Laporan Kasus Word
Laporan Kasus Word
Laporan Kasus Word
Oleh :
Samsul Bahri
Pembimbing:
dr. Farid Riyanto Bani Adam
Pertama kami ucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
puskesmas kasemen. Proses penulisan ini dapat terselesaikan atas bantuan dari
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Case Report ini
Penulis menyadari bahwa penulisan paper ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................
2.1. Fisiologi appendiks...........................................................................
2.2. Insidensi............................................................................................
2.3. Etiologi.............................................................................................
2.4. Klasifikasi.........................................................................................
2.5. Patofisiologi......................................................................................
2.6. Diagnosis..........................................................................................
2.7. Pemeriksaan Penunjang....................................................................
2.8. Diagnosis..........................................................................................
2.9. Komplikasi.......................................................................................
2.10. Penatalaksanaan................................................................................
2.11. Prognosis..........................................................................................
BAB III KESIMPULAN.....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
vermicularis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering pada
yang paling sering ditemukan pada anak-anak dan remaja. Terdapat sekitar
250.000 kasus appendicitis yang terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya dan
1
terutama terjadi pada anak usia 6-10 tahun .
umum pada anak sebelum usia sekolah. Hampir 1/3 anak dengan appendicitis
appendicitis pada anak-anak, terutama pada anak usia prasekolah masih tetap
2
memiliki angka morbiditas yang signifikan . Diagnosis appendicitis akut pada
anak kadang-kadang sulit. Diagnosis yang tepat dibuat hanya pada 50-70%
bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Namun demikian, pada bayi,
apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit ke arah
appendicitis pada usia itu. Pada 65% kasus, apendiks terletak intraperitoneal.
4
bergantung pada panjang mesoapendiks penggantungnya . Pada kasus
belakang colon ascendens, atau di tepi lateral colon ascendens. Gejala klinis
4
appendicitis ditentukan oleh letak apendiks . Persarafan parasimpatis berasal
sedangkan persarafan simpatis berasal dari n.torakalis X. Oleh karena itu, nyeri
berasal dari a.apendikularis yang merupakan arteri tanpa kolateral. Jika arteri ini
5
gangren .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sistem imun tubuh karena jumlah jaringan limf disini kecil sekali jika
2.2. INSIDENSI
Te
rdapat sekitar 250.000 kasus appendicitis yang terjadi di Amerika
Serikat setiap tahunnya dan terutama terjadi pada anak usia 6-10 tahun.
dengan kelompok ras lainnya. Appendicitis akut lebih sering terjadi selama
musim panas. Insidensi Appendicitis acuta di negara maju lebih tinggi daripada
Insidensi tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu menurun.
6
umur 20-30 tahun, insidensi lelaki lebih tinggi .
2.3. ETIOLOGI
obstruksi yang paling sering adalah fecolith. Fecolith ditemukan pada sekitar
20% anak dengan appendicitis. Penyebab lain dari obstruksi appendiks meliputi:
Hiperplasia folikel lymphoid Carcinoid atau tumor lainnya Benda asing (pin,
7
Berbagai spesies bakteri yang dapat diisolasi pada pasien appendicitis yaitu :
2.4. KLASIFIKASI
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh
ialah nyeri samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral didaerah
epigastrium disekitar umbilikus. Keluhan ini sering disertai mual, muntah dan
umumnya nafsu makan menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah
ke titik Mc.Burney. Nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya
appendiks menebal, edema, dan kemerahan. Gejala diawali dengan rasa nyeri
(Rukmono, 2011).
rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan, nyeri lepas di titik Mc.
Burney, defans muskuler dan nyeri pada gerak aktif dan pasif. Nyeri dan
defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai dengan tanda-tanda
Bila tekanan dalam lumen terus bertambah, aliran darah arteri mulai
d. Apendisitis Infiltrat
dapat dibatasi oleh omentum, usus halus, sekum, kolon dan peritoneum
sehingga membentuk gumpalan massa flegmon yang melekat erat satu dengan
e. Apendisitis Abses
Apendisitis abses terjadi bila massa lokal yang terbentuk berisi nanah
(pus), biasanya di fossa iliaka kanan, lateral dari sekum, retrosekal, subsekal
2. Apendisitis kronik
riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik apendiks
lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama di mukosa dan adanya
kronik kadang-kadang dapat menjadi akut lagi dan disebut apendisitis kronik
2.5. PATOFISIOLOGI
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendistis akut fokal yang
ditandai oleh nyeri epigastrium (Price, 2005). Bila sekresi mukus terus berlanjut,
tekanan akan terus meningkat, hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena,
edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul
daerah kanan bawah, keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut. Bila
kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti
dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding
yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi (Mansjoer, 2010).
2.6. DIAGNOSIS
Pada anamnesis penderita akan mengeluhkan nyeri atau sakit perut. Ini
terjadi karena hiperperistaltik untuk mengatasi obstruksi dan terjadi pada seluruh
saluran cerna, sehingga nyeri viseral dirasakan pada seluruh perut. Muntah atau
rangsangan viseral akibat aktivasi nervus vagus. Obstipasi karena penderita takut
untuk mengejan. Panas akibat infeksi akut jika timbul komplikasi. Gejala lain
adalah demam yang tidak terlalu tinggi, antara 37,5-38,5 C tetapi jika suhu lebih
tinggi, diduga sudah terjadi perforasi (Departemen Bedah UGM, 2010). Pada
sambil memegangi perutnya yang sakit, kembung bila terjadi perforasi, dan
atau sedikit kembung. Palpasi dinding abdomen dengan ringan dan hati-hati
dengan sedikit tekanan, dimulai dari tempat yang jauh dari lokasi nyeri.
Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan kuadran kanan bawah atau titik Mc.
Rebound tenderness (nyeri lepas tekan) adalah nyeri yang hebat di abdomen
3. Defence muscular
peritoneum parietal.
abdomen bagian kiri bawah, hal ini diakibatkan oleh adanya nyeri lepas yang
dirotasikan ke arah dalam dan luar secara pasif, hal tersebut menunjukkan
UGM, 2010).
Pada perkusi akan terdapat nyeri ketok pada auskultasi akan terdapat
peristaltik normal, peristaltik tidak ada pada illeus paralitik karena peritonitis
maka tidak terdengar bunyi peristaltic usus. Pada pemeriksaan colok dubur
(Rectal Toucher) akan terdapat nyeri pada jam 9-12 (Departemen Bedah UGM,
Interpretasi :
1. Pemeriksaan laboratorium
b. Pemeriksaan urin dengan hasil sedimen dapat normal atau terdapat leukosit
dan eritrosit lebih dari normal bila apendiks yang meradang menempel pada ureter
akut dan perforasi akan terjadi leukositosis yang lebih tinggi lagi. Hb
(hemoglobin) nampak normal. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan
apendisitis infiltrat. Urin rutin penting untuk melihat apakah terdapat infeksi pada
ginjal.
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Apendikogram
yang diencerkan dengan perbandingan 1:3 secara peroral dan diminum sebelum
pemeriksaan kurang lebih 8-10 jam untuk anak-anak atau 10-12 jam untuk
b. Ultrasonografi (USG)
harus dibedakan dengan abses hati, pneumonia basal, atau efusi pleura (Penfold,
2008)
karena penyakit lain yang memberikan gambaran klinis yang hampir sama dengan
apendisitis, diantaranya :
rasa sakit. Sakit perut lebih ringan, panas dan leukositosis kurang menonjol
3. Demam dengue, dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis dan diperoleh
meningkat.
4. Infeksi Panggul dan salpingitis akut kanan sulit dibedakan dengan apendisitis
akut. Suhu biasanya lebih tinggi dari pada apendisitis dan nyeri perut bagian
bawah lebih difus. Infeksi panggul pada wanita biasanya disertai keputihan
Tidak ada tanda radang dan nyeri biasa hilang dalam waktu 24 jam.
6. Kehamilan ektopik, hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan
yang tidak jelas seperti ruptur tuba dan abortus. Kehamilan di luar rahim
akut dan sering dihubungkan dengan komplikasi yang mirip pada apendisitis
2.9. KOMPLIKASI
atau makro perforasi dari Appendix yang meradang yang kemudian ditutupi
perforasi dari Appendix yang meradang yang kemudian ditutupi oleh omentum,
3. Perforasi
4. Peritonitis
5. Syok septik
7. Gangguan peristaltic
8. Ileus
1. Penanggulangan konservatif
2. Operatif
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan apendisitis maka tindakan
2.11. Prognosis
prabedah, serta stadium penyakit pada waktu intervensi bedah. Apendisitis tak
mencerminkan perawatan prabedah, bedah dan pascabedah yang tersedia saat ini.
2 sampai 5 persen, tetapi tetap tinggi dan tak dapat diterima (10-15%) pada anak
kecil dan orang tua. Pengurangan mortalitas lebih lanjut harus dicapai dengan
KESIMPULAN
vermicularis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering pada
emergensi yang paling sering ditemukan pada anak-anak dan remaja Gejala
appendicitis akut pada anak tidak spesifik . Gejala awalnya sering hanya rewel
dan tidak mau makan. Anak sering tidak bisa melukiskan rasa nyerinya. Dalam
beberapa jam kemudian akan timbul muntah-muntah dan anaka akan menjadi
lemah dan letargik. Karena gejala yang tidak khas tadi, appendicitis sering
appendicitis.
BAB III
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Nyeri perut kanan bawah
Kepala : normochepali,
Muka : Simetris
Rambut : Warna hitam, pertumbuhan merata, allopecia (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Telinga : Simetris, sekret (-)
Hidung : Simetris, napas cuping hidung (-), sekret (-)
Mulut : Sianosis (-), mukosa kering (+)
Kesan : Dalam Batas Normal
Leher
Trakea : Deviasi trachea (-)
KGB : Tidak terdapat pembesaran
Kesan : Dalam Batas Normal
Thorak
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : SI-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Kesan : Pemeriksaan jantung dalam batas normal
Paru
Inspeksi : Gerak napas simetris, retraksi (-)
Palpasi : Stem fremitus normal
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : SDV +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Kesan : Pemeriksaan paru dalam batas normal
Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Soepel, organomegali (-), nyeri tekan (+), Mc
Burney (+), Psoas Sign (+), Obturator Sign (+),
Perkusi : Tympani, CVA (+/-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Kesan : Mc Burney (+)
Ekstremitas
Superior : Lengkap, tidak sianosis, tidak oedem, CRT <2”
Inferior : Lengkap, tidak sianosis, tidak oedem, CRT <2”
Kesan : Dalam Batas Normal
Pemeriksaan Virologi
Hasil
Parameter Nilai Rujukan
22/12/2021
Antigen SARS-CoV-2 Negatif Negatif
Urine Lengkap
Parameter Hasil Nilai Rujukan
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Berat Jenis 1.010 1.003-1.030
Lekosit Negatif Negatif
pH 6.0 4.5-7.5
Protein Negatif Negatif
Glukosa/Reduksi Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Eritrosit Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Urobilinogen Negatif Negatif
2.5
Diagnosis Kerja
- Abdominal Pain ec Susp. Appendicitis Akut
TERAPI Ranap :
- Lansoprazol 30 mg
- Ondancentron 4 mg
- Paracetamol 3x500 mg
Departemen Bedah Universitas Gadjah Mada (2010) dan Indonesia Children (2009)
http://digilib.unila.ac.id/20879/15/BAB%20II.pdf
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/10/Appedisitis-Akut.pdf
terjadinya appendicitis.