Makalah Kelompok 9

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


MEMAHAMI DEFINISI BAYI TABUNG DAN ABORSI

DOSEN PENGAMPU: Ahmad Zaqi Azzahiri, S.Pdi, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 9
Rizka Tri Agustin Siregar
Shabina Annisaa Yasmine
Rimbi Ababil

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES


JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
T.A 2023/2024
KEGIATAN PEMBELAJARAN I
DEFINISI BAYI TABUNG DAN ABORSI DALAM PRAKTIK TENAGA MEDIS

Bayi Tabung Bayi tabung merupakan terjemahan dari artificial insemination. Artificial
artinya buatan atau tiruan, sedangkan insemination berasal dari bahasa latin “inseminatus”
yang artinya pemasukan atau penyimpanan. Bayi tabung atau dalam bahasa kedokteran
disebut In Vitro Fertilization (IVF) adalah suatu upaya memperoleh kehamilan dengan jalan
mempertemukan sel sperma dan sel telur dalam suatu wadah khusus tanpa melalui senggama
(sexual intercourse). Pada kondisi normal, pertemuan ini berlangsung di dalam saluran tuba.
Dalam proses bayi tabung atau IVF, sel telur yang sudah matang diambil dari indung telur
lalu dibuahi dengan sperma di dalam sebuah medium cairan. Setelah berhasil, embrio kecil
yang terjadi dimasukkan ke dalam rahim dengan harapan dapat berkembang menjadi bayi.
Proses yang berlangsung di laboratorium ini dilaksanakan sampai menghasilkan suatu embrio
yang akan ditempatkan pada rahim ibu.
Embrio ini juga dapat disimpan dalam bentuk beku dan dapat digunakan kelak jika
dibutuhkan. Bayi tabung merupakan pilihan untuk memperoleh keturunan bagi ibu- ibu yang
memiliki gangguan pada saluran tubanya. Pada kondisi normal, sel telur yang telah matang
akan dilepaskan oleh indung telur (ovarium) menuju saluran tuba (tuba fallopi) untuk
selanjutnya menunggu sel sperma yang akan membuahi. Jika terdapat gangguan pada saluran
tuba maka proses ini tidak akan berlangsung sebagaimana mestinya. Teknik bayi tabung ini
telah menjadi metode yang membantu.
Menrut penulis yang dimaksud dengan bayi tabung adalah suatu usaha yang dilakukan
oleh pasangan suami istri memperoleh keturunan dengan pembuahan dalam tabung tampa
melakukan hubungan suami istri. Proses bayi tabung adalah proses dimana sel telur wanita
dan sel sperma pria diambil untuk menjalani proses pembuahan. Proses pembuahan sperma
dengan ovum dipertemukan di luar kandungan pada satu tabung yang dirancang secara
khusus. Setelah terjadi pembuahan lalu menjadi zygot kemudian dimasukkan ke dalam rahim
sampai dilahirkan.
Pasangan subur yang tidak mempunyai anak akibat kelainan pada organ reproduksi anak
pada wanita. Pengambilan sel telur dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Cara pertama: Indung telur di pegang dengan penjepit dan dilakukan pengisapan. Cairan
folikel yang berisi sel telur di periksa di mikroskop untuk ditemukan sel telur.
2. Cara kedua: (USG) folikel yang tampak di layar ditusuk dengan jarum melalui vagina
kemudian dilakukan pengisapan folikel yang berisi sel telur seperti pengisapan
laparoskopi.

C. JENIS-JENIS PROSES BAYI TABUNG

1. Pembuahan Dipisahkan dari Hubungan Suami-Isteri. Teknik bayi tabung memisahkan


persetubuhan suami-istri dari pembuahan bakal anak. Dengan teknik tersebut, pembuahan
dapat dilakukan tanpa persetubuhan. Keterarahan perkawinan kepada kelahiran baru
sebagaimana diajarkan oleh Gereja tidak berlaku lagi.
2. Wanita Sewaan untuk Mengandung Anak. Ada kemungkinan bahwa benih dari suami-istri
tidak bisa dipindahkan ke dalam rahim sang istri, oleh karena ada gangguan kesehatan
atau alasan-alasan lain. Dalam kasus ini, maka diperlukan seorang wanita lain yang disewa
untuk mengandung anak bagi pasangan tadi. Dalam perjanjian sewa rahim ini ditentukan
banyak persyaratan untuk melindungi kepentingan semua pihak yang terkait. Wanita yang
rahimnya disewa biasanya meminta imbalan uang yang sangat besar. Suami-istri bisa
memilih wanita sewaan yang masih muda, sehat dan punya kebiasaan hidup yang sehat
dan baik. Praktik.
3. Sel Telur atau Sperma dari Seorang Donor. Masalah ini dihadapi kalau salah satu dari
suami atau istri mandul; dalam arti bahwa sel telur istri atau sperma suami tidak
mengandung benih untuk pembuahan. Itu berarti bahwa benih yang mandul itu harus
dicarikan penggantinya melalui seorang donor. Masalah ini akan menjadi lebih sulit
karena sudah masuk unsur baru, yaitu benih dari orang lain. Pertama, apakah pembuahan
yang dilakukan antara sel telur istri dan sel sperma dari orang lain sebagai pendonor itu
perlu diketahui atau disembunyikan identitasnya. Kalau wanita tahu orangnya, mungkin
ada bahaya untuk mencari hubungan pribadi dengan orang itu. Ketiga, apakah pria
pendonor itu perlu tahu kepada siapa benihnya telah didonorkan. Masih banyak masalah
lain lagi yang bisa muncul.
4. Bank Sperma Praktik bayi tabung membuka peluang pula bagi didirikannya bank-bank
sperma. Pasangan yang mandul bisa mencari benih yang subur dari bank-bank tersebut.
Bahkan orang bisa menjual-belikan benih-benih itu dengan harga yang sangat mahal
misalnya karena benih dari seorang pemenang Nobel di bidang kedokteran, matematika,
dan lain-lain.

Proses Pembuahan Bayi Tabung Bayi tabung merupakan pilihan terakhir bagi mereka
yang ingin mendapatkan keturunan namun sampai saat ini belum juga mendapatkan
kehamilan. Di bawah ini akan dijelaskan proses dalam pembuatan bayi tabung :
1. Perjuangan Sperma Menembus Sel Telur Langkah pertama dalam proses pembuatan bayi
tabung ini diperlukan adanya sperma. Untuk mendapatkan kehamilan, satu sel sperma
harus bersaing dengan sel sperma yang lain. Sel Sperma yang kemudian berhasil untuk
menerobos sel telur merupakan sel sperma dengan kualitas terbaik saat itu.
2. Perkembangan Sel telur Selama masa subur, wanita akan melepaskan satu atau dua sel
telur. Sel telur tersebut akan berjalan melewati saluran telur dan kemudian bertemu dengan
sel sperma pada kehamilan yang normal.
3. Injeksi Dalam IVF, Bidan akan mengumpulkan sel telur sebanyak banyaknya. Seorang
bidan kemudian memilih sel telur terbaik dengan melakukan seleksi. Pada proses ini
pasien disuntikkan hormon untuk menambah jumlah produksi sel telur. Perangsangan
berlangsung 5 – 6 minggu sampai sel telur dianggap cukup matang dan siap dibuahi.
Proses injeksi ini dapat mengakibatkan adanya efek samping.
4. Pelepasan Sel telur Setelah hormon penambah jumlah produksi sel telur bekerja maka sel
telur siap untuk dikumpulkan. Dokter bedah menggunakan laparoskop untuk
memindahkan sel-sel telur tersebut untuk digunakan pada proses bayi tabung (IVF)
berikutnya.
5. Sperma beku Sebelumnya suami akan menitipkan sperma kepada laboratorium dan
kemudian dibekukan untuk menanti saat ovulasi. Sperma yang dibekukan disimpan dalam
nitrogen cair yang dicairkan secara hati hati oleh para tenaga medis.
6. Menciptakan Embrio Dalam menciptakan embrio ini, Bidan akan menyatukan sperma dan
ovum yang telah dipilih sebelumnya. Pada sel sperma dan sel telur yang terbukti sehat,
akan sangat mudah bagi bidan untuk menyatukan keduanya dalam sebuah piring lab.
Namun bila sperma tidak sehat sehingga tidak dapat berenang untuk membuahi sel telur,
maka akandilakukan teknik ICSI (Intra Cytoplasmic Sperm Injection). Pada teknik ICSI
ini dokter akan menyuntikkan satu sperma hidup ke dalam sel telur.
7. Embrio Berumur 2 hari Setelah sel telur dipertemukan dengan sel sperma, akan dihasilkan
sel telur yang telah dibuahi (disebut dengan nama embrio). Embrio ini kemudian akan
membelah seiring dengan waktu. Embrio ini memiliki 4 sel, yang diharapkan mencapai
stage perkembangan yang benar.
8. Pemindahan Embrio Dokter kemudian memilih 3 embrio terbaik untuk ditransfer yang
diinjeksikan ke sistem reproduksi pasien (rahim ibu). i. Implanted fetus Setelah embrio
memiliki 4 – 8 sel, embrio akan dipindahkan kedalam rahim wanita dan kemudian
menempel pada rahim. Selanjutnya embrio tumbuh dan berkembang seperti layaknya
kehamilan biasa sehingga kehadiran bakal janin dapat dideteksi melalui pemeriksaan USG
4.
TUGAS PEMBEAJARAN 2
HUKUM TENTANG BAYI TABUNG DAN ABORSI
DALAM PANDANGAN BERBAGAI AGAMA

A. PANDANGAN ISLAM
Manfaat Dan Akibat Bayi Tabung Bisa membantu pasangan suami istri yang keduanya
atau salah satu nya mandul atau ada hambatan alami pada suami atau istri, menghalangi
bertemunya sel sperma dan sel telur. Misalnya karena tuba falopii terlalu sempit atau
ejakulasinya terlalu lemah. Akibat(mafsadah) dari bayi tabung Percampuran Nasab,padahal
Islam sangat menjaga kesucian / kehormatan kelamin dan kemurnian nasab,karena ada
kaitannya dengan kemahraman (siapa yang halal dan haram dikawini) dan kewarisan.
 Bertentangan dengan sunnatullah atau hukum alam.
 Inseminasi pada hakikatnya sama dengan prostitusi/ zina karena terjadi percampuran
sperma dengan ovum tanpa perkawinan yang sah.
 Kehadiran anak hasil inseminasi buatan bisa menjadi sumber konflik didalam rumah
tangga terutama bayi tabung dengan bantuan donor merupakan anak yang sangat
unik yang bisa berbeda sekali bentuk dan sifatsifat fisik dan karakter/mental si anak
dengan bapak ibunya.
 Anak hasil inseminasi buatan/bayi tabung yang percampuran nasabnya terselubung
dan sangat dirahasiakan donornya adalah lebih jelek daripada anak adopsi yang pada
umumnya diketahui asal dan nasabnya.
 Bayi tabung lahir tanpa proses kasih sayang yang alami terutama pada bayi tabung
lewat ibu titipan yang harus menyerahkan bayinya pada pasangan suami istri yang
punya benihnya, sesuai dengan kontrak,tidak terjalin. hubungan keibuan anatara
anak dengan ibunya secara alami. Surat Al-Luqman ayat 14 yang berbunyi: َ

Terjemahannya:
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.bersyukurlah kepadaku dan kepada dua
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

Mengenai status anak hasil inseminasi dengan donor sperma atau ovum menurut
hukum islam adalah tidak sah dan statusnya sama dengan anak hasil prostitusi.
Masalah tentang bayi tabung ini memunculkan banyak pendapat, boleh atau tidak?
Misalnya Majlis Tarjih Muhammadiyah dalam Muktamarnya tahun 1980,
mengharamkan bayi tabung dengan sperma donor sebagaimana diangkat oleh Panji
Masyarakat edisi nomor 514 tanggal 1 September 1986. Lembaga Fiqih Islam
Organisasi Konferensi Islam (OKI) dalam sidangnya di Amman tahun 1986
mengharamkan bayi tabung dengan sperma donor atau ovum, dan membolehkan
pembuahan buatan dengan sel sperma suami dan ovum dari isteri sendiri.
1. Pengambilan sel telur Pengambilan sel telur dilakukan dengan dua cara, cara
pertama: indung telur di pegang dengan penjepit dan dilakukan pengisapan. Cairan
folikel yang berisi sel telur di periksa di mikroskop untuk ditemukan sel telur.
Sedangkan cara kedua (USG) folikel yang tampak di layar ditusuk dengan jarum
melalui vagina kemudian dilakukan pengisapan folikel yang berisi sel telur seperti
pengisapan laparoskopi. Yusuf Qardawi mengatakan dalam keadaan darurat atau
hajat melihat atau memegang aurat diperbolehkan dengan syarat keamanan dan
nafsu dapat dijaga. Hal ini sejalan dengan kaidah ushul fiqih:

Maksudnya: Kebutuhan yang sangat penting itu diperlakukan seperti keadaan


terpaksa ( darurat). Dan keadaan darurat itu membolehkan hal-hal yang dilarang”.
2. Pengambilan sel sperma Untuk mendapatkan sperma laki- laki dapat ditempuh
dengan cara :
 Istimna’ ( onani)
 Azl ( senggama terputus)
 Dihisap dari pelir ( testis)
 Jima’ dengan memakai kondom
 Sperma yang ditumpahkan kedalam vagina yang disedot tepat dengan spuit
Sperma mimpi malam.
6 Diantara kelima cara diatas, cara yang dipandang baik adalah dengan cara onani
(mastrubasi) yang dilakukan di rumah sakit.

Pendapat para ulama :


1. Ulama Malikiyah, Syafi’iyah, Zaidiyah, mengharamkan secara multak berdasarkan
Al-Qur’an surat Al- Mu’minun ayat 5-7, dimana Allah telah memerintahkan
manusia untuk menjaga kehormatan kelamin dalam setiap keadaan, kecuali terhadap
istri dan budak.
2. Ulama Hanabilah mengharamkan onani, kecuali khawatir berbuat zina atau
terganggu kesehatannya, sedang ia tidak punya istri atau tidak mampu kawin. Yusuf
Qardawi juga sependapat dengan ulama Hanabilah.
3. Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa istimna’ pada prinsipnya diharamkan, namun
istimna’ diperbolehkan dalam keadaan tertentu bahkan wajib, jika dikhawatirkan
jatuh kepada perbuatan zina. Hal ini didasari oleh kaidah ushul adalah:

Maksudnya:
Menghindari madarat (bahaya) harus didahulukan atas mencari/menarik
maslahah/kebaikan.
Ada 2 hal yang menyebutkan bahwa bayi tabung itu halal, yaitu:
1. Sperma tersebut diambil dari si suami dan indung telurnya diambil dari istrinya
kemudian disemaikan dan dicangkokkan ke dalam rahim istrinya.
2. Sperma si suami diambil kemudian di suntikkan ke dalam saluran rahim istrinya atau
langsung ke dalam rahim istrinya untuk disemaikan.
Hal tersebut dibolehkan asal keadaan suami isteri tersebut benar-benar memerlukan
inseminasi buatan untuk membantu pasangan suami isteri tersebut memperoleh
keturunan. Sebaliknya, Ada 5 hal yang membuat bayi tabung menjadi haram yaitu:
1. Sperma yang diambil dari pihak laki-laki disemaikan kepada indung telur pihak wanita
yang bukan istrinya kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya.
2. Indung telur yang diambil dari pihak wanita disemaikan kepada sperma yang diambil
dari pihak lelaki yang bukan suaminya kemudian dicangkokkan ke dalam rahim si
wanita.
3. Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari sepasang suami istri,
kemudian dicangkokkan ke dalam rahim wanita lain yang bersedia mengandung
persemaian benih mereka tersebut
. 4. Sperma dan indung telur yang disemaikan berasal dari lelaki dan wanita lain kemudian
dicangkokkan ke dalam rahim si istri.
5. Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari seorang suami dan
istrinya, kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya yang lain. Jumhur ulama
menghukuminya haram. Karena sama hukumnya dengan zina yang akan mencampur
adukkan nashab dan sebagai akibat, hukumnya anak tersebut tidak sah dan nasabnya
hanya berhubungan dengan ibu yang melahirkannya. Sesuai firman Allah dalam surat
(At-Tiin: 4) adalah:

Terjemahnya: Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
Baiknya

Terjemahnya: Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah
Kami ciptakan.Dan hadist Rasulullah Saw:

Artinya: Tidak boleh orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir menyirami air
spermanya kepada tanaman orang lain (vagina perempuan bukan istrinya). HR. Abu
Daud Al- Tarmidzi yang dipandang shahih oleh Ibnu Hibban.11 Agar dapat ditemukan
hukumnya yang sesuai dengan prinsip dan jiwa AlQur’an dan As-Sunnah yang
merupakan sumber pokok hukum Islam. Namun, kajian masalah mengenai bayi tabung
ini sebaiknya menggunakan pendekatan multi disipliner oleh para ulama dan
cendikiawan muslim dari berbagai disiplin ilmu yang relevan, agar dapat diperoleh
kesimpulan.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam fatwany pada tanggal 13 Juni 1979 menetapkan 4
keputusan terkait masalah bayi tabung, di antaranya :
1. Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami-istri yang sah hukumnya
mubah (boleh), sebab ini termasuk ikhtiar yang berdasarkan kaidah-kaidah agama. Asal
keadaan suami istri yang bersangkutan benar-benar memerlukan cara inseminasi buatan
untuk memperoleh anak, karena dengan cara pembuahan alami, suami istri tidak berhasil
memperoleh anak.
2. Para ulama melarang penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan suami-istri yang
dititipkan di rahim perempuan lain dan itu hukumnya haram, karena dikemudian hari hal
itu akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan warisan (khususnya
antara anak yang dilahirkan dengan ibu yang mempunyai ovum dan ibu yang
mengandung kemudian melahirkannya, dan sebaliknya).
3. Bayi Tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia
hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah. Sebab, hal ini akan menimbulkan
masalah yang pelik baik kaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam hal
kewarisan.
4. Bayi Tabung yang sperma dan ovumnya tak berasal dari pasangan suami-istri yang sah
hal tersebut juga hukumnya haram. Alasannya, statusnya sama dengan hubungan
kelamin antar lawan jenis diluar pernikahan yang sah alias perzinahan.

Ada 3 keputusan yang ditetapkan ulama NU terkait masalah Bayi Tabung, diantaranya :
1. Apabila mani yang ditabung atau dimasukkan kedalam rahim wanita tersebut ternyata
bukan mani suami-istri yang sah, maka bayi tabung hukumnya haram. Hal itu didasarkan
pada sebuah hadist yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda,
“Tidak ada dosa yang lebih besar setelah syirik dalam pandangan Allah SWT,
dibandingkan dengan perbuatan seorang lelaki yang meletakkan spermanya (berzina)
didalam rahim perempuan yang tidak halal baginya.”
2. Apabila sperma yang ditabung tersebut milik suami-istri, tetapi cara mengeluarkannya
tidak muhtaram, maka hukumnya juga haram. Mani Muhtaram adalah mani yang
keluar/dikeluarkan dengan cara yang tidak dilarang oleh syara’. Terkait mani yang
dikeluarkan secara muhtaram, para ulama NU mengutip dasar hukum dari Kifayatul
Akhyar II/113. “Seandainya seorang lelaki berusaha mengeluarkan spermanya (dengan
beronani) dengan tangan istrinya, maka hal tersebut diperbolehkan, karena istri memang
tempat atau wahana yang diperbolehkan untuk bersenang-senang.”
3. Apabila mani yang ditabung itu mani suami-istri yang sah dan cara mengeluarkannya
termasuk muhtaram, serta dimasukkan ke dalam rahim istri sendiri, maka hukum bayi
tabung menjadi mubah (boleh).
Pandangan aborsi dan bayi tabung menurut agama katolik

Gereja Katolik memandang bahwa aborsi bertentangan dengan rencana dan kehendak
Allah, maka orang yang melakukannya pun bisa dikatakan melawan Allah dalam tata
keselamatan dunia. Allah sendiri yang memproklamirkan agar manusia beranak cucu
(Kejadian 1:28). Pria dan wanita bersatu dan menghasilkan satu daging yang merupakan
hukum ilahi, yaitu buah kandungan di dalam rahim wanita. Allah menghendaki supaya
ada kehidupan baru, gererasi baru sebagai penerus karya keselamatan-Nya.
Pandangan Kitab Suci tentang Kehidupan dalam Kandungan
Dalam Kitab Suci, Allah mengenal dan punya rencana yang indah bagi manusia seja ia
masih dalam kandungan. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa Allah sendiri sudah
mengakui adanya kehidupan dalam kandungan. Sedikitnya ada 3 (tiga) kutipan Kitab
Suci yang dapat dijadikan rujukan.
Dalam kisah panggilan nabi Yeremia, Allah berkata kepadanya: "Sebelum Aku
mengenal engkau dari dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum
engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau. Aku telah menetapkan
engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa" (Yeremia 1:4-5).
Alkitab juga mengatakan bahwa Yohanes Pembaptis pun penuh dengan Roh Kudus
sejak ia berada di dalam kandungan ibunya. Zakharia, ayahnya didatangi oleh malaikan
Allah untuk menyampaikan kabar bahwa Elisabet, istrinya, akan melahirkan seorang
anak laki-laki dan bahkan memberitahukan nama yang harus diberikan kepada bayi itu.
Malaikat memberitahukan kepada Zakaria bahwa banyak orang yang akan bersukacita
atas kelahirannya, sebab anak itu akan besar di hadapan Allah (lih. Lukas 1:11-17).
Hal yang serupa dengan Yohane Pembaptis, Yesus Kristus pun sudah diberkati oleh
Allah sejak dari dalam kandungan ibu-Nya. Malaikat Gabriel menyampaikan kabar
kepada Maria, bibu Yesy behwa ia akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-
laki dan harus menamainya 'Yesus'. Ia akan menjadi besar dan disebut Anak Allah yang
maha tinggi (Lukas 1:31-33).

Alkitab & Aborsi


Semua umat Kristiani bisa membaca kembali Kitab Sucinya untuk mengerti dengan
jelas, betapa Tuhan sangat tidak berkenan atas pembunuhan seperti yang dilakukan
dalam tindakan aborsi.
1) Jangan pernah berpikir bahwa janin dalam kandungan itu belum memiliki nyawa.
Hos 12:2-3 dan Rom 9:10-13~ Efraim menjaga angin, dan mengejar angin timur sehari
suntuk, memperbanyak dusta dan pemusnahan; mereka mengadakan perjanjian dengan
Asyur, dan membawa minyak kepada Mesir. Tuhan mempunyai perbantahan dengan
Yehuda, Ia akan menghukum Yakub sesuai dengan tingkah lakunya, dan akan memberi
balasan kepadanya sesuai dengan perbuatan-perbuatannya. ~ Tetapi bukan hanya itu saja.
Lebih terang lagi ialah Ribka yang mengandung dari satu orang, yaitu dari Ishak, bapa
leluhur kita. Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang
baik atau yang jahat, - supaya rencana Allah tentang pemilihanNya diteguhkan, bukan
berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilanNya – dikatakan kepada
Ribka:“Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda.” Seperti ada tertulis: “Aku
mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.”
Kel 21-22 ~ pada Bab 21 dan 22 dibahas Tentang hak budak Ibrani (Kel 21:1-11);
Peraturan tentang jaminan nyawa sesama manusia (Kel 21: 12-36) ; Peraturan tentang
jaminan harta sesama manusia (Kel 22:1-17); Peraturan tentang dosa yang keji (Kel
22:18-20); Peraturan tentang orang-orang yang tidak mampu (Kel 22:21-27); dan
Berbagai-bagai peraturan (Kel 22:28-31)
Ayb 10:8-12 ~ TanganMulah yang membentuk dan membuat aku, tetapi kemudian
Engkau berpaling dan hendak membinasakan aku? Ingatlah, bahwa Engkau yang
membuat aku dari tanah liat, tetapi Engkau hendak menjadikan aku debu kembali?
Bukankah Engkau yang mencurahkan aku seperti air susu, dan mengentalkan aku seperti
keju? Engkau mengenakan kulit dan daging kepadaku, serta menjalin aku dengan tulang
dan urat. Hidup dan kasih setia Kaukaruniakan kepadaku, dan pemeliharaanMu menjaga
nyawaku.

Pandangan Agama Hindu


Program bayi tabung ini masih terjadi pro kontra, tidak disetujuinya program ini karena
dianggap sudah melanggar ketentuan. Maksudnya sudah melanggar kewajaran Tuhan
(Ranying Hatalla) untuk menciptakan manusia. Insemi atau pembuahan secara suntik
bagi umat hindu dipandang tidak sesuai dengan tata kehidupan Agama Hindu, karena
dianggap tidak melalui ciptaan Tuhan, kelahiran anak seperti ini dianggap merupakan
hasil ciptaan manusia.
Menurut Ketut Wilamurti, S.Ag dari Parisada Hindu Dharma Indonesia (PDHI) dan
Bhikku Dhamma subho Mahatheradari Konferensi Sangha Agung Indonesia (KASI)
menyatakan bahwa embrio adalah mahluk hidup. Sejak bersatunya seltelur dan sperma
melalui hubungan seks (secara alami), ruh Brahman sudah ada di dalamnya, tandatanda
kehidupan ini jelas terlihat. Dengan demikian, menurut agama Hindu program
bayitabung tidakdisetujui karena sudahmela nggarketentuan. Teknologi bayi tabung dan
inseminasi buatan merupakan hasil terapan sains modern yang pada prinsipnya bersifat
netral sebagai bentuk kemajuan ilmu kedokteran dan biologi. Sehingga meskipun
memiliki daya guna tinggi teknologi ini juga rentan terhadap penyalahgunaan dan
kesalahan etika.Teknologi bayi tabung merupakan upaya kehamilan di luar cara alamiah.
Dalam hukum Indonesia, upaya kehamilan di luar cara alamiah diatur dalam Pasal 127
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Dalam pasal ini dinyatakan bahwa upaya
kehamilan di luar cara alamiah hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah
dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan ditanamkan
dalam rahim istri dari mana ovum berasal;
b) dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk
itu;
c) pada fasilitas pelayanan kesehatan tertentu;

Jadi, yang diperbolehkan oleh hukum Indonesia adalah metode pembuahan sperma dan
ovum dari suami istri yang sah 27 yang ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum
berasal (dikenal dengan metode bayi tabung). Adapun metode atau upaya kehamilan di
luar cara alamiah selain yang diatur dalam Pasal 127 UU tentang Kesehatan, termasuk
ibu pengganti atau sewa menyewa/penitipan rahim, secara hukum tidak dapat dilakukan
di Indonesia.
TUGAS PEMBEAJARAN 3
HAL YANG DIPERBOLEH DAN DILARANG PADA
PRAKTIK BAYI TABUNG DAN ABORSI KEBIDANAN

Berdasarkan hukum positif Indonesia, seperti yang diatur pada UU Kesehatan,


tindakan aborsi dilarang oleh hukum. Namun, terdapat pengecualian terhadap larangan aborsi
jika ada indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan maupun
kehamilan akibat perkosaan.
Sedangkan dalam perspektif hukum Islam, ada perbedaan pendapat mengenai hukumnya
melakukan aborsi. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan menjadi salah satu unsur dari
kesejahteraan umum yang semestinya diwujudkan sesuai dengan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam prosesnya, tindakan aborsi
ada yang dilakukan sendiri, ada pula yang menggunakan bantuan orang lain. Aborsi yang
dilakukan sendiri misalnya dengan cara memakan obat-obatan yang membahayakan janin,
atau dengan melakukan perbuatan perbuatan yang dengan sengaja ingin menggugurkan janin.
Sedangkan bila dengan bantuan orang lain, aborsi dapat dilakukan dengan bantuan dokter,
bidan atau dukun beranak.
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana
Pertanggungjawaban Bidan Yang Telah Melakukan Tindak Pidana Aborsi Yang Tidak Sesuai
Dengan Ketentuan (Studi Putusan Nomor 131/Pid.Sus/2016/PN.KPG)?.
Metode Penelitian Hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
Hukum Yurudis Normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara menelusuri atau
menelaah dan menganalisis bahan pustaka atau bahan dokumen siap pakai sebagai kajiannya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Putusan Nomor:


131/Pid.Sus/2016/PN.KPG) maka dapat disimpulkan bahwa pertimbangan Hakim dalam
menjatuhkan hukuman selama 3 (tiga) bulan pidana penjara, dari hukuman pidana penjara
selama 9 (sembilan) tahun penjara tuntutan Jaksa, pada Pasal 194 Undang-undang Nomor 36
Tahun 2009 Tentang Kesehatan, maka Penulis berpendapat bahwa Hakim dalam
pengambilan keputusan didasari dari aspek yuridis dan tanpa adanya intervensi dari pihak
manapun dalam menjatuhkan putusan.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.uhn.ac.id/handle/123456789/2910 (22:51)
https://sayangihidup.org/2010/02/07/pernyataan-sikap-majelis-majelis-keagamaan-
tentang-aborsi/
https://www.scribd.com/document/362274832/Abortus-Dalam-Pandangan-Berbagai-
Agama
https://scholar.google.co.id/scholar?
start=0&q=pandangan+agama+di+indonesia+tentang+aborsi&hl=en&as_sdt=0,5&as_v
is=1#d=gs_qabs&t=1691306350160&u=%23p%3DO4KQclAb8rYJ
https://ejournal.iainkendari.ac.id/index.php/al-adl/article/download/1383/996
http://qjurnal.my.id/index.php/jik/article/view/196/137

Anda mungkin juga menyukai