Esai IKN - Bahasa Indonesia - Kelompok 7
Esai IKN - Bahasa Indonesia - Kelompok 7
Esai IKN - Bahasa Indonesia - Kelompok 7
Ibu kota merupakan pusat pemerintahan, pusat bisnis, dan pusat kekuasaan dan kebijakan
suatu negara. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan ibu kota adalah tempat
kedudukan pusat, pemerintahan suatu negara, tempat dihimpun unsur administratif (eksekutif,
legislatif, dan yudikatif); kota yang menjadi pusat pemerintahan.
Ibu Kota Negara Republik Indonesia yang diharapkan adalah ibu kota yang mencerminkan
identitas bangsa Indonesia. Negara Indonesia yang berpenduduk sekitar 237 juta jiwa, memiliki
warisan kekayaan sekitar 1100 suku bangsa, 700 bahasa lokal, 300 gaya seni tari, 400 lagu
daerah, dan 23 lingkungan adat, hidup sebagai bangsa dan negara dalam berbagai keragaman dan
perbedaan yang berjalan baik selama ini, karena didasari oleh Pancasila sebagai dasar negara dan
ideologi bangsa, dan dibingkai melalui Bhinneka Tunggal Ika. Memperhatikan pentingnya aspek
simbolis negara melalui ibu kota ini, memunculkan kebutuhan rancangan Ibu Kota Negara
Republik Indonesia yang dapat merepresentasikan identitas dan persatuan bangsa dalam
kerangka nation and state building; merefleksikan kebhinekaan Indonesia; dan meningkatkan
penghayatan terhadap Pancasila.
Ide pemindahan IKN pertama kali dicetuskan oleh Presiden Soekarno pada 17 Juli 1957.
Soekarno memilih Palangkaraya sebagai IKN dengan alasan Palangkaraya berada di tengah
kepulauan Indonesia dan wilayahnya luas. Pada masa Orde Baru, menerbitkan Keputusan
Presiden Nomor 1 Tahun 1997 tentang Koordinasi Pengembangan Kawasan Jonggol sebagai
kota mandiri. Pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, wacana pemindahan IKN muncul
kembali karena kemacetan dan banjir yang melanda Jakarta. Pada tanggal 29 April 2019, Jokowi
memutuskan untuk memindahkan IKN keluar pulau Jawa dan dicantumkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024.
Pemindahan Ibu Kota Negara atau IKN ke Kalimantan Timur tidak akan mengurangi
berbagai permasalahan yang ada di Jakarta. Pendapat tersebut berdasarkan survei yang dilakukan
Centre for Strategic and International Studies (CSIS). Survei ini menemukan bahwa ada empat
isu utama di Jakarta yang belum tentu mereda sejak ibu kota dipindahkan, antara lain
mengurangi kemacetan, penataan perumahan kumuh, penanggulangan banjir, dan kemudahan
akses air bersih. Selain dampak positif yang minim bagi Jakarta, relokasi IKN juga dapat
mempengaruhi kondisi lingkungan di Kalimantan Timur. Rencana pemindahan ibu kota baru
berpeluang memperparah kondisi persoalan lingkungan yang selama ini terjadi.
Dengan dibukanya lahan dan pengembangan infrastruktur pembangunan IKN disadari akan
berdampak terhadap lingkungan dan aspek sosial budaya. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
(WALHI) telah melakukan kajian dan membeberkan setidaknya ada tiga permasalahan
lingkungan dari hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) di Ibu Kota Negara baru di
Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Tiga permasalahan lingkungan di ibu kota
negara baru, yaitu perubahan tata air dan perubahan iklim, terganggunya habitat flora dan fauna
serta keanekaragaman hayati, serta peningkatan pencemaran dan kerusakan lingkungan seperti
kebakaran hutan dan lahan, penurunan kualitas air sungai dan laut, peningkatan bukaan-bukaan
tambang. Provinsi Kalimantan Timur yang terkenal dengan hutan hujan dan populasi
orangutannya menghadapi ancaman deforestasi yang semakin meningkat. Kemudian, dengan
adanya perkembangan IKN baru ini akan menambah tekanan lebih lanjut pada lanskap kawasan
tersebut. Lokasi IKN merupakan daerah rawan pencemaran minyak. Lokasi IKN baru tercemar
minyak akibat bencana Pertamina. Sehingga imbas dari tingginya pencemaran itu berisiko
terhadap penurunan nutrien pada kawasan pesisir dan laut.
Badan Energi Internasional (IEA) menemukan bahwa bahan bakar fosil batubara
menyumbangkan emisi CO2 hingga 44% dari total emisi global. Penelitian lain juga dilakukan
oleh Greenpeace pada tahun 2014, yang mengemukakan bahwa sebanyak 45% sungai di
Kalimantan sangat berpotensi tercemar oleh pertambangan batubara di sekitarnya. Hal itu pun
juga terbukti mengganggu habitat hewan dan tumbuhan dan memberikan racun terhadap rantai
makanan. Flora dan fauna bisa terancam punah lantaran habitat mereka hilang dengan adanya
pembangunan besar-besaran di Kaltim. Hal ini dikatakan oleh Merah Johansyah selaku
koordinator nasional Jaringan Advokasi Tambang (Jatam). Merah menyebutkan salah satu fauna
endemik pulau Borneo yang terancam punah akibat mega proyek pembangunan ibu kota baru
adalah Bekantan. Selain itu, beberapa fauna lainnya yang terancam punah yakni Pesut, Beruang
Madu, dan Orangutan. Sementara itu, hutan mangrove yang berada di pesisir Teluk Balikpapan
juga terancam keberadaannya akibat pembangunan ibu kota baru sehingga, hal tersebut juga
akan berdampak terhadap beberapa flora dan fauna.
Selain isu lingkungan, menurut Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) pemindahan
IKN berpotensi merampas ruang hidup masyarakat adat. Setidaknya, sebanyak 20.000 orang
yang tergabung dalam kelompok masyarakat adat di lahan IKN akan terdampak oleh rencana ini
menurut Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN). Dalam rangka mereduksi potensi
terjadinya penggunaan lahan milik masyarakat adat secara sepihak, upaya yang telah
dicanangkan oleh pemerintah adalah penegakan kepemilikan tanah atau wilayah hutan
berdasarkan peraturan peruntukan penggunaan lahan dengan diiringi forum multi-pihak pada
tingkat lokal yang mengacu pada norma dan adat sebagai sarana penyelesaian sengketa
tanah. Upaya lain pemerintah dalam meminimalisasi terpinggirkannya hak masyarakat adat
dalam proyek IKN adalah inisiatif untuk memperkuat Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat
lokal – termasuk masyarakat adat. Pemerintah mempersiapkan sejumlah program pelatihan
keterampilan kerja dalam rangka mengupayakan masyarakat menjadi individu yang mampu
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan.
Dengan demikian, pembangunan IKN membutuhkan kajian dan rencana yang lebih matang.
Dengan harapan, IKN baru dapat menjadi ibu kota yang ramah terhadap lingkungan dan
ekosistem sekitar sehingga nyaman untuk ditinggali. Pemindahan ibu kota dari Pulau Jawa ke
Pulau Kalimantan akan menjadi tonggak penting dalam sejarah perjalanan RI. Proses
pemindahan yang saat ini tengah berlangsung harus benar-benar memperhitungkan kepentingan
lingkungan tempat pembanguan IKN dan masyarakat adat.
Daftar Pustaka
Nugroho, Bhakti, Eko. (2022). “Perlindungan Hak Masyarakat Adat Dalam Pemindahan Ibukota
Negara” dalam https://onlinejournal.unja.ac.id/jisip/article/download/17417/13265.
Diakses pada 29 November pukul 20.14 WIB.
Referensi Internet
Bahfein, Suhaiela. (2021). “Pembangunan IKN Bakal Hadapi Sejumlah Risiko Lingkungan”.
https://properti.kompas.com/read/2021/06/01/210000521/pembangunan-ikn-bakal
hadapi-sejumlah-risiko-lingkungan?page=all. Diakses pada 29 November pukul 09.16
WIB
Bappenas. (2020). “Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Ibu Kota Negara”.
https://bappeda.kaltimprov.go.id/storage/datacenters/September2021/
zNPFAwFfhrKe6NOUadXI.pdf. Diakses pada 29 November pukul 15.40 WIB.
CNN Indonesia. (2022). “Walhi Beberkan 3 Masalah Krusial Lingkungan di Ibu Kota Negara
Baru”. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220113114142-20-746071/walhi
beberkan-3-masalah-krusial-lingkungan-di-ibu-kota-negara-baru. Diakses pada 1
Desember pukul 22.01 WIB.
Dihni, V, A. (2022). “Survei CSIS Ungkap Permasalahan Jakarta Tak akan Berkurang Paca
Pemindahan IKN. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/06/07/survei-csis-
ungkap-permasalahan-jakarta-tak-akan-berkurang-pasca-pemindahan-ikn. Diakses pada 2
Desember pukul 20.16 WIB.
Mantalean, Vitorio. (2022). “Proyek IKN Dinilai Berpotensi Timbulkan Konflik Agraria Secara
Luas”. https://nasional.kompas.com/read/2022/03/14/23262811/proyek-ikn-dinilai-
berpotensi-timbulkan-konflik-agraria-secara-luas. Diakses pada 2 Desember pukul 21.30
WIB.
Peradabanluhur. (2022). “Menggugat UU IKN, dari Hak Adat Sampai Kerusakan Lingkungan”.
https://www.peradabanluhur.or.id/menggugat-uu-ikn-dari-hak-adat-sampai-kerusakan-
lingkungan/. Diakses pada 1 Desember pukul 22.23 WIB.
Sebijak. (2020). “Perlunya Melindungi Ekosistem Hutan di Kawasan Calon Ibu Kota Negara
Baru”. https://sebijak.fkt.ugm.ac.id/2020/09/28/perlunya-melindungi-ekosistem-hutan-di-
kawasan-calon-ibu-kota-negara-baru/. Diakses pada 30 November pukul 21.20 WIB.