnis. Untuk mencegah risiko
finansial, maka setiap memulai bisnis perlu diperhatikan
terlebih dahulu hal-hal yang berkaitan dengan
keuangan. Diantaranya ialah mengenai likuiditas, kredit,
dan pajak.

 Operasional

2
Jenis risiko operasional merupakan suatu keadaan yang
berkaitan dengan proses internal dalam bisnis. Risiko
ini bisa terjadi akibat kelalaian manusia (human error),
sistem yang tidak teroptimasi hingga faktor terjadinya
bencana yang tidak terduga sebelumnya. Maka, untuk
mengatasi risiko operasional yang demikian perlu
diperhitungkan secara matang secara berkala. Dengan
demikian, keberjalanan bisnis akan lebih siaga dalam
menghadapi risiko operasional yang terjadi maupun
akan terjadi.
 Strategis
Manajemen risiko strategis adalah bentuk manajemen
yang berhubungan dengan resiko pengambilan
keputusan dalam sebuah bisnis. Jika terjadi kesalahan
dalam mengambil keputusan, maka akan berakibat pada
ketidaklancaran dalam proses bisnis.

Tahap-tahap dalam manajemen risiko

1. Identifikasi risiko
Sebelum menerka risiko yang dihadapi, sebaiknya
identifikasi dulu mengenai risiko tersebut.
Kemungkinan risiko apa saja yang muncul dalam proses
bisnis.
2. Menilai Risiko
Setelah melakukan tahap identifikasi risiko, maka
proses selanjutnya adalah assesment (penilaian)
terhadap setiap kemungkinan risiko. Hal ini dapat
dilihat dari seberapa besar dampak dari risiko yang
ditimbulkan. Selain itu kemungkinan berapa kali
terjadinya risiko tersebut juga perlu diperhitungkan.
Menilai risiko secara tepat dilakukan untuk
menempatkan berbagai risiko sesuai dengan prioritas.
3. Pengelolaan

3
Dalam menghadapi risiko maka tanggapan akan risiko
tersebut harus tepat sasaran. Pengelolaan atau respon
risiko oleh seorang pebisnis sangat penting untuk
membentuk portofolio lengkap mengenai cara-cara
merespons setiap risiko muncul.

Berikut cara respon risiko dalam bisnis:

a. Risk avoidance
Mengambil tindakan menghindari risiko yang akan
terjadi. Contohnya ketika terjadi kekhawatiran
mengenai loyalitas karyawan, maka harus diantisipasi
dengan seleksi ketat karyawan baru.
b. Risk reduction
Mengurangi dampak yang telah terjadi. Contohnya
yaitu pengendalian rutin terhadap internal perusahaan.
c. Risk transfer
Tindakan mengelola risiko dengan transfer risiko ke
pihak lain seperti asuransi.
d. Risk Retention
Pengelolaan risiko dengan cara menghadapi risiko
tersebut. Risiko bisa terjadi diluar kendali dan cara
terakhir mengatasinya adalah dengan menghadapinya.
Contohnya yaitu risiko bencana alam.

4. Implementasi
Langkah selanjutnya setelah menentukan sikap yaitu
implementasi. Maka saatnya menerapkan berbagai
proses tahapan dalam manajemen resiko dalam suatu
bisnis maupun proyek yang sedang dilakukan.
5. Evaluasi

4
Tahap akhir dalam suatu kegiatan adalah evaluasi.
Evaluasi penting untuk dilakukan guna mencegah
kesalahan risiko yang sama akan terulang lagi dalam
proyek selanjutnya yang akan datang. Selain itu
evaluasi penting guna menilai apakah langkah dalam
manajemen risiko yang diambil sudah tepat apa belum.
Jika ternyata belum tepat, maka manajemen risiko
hendaknya dirumuskan kembali sebagaimana sikap
yang tepat untuk menghadapi suatu resiko.

5
BAB II

RISIKO KREDIT

Risiko kredit adalah kerugian yang berkaitan dengan


peluang gagal memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo
pembayaran. Jadi, risiko ini mungkin terjadi karena debitur
tidak mampu membayar utangnya. Ada dua faktor yang
berpengaruh terhadap besarnya risiko, yaitu besarnya eksposur
kredit dan kualitas eksposur tersebut. Semakin besar pinjaman
maka akan semakin besar juga eksposur kredit. Sedangkan
kualitas eksposur kredit merupakan kemungkinan gagal bayar
yang dinilai dari kualitas agunan yang diberikan debitur.
Semakin rendah nilai jaminan tersebut, maka semakin rendah
pula kualitas dari eksposur kredit tersebut. Hal ini berarti akan
semakin tinggi risiko yang harus ditanggung.

Jenis-Jenis Risiko Kredit

Jenis-jenis risiko dalam peminjaman uang atau kredit dapat


dibedakan menjadi tiga kategori berdasarkan counterparty,
diantaranya :

 Sovereign Credit Risk


Setiap negara memiliki anggaran dan kemampuan
masing-masing untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan. Tidak jarang pemerintah suatu negara
meminjam sejumlah dana kepada negara lain maupun
kepada lembaga dunia untuk memenuhi kebutuhan
tertentu demi kepentingan rakyat.
 Corporate Credit Risk
Risiko ini merupakan salah satu jenis-jenis risiko yang
kerap terjadi, terutama pada industri perbankan seperti:
- Risiko gagal bayar dari debitur yang merupakan
perusahaan penerbit surat utang.

6
- Risiko gagal bayar dari perusahaan yang menerima
kredit.
- Risiko gagal bayar dari perusahaan yang menerima
penyertaan modal.
 Retail Customer Credit Risk
Risiko ini dapat terjadi akibat debitur yang merupakan
perseorangan tidak mampu memenuhi kewajibannya
untuk membayar utang pada saat jatuh tempo. Biasanya
kredit konsumen individu seperti ini digunakan untuk
kebutuhan konsumtif, sehingga sumber pengembalian
kredit tersebut tidak berasal dari objek yang dibiayai.
Oleh karena itu, sebaiknya pemberian kredit ini perlu
dibatasi untuk memperkecil risiko.

Manajemen yang baik perlu dilakukan untuk memperkecil


risiko ini. Manajemen risiko kredit merupakan cara untuk
mengelola potensi kerugian yang mungkin terjadi akibat gagal
bayar dari debitur, sehingga kerugian tersebut dapat ditekan
seminimal mungkin.

1) Penyaringan
Manajemen risiko sebaiknya telah diterapkan sedini
mungkin, yaitu pada saat pengajuan kredit.
Menempatkan orang-orang terbaik untuk melakukan
analisa dan mengolah data calon debitur merupakan
langkah yang bisa diambil. Calon debitur yang tidak
memenuhi kriteria yang ditetapkan bisa langsung
dikeluarkan dari daftar penerima kredit. Penyaringan di
awal ini penting dalam manajemen risiko. Hal ini
merupakan langkah preventif agar risiko dapat ditekan
sekecil mungkin. Dengan demikian, debitur yang
terpilih telah melalui proses seleksi yang memadai.
2) Pembatasan
Manajemen risiko selanjutnya yang sering diterapkan
oleh kreditur adalah pembatasan besarnya kredit. Setiap

7
perusahaan maupun individu yang mengajukan kredit
diberikan batas kredit yang bisa diambil dalam waktu
tertentu. Dalam perbankan dikenal BMPK atau Batas
Maksimum Pemberian Kredit. Selain itu, ada juga 3L
yang berarti Legal, Lending, Limit. Pembatasan ini
bertujuan untuk membatasi pemberian kredit yang
berlebihan dan di luar kemampuan kepada debitur.
3) Diversifikasi
Untuk memperkecil risiko, perlu dilakukan juga
diversifikasi atau penyebaran kredit yang diberikan.
Diversifikasi pemberian kredit ini dapat berupa
penyebaran kredit berdasarkan perusahaan, jenis
industri, ukuran perusahaan, maupun penyebaran kredit
berdasarkan sektor usaha.
Baik kamu seorang kreditur maupun debitur,
seyogyanya kamu mengetahui tentang risiko ini. Risiko
ini termasuk salah satu poin yang penting untuk
diperhatikan dalam manajemen risiko secara umum.
Perlu diingat, setiap keputusan dan tindakan yang
diambil pasti selalu ada risiko yang menyertai.

8
BAB III

RISIKO SUKU BUNGA

Risiko suku bunga adalah risiko yang dialami akibat dari


perubahan suku bunga yang terjadi di pasaran yang mampu
memberi pengaruh bagi pendapatan perusahaan. Adapun
pengertian risiko suku bunga menurut Mashud Ali adalah
terjadi sebagai akibat dari terdapatnya mismatched atas
maturities pada interest rate related products di sisi aktiva dan
passiva neraca bank.

Risiko pada situasi suku bunga dan saham

Pada saat seorang memutuskan untuk menempatkan dananya di


bank dalam bentuk time deposit (deposito) maka artinya ia
sudah melihat sisi keuntungan dan kenyamanan, terutama jika
ia membandingkan berinvestasi di tempat lain seperti membeli
saham. Kondisi pasar saham yang berfluktuasi menyebabkan
tingkat risiko memiliki posisi tersendiri, tingkat return yang
diharapkan juga penuh dengan kondisi yang berfluktuasi,
dengan kata lain jika estimasi keuntungan yang diharapkan
tidak tercapai atau actual returnnya adalah tidak diperoleh
bahkan terlalu jauh maka kerugian finansialah yang akan
diperoleh.

Maka kita dapat memberikan suatu garis penegasan dalam


konteks manajemen risiko, yaitu :

a) Pada saat suku bunga mengalami kenaikan dan harga


saham di pasar (market price) mengalami penurunan,
maka investor akan cenderung memindahkan dananya
dari saham ke deposito (time deposit).
b) Pada saat kondisi pasar saham mengalami kenaikan atau
bergairah maka investor cenderung akan memindahkan
dananya yang tersimpan di deposito (time deposit) ke

9
saham. Dengan alasan berinvestasi di saham adalah
memiliki tingkat keuntungan yang lebih tinggi.
c) Investor adalah mereka yang memiliki karakteristik
“penghindar risiko”, dan menyukai keuntungan yang
suistainable (berkelanjutan).

Suku bunga dan jangka waktu obligasi

Suku bunga dan jangka waktu obligasi memiliki keterkaitan


dalam mmberikan ketetapan. Untuk ini ada dua bentuk
keputusan yang biasa berlaku atau diterapkan oleh pemerintah
dan perusahaan, yaitu obligasi dengan jangka waktu pendek
(short term) dan obligasi dengan jangka waktu panjang (long
term). Dimana obligasi jangka waktu pendek memiliki suku
bunga yang lebih rendah dari pada obligasi yang jangka
panjang, contohnya pada tanggal 26 februari 2009, misalnya
pemerintah menerbitkan obligasi dengan tenor 5 dan 10 tahun.
Untuk tenor 5 tahun telah diserap pasar senilai 1 milyar dollar
AS dengan yield (bunga) 10,5 persen. Sedangkan untuk tenor
10 tahun diserap pasar 2 miliar dollar AS dengan yield lebih
tinggi 11,75 persen.

Untuk memahami ini secara lebih dalam ada tiga alasan


mengapa suku bunga obligasi dengan tenor 5 hingga 10 tahun
berbeda suku bunganya, yaitu :

 Pertama, obligasi adalah surat utang. Dalam konsep


utang semakin lama jangka waktunya semakin tinggi
suku bunga yang biasanya ditetapkan. Karena melihat
pada nilai utang yang semakin jauh waktunya maka
semakin turun nilainya. Semakin lama investor
menanamkan uangnya dalam obligasi, semakin besar
kerugian yang ditanggungnya dan semakin besar pula
penurunan dalam harga obligasi.
 Kedua, konsep time line (garis waktu) yang terus
bergerak ke depan, yaitu melihat pada penggunaan uang

10
semakin cepat digunakan semakin baik, karena semakin
cepat bisa diturnover-kan. Bisa cepat diturnover secara
otomatis risiko juga menjadi lebih tinggi, sedangkan
investor adalah mereka yang memiliki karakteristik
penghindar risiko, dengan begitu rekomendasi yang
dibuat adalah sulit memperoleh keuntungan dalam
jangka waktu yang singkat, yaitu 5 tahun, maka investor
guna menghindari kerugian atau memutuskan untuk
mendapatkan keuntungan dalam bentuk yield yang
hanya 10,5% saja.
 Ketiga, konsep inflasi bahwa inflasi itu sifatnya
struktural dan terus naik dari waktu ke waktu,
sementara inflasi adalah menurunnya nilai uang dan
naiknya harga barang, maka artinya nilai mata uang
semakin lama semakin terjadi penurunan.

Konsep manajemen risiko pada suku bunga obligasi

Ada beberapa alasan yang bisa kita pahami mengapa


suku bunga obligasi memiliki angka suku bunga yang berbeda
pada masa kurun waktu 5 hingga 10 tahun, jika ini kita lihat
dari segi perspektif manajemen risiko, yaitu :

 Pertama, dengan kondisi suku bunga obligasi yang


cenderung stabil maka masyarakat akan merasa lebih
nyaman serta lebih menguntungkan dari pada
menempatkan uang tersebut dipasar atau dengan asumsi
menginvestasikan uang tersebut ke pasar akan jauh
memiliki tingkat risiko yang tinggi.
 Kedua, jika seorang membeli obligasi dengan masa
tenor 10 (sepuluh) tahun dan suku bunga fixed yang di
tetapkan adalah 11,75% maka artinya pemegang
obligasi tersebut adalah akan selalu menerima
keuntungan secara stabil selama sepuluh tahun sebesar
angka tersebut. Disamping penerimaan dari keuntungan
bunga obligasi tersebut ia juga memiliki kesempatan

11
untuk mengalokasikan dananya ke tempat lain yang
juga memiliki sisi profitable dan risiko yang rendah.
 Ketiga, penjual obligasi dengan masa waktu 5 hingga
10 tahun dan jarak suku bunga yang juga tidak begitu
tinggi ini akan memberi kenyamanan dari segi
mengelola dana dari hasil penjualan obligasi sesuai
dengan master plan yang dikonsepkan sejak awal tanpa
harus terburu-buru dan bekerja secara under pressure
(dibawah tekanan). Karena jika bekerja terlalu dibawah
tekanan kadang kala dikhawatirkan pekerjaan tersebut
tidak akan terselesaikan secara maksimal, teliti, dan
akurat.
 Keempat, pemegang serta pembeli obligasi umumnya
adalah mereka yang memiliki kelebihan dana dan
menginginkan dana tersebut diamankan ke tempat yang
memiliki risiko yang seminimal mungkin, yang salah
satunya adalah membeli obligasi khususnya obligasi
yang dijual oleh pemerintah.

Risiko pada Hubungan Obligasi dan Saham

Obligasi adalah suatu surat berharga yang dijual kepada


publik, dimana disana dicantumkan beberapa ketentuan yang
menjelaskan berbagai hal seperti nilai nominal, tingkat suku
bunga, jangka waktu, nama penerbit dan beberapa ketentuan
lainnya yang menjelaskan dalam undang-undang yang disahkan
oleh lembaga terkait.

Obligasi yang memiliki tingkat suku bunga tetap dan obligasi


yang memiliki tingkat suku bunga berubah berdasarkan
keadaan pasar mampu memberi pengaruh khusus pada
keputusan yang dibuat oleh seorang investor. Adapun tindakan
investor dalam kondisi seperti itu adalah :

 Pada saat seorang investor memegang obligasi dengan


suku bunga tetap dan pasar saham mengalami kenaikan

12
atau tingkat kegairahan pasar saham mengalami
peningkatan maka investor cenderung akan
mengalihkan sejumlah dananya dari obligasi ke saham.
Contoh : suku bunga obligasi adalah 10,5% dengan
masa tenor 5 (lima) tahun dan bersifat fixed (tetap),
sedangkan pasar saham sedang mengalami kegairahan
dan diperkirakan akan terus mengalami pertumbuhan
yang konstan dalam masa 3-5 tahun ini. Kondisi ini
menyebabkan investor yang profitabel akan cenderung
untuk memilih membawa dana yang dimiliki untuk
diletakkan di pasar saham.
 Pada saat obligasi mengikuti kondisi harga pasar, naik
dan turunnya suku bunga yang berlaku di pasaran
mampu member arti bagi perolehan keuntungan yang
didapat. Ini sebagaimana dikatakan oleh Eduardus
Tandelilin bahwa “…, jika suku bunga yang berlaku
meningkat maka harga obligasi juga akan turun, dan
sebaliknya. Logikanya adalah bahwa jika suku bunga
meningkat, maka tingkat return yang disyaratkan
investor atas suatu obligasi juga akan meningkat”.
Pemikiran yang dikemukakan oleh Eduardus Tandelilin
memiliki keterkaitan kuat dengan apa yang
dikemukakan oleh Masyhud Ali bahwa “… turunnya
nilai pasar obligasi yang berbunga mengambang
(floating interest rate bonds) dan naiknya nilai pasar
obligasi yang berbunga tetap (fixed interest rate bonds).
Hal ini berlaku jika terjadi penurunan tren tingkat suku
bunga bank”.

Dampak perubahan suku bunga bagi perusahaan

Menurut Mamduh M. Hanafi perubahan tingkat bunga


bisa menyebabkan perusahaan menghadapi dua tipe risiko,
yaitu :

13
a) Risiko perubahan pendapatan : pendapatan bersih (hasil
investasi dikurangi biaya) berubah yaitu berkurang dari
yang diharapkan).
b) Risiko perubahan nilai pasar berubah karena perubahan
tingkat bunga, yaitu berubah karena lebih kecil (turun
nilainya).

Faktor Penyebab Perubahan Suku Bunga

Secara sederhana kita bisa menyimpulkan bahwa


permintaan uang sangat dipengaruhi oleh faktor kondisi
berlakunya suku bunga dipasaran dan begitu pula sebaliknya.
Kita dapat menarik beberapa kesimpulan dari pergerakan
perubahan naik turunnya suku bunga yaitu :

a) Pertama, pada saat tingkat suku bunga diturunkan dari


titik A ke titik C maka publik akan memberi berbagai
reaksi di antaranya menempatkan kelebihan dana yang
dimilikinya untuk membeli asset-aset yang diperkirakan
akan memberikan keuntungan. Baik keuntungan
tersebut bersifat tatap dan stabil seperti membeli
obligasi maupun beberapa surat berharga lainnya. Atau
menempatkan dananya pada dunia usaha yang di
anggap memiliki tingkat profitable yang berprospek.
b) Kedua, pada saat suku bunga diturunkan dari titik A ke
titik C bahkan ke titik D maka banyak pihak yang
berkeinginan menarik dana atau simpanan dari bank
untuk selanjutnya dipakai guna mengembangkan usaha
atau meminjamkan dananya tersebut kepihak yang di
anggap memiliki kapabilitas dalam mengelola dan
mengatur keuangan secara baik serta tentunya mampu
memberikan keuntungan secara menarik dan aman.
c) Ketiga, pada saat suku bunga diturunkan dari titik A ke
titik C bahkan ke titik D bahkan lebih jauh lagi maka ini
akan bisa mengakibatkan persoalan jika tidak di
lakukan kontrol secara hati-hati. Karena mereka yang

14
membeli asset dan mereka yang menerima uang dari
hasil penjualan asset tersebut harus dilihat dari berbagai
segi terutama kemampuan mengelola dana yang telah
diperoleh tersebut. Seperti perolehan dana dari hasil
penjualan obligasi maka control atau pengawasan secara
ketat terhadap dana yang diperoleh tersebut adalah
mutlak untuk dilakukan agar risiko kehilangan dana
tidak terjadi.
d) Keempat, pada saat tingkat suk buna dinaikkan dari titik
A ke titik B maka diperkirakan akan terjadi beberapa
hal yaitu :
Perubahan bagi pemegang kelebihan likuiditas, yaitu
mereka cenderung akan menyimpan uangnya
diperbankan karena di anggap lebih menarik. Ini bisa
terjadi pada saat suku bunga deposito dinaikkan maka
public akan berusaha memindahkan uang yang dimiliki
ke deposito, dengan alasan mendepositokan uang
diperbankan jauh lebih aman dan lebih stabil, seperti
setiap penerimaan bunga sebagai keuntungan yang
diterima.
Menaikkan suku bunga dari titik A ke titik B dapat
dilihat dari sudut kebijakan pemerintah dengan tujuan
berbagai bentuk antara lain seperti :
- Menerapkan berbagai bentuk kebijakan
kewaspadaan (kehati-hatian) dalam bidang moneter
karena diperkirakan jika diturunkannya suku bunga
pinjaman terlalu jauh dan dibiarkan terlalu lama
mampu menyebabkan terjadinya inflasi karena
publik begitu mudah.
- Mendapatkan dana dan faktor pengalokasian dana
yang belum tentu tepat sesuai dengan proyek usaha
yang dikerjakan, seperti timbulnya gagal usaha
sehingga kemampuan membayar angsuran kredit
mengalami permasalahan, ini menyebabkan telah
terjadinya kredit macet.

15
Kondisi naik dan turunnya suku bunga yang ditetapkan oleh
perbankan lebih jauh mampu memberi pengaruh pada kondisi
perkembangan bisnis disuatu Negara. Pada saat penawaran
uang ditingkatkan maka jumlah produksi akan terjadi
peningkatan dengan asumsi daya beli masyarakat juga akan
terjadi peningkatan. Kondisi ini terjadi pada saat D1 bergerak
ke D2 dan D3 serta kuantitas permintaan uang oleh publik juga
terjadi peningkatan yaitu dari Q1 bergerak ke Q2 dan Q3,
dimana otomatis ini juga akan diikuti oleh pergerakan oleh R1
ke R2 hingga ke R3.

16
BAB IV

RISIKO OPERASIONAL

Risiko operasional adalah risiko yang timbul karena tidak


berfungsinya system internal yang berlaku, kesalahan manusia,
kegagalan system dan faktor eksternal seperti bencana alam,
demonstrasi besar dan lain sebagainnya. Secara umum, risiko
operasional terkait dengan sejumlah masalah yang berasal dari
kegagalan suatu proses atau prosedur. Risiko operasional juga
merupakan risiko yang mempengaruhi semua kegiatan usaha
karena merupakan suatu hal yang inherent dalam pelaksanaan
suatu proses atau aktivitas operasional.

Bentuk-bentuk Risiko operasional

Ada beberapa bentuk dari risiko operasional yaitu:

a) Kesalahan dalam pembukuan secara manual (manual


risk)
Risiko dalam bidang pembukuan secara manual
sebenarnya terjadi karena beberapa sebab yaitu:
- Pembukuan secara manual ditulis atau dicatat
umumnya di kertas, sehingga pada saat suatu kantor
mengalami kebanjiran, kebakaran, kesalahan dalam
peletakkan tidak bisa atau sulit untuk mencari
penggantinya.
- Jika kesalahan dalam pencatatan secara pembukuan
terjadi maka penyelesaian dan pencarian sumber
masalahnya juga harus dilakukan secara manual
sehingga pekerjaan menjadi tidak efisien dan
efektif. Efisien dilihat dari segi biaya dan efektif
dilihat dari segi waktu.
- Setiap pengiriman informasi harus dilakukan
melalui kantor pos atau jasa pengiriman surat.

17
Sementara dengan penggunaan teknologi sudah
dapat dilakukan dengan cara email atau via internet
b) Risiko pada computer
Ada beberapa risiko yang diperkirakan akan timbul
dalam bidang computer yaitu:
- Computer adalah teknologi yang selalu mengalami
perubahan terutama pada setiap program yang
ditawarkan, sehingga mengharuskan kualitas IT dari
para personelnya juga dapat di update setiap
waktunya dengan tujuan berbagai masalah dapat
dihindari
- Computer adalah masuk dalam kategori IT yang
memiliki nilai pasar yang tinggi, sehingga setiap
pergantian perangkat computer dan biaya tenaga
ahlinya selalu saja membutuhkan biaya yang tinggi.
Seperti biaya training, course, service computer, dan
pembelian program berbagai computer. Dan bagi
setiap perusahaan program yang harus dibeli adalah
harus yang bersifat original.
- Terjadinya perubahan data-data computer karena
faktor terserang oleh virus. Kondisi ini sering terjadi
karena jaringan computer berhubungan dengan
internet. Oleh karena itu, computer harus selalu
memiliki antivirus terbaru. Maka sebaiknya
perusahaan harus selalu memiliki tempat khusus
yang aman untuk menyimpan dokumen penting.
c) Pegawai outsourcing
Pada saat suatu perusahaan menerima pegawai yang
bersifat outsourcing maka ada beberapa risiko yang
harus ditanggung oleh perusahaan yaitu:

- Pegawai tersebut bukanlah pegawai tetap, dalam


artian pegawai tersebut tidak bekerja hingga
pensiun. Sehingga ia akan bekerja sebatas masa
kontrak kerja saja. Dengan begitu

18
- rasa tanggung jawab psikologis untuk menjaga
perusahaan tidak begitu ia pikirkan karena pegawai
tersebut lebih bertanggung jawab kepada
perusahaan penyalur.
- Rahasia perusahaan selama ia bekerja
memungkinkan sekali untuk diketahui oleh publik
luar ketika ia tidak lagi bekerja diperusahaan
tersebut. Sementara rahasia perusahaan menyangkut
dengan wibawa dan nama baik perusahaan.
d) Kecelakaan kerja
Beberapa bentuk risiko dalam bidang kecelakaan kerja
yang akan dialami oleh suatu perusahaan yaitu sebagai
berikut:
- Perusahaan harus memperbaiki system manajemen
kerja yang telah diterapkan selama ini karena
dianggap tidak efektif, sehingga untuk
menyempurnakan konsep system manajemen kerja
yang baik sebuah perusahaan kadangkala harus
mengundang konsultan.
- Dalam bidang yang bersangkutan sehingga
pengalokasian anggaran untuk membayar konsultan
tersebut harus dipertimbangkan termasuk masa uji
coba system tersebut.
- Jika perusahaan tidak menerapkan konsep
keselamatan kerja dengan baik maka pada saat
mengajukan pinjaman ke perbankan akan
mengalami kendala
- Bila kecelakaan kerja sering terjadi dan mendapat
sorotan dari pihak jurnalistik (pers) maka ini bisa
berakibat pada turunnya reputasi perusahaan di mata
konsumen dan mitra bisnis.
e) Globalisasi dalam konsep dan produk
Era globalisasi telah memberi perubahan besar bagi
konsep bisnis pada seluruh sector bisnis, baik finansial
dan non finansial, sehingga penciptaan konsep produk

19
dibuat untuk bisa menampung keinginan globalisasi
tersebut, jika tidak maka artinya produk tersebut tidak
akan laku di pasaran secara baik. karena faktor itu
perusahaan dituntut untuk menerapkan manajemen yang
berbasis konsep global yang secara tidak langsung
mekanisme operasional perusahaan juga harus bersifat
global.
f) Kesalahan produksi barang dan tidak ada kesepakatan
bahwa barang yang dibeli tidak dapat ditukar kembali
Ketika kesepakatan tersebut tidak dibuat maka
perusahaan harus menanggung beberapa risiko
kerugian, yaitu sebagai berikut:
- Adanya barang yang sudah diproduksi dengan
harapan dapat terjual namun tidak laku terjual dan
tidak ada perjanjian barang tersebut bisa ditukar
sehingga perusahaan mengalami kerugian.
- Pada saat barang sudah diproduksi namun ternyata
ada sisa, maka ini memaksa perusahaan untuk
menjualnya dengan harga yang murah dengan
asumsi daripada barang tersebut tidak terjual
dipasaran atau mengalami kadaluarsa.
- Perusahaan tidak bisa melakukan penghematan
biaya karena kontrak dagang dengan para mitra
bisnis bersifat tunai dan tidak ada konsep servis
purna jual
g) Kerusakan maintenance pabrik
Beberapa risiko yang harus ditanggung oleh suatu
industry pada saat timbulnya kerusakan maintenance
pabrik.

20
Pengukuran risiko operasional

Ada 2 teknik pengukuran risiko operasional, yaitu frekuensi


atau probabilitas terjadinya risiko dan tingkat keseriusan
kerugian atau impact dari risiko tersebut dari itulah dapat
diketahui matriks frekuensi/tingkat untuk risiko-risiko yang
ada. Penentuan tinggi rendah severity atau frekuensi bisa
dilakukan melalui berbagai cara. Sebagai contoh , severity atau
frekuensi yang lebih besar dibandingkan median atau rata – rata
dari risiko yang ada dikelompokkan ke dalam severity atau
frekuensi yang tinggi, dan sebaliknya. Penentuan tinggi rendah
tersebut bisa dilakukan melalui perhitungan angka absolut atau
bisa melalui surve terhadap manajer –manajer perusahaan. Ada
beberapa tipe dari frekuensi yaitu:

 Signifikansi (severity) rendah dan Likelihood


(frekuensi) rendah : low control
Pengawasan yang terlalu berlebihan pada jenis risiko ini
menimbulkan biaya yang lebih besar dibandingkan
dengan manfaatnya, sehingga akan lebih optimal jika
bank tidak perlu melakukan pengawasan berlebihan.
 Signifikansi (severity) tinggi dan Likelihood (frekuensi)
rendah :detect and monitor
Tipe risiko seperti ini lebih ‘menantang’ untuk dihadapi.
Jika risiko seperti ini muncul, perusahaan bisa
mengalami kerugian yang cukup besar, dan barangkali
bisa mengakibatkan kebangkrutan. Tetapi frekuensi
risiko tersebut relatif jarang, sehingga tidak mudah
ditemui / dikenali oleh bank. Karena itu risiko tipe ini
paling sulit dipahami karakteristiknya, dan sulit
diprediksi kapan datangnya.
 Signifikansi (severity) rendah dan Likelihood
(frekuensi) tinggi : monitor
Tipe risiko semacam ini sering muncul tetapi besarnya
kerugian relatif kecil. Biasanya risiko semacam ini

21
muncul sebagai akibat perusahaan menjalankan
bisnisnya. Dengan kata lain, risiko semacam ini
merupakan konsekuensi perusahaan menjalankan
bisnisnya.
 Signifikasi (severity) tinggi dan Likelihood (frekuensi)
tinggi: prevent at source
 Tipe risiko ini praktis tidak relevan lagi dibicarakan,
karena jika situasi semacam ini terjadi , berarti
perusahaan tidak lagi bisa mengendalikan risiko, dan
bisa berakibat pada kebangkrutan.

Salah satu cara untuk menghitung kerugian yang diharapkan


jika risiko tertentu muncul yaitu menggunakan kerangka
probabilitas ( frekuensi ) dan severity. Rumusnya sebagai
berikut:

Kerugian yang diharapkan = frekuensi ( probabilitas ) x


severity ( besarnya kerugian )

22
BAB V

RISIKO PASAR

Market risk atau risiko pasar adalah jenis risiko yang


mempengaruhi semua perusahaan di pasar, terutama pasar
saham. Dalam definisi lain, ini diartikan sebagai risiko kerugian
finansial akibat Jenis risiko pasar

Ada beberapa jenis risiko pasar termasuk, risiko suku bunga,


nilai tukar, harga komoditas, dan harga ekuitas. Pergerakan
yang tidak menguntungkan dari variabel-variabel tersebut dapat
menimbulkan kerugian bagi bisnis. Beberapa penyebab risiko
pasar yang diketahui adalah resesi ekonomi, pergeseran suku
bunga, dan kerusuhan politik.

 Risiko harga pasar saham, yakni risiko yang terlibat


dalam perubahan harga investasi saham.
 Risiko suku bunga, bersumber dari fluktuasi suku bunga
karena faktor fundamental, seperti perubahan
kebijakan moneter.
 Risiko nilai tukar mata uang asing
 Risiko komoditas, risiko akibat perubahan harga
komoditas seperti minyak mentah dan jagung.

Beberapa perusahaan mungkin lebih memiliki eksposur dengan


jenis risiko pasar tertentu, sedangkan perusahaan lain tidak.
Misalnya, bank yang berorientasi pasar akan lebih sensitif
terhadap pergerakan suku bunga daripada perusahaan eksportir.
Sebaliknya, perusahaan eksportir akan lebih sensitif terhadap
pergerakan nilai tukar dibandingkan bank tersebut, karena
sebagian besar portofolionya berdenominasi mata uang
domestik.

Menangani risiko pasar

23
Risiko pasar merupakan risiko sistematis, dalam arti, itu tidak
dapat diminimalisir hanya dengan diversifikasi portofolio.
Sebaliknya, risiko ini dapat dikurangi dengan strategi lindung
nilai, terutama dengan menggunakan kontrak berjangka atau
opsi, meskipun risiko pasar tidak pernah benar-benar dapat
dihilangkan.

Risiko sistematik berbeda dengan risiko sistemik. Risiko


sistemik umumnya digunakan untuk mengacu pada suatu
peristiwa yang dapat memicu keruntuhan industri atau ekonomi
tertentu, sedangkan risiko sistematis mengacu pada risiko pasar
secara keseluruhan.ergerakan harga pasar.

24
BAB VI

RISIKO VALUTA ASING

Valas adalah singkatan dari valuta asing dari asal kata foreign
currency. Disebut mata uang asing karena mata uang tersebut
bukanlah mata uang negara yang bersangkutan. Sebagai
contoh, dollar AS di Indonesia adalah valas, dan juga
sebaliknya rupiah di AS adalah valas.

Seperti mencerminkan kuat tidaknya atau stabil tidaknya suatu


negara, berbagai mata uang yang dipergunakan dalam transaksi
juga mengenal mata uang yang relatif kuat atau stabil dan mata
uang yang relatif lemah dan tidak stabil. Hard currency adalah
sebutan untuk mata uang yang relatif stabil nilainya, sedangkan
soft currency adalah sebutan yang ditujukan untuk mata uang
yang nilainya relatif lemah atau tidak stabil.

Pengertian Pasar Valuta Asing

Pasar Valuta Asing (Valas) adalah pasar yang


memperdagangkan valuta asing atau uang asing dan sebagai
lembaga pasar di mana orang dapat memperoleh fasilitas untuk
melakukan pembayaran atau menerima pembayaran dari
penduduk negara lain. Secara umum, permintaan atau
penawaran valuta asing dilakukan di bursa valuta asing yang
diselenggarakan oleh bank atau lembaga keuangan lainnya.

Pertemuan antara permintaan dan penawaran valuta asing akan


membentuk kurs atau nilai tukar (exchange rate). Kurs valuta
asing terdiri atas:

 kurs jual, adalah kurs yang berlaku apabila bank atau


lembaga keuangan lainnya menjual/mengeluarkan uang
asing.

25
 kurs beli, adalah kurs yang berlaku apabila bank atau
lembaga keuangan lainnya membeli/menerima uang
asing.
 Kurs tengah merupakan kurs antara kurs jual dan kurs
beli (hasil bagi dua dari penjumlahan kurs beli dan kurs
jual).

Pasar valas atau foreign exchange market (forex market)


meruapakan pasar keuangan yang memperdagangkan berbagai
mata uang asing/valas. Harga yang terbentuk pada pasar valas
ini merupakan hasil dari adanya permintaan (demand) dan
penawaran (supply) terhadap valas.

Pelaku Pasar Valas

Pelaku pasar valas adalah para pedagang besar dan retail


seperti:

 Bank Sentral
Bank sentral suatu negara berkepentingan terhadap
pasar valas untuk menstabilkan nilai tukar mata uang.
 Bank Komersial
Bank memerlukan valas manakala mereka menyediakan
produk atau jasa yang berkaitan dengan valas.
 Perusahaan dan Individu
Kebutuhan terhadap valas bagi perusahaan utamanya
untuk kegiatan ekspor-impor yang melakukan jual beli
dengan valas. Sedangkan individu membutuhkan valas
salah satunya untuk melakukan perjalanan/travelling ke
luar negeri.
 Investor dan Spekulan
Investor yang memerlukan valas adalah mereka yang
pada umumnya berinvestasi pada efek atau surat
berharga dalam mata uang asing, sedangkan aktifitas
yang dilakukan spekulan/trader di pasar uang adalah

26
semata-mata untuk mendapatkan keuntungan dari naik-
turunnya mata uang.
 Broker
Pada perdagangan valas retail seorang trader
membutuhkan broker sebagai penghubung trader
dengan trader lainnya atau pasar uang. Broker akan
meneruskan order/transaksi yang dilakukan oleh trader,
menerima pemasukan dana untuk trading, dan
melakukan penarikan dana atas keuntunngan yang
didapat trader.

Tujuan pasar uang

1. Pihak yang membutuhkan dana

Dalam hal ini baik bank maupun perusahaan non bank yang
kebetulan membutuhkan dana yang segera harus dipenuhi
untuk kepentingan tertentu.

 Untuk memenuhi kebutuhan dana jangka pendek,


seperti: membayar utang jangka pendek yang akan
segera jatuh tempo.
 Untuk memenuhi kebutuhan likuiditas,disebabkan
kekurangan uang kas.
 Untuk memenuhi kebutuhan modal kerja, yaitu
membayar biaya biaya, upah karyawan, gaji, pembelian
bahan baku dan kebutuhan modal kerja lainnya.
 Sedang mengalami kalah kliring. Hal ini terjadi di
lembaga kliring dan harus segera dibayar.

2. Pihak yang menanamkan modal

Yaitu pihak yang menyediakan dana atau pihak yang menjual


baik bank maupun perusahaan non bank dengan tujuan
investasi.

27
 Untuk memperoleh penghasilan dengan tingkat suku
bunga tertentu.
 Bermaksud membantu pihak yang benar benar
mengalami kesulitan keuangan.
 Spekulasi, dengan harapan akan memperoleh
keuntungan besar dalam wktu yang relative singkat dan
dalam kondisi ekonomi tertentu.

Instrumen pasar Uang

Pemilihan dana oleh investor di dalam pasar uang tentu dengan


berbagai pertimbangan. Surat-surat berharga yang ditawarkan
di pasar uang kita sebut dengan instrumen pasar uang

Adapun jenis-jenis instrumen pasar uang yang ditawarkan


antara lain :

 Interbank call Money


 Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
 Sertifikat Deposito
 Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)
 Banker’s Acceptance
 Commercial paper
 Treasury Bills
 Repuchase Agreement

Faktor yang mempengaruhi perubahan kurs

Disamping tingkat inflasi dan suku bunga, nilai tukar mata


uang sering digunakan untuk mengukur level perekonomian
suatu negara. Nilai tukar mata uang memegang peranan penting
dalam perdagangan antar negara, dimana hampir sebagian besar
negara-negara di dunia saat ini terlibat dalam aktivitas ekonomi
pasar bebas. Bagi perusahaan investasi dan investor
mancanegara, nilai tukar mata uang akan berdampak pada
return dan portofolio investasinya.

28
Berikut adalah faktor yang bisa mempengaruhi pergerakan nilai
tukar mata uang antara 2 negara:

 Perbedaan tingkat inflasi antara 2 negara


 Tingkat suku Perbedaan bunga antara 2 negara
 Neraca perdagangan
 Hutang publik (public debt)
 Ratio harga ekspor dan harga impor
 Kestabilan politik dan ekonomi
 pertumbuhan ekonomi
 Ekspektasi

Tujuan transaksi valas

 Untuk transaksi pembayaran


 Mempertahankan daya beli
 Pengiriman uang ke luar negeri
 Mencari keuntungan
 Pemagaran resiko

Manajemen Risiko Valas

Untuk dapat mengurangi risiko valas, maka salah satu strategi


yang dapat dipergunakan adalah dengan cara mengatasi
exposure yang disebabkan oleh mata uang asing, maka dapat
dilakukan“Hedging”.Hedging adalah suatu aktivitas lindung
nilai dalam rangka mengantisipasi pergerakan mata uang asing.
Manfaat dari hedging yaitu melindungi asset perusahaan dari
potensi kerugian valas, serta mengurangi variasi dari arus kas di
masa depan. Perusahaan memperoleh suatu kepastian melalui
hedging.Kemudahan berbelanja

29
BAB VII
RISIKO PERBANKAN

Risiko perbankan adalah risiko yang dialami oleh sektor bisnis


perbankan sebagai bentuk dari berbagai keputusan yang
dilakukan dalam berbagai bidang, seperti keputusan penyaluran
kredit, penerbitan kartu kredit, valuta asing, inkaso, dan
berbagai bentuk keputusan financial lainnya, dimana itu telah
menimbulkan kerugian bagi perbankan tersebut, dan kerugian
terbesar adalah dalam bentuk financial.

Risiko perbankan adalah berfokus pada masalah financial


karena bisnis perbankan adalah bisnis yang bergerak di bidang
jasa keuangan. Bank menyediakan fasilitas yang mampu
memberikan kemudahan kepada public sebagai nasabahnya
untuk memperlancar segala urusan-urusan yang menyangkut
dengan masalah keuangan.

Bank Devisa dan Bank Non Devisa

Dari segi kemampuannya melakukan transaksi internasional


dan transaksi valas, bank swasta nasional dapat dibedakan
menjadi dua golongan yaitu :

 Bank devisa, adalah bank yang dapat mengadakan


transaksi internasional seperti ekspor dan impor, jual
beli valas, dan segala aktivitas lainnya yang sejenis.
 Bank Non-Devisa, adalah bank yang dalam aktivitasnya
tidak dapat mengadakan transaksi internasional, namun
bank tersebut bisa mengubah statusnya menjadi bank
devisa asal ia memenuhi beberapa syarat dan ketentuan
yang harus dipenuhinya. contohnya Bank Artha Graha.

30
Dengan begitu risiko yang dialami oleh Bank Devisa lebih
kompleks dibandingkan dengan apa yang dialam oleh bank
non-devisa, apalagi jika ini ditinjau dari segi penggunaan kredit
dalam mata uang asing.

Tindakan Pemerintah dalam Mengatasi Perbankan


Bermasalah

Pada saat pemerintah melihat suatu perbankan bermasalah


maka secara umum ada tiga tindakan yang diambil, yaitu :

 Pembinaan
Pada kondisi ini pemerintah sifatnya akan masih
menganggap bank tersebut membutuhkan pembinaan
atau advise saja baik avise (nasihat) pada sisi keuangan
maupun non-keuangan guna menstabilkan kembali
posisinya kearah yang diharapkan
 Tindak lanjut Pengawasan Bank
Pada kondisi ini Bank Indonesia bertugas untuk
melakukan pemantauan secara intensif terhadap setiap
kebijakan dari bank tersebut dan bagaimana ia
menyelesaikan berbagai permasalahannya serta sesuatu
yang menyangkut kemampuannya menciptakan
likuiditas kemampuanna memenuhi CAR (capital
adequency ratio) sesuai yang ditetapkan oleh BI dll.
 Likuiditas Bank
Pada posisi ini Bank Indonesia telah merundikan secara
mendalam bersama pemerintah untuk melakukan
kebijakan melikuiditasi atau menghentikan aktivitas
bank tersebut.

Kebijakan Perbankan dalam Menghindari Risiko

Bank Indonesia sebagai “The Last of Resort” berkewajiban


penuh untuk menjaga dan melindungi perbankan dalam negeri

31
dari berbagai risiko yang timbul. Dalam hal ini ada 4 (empat)
risiko yang perbankan yang ditetapkan atau diisyaratkan oleh
Bank Indonesia untuk di-manage (dikelola) yaitu :

 Risiko Kredit
Risiko kredit merupakan risiko yang disebabkan oleh
ketidak-mampuan para debitur dalam memenuhi
kewajibannya sebagaimana yang perlu dipersyaratkan
oleh pihak kreditur.
 Risiko Pasar
Risiko pasar merupakan risiko yang disebabkan karena
adanya pergerakan pasar dari kondisi normal ke kondisi
di luar prediksi atau yang tidak normal sehingga kondisi
tersebut menyebabkan pihak perbankan mengalami
kerugian.

Pengawasan Perbankan sebagai Bagian Menghindari


Risiko

Dalam usaha untuk selalu menciptakan kondisi perbankan


yang baik dan tegas serta menerapkan prinsip-prinsio GCG
(Good Corporate Govermence/Tata kelola Perusahaan yang
Baik) maka lembaga perbankan harus selalu diawasi dengan
saksama. Secara umum pengawasan pada lembaga perbankan
ada 2 yaitu :

 Pengawasan yang dilakukan oleh internal perbankan


Pengawasan internal dilakukan oleh Direktur Kpatuhan,
Satuan Kerja Audit Intern, dan system pengawasan
melekat.
 Pengawasan yang dilakukan oleh eksternal perbankan
Pengawasan yang dilakukan oleh pihak eksternal
perbankan adalah pengawasan yang dilakukan oleh
pihak bank sentral. Disini setiap lembaga perbankan
berkewajiban untuk memberikan laporan keuangan

32
(financial statement) dalam bentuk tertulis dan itu
bersifat berkala.

Antisipasi Perbankan dalam Menghadapi Tindak Pidana


Perbankan

Ada beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan oleh


bank dalam upaya mengantisipasi terjadinya tindak pidana di
bidang perbankan antara lain :

 General Awareness
 Good understanding
 Risko assessment
 Dynamic prevention
 Proactive detection
 Investigasi

Biaya Risiko dan Kredit Macet

Adapun pengertian dari biaya risiko (risk cost) adalah biaya


yang harus ditanggung oleh pihak manajemen perusahaan
terhadap risiko yang ditimbulkan dalam setiap keputusan yang
diambil. Bagi pihak kreditur harus mempertimbangkan
beberapa hal yang mungkin timbul pada saat kebijakan
receivable turnover (perputaran piutang) dilaksanakan, yaitu
terjadinya kemacetan dalam aliran pengembalian pinjaman
yang dilakukan oleh pihak debitur.

Memperhitungkan Biaya Risiko

33
Ada 2 cara untuk memperhitungkan atau menentukan
jumlah risk cost (biaya risiko) yang harus ditanggung oleh
suatu perusahaan, yaitu :

 Biaya risiko dihitung dengan cara mengkaji dan


menaksir berapa angka kredit macet yang secara fakta
terjadi. Yaitu dengan mengumpulkan seluruh debitur
yang mengalami tunggakan kredit selama ini.
 Biaya risiko dihitung dengan cara melihat berapa total
angka pinjaman yang dihapusbukukan terhadap rata-
rata angka residu pinjamannya, dimana ini dilihat dalam
satu periode akuntansi

Penggunaan data fundamental sebagai acuan dalam


menganalisis berapa besar angka-angka yang harus
diperhitungkan atau diposisikan untuk dianalisis sangat
mempengaruhi terbentuknya sebuah rekomendasi nantinya.

Program Penguatan Struktur Perbankan

Untuk menciptakan suatu bentuk dan format perbankan


nasional yang sehat dan kuat maka pemerintah dalam konsep
Arsitektur Perbankan Indonesia (API) menyusun kerangka
acuan yang bergerak dan ditetapkan dengan payung hukum dan
politik. Menurut Masyhud Ali, keenam pilar penyangga pada
bangunan API itu meliputi:

 Struktur perbankan domestic yang sehat yang mampu


memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendorong
pembangunan ekonomi nasional yang
berkesinambungan
 Sistem pengaturan dan pengawasan bank yang efektif
dan mengacu pada standard internasional
 Industri perbankan yang kuat dan memiliki daya saing
yang tinggi serta memiliki ketahanan dalam
menghadapi risiko

34
 Terciptanya good corporate govermence (GCG) di
perbankan sehingga memperkuat kondisi internal
perbankan nasional.
 Infrastruktur yang lengkap untuk mendukung
terciptanya industry perbankan yang sehat
 Terwujudnya pemberdayaan dan perlindungan
konsumen jasa perbankan

Dalam rangka menindaklanjuti konsep penguatan struktur


perbankan nasional Bank Indonesia sebagai otoritas moneter
telah melakukan beberapa penegasan keputusan yaitu “BI telah
menegaskan perihal persyaratan modal nominal minimum bagi
bank umum (termasuk BPD) menjadi sebesar minimum Rp.
100 milyar. Sementara untuk pendirian bank baru, hingga 1
Januari 2011 tetap dipertahankan persyaratan modal nominal
sebesar Rp. 3 triliun.

BAB VIII

RISIKO LIKUIDITAS

likuiditas merupakan kapasitas suatu entitas melunasi


kewajiban lancar tanpa adanya suatu kerugian yang didapat
dalam sebuah perusahaan tersebut. Hal tersebut sangat
bergantung terhadap likuid atau tidaknya keuangan sebuah
perusahaan. Dapat dikatakan likuiditas perusahaan tidak akan
bermasalah apabila aset-aset untuk pemenuhan kewajiban
likuid tidak mengalami masalah atau kerugian.

Namun apabila perusahaan tidak dapat mencukupi likuid


tersebut maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut
menghadapi risikonya, atau dapat dikatakan sebagai contoh
risiko likuiditas . Maka sudah tidak heran jika risiko likuiditas
dihubungkan dengan peristiwa yang merugikan dalam sebuah
perusahaan. Hal tersebut menjadi risiko likuiditas dimaknai

35
sebagai kesulitan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
lancar.

Penyebab Risiko Likuiditas

Dalam melunasi kewajiban lancar hanya dapat dilakukan dalam


bentuk kas tunai ataupun sejenisnya, seperti pada rekening
tabungan atau rekening giro. Apabila sebuah aset lancar
menjadi andalan perusahaan dalam menutupi hutang tersebut,
maka aset tersebut perlu dilikuidasi menjadi kas tunai. Namun
hal tersebut tidak menutupi kemungkinan bahwa perusahaan
tidak mampu dalam mengkonversi aset, maka hal tersebutlah
penyebab risiko likuiditas terjadi dalam perusahaan.

Dalam ketidakmampuan tersebut dapat terjadi dikarenakan


beberapa faktor. Bisa jadi contoh risiko likuiditas muncul
diakibatkan oleh gagalnya pengelolaan keuangan suatu
perusahaan dan lainnya. Untuk mengetahui lebih jelas
mengenai penyebab dari contoh risiko likuiditas pada sebuah
perusahaan berikut akan dijelaskan di bawah ini:

 Tim analisis yang kurang memberikan detail pada


analisis dari sisi aset. Sebab apabila hal tersebut tidak
diperbaiki, maka mengakibatkan aspek likuiditas
perusahaan semakin buruk.
 Terjadinya keterlambatan arus kas sehingga aktiva
lancar tidak mampu melampaui nilai kewajiban lancar.
Hal ini akan terlihat apabila sudah dilakukannya
perhitungan pada rasio likuiditas. Angka akan
menunjukkan posisi yang rendah dibanding standar
industri masing-masing jenis rasio.

Manajemen Risiko Likuiditas

Risiko menjadi suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam


sebuah aspek apapun. Apabila terjadinya sebuah risiko, maka
hal tersebut tetap akan terjadi dan tidak dapat dihindari meski

36
dilakukan upaya sekeras mungkin untuk menghilangkan risiko
tersebut.

Maka hal yang dapat Anda lakukan adalah bagaimana


melakukan manajemen risiko tersebut. Hal tersebut dilakukan
agar risiko yang terjadi tidak terlalu berpengaruh buruk pada
operasional perusahaan. Adapun beberapa manajemen risiko
likuiditas yang dapat dilakukan antara lain:

 Identifikasi Kesenjangan Likuiditas


Tentu perlu mengidentifikasi kesenjangan antara aktiva
lancar dengan kewajiban lancar serta cara dalam
mengantisipasinya. Bukan hanya itu, mengidentifikasi
situasi yang menyebabkan gap tersebut juga sangat
penting untuk dilakukan. Tujuan hal tersebut agar dapat
mengambil langkah yang mengisi ketertinggalan
tingkat aktiva lancar. Sehingga dapat memperkecil
tingkat dari setiap kerugian yang terjadi dalam
perusahaan.
 Melakukan Mekanisme yang Jelas dan Terarah
Yang perlu dilakukan adalah merancang sebuah sistem
mekanisme yang jelas kepada pemilik usaha dan juga
tim keuangan. Setelah itu perjelas dengan mekanisme
teknis maupun non teknis yang jelas agar pada saat
melakukan teknis tersebut memiliki tolak ukur yanng
pasti pada sebuah perusahaan.
 Tingkatkan Cadangan Kas atau Setara Kas
Dalam hal likuiditas, sifat kas atau setara kas yang
sangat likuid tentu sangat mempengaruhi sebuah
perusahaan. Sebab tingkat untuk penyelesaian
kewajiban lebih cepat tanpa harus proses likuiditas.
Maka, peningkatan keduanya menjadi salah satu opsi

37
dalam memperbaiki risiko likuiditas perusahaan.
Manajemen risiko likuiditas dan juga manajemen biaya
yang baik tentu akan lebih memberikan kepercayaan
pada pihak terkait seperti kreditur.

38
BAB IX
RISIKO FRAUD

Resiko fraud adalah resiko yang di alami oleh suatu perusahaan


atau institusi karena faktor terjadnya tindakan fraud atau
kecurangan yang di sengaja, baik kerugian yang bersifat materi
maupun non materi, diman akerugian materi diukur dai segi
finansial dengan mengac pada mata uang yang dipakai (rupiah,
dollar, ringgit, yen, euro, dan sebagainya) dan kerugian non
material menyangkut dengan kerugian yang bersifat non
keuangan seperti menurunnya kepercayaan publik pada
perusahaan.

Bentuk-bentuk Fraud

Kecurangan pada prinsipnya mempunyai banyak sekali


bentuknya. Perkembangan fraud adalah sejalan dengan semakin
banyaknya aktivitas kehidupan. Bahwa tindakan fraud telah
memasuki berbagai sector baik private sector maupun dalam
ruang lingkup aktivitas pemerintah. Utu mencagah timbulnya
kecurangan maka jalan yang terbaik adalah dengan memahami
apa dan bagaimana saja bentuk-bentuk kecurangan itu.

Sukrisno Agoes mengatakan bahwa kekeliruan dan kecurangan


bias terjadi dalam berbagai bentuk, yaitu:

 Intentional error
Kekeliruan bias disengja dengan tujuan untuk
menguntungkan diri sendiir dalam bentuk window
dressing (merekayasa laporan keuanagan supaya lebih
terlihat lebih baik agar lebih mudah mendapat kredit
dari bank) dan check kiting ( saldo rekening bank
ditampilkan lebih besar sehingga rasio lancer terlihat
lebh baik).
 Unintentional error

39
Kecurangan yang terjadi secara tidak sengaja
(kesalahan manusiawi), misalnya salah menjumlah atau
penerspsn standar akuntansi yang salah karena
ketidaktahuan.
 Collusion
Kecurangan yang di lakukan oleh lebih dari satu orang
dengan cara bekerja sama dengan tujuan untuk
menugntungkan orang – orang tersebut, biasanya
merugikan perusahaan atau pihak ke tiga. Misalnya, di
suatu perusahaan terjadi kolusi antara bagian
pembelian, bagian gudang, bagian keungan, dan
pemasok dalam pembelian bahan atau barang.
 Intentional misrepresentation
Memberi saran bahwa sesuatu itu benar, padahal itu
salah, oleh seseorang yang mengetahui bhwa hal itu
salah.
 Negligent misrepresentation
Pernyataan bahwa hal itu salah oleh seeorang yang
tidak mempuyai dasar yang kuat untuk menyatakan
bahwa hal itu betul.
 False promises
Sesuatu janji yang di berikan tanpa keinginan untuk
memenuhi janji tersebut.
 Employee fraud
Kecurangan yang di lakukan pegawai untuk
menguntungkan dirinya sendiri. Hal ini banyak kita
jumpai dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari office
boy yang memainkan bon pembelian makanan sampai
pegawai yang memasukkan pengeluaran pribadi untuk
keluarganya sebagai biaya perusahaan.
 Management fraud
Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen sehingga
merugikan pihak lain, termasuk pemerintah. Misalnya
manipulasi pajak, manipulasi kredit bank, kontrak yang
menggunakan cost plus fee.

40
 Organized crime
Kejahatan yang terorganisasi, misalnya pemalsuan
kartu kredit, pengiriman barang melebihi atau kurang
dari yang seharusnya dimana si pelaksana akan
mendapat 10%.
 Computer crime
Kejahatan dengan memanfaatkan teknologi computer ,
sehingga si pelaku bias menstransfer dana dari rekening
orang lain ke rekeningnya sendiri.
 White collar crime
Kejahatan yang dilakukan orang-orang berdasi
(kalangan atas), misalnya mafia tanah, paksaan secara
halus untuk merger , dan lain-lain.

Sebab-sebab Suatu Fraud Bisa Terjadi

Dari berbagai kasus yang terjadi dan hasil pengalaman yang


banyak dari para auditor member banyak sekali kesimpulan
yang dapat diberikan. Bahwa tindakan sebab musabab
timbulnya fraud dapat disebabkan oleh banyak hal terutama
dari indiviu itu sendiri seperti faktor ketidakkestabilan
emosional atau kurangnya kemampuan control yang mendalan
dari pihak yang bersangkutan. Maka efek itu bisa menimbulkan
banyak hal seperti munculnya sikap suka foya-foya dengan
sering berbelanja barang-barang mewah, sering ke diskotik,
berjudi, terlibat narkoba, dan factor tidak nyaman berada dalam
keluarga seperti merasa tertekan.

Fraud pada umumnya terjadi karena sejumlah alasan yang


umumnya disebut sebagai the fraud triangle. Ketiga alasan itu
adalah sebagai berikut:

 Tekanan
 Adanya peluang
 Adanya rasionalisasi.

41
Tanda-tanda fraud yang dilakukan oleh pihak manajemen
secara umum:

 Memberikan informasi yang salah dengan menutupi


informasi yang sebenernya, dilakukan dengan tujuan –
tujuan tertentu. Informasi tersebut bisa ditujukan kepada
pihak komisaris dan juga publik.
 Telah terjadi keterlambatan atau menyalahi perjanjian
dalam kesepakatan dengan pihak ketiga (mitra bisnis)
dalam urusan bisnis atau sejenisnya, yang mana sifatnya
itu perlu dicurigai, atau dwaspadai karena
memungkinkan timbulnya kerugian bagi perusahaan.
 Dalam melakukan kinerja operasi telah memungkinkan
tanda-tanda yang berbeda atau telah terdapat sisi
kelainan dari yang biasanya.
 Telah mengubah bentuk struktur organisasi yang ada
dengan bentuk lain yang baru dan dengan alasan-alasan
tertentu, seperti karena kepentingan perusahaan.
 Sering dalam rapat memberikan usulan-usulan yang
mengarah maksud-maksud tertentu, atau memberikan
pendapat yang mengubah opini audience(pihak yang
mengikuti rapat)

BAB X
RISK & RETURN

Risiko adalah kemungkinan adanya sesuatu yang tidak


menguntungkan akan terjadi di masa mendatang. Risiko juga
merupakan kemungkinan perbedaan antara return yang diterima
dengan return yang diharapkan.

Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor


berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian
investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya.

42
Risiko Investasi

Risiko investasi adalah tingkat potensi kerugian yang timbul


karena perolehan hasil investasi yang diharapkan tidak sesuai
dengan harapan. Yang harus disadari oleh para investor adalah
bahwa selain menjanjikan potensi keuntungan, investasi juga
menimpan kemungkinan risiko atau kerugian.

7 jenis risiko yang pasti ada dalam investasi diantaranya :

 Risiko suku bunga


 Risiko pasar
 Risiko inflasi
 Risiko likuiditas
 Risiko valuta asing atau nilai tukar mata uang
 Risiko Negara
 Risiko reinvestasi

Expected Return

Return ekspektasi merupakan return yang digunakan untuk


pengambilan keputusan investasi. Return ini penting
dibandingkan dengan return historis karena return ekspektasi
merupakan return yang diharapkan dari investasi yang
dilakukan.

Sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen


utama, yaitu yield dan capital gain/loss (Tandellin, 2010 : 102).

Sumber-sumber Risiko yang Menpengaruhi Besarnya


Risiko Investasi

Beberapa sumber risiko yang dapat mempengaruhi besarnya


risiko suatu investasi diantaranya :

 Risiko suku bunga


 Risiko pasar
 Risiko inflasi

43
 Risiko bisnis
 Risiko finansial
 Risiko likuiditas
 Risiko nilai tukar mata uang
 Risiko Negara

BAB XI

PERAN ASURANSI DALAM PENGALIH RISIKO

Asuransi merupakan sebuah lembaga yang didirikan atas dasar


untuk menstabilkan kondisi bisnis dari berbagai risiko yang
mungkin terjadi, dengan harapan pada saat risiko dialihkan ke
pihak asuransi maka perusahaan menjadi lebih fokus dalam
menjalankan usaha. Jaminan yang diberikan oleh pihak
asuransi adalah pembayaran klaim kepada nasabah.

Asuransi Terkandung 4 Unsur :

 Pihak Tertanggung (insured)


 Pihak Penanggung (Insurer)
 Suatu Peristiwa (Accident)
 Kepentingan (Interest)

Karakteristik Asuransi

Perusahaan asuransi menggunakan the law of large numbers


sebagai dasar operasi mereka. Hukum tersebut menjelaskan
emakin banyak eksposur atau risiko yang serupa, semakin kecil
penyimpangan kerugian yang terjadi dari kerugian yang
diperkirakan. Sebagai contoh, untuk individu, risiko atau
ketidakpastian yang berkaitan dengan kematian sangat tinggi.
Tetapi jika eksposur atau risiko kematian tersebut dikumpulkan
oleh perusahaan asuransi, risiko kematian tersebut menjadi
lebih mudah dan lebih akurat untuk dihitung. Jika eksposur atau
risiko kematian yang dikumpulkan mencapai , maka kematian

44
yang sesungguhnya akan menyimpang dari yang diperkirakan
tidak lebih dari 1% akurasi meningkat.

Risiko yang Bisa Diasuransikan

 Kerugian karena Risiko Bisa Ditentukan dan Diukur


 Risiko Yang Mempunyai Kemiripan dan Banyak
 Kerugian Harus Terjadi Karena Ketidaksengajaan atau
Karena Kecelakaan
 Kerugian Tidak Diakibatkan Oleh Bencana
 Kerugian Yang Besar Probabilitas Terjadinya
 Kerugian Tidak Terlalu Tinggi

Prinsip-Prinsio Asuransi

 Principle of Indemnity
 Principle of Insurable Interest
 Principle of Subrogation
 Principle of Utmost Good Faith

Jenis Risiko Asuransi:

 Risiko murni (pure risk)


 Risiko spekulatif (speculative risk)
 Risiko Individu (individual risk)

Manfaat Asuransi

 Memberi jaminan perlindungan dari risiko-risiko


kerugian.
 Asuransi sebagai pihak penganti kerugian Mengurangi
siksaan mental dan fisik bagi pihak tertanggung yang
disebabkan oleh rasa takut dan kekwatiran.
 Pemeratan biaya, yaitu cukup hanya dengan
mengeluarkan biaya yang jumlahnya tertentu dan tidak

45
perlu mengganti/membayar sendiri kerugian yang
timbul yang jumlahnya tidak tentu dan tidak pasti.
 Dasar bagi pihak bank untuk memberikan kredit karena
bank memerlukan jaminan perlindungan atas agunan
yang diberikan oleh peminjaman uang.
 Sebagai tabungan, karena jumlah yang dibayar kepada
pihak asuransi akan dikembalikan dalam jumlah yang
lebih besar. Hal ini khusus berlaku untuk asuransi jiwa.
Dll

Syarat-syarat suatu risiko dapat diasuransikan:

 Risiko tersebut haruslah bersifat murni ( pure) .


Menurut sifat kejadiannya, risiko dapat timbul benar-
benar sebagai suatu kebetulan atau accidental dan dapat
timbul karena suatu perbuatan spekulatif. Risiko murni
adalah risiko yang spontan, tidak dibuat-buat, tidak
disengaja, atau dicari-cari bahkan tidak dapat dihindari
dalam jangka pendek.
 Risiko bersifat definitif. Pengertian definitif artinya
risiko dapat ditentukan kejadiannya secara pasti dan
jelas serta dipahami berdasarkan bukti kejadiannya.
Risiko sakit dan kematian dibuktikan dengan surat
keterangan dokter.
 Risiko kecelakaan lalu lintas dibuktikan dengan surat
keterangan polisi. Risiko kebakaran dibuktikan dengan
berita acara dan bukti-bukti lain seperti foto kejadian.
 Risiko bersifat statis. Pengertian statis artinya
probabilitas kejadian relatif statis atau konstan tanpa
dipengaruhi perubahan politik dan ekonomi suatu
negara. Hal tersebut berbeda dengan risiko bisnis yang
bersifat dinamis karena sangat dipengaruhi stabilitas
politik dan ekonomi. Tentu saja, risiko yang benar-
benar statis dalam jangka panjang tidak banyak.

46
 Risiko berdampak finansial. Setiap risiko mempunyai
dampak finansial dan non finansial. Risiko yang dapat
diasuransikan adalah risiko yang mempunyai dampak
financial, karena yang dapat diperhitungkan adalah
kerugian finansial. Transfer risiko dilakukan dengan
cara membayar premi atau kontribusi kepada
perusahaan asuransi, yang akan memberikan
penggantian bila terjadi dampak finansial suatu risiko
yang telah terjadi. Risiko measurable atau quantifiable .
Syarat lain adalah besarnya kerugian finansial akibat
risiko tersebut dapat diperhitungkan secara akurat.
 Ukuran risiko harus besar ( large ). Derajat risiko
( severity) memang relatif dan dapat berbeda dari satu
tempat ke tempat lain dan dari satu waktu ke waktu lain.
Risiko yang dapat ditanggung oleh perusahaan asuransi
hendaknya memenuhi syarat ukurannya.

47
BAB XII

ANALISI SWOT DALAM PERSPEKTIF MANAJEMEN


RISIKO

Metode SWOT pertama kali digunakan oleh Albert Humphrey


yang melakukan penelitian di Stamford University pada tahun
1960-1970 dengan analisa perusahaan yang bersumber dalam
Fortune500. Meskipun demikian, jika ditarik lebih ke belakang
analisa ini telah ada sejak tahun 1920-an sebagai bagian dari
Harvard Policy Model yang dikembangkan di Harvard
Business School. Namun, pada saat pertama kali digunakan
terdapat beberapa kelemahan utama di antaranya analisa yang
dibuat masih bersifat deskriptif serta belum bahkan tidak
menghubungkan dengan strategi-strategi yang mungkin bisa
dikembangkan dari analisis kekuatan-kelemahan yang telah
dilakukan.

Tujuan Penerapan SWOT di Perusahaan

 Penerapan SWOT pada suatu perusahaan bertujuan


untuk memberikan suatu pandangan agar perusahaan
menjadi lebih fokus, sehingga dengan penempatan
analisa SWOT tersebut nantinya dapat di jadikan
sebagai bandingan pikir dari berbagai sudut pandang,
baik dari segi kekuatan dan kelemahan serta peluang
dan ancaman yang mungkin bisa terjadi di masa-masa
yang akan datang.
 Tujuan lain diperlukannya analisis SWOT adalah
dimana setiap produk yang beredar dipasaran pasti akan
mengalami pasang surut dalam penjualan atau yang
dikenal dengan istilah daur hidup produk (life cycle
product). Konsep daur hidup produk dirujuk
berdasarkan keadaan realita yang terjadi di pasar, bahwa

48
konsumen memiliki tingkat kejenuhan dalam memakai
suatu produk.

Faktor Eksternal dan Internal dalam Perpektif SWOT

Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu:

 Kekuatan / Strength
 Kelemahan / Weakness
 Peluang / Opportunities
 Ancaman / Threat

Peranan SWOT Sebagai Bagian Analisis Manajemen


Risiko :

Peranan SWOT sebagai alat didalam menganalisis suatu


kondisi perusahaan selama ini di anggap sebagai suatu model
yang dapat diterima secara umum dan lebih familiar. Analisis
SWOT dilakukan dengan mengidentifikasi kekuatan dan
faktor-faktor positif yang berasal dari internal organisasi,
kelemahan dan faktor-faktor negatif dari internal, peluang atau
kesempatan dari faktor eksternal dan ancaman atau risiko.
Selanjutnya dapat dilakukan menepatkan ukuranukuran risiko,
menepatkan alternatif-alternatif, menganalisis setiap alternatif,
memutuskan satu alternatif, melaksanakan alternatif yang
dipilih,

Mengontrol alternatif yang dipilih tersebut, dan mengevaluasi


jalanya alternative yang dipilih. Sehinnga dengan
mempergunakan SWOT sebagai dasar analisis perusahaan
dalam mengambil keputusan, maka diharapkan SWOT juga
memungkinkan untuk dipergunakan sebagai salah satu model
yang representatif dalam menganalisis manajemen risiko suatu
perusahaan.

Model Analisis SWOT

49
Sebuah perusahaan tidak selalu harus mengejar peluang yang
menguntungkan karena dengan mengembangkan competitive
advantage, ada kesempatan yang lebih baik untuk meraih
kesuksesan dengan cara mengidentifikasi sebuah kekuatan dan
kesempatan mendatang. Dalam beberapa kasus, perusahaan
dapat mengatasi kelemahannya dengan cara mempersiapkan
diri untuk meraih kesempatan yang pasti. Untuk
mengembangkan strategi yang mempertimbangkan profil
SWOT, SWOT matriks (juga dikenal sebagai TOWS Matrix).

50

Anda mungkin juga menyukai