Laporan Pendahuluan ISK

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Infeksi Saluran Kemih

1. Pengertian

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan kondisi dimana terdapat

mikroorganisme dalam urin yang jumlahnya sangat banyak dan mampu

menimbulkan infeksi pada saluran kemih (Dipiro et al., 2015). Infeksi

Saluran Kencing (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya

mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air

kemih tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. Infeksi

saluran kemih dapat terjadi pada pria maupun wanita dari semua umur, dan

dari kedua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering menderita infeksi ini

daripada pria (Michael J & Wanda C, 2021).

Infeksi saluran kemih (ISK) disebabkan oleh adanya pertumbuhan

mikroorganisme pada saluran kemih. Infeksi saluran kemih (ISK) dapat

berupa keberadaan bakteri dalam urin (bakteriuria) dengan gejala atau tanpa

gejala. Organisme yang dominan sebagai penyebab ISK adalah Escherichia

coli yang terhitung 80-90% dari infeksi dan bakteri International

Conference for Midwives (ICMid) 338 gram-negatif yang berkembang

secara cepat dalam urine (Bazzaz, 2021).

2. Klasifikasi

a. ISK Uncomplicated (Simple)

ISK yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing baik

anatomik maupun fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut terutama

4
5

mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa

superficial kandung kemih.

b. ISK Complicated

Sering menimbulkan banyak masalah karena seringkali kuman

penyebab sulit untuk diberantas. Kuman penyebab seringkali resisten

terhadap beberapa jenis antibiotik, sering menyebabkan bakterimia,

sepsis, hingga shok. Infeksi saluran kencing ini terjadi bila terdapat

keadaan sebagai berikut :

1) Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu ginjal

2) Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK

3) Gangguan imunitas (Klein & Hultgren, 2020).

3. Etiologi

Penyebab tersering ISK Escherichia Coli (70%), kemudian

Enterobacteriaciae dan Staphylococcus Saprophyticus. Kuman penyebab

lainnya adalah Klebsiela, Proteus, Pseudomonas dan Serratia spp. Etiologi

penyebab infeksi saluran kemih (ISK) umumnya adalah Escherichia coli,

yang telah dilaporkan pada 70-95% pada kasus ISK. Infeksi saluran kemih

juga dipengaruhi oleh faktor inang, seperti umur, adanya komorbiditas,

kerusakan korda spinalis, atau kateterisasi.

Infeksi Saluran kencing (ISK) terjadi akibat infeksi pada traktus

urinarus yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme patogenik

dengan atau tanpa disertainya tanda dan juga gejala. Mikroorganisme ini

dapat masuk bisa dikarenakan penggunaan steroid jangka panjang, makanan

yang terkontaminasi bakteri, proses perkembangan usia lanjut, anomali


6

saluran kemih, higine yang tidak bersih, dan hubungan seksual yang tidak

sehat, serta akibat dari cidera uretra. Infeksi saluran kencing ini dapat

mengenai kandung kemih, prostat, uretra, dan juga ginjal (Purnomo, 2014).

4. Tanda dan Gejala

a. Pada ISK bagian bawah

1) Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih

2) Urine keluar sedikit-sedikit

3) Hematuria

4) Nyeri punggung dapat terjadi

b. Pada ISK bagian atas

1) Sakit kepala/pusing

2) Malaise

3) Mual dan muntah

4) Demam

5) Menggigil

6) Rasa tidak enak

7) Nyeri pinggang dan panggul (Chu & Lowder, 2018).

5. Patofisiologi

Infeksi Saluran kencing (ISK) terjadi akibat infeksi pada traktus

urinarus yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme patogenik

dengan atau tanpa disertainya tanda dan juga gejala. Mikroorganisme ini

dapat masuk bisa dikarenakan penggunaan steroid jangka panjang, makanan

yang terkontaminasi bakteri, proses perkembangan usia lanjut, anomali

saluran kemih, higine yang tidak bersih, dan hubungan seksual yang tidak
7

sehat, serta akibat dari cidera uretra. Infeksi saluran kencing ini dapat

mengenai kandung kemih, prostat, uretra, dan juga ginjal.

Pada pasien dengan Infeksi saluran kencing, umunya retensi urin teradi

akibat dari obstruksi dan menyebabkan peningkatan tekanan di vesika

urinaria serta penebalan diding vesika, ketika hal ini terjadi maka

menyebabkan penurunan kontraksi vesika sehingga menimbullkan tahanan

pada kandung kemih, urin yang tertahan pada kandung kamih dalam jangka

waktu yang lama (lebih dari 12 jam ) merupakan media yang baik untuk

perkembangan mikroorganisme patogen seperti E. coli, Klabsiella,

prosteus, psudomonas, dan enterobacter.

Ketika bakteri telah berhasil berkembang, maka tubuh akan melakukan

respon pertahanan dengan merangsang hipotalamus untuk menstimulus

sistem pertahanan tubuh untuk memfagosit antigen tersebut sehingga akan

menyebabkan peningkatan metabolisme dan muncul gejala demam,ketika

antigen tidak mampu di fagosit oleh sistem imun kita maka akan

menyebabkan munculnya bakteremia skunder yang menjalar ke ureter

sehingga menyebabkan iritasi dan peradangan pada ureter, umumnya ketika

hal ini terjadi maka akan menyebabkan pasien mengalami oliguria. Selain

itu ketika proses peradangan terjadi akan meningkatkan frekuensi dorongan

kontraksi uretra dan memunculkan persepsi nyeri akibat proses depresi

syaraf perifer.

Selain itu, respon pertahanan tubuh kita juga akan merangsang

hipotalamus sehingga muncul lah gejala seperti demam serta nyeri di bagian

yang terinfeksi (Medina & Castilo-Pino, 2019).


8

6. Pathway

Nyeri Akut

Risiko Infeksi

Defisit Ansietas
Defisit Pengetahuan
Intoleransi
Nutrisi
Aktivitas
Hipertermia

Gangguan
Eliminasi Urine

Gambar 2. 1 Pathway Infeksi Saluran Kemih

7. Komplikasi

Infeksi saluran kemih yang dibiarkan tidak tertangani dapat

menyebabkan komplikasi berbahaya, seperti:

a. Kerusakan ginjal permanen, jika bakteri menyebar hingga ke ginjal/

gagal ginjal

b. Pielonefritis, peradangan ginjal karena jenis tertentu dari infeksi saluran


9

kemih (ISK)

c. ISK berulang (kambuh) dalam kurun waktu 6 bulan atau hingga 4 kali

dalam setahun

d. Striktur uretra atau penyempitan saluran kencing

e. Kelahiran prematur dan bayi terlahir dengan berat badan lahir rendah,

jika ISK dialami oleh wanita hamil

f. Sepsis, yaitu kondisi ketika bakteri penyebab ISK (biasanya yang

menyebar hingga ke ginjal) masuk ke aliran darah dan menyebabkan

respons tubuh yang bisa berakibat fatal (Gupta et al., 2017).

8. Penatalaksanaan

a. Pemberian antibiotik, Terapi antibiotik per oral yang efektif terhadap

bakteri coliform aerobik gram negatif, seperti E coli, adalah pilihan

terapi pada pasien dengan infeksi saluran kemih bagian bawah

b. Jaga tubuh tetap terhidrasi, minum air putih setidaknya 6-8 gelas atau 2

liter per hari dapat melindungi tubuh dari kekambuhan ISK.

c. Hindari makanan dan minuman pantangan ISK, mengonsumsi soda,

kopi, alkohol, minuman dengan pemanis buatan, dan sumber protein

hewani dapat meningkatkan risiko ISK dan memperburuk gejala.

d. Mengusap vagina dari depan ke belakang, bersihkan vagina sehabis

buang air kecil dengan cara menyeka organ tersebut dari depan ke

belakang, bukan dari belakang ke depan. Cara ini bisa menurunkan

risiko ISK.

e. Jangan menunda buang air kecil, menunda untuk buang air kecil dapat

meningkatkan risiko ISK berulang pada wanita. Tidak cukup sering


10

buang air kecil dapat menyebabkan bakteri menumpuk di dalam saluran

kemih.

f. Lebih aktif menjaga berat badan yang sehat, kelebihan berat badan dan

gaya hidup sedenter (tidak banyak bergerak) juga dapat meningkatkan

risiko ISK berulang. Mempertahankan berat badan yang sehat dapat

mengurangi risiko tersebut.

g. Konsumsi suplemen lain, suplemen lain seperti D-mannose, probiotik,

dan produk cranberry yang dikombinasikan dengan propolis juga

diketahui berpotensi mengobati ISK (Gupta et al., 2017).

B. Konsep Jus Cranberry

1. Pengertian

Cranberry Amerika (Vaccinium macrocarpon) adalah salah satu dari

beberapa buah asli Timur Amerika Utara. Cranberry adalah istilah yang

berasal dari kontraksi “crane berry” nama ini berasal dari nama panggilan

Bungan bilberry, cranberry adalah bagian dari keluarga Ericaceae dan

secara alami tumbuh di rawa asam yang penuh dengan lumut gambut

dihutan lembab (Hisano, 2012).

Cranberries (Vaccinium macrocarpon) merupakan buah golongan berry

yang telah digunakan bertahun-tahun untuk mencegah Infeksi Saluran

Kemih (ISK) pada wanita. Efek dari cranberry lebih terlihat pada wanita

dengan infeksi saluran kemih berulang dan aman juga juga diberikan pada

wanita hamil, anak-anak dengan ISK (Hisano, 2012).

2. Pemberian Ekstrak Jus Cranberry

Cranberry dalam bentuk cair dan biasanya diberikan sebagai jus


11

cranberry digunakan oleh orang Indian Amerika Utara untuk menjadi

pengobatan dan pencegahan utama pada infeksi saluran kemih. Pada

dasarnya aktivitas biologis cranberry adalah karena efek pengasaman pada

urin. Mekanisme dalam mengobati dan mencegah infeksi saluran kemih

adalah menonaktifkan kapasitas Escherichia coli untuk mematuhi urethra.

Cranberry terdiri dari air (88%), asam organic (termasuk salisilat), fruktosa,

vitamin C (kadar tinggi yaitu 200 mg/kg buah beri segar), flavonoid,

antosianidin, katekin, dan triterpenoid.

Dosis penggunaan jus cranberry adalah setengah gelas (250 ml) setiap

hari untuk melindungi dari infeksi saluran kemih dan apabila sudah

menderita infeksi maka mengkonsumsi setidaknya tiga sampai empat gelas

(750-1000 m) jus cranberry sehari (Dipiro et al., 2015).

C. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Data Demografi

1) Identitas pasien yaitu nama, umur, jenis kelamin, agama, suku atau

bangsa, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal

masuk rumah sakit, tanggal pengkajian,catatan kedatangan.

2) Keluarga terdekat yang dapaat dihubungi yaitu nama, umur, jenis

kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan sumber informasi,

beserta nomor telpon.

b. Riwayat kesehatan atau perawatan

1) Keluhan utama/ alasan masuk rumah sakit.

Biasanya klien mengeluhkan nyeri pada saat miksi, pasien juga


12

mengeluh sering buang air kecil berulang ulang (anyanganyangan)

terbangun untuk miksi pada malam hari, perasaan ingin miksi yang

sangat mendesak.

2) Riwayat kesehatan sekarang

a) Pasien mengeluh sakit pada saat miksi dan harus menunggu lama,

dan harus mengedan.

b) Pasien mengeluh sering bak berulang.

c) Pasien mengeluh sering miksi di malam hari

3) Riwayat kesehatan terdahulu Apakah pasien pernah menderita

infeksi saluran kencing sebelumnya, dan apakah pasien pernah

dirawat di rumah sakit sebelumnya dengan keluhan yang sama.

4) Riwayat kesehatan keluarga Mungkin diantara keluarga pasien

sebelumnya ada yang pernah menderita penyakit yang sama dengan

penyakit pasien sekarang.

c. Pola fungsi kesehatan.

Meliputi pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, pola nutrisi dan

metabolisme, pola eliminasi, pola aktivitas dan latihan, pola istirahat

dan tidur, pola kongnitif dan persepsi, persepsi diri dan konsep diri, pola

peran hubungan, pola seksual dan reproduksi, pola koping dan toleransi

stress, keyakinan dan kepercayaan.

d. Pemeriksaan Fisik

Pada waktu mlakukan inspeksi keadaan umum pasien mengalami tanda-

tanda penurunan mental seperti neuropati perifer, Pada waktu palpasi

adanya nyeri tekan pada bagian kandung kemih.


13

1) Data dasar pengkajian pasien

a) Sirkulasi Tanda : Peningkatan tekanan darah (efek pembesaran

ginjal )

b) Eliminasi gejala :

(1) Penurunan kekuatan/dorongan aliran urin tetsan

(2) Keraguan pada berkemih awal

(3) ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih

dengan lengkap , dorongan dan frekuensi berkemih

(4) nokturia , disuria, dan hematuria

(5) duduk untuk berkemih

(6) infeksi saluran kencing berulang, dan riwayat batu

(7) konstipasi (prostrusi prostat kedalam rectum)

c) Makanan/cairan gejala :

(1) Anoreksia, mual dan muntah

(2) Penurunan berat badan

d) Nyeri/kenyamanan gejala :

(1) Nyeri suprapubik, panggul atau punggung, tajam, kuat (pada

prostales akut)

(2) Nyeri punggung bawah

e) Seksualitas gejala :

(1) Masalah tentang efek kondisi/ penyakit kemampuan seksual

(2) Takut inkontinensia/ menetes selama hubungan intim

(3) penurunan kekuatan kontraksi ejakulasi


14

f) Aktivitas istirahat

(1) Riwayat pekerjaan

(2) lamanya istirahatAktivitas sehari-hari

(3) Pengaruh penyakit terhadap aktivitas

(4) Pengaruh penyakit terhadap istirahat

g) Higine

(1) Penampilan umum

(2) ADL (Activity Daily Live)

(3) Kebersiahn mandi

(4) Frekuensi Mandi

h) Integritas ego

(1) Pengaruh penyakit terhadap stress

(2) gaya hidup

(3) Masalah financial

i) Neurosensori

(1) Apakah ada sakit kepala

(2) Status mental

(3) Ketajaman pengellihatan

j) Pernapasan

(1) Apakah ada sesak napas

(2) Riwayat merokok

(3) Frekuensi pernapasan

(4) Bentuk dada

(5) Auskultasi suara napas


15

k) Interaksi sosial

(1) Status perkawinan

(2) Hubungan dalam masyarakat

(3) Pola interaksi keluarga

(4) Komunikasi verbal dan non verbal

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut (D.0077)

b. Gangguan eliminasi urine (D.0040)

c. Risiko infeksi (D.0142)

d. Defisit nutrisi (D.0019)

e. Hipertermia (D.0130)

f. Intoleransi aktivitas (D.0056)

g. Ansietas (D.0080)

h. Defisit pengetahuan (D.0111)

3. Intervensi Keperawatan

Table 2. 1 Intervensi Keperawatan


NO SDKI SLKI SIKI
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I.08238)
(D.0077) keperawatan selama ...x24
jam, maka Tingkat Nyeri Observasi
1.1 Identifikasi lokasi, karakteristik,
(L08066) Menurun
durasi, frekuensi, kualitas,
dengan kriteria hasil : intensitas nyeri
- Keluhan Nyeri 1.2 Identifikasi skala nyeri
- Meringis 1.3 Identifikasi respon nyeri non
verbal
Ket : 1.4 Identifikasi faktor yang
1 : Meningkat memperberat dan memperingan
nyeri
2 : Cukup Meningkat
1.5 Identifikasi pengetahuan dan
3 : Sedang keyakinan tentang nyeri
4 : Cukup Menurun 1.6 Identifikasi pengaruh budaya
5 : Menurun terhadap respon nyeri
1.7 Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
1.8 Monitor keberhasilan terapi
16

komplementer yang sudah


diberikan
1.9 Monitor efek samping
penggunaan analgetik

Terapeutik
1.10 Berikan teknik non-farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
1.11 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
1.12 Fasilitasi istirahat dan tidur
1.13 Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi
1.14 Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
1.15 Jelaskan strategi meredakan nyeri
1.16 Anjurkan memonitor nyri secara
mandiri
1.17 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
1.18 Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
1.19 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Eliminasi Urine
Eliminasi keperawatan selama ... (I.04152)
Urine jam, maka Eliminasi
(D.0040) Observasi
Urine (L.04034)
2.1 Identifkasi tanda dan gejala
Membaik dengan kriteria retensi atau inkontinensia urine
hasil : 2.2 Identifikasi faktor yang
- Desakan Berkemih menyebabkan retensi atau
(urgensi) inkontinensia urine
- Berkemih Tidak 2.3 Monitor eliminasi urine (mis.
Tuntas frekuensi, konsistensi, aroma,
volume, dan warna)
Ket : Terapeutik
1 : Meningkat 2.4 Catat waktu-waktu dan haluaran
2 : Cukup Meningkat berkemih
3 : Sedang 2.5 Batasi asupan cairan, jika perlu
4 : Cukup Menurun 2.6 Ambil sampel urine
5 : Menurun tengah (midstream) atau kultur

Edukasi
17

2.7 Ajarkan tanda dan gejala infeksi


saluran kemih
2.8 Ajarkan mengukur asupan cairan
dan haluaran urine
2.9 Anjurkan mengambil specimen
urine midstream
2.10 Ajarkan mengenali tanda
berkemih dan waktu yang tepat
untuk berkemih
2.11 Ajarkan terapi modalitas
penguatan otot-otot
pinggul/berkemihan
2.12 Anjurkan minum yang
cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
2.13 Anjurkan mengurangi minum
menjelang tidur

Kolaborasi
2.14 Kolaborasi pemberian obat
suposituria uretra jika perlu
3 Risiko Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi (L.14539)
Infeksi keperawatan selama ...
(D.0142) jam, maka Tingkat Observasi:
3.1 Monitor tanda gejala infeksi
Infeksi (L.14137)
lokal dan sistemik
Menurun dengan kriteria
hasil : Terapeutik
- Kemerahan 3.2 Batasi jumlah pengunjung
- Nyeri 3.3 Berikan perawatan kulit pada
daerah edema
Ket : 3.4 Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien
1 : Meningkat
dan lingkungan pasien
2 : Cukup Meningkat 3.5 Pertahankan teknik aseptik pada
3 : Sedang pasien berisiko tinggi
4 : Cukup Menurun
5 : Menurun Edukasi
3.6 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
3.7 Ajarkan cara memeriksa luka
3.8 Anjurkan meningkatkan asupan
cairan

Kolaborasi
3.9 Kolaborasi pemberian imunisasi,
jika perlu
4 Defisit Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi (I. 03119)
Nutrisi keperawatan selama ...
(D.0019) jam, maka Status Nutrisi Observasi
1.1 Identifikasi status nutrisi
(L.03030) Membaik
1.2 Identifikasi alergi dan intoleransi
dengan kriteria hasil : makanan
- Nafsu Makan 1.3 Identifikasi makanan yang
- Berat Badan disukai
1.4 Identifikasi kebutuhan kalori dan
Ket : jenis nutrient
1 : Memburuk 1.5 Identifikasi perlunya penggunaan
selang nasogastrik
18

2 : Cukup Memburuk 1.6 Monitor asupan makanan


3 : Sedang 1.7 Monitor berat badan
4 : Cukup Membaik 1.8 Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
5 : Membaik
Terapeutik
1.9 Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
1.10 Fasilitasi menentukan pedoman
diet (mis. Piramida makanan)
1.11 Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai
1.12 Berikan makan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
1.13 Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
1.14 Berikan suplemen makanan, jika
perlu
1.15 Hentikan pemberian makan
melalui selang nasigastrik jika
asupan oral dapat ditoleransi

Edukasi
1.16 Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
1.17 Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi
1.18 Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetik), jika perlu
1.19 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu
5 Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia (I.15506)
(D.0130) keperawatan selama ...
jam, maka Termoregulasi Observasi
5.1 Identifkasi penyebab hipertermi
(L.14134) Membaik
(mis. dehidrasi terpapar
dengan kriteria hasil : lingkungan panas penggunaan
- Suhu Tubuh incubator)
- Suhu Kulit 5.2 Monitor suhu tubuh
5.3 Monitor kadar elektrolit
Ket : 5.4 Monitor haluaran urine
1 : Memburuk
Terapeutik
2 : Cukup Memburuk
5.5 Sediakan lingkungan yang dingin
3 : Sedang 5.6 Longgarkan atau lepaskan
4 : Cukup Membaik pakaian
5 : Membaik 5.7 Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
5.8 Berikan cairan oral
5.9 Ganti linen setiap hari atau lebih
sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih)
5.10 Lakukan pendinginan eksternal
(mis. selimut hipotermia atau
19

kompres dingin pada dahi, leher,


dada, abdomen,aksila)
5.11 Hindari pemberian antipiretik
atau aspirin
5.12 Batasi oksigen, jika perlu

Edukasi
5.13 Anjurkan tirah baring

Kolaborasi
5.14 Kolaborasi cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
6 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi (I.05178)
Aktivitas keperawatan selama ...
(D.0056) jam, maka Toleransi Observasi
6.1 Identifikasi gangguan fungsi tubuh
Aktivitas (L.05047)
yang mengakibatkan kelelahan
Meningkat dengan kriteria 6.2 Monitor pola dan jam tidur
hasil : 6.3 Monitor kelelahan fisik dan
- Keluhan Lelah emosional
- Perasaan Lemah
Edukasi
Ket : 6.4 Anjurkan tirah baring
6.5Anjurkan melakukan aktivitas
1 : Meningkat
secara bertahap
2 : Cukup Meningkat
3 : Sedang Terapeutik
4 : Cukup Menurun 6.6 Sediakan lingkungan nyaman dan
5 : Menurun rendah stimulus
6.7 Lakukan latihan rentang gerak
pasif dan/atau aktif
6.8 Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
6.9 Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan

Kolaborasi
6.10 Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
7 Ansietas Setelah dilakukan tindakan Terapi Relaksasi (I. 09326)
(D.0080) keperawatan selama ...
jam, maka Tingkat Observasi
7.1 Identifikasi penurunan tingkat
Ansietas (L.09093)
energi, ketidakmampuan
Menurun dengan kriteria berkonsentrasi, atau gejala lain
hasil : yang mengganggu kemampuan
- Perilaku Gelisah kognitif
- Perilaku Tegang 7.2 Identifikasiteknik relaksai yang
pernah efektif digunakan
Ket : 7.3Identifikasi kesediaan,
kemampuan, dan penggunaan
1 : Meningkat
teknik sebelumnya
2 : Cukup Meningkat 7.4 Periksa ketegangan otot, frekuensi
3 : Sedang nadi, tekanan darah, dan suhu
4 : Cukup Menurun sebelum dan sesudah latihan
5 : Menurun
20

7.5 Monitor respon terhadap terapi


relaksai

Terapeutik
7.6 Ciptakan lingkungan yang tenang
dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang
nyaman, jika memungkinkan
7.7 Berikan informasi tertulis tentang
persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
7.8 Gunakan pakaian longgar
7.9 Gunakan nada suara lembut
dengan irama lambat dan
berirama
7.10 Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgesik atau tindakan medis
lain, jika sesuai

Edukasi
7.11 Jelaskan tujuan manfaat, batasan,
dan jenis relaksasi yang tersedia
(mis. musik, meditasi, napas
dalam, relaksasi otot progresif)
7.12Jelaskan secara rinci intervensi
relaksasi yang dipilih
7.13Anjurkan mengambil posisi
nyaman
7.14Anjurkan rileks dan merasakan
sensai relaksasi
7.15Anjurkan sering mengulangi atau
melatih teknik yang dipilih
7.16Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi (mis. napas dalam,
peregangan, atau imajinasi
terbimbing)
8 Defisit Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan (I.12383)
Pengetahuan keperawatan selama ... Observasi
(D.0111) jam, maka Tingkat 8.1 Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi
Pengetahuan (L.12111)
8.2 Identifikasi faktor-faktor yang
Meningkat dengan kriteria dapat meningkatkan dan
hasil : menurunkan motivasi perilaku
- Perilaku Sesuai hidup bersih dan sehat
Anjuran Terapeutik
- Perilaku Sesuai 8.3 Sediakan materi dan media
dengan Pengetahuan pendidikan kesehatan
8.4 Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
Ket : 8.5 Berikan kesempatan untuk
1 : Menurun bertanya
2 : Cukup Menurun
3 : Sedang Edukasi
4 : Cukup Meningkat 8.6 Jelaskan faktor risiko yang dapat
5 : Meningkat mempengaruhi kesehatan
8.7 Ajarkan perilaku hidup bersih
dan sehat
21

8.8 Ajarkan strategi yang dapat


digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang

dihadapi. Status kesehatan yang baik menggambarkan kriteria hasil yang

diharapkan. Ukuran implementasi keperawatan yang diberikan kepada klien

terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi,

pendidikan untuk klien dan keluarga atau tindakan untuk mencegah masalah

kesehatan yang muncul dikemudian hari (Olfah & Ghofur, 2016).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses

keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang

terlah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan

mengkur yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Penilaian

adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu

berkaitan dengan tujuan yaitu pada komponen kognitif, afektif, psikomotor,

perubahan fungsi dan tanda gejala yang spesifik (Olfah & Ghofur, 2016).

Anda mungkin juga menyukai