Laporan Kasus Word

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS PKM KASEMEN

SEORANG ANAK PEREMPUAN 15 TAHUN DENGAN


APPENDICITIS AKUT

Oleh :
Samsul Bahri

Pembimbing:
dr. Farid Riyanto Bani Adam

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


UPT PUSKESMAS KASEMEN
2022
KATA PENGANTAR

Pertama kami ucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat-Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul

“APPENDICITIS AKUT”. Adapun tujuan pembuatan laporan kasus ini adalah

sebagai salah satu tugas dalam melaksanakan program internsip dokter di

puskesmas kasemen. Proses penulisan ini dapat terselesaikan atas bantuan dari

berbagai pihak, maka tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada :

1. dr. Farid Rianto Bani Adam selaku pembimbing dalam melaksanakan

Program Internship Dokter Indonesi, di Puskesmas Kasemen.

2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Case Report ini

baik secara langsung ataupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa penulisan paper ini masih jauh dari kata

sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan.

Serang, 12 Mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................
2.1. Fisiologi appendiks...........................................................................
2.2. Insidensi............................................................................................
2.3. Etiologi.............................................................................................
2.4. Klasifikasi.........................................................................................
2.5. Patofisiologi......................................................................................
2.6. Diagnosis..........................................................................................
2.7. Pemeriksaan Penunjang....................................................................
2.8. Diagnosis..........................................................................................
2.9. Komplikasi.......................................................................................
2.10. Penatalaksanaan................................................................................
2.11. Prognosis..........................................................................................
BAB III KESIMPULAN.....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Appendicitis adalah peradangan yang terjadi pada Appendix

vermicularis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering pada

anak-anak maupun dewasa. Appendicitis akut merupakan kasus bedah emergensi

yang paling sering ditemukan pada anak-anak dan remaja. Terdapat sekitar

250.000 kasus appendicitis yang terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya dan

1
terutama terjadi pada anak usia 6-10 tahun .

Appendicitis dapat mengenai semua kelompok usia, meskipun tidak

umum pada anak sebelum usia sekolah. Hampir 1/3 anak dengan appendicitis

akut mengalami perforasi setelah dilakukan operasi. Meskipun telah dilakukan

peningkatan pemberian resusitasi cairan dan antibiotik yang lebih baik,

appendicitis pada anak-anak, terutama pada anak usia prasekolah masih tetap

2
memiliki angka morbiditas yang signifikan . Diagnosis appendicitis akut pada

anak kadang-kadang sulit. Diagnosis yang tepat dibuat hanya pada 50-70%

pasien-pasien pada saat penilaian awal. Angka appendectomy negatif pada

pediatrik berkisar 10-50%. Riwayat perjalanan penyakit pasien dan pemeriksaan

fisik merupakan hal yang paling penting dalam mendiagnosis appendicitis2.

Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira

10cm (kisaran 3- 15cm), dan berpangkal di caecum. Lumennya sempit di

bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Namun demikian, pada bayi,
apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit ke arah

ujungnya. Keadaan ini mungkin menjadi sebab rendahnya insiden

appendicitis pada usia itu. Pada 65% kasus, apendiks terletak intraperitoneal.

Kedudukan itu memungkinkan apendiks bergerak dan ruang geraknya

4
bergantung pada panjang mesoapendiks penggantungnya . Pada kasus

selebihnya, apendiks terletak retroperitoneal, yaitu di belakang caecum, di

belakang colon ascendens, atau di tepi lateral colon ascendens. Gejala klinis

4
appendicitis ditentukan oleh letak apendiks . Persarafan parasimpatis berasal

dari cabang n.vagus yang mengikuti a.mesenterica superior dan a.apendikularis,

sedangkan persarafan simpatis berasal dari n.torakalis X. Oleh karena itu, nyeri

visceral pada appendicitis bermula di sekitar umbilicus. Pendarahan apendiks

berasal dari a.apendikularis yang merupakan arteri tanpa kolateral. Jika arteri ini

tersumbat, misalnya karena thrombosis pada infeksi apendiks akan mengalami

5
gangren .

Gambar 1. Variasi lokasi Appendix

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. FISIOLOGI APENDIKS

Apendiks menghasilkan lender 1-2ml per hari. Lendir itu normalnya

dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke caecum. Hambatan

aliran lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada pathogenesis

appendicitis. Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (gut

associated lymphoid tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk

apendiks, ialah IgA. Immunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung

terhadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi

sistem imun tubuh karena jumlah jaringan limf disini kecil sekali jika

dibandingkan dengan jumlahnya di sal uran cerna dan diseluruh tubuh5.

2.2. INSIDENSI

Te
rdapat sekitar 250.000 kasus appendicitis yang terjadi di Amerika

Serikat setiap tahunnya dan terutama terjadi pada anak usia 6-10 tahun.

Appendicitis lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan

dengan perbandingan 3:2. Bangsa Caucasia lebih sering terkena dibandingkan

dengan kelompok ras lainnya. Appendicitis akut lebih sering terjadi selama

musim panas. Insidensi Appendicitis acuta di negara maju lebih tinggi daripada

di negara berkembang, tetapi beberapa tahun terakhir angka kejadiannya

menurun secara bermakna. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya penggunaan

makanan berserat dalam menu sehari-hari. Appendicitis dapat ditemukan pada


semua umur, hanya pada anak kurang dari satu tahun jarang dilaporkan.

Insidensi tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu menurun.

Insidensi pada laki-laki dan perempuan umumnya sebanding, kecuali pada

6
umur 20-30 tahun, insidensi lelaki lebih tinggi .

2.3. ETIOLOGI

Appendicitis disebabkan karena adanya obstruksi pada lumen appendix

sehingga terjadi kongseti vaskuler, iskemik nekrosis dan akibatnya terjadi

infeksi. Appendicitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Penyebab

obstruksi yang paling sering adalah fecolith. Fecolith ditemukan pada sekitar

20% anak dengan appendicitis. Penyebab lain dari obstruksi appendiks meliputi:

Hiperplasia folikel lymphoid Carcinoid atau tumor lainnya Benda asing (pin,

biji-bijian) kadang parasit.1 Penyebab lain yang diduga menimbulkan

Appendicitis adalah ulserasi mukosa appendix oleh parasit E. histolytica.

7
Berbagai spesies bakteri yang dapat diisolasi pada pasien appendicitis yaitu :

Bakteri aerob fakultatif, Bakteri anaerob, Escherichia coli, Viridans

streptococci, Pseudomonas aeruginosa, Enterococcus, Bacteroides fragilis,

Peptostreptococcus micros dan Bilophila species Lactobacillus species.

2.4. KLASIFIKASI

Klasifikasi apendisitis terbagi menjadi dua yaitu, apendisitis akut dan

apendisitis kronik (Sjamsuhidajat, De Jong, 2004).


1. Apendisitis akut

Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh

radang mendadak pada apendiks yang memberikan tanda setempat, disertai

maupun tidak disertai rangsang peritonieum lokal. Gejala apendisitis akut

ialah nyeri samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral didaerah

epigastrium disekitar umbilikus. Keluhan ini sering disertai mual, muntah dan

umumnya nafsu makan menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah

ke titik Mc.Burney. Nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya

sehingga merupakan nyeri somatik setempat. Apendisitis akut dibagi menjadi :

a. Apendisitis Akut Sederhana

Proses peradangan baru terjadi di mukosa dan sub mukosa disebabkan

obstruksi. Sekresi mukosa menumpuk dalam lumen appendiks dan terjadi

peningkatan tekanan dalam lumen yang mengganggu aliran limfe, mukosa

appendiks menebal, edema, dan kemerahan. Gejala diawali dengan rasa nyeri

di daerah umbilikus, mual, muntah, anoreksia, malaise dan demam ringan

(Rukmono, 2011).

b. Apendisitis Akut Purulenta (Supurative Appendicitis)

Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema menyebabkan

terbendungnya aliran vena pada dinding apendiks dan menimbulkan

trombosis. Keadaan ini memperberat iskemia dan edema pada apendiks.

Mikroorganisme yang ada di usus besar berinvasi ke dalam dinding apendiks

menimbulkan infeksi serosa sehingga serosa menjadi suram karena dilapisi


eksudat dan fibrin. Apendiks dan mesoappendiks terjadi edema, hiperemia,

dan di dalam lumen terdapat eksudat fibrinopurulen. Ditandai dengan

rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan, nyeri lepas di titik Mc.

Burney, defans muskuler dan nyeri pada gerak aktif dan pasif. Nyeri dan

defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai dengan tanda-tanda

peritonitis umum (Rukmono, 2011).

c. Apendisitis Akut Gangrenosa

Bila tekanan dalam lumen terus bertambah, aliran darah arteri mulai

terganggu sehingga terjadi infark dan gangren. Selain didapatkan tanda-tanda

supuratif, apendiks mengalami gangren pada bagian tertentu. Dinding

apendiks berwarna ungu, hijau keabuan atau merah kehitaman. Pada

apendisitis akut gangrenosa terdapat mikroperforasi dan kenaikan cairan

peritoneal yang purulen (Rukmono, 2011).

d. Apendisitis Infiltrat

Apendisitis infiltrat adalah proses radang apendiks yang penyebarannya

dapat dibatasi oleh omentum, usus halus, sekum, kolon dan peritoneum

sehingga membentuk gumpalan massa flegmon yang melekat erat satu dengan

yang lainnya (Rukmono, 2011).

e. Apendisitis Abses

Apendisitis abses terjadi bila massa lokal yang terbentuk berisi nanah

(pus), biasanya di fossa iliaka kanan, lateral dari sekum, retrosekal, subsekal

dan pelvikal (Rukmono, 2011).


f. Apendisitis Perforasi

Apendisitis perforasi adalah pecahnya apendiks yang sudah gangren yang

menyebabkan pus masuk ke dalam rongga perut sehingga terjadi peritonitis

umum. Pada dinding apendiks tampak daerah perforasi dikelilingi oleh

jaringan nekrotik (Rukmono, 2011).

2. Apendisitis kronik

Diagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika ditemukan adanya

riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik apendiks

secara makroskopik dan mikroskopik. Kriteria mikroskopik apendisitis kronik

adalah fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau total

lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama di mukosa dan adanya

sel inflamasi kronik. Insiden apendisitis kronik antara 1-5%. Apendisitis

kronik kadang-kadang dapat menjadi akut lagi dan disebut apendisitis kronik

dengan eksaserbasi akut yang tampak jelas sudah adanya pembentukan

jaringan ikat (Rukmono, 2011).

2.5. PATOFISIOLOGI

Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh

hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat

peradangan sebelumnya atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus

yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut

makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan


sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat

tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis

bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendistis akut fokal yang

ditandai oleh nyeri epigastrium (Price, 2005). Bila sekresi mukus terus berlanjut,

tekanan akan terus meningkat, hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena,

edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul

meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di

daerah kanan bawah, keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut. Bila

kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti

dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding

yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi (Mansjoer, 2010).

2.6. DIAGNOSIS

Pada anamnesis penderita akan mengeluhkan nyeri atau sakit perut. Ini

terjadi karena hiperperistaltik untuk mengatasi obstruksi dan terjadi pada seluruh

saluran cerna, sehingga nyeri viseral dirasakan pada seluruh perut. Muntah atau

rangsangan viseral akibat aktivasi nervus vagus. Obstipasi karena penderita takut

untuk mengejan. Panas akibat infeksi akut jika timbul komplikasi. Gejala lain

adalah demam yang tidak terlalu tinggi, antara 37,5-38,5 C tetapi jika suhu lebih

tinggi, diduga sudah terjadi perforasi (Departemen Bedah UGM, 2010). Pada

pemeriksaan fisik yaitu pada inspeksi di dapat penderita berjalan membungkuk

sambil memegangi perutnya yang sakit, kembung bila terjadi perforasi, dan

penonjolan perut bagian kanan bawah terlihat pada apendikuler abses


(Departemen Bedah UGM, 2010). Pada palpasi, abdomen biasanya tampak datar

atau sedikit kembung. Palpasi dinding abdomen dengan ringan dan hati-hati

dengan sedikit tekanan, dimulai dari tempat yang jauh dari lokasi nyeri.

Status lokalis abdomen kuadran kanan bawah adalah :

1. Nyeri tekan (+) Mc. Burney.

Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan kuadran kanan bawah atau titik Mc.

Burney dan ini merupakan tanda kunci diagnosis.

2. Nyeri lepas (+) karena rangsangan peritoneum.

Rebound tenderness (nyeri lepas tekan) adalah nyeri yang hebat di abdomen

kanan bawah saat tekanan secara tiba-tiba dilepaskan setelah sebelumnya

dilakukan penekanan perlahan dan dalam di titik Mc. Burney.

3. Defence muscular

Nyeri tekan seluruh lapangan abdomen yang menunjukkan adanya rangsangan

peritoneum parietal.

4. Rovsing sign (+)

Nyeri abdomen di kuadran kanan bawah apabila dilakukan penekanan pada

abdomen bagian kiri bawah, hal ini diakibatkan oleh adanya nyeri lepas yang

dijalarkan karena iritasi peritoneal pada sisi yang berlawanan.

5. Psoas sign (+)

Terjadi karena adanya rangsangan muskulus psoas oleh peradangan yang

terjadi pada apendiks.

6. Obturator sign (+)


Rasa nyeri yang terjadi bila panggul dan lutut difleksikan kemudian

dirotasikan ke arah dalam dan luar secara pasif, hal tersebut menunjukkan

peradangan apendiks terletak pada daerah hipogastrium (Departemen Bedah

UGM, 2010).

Pada perkusi akan terdapat nyeri ketok pada auskultasi akan terdapat

peristaltik normal, peristaltik tidak ada pada illeus paralitik karena peritonitis

generalisata akibat apendisitis perforata. Auskultasi tidak banyak membantu

dalam menegakkan diagnosis apendisitis, tetapi kalau sudah terjadi peritonitis

maka tidak terdengar bunyi peristaltic usus. Pada pemeriksaan colok dubur

(Rectal Toucher) akan terdapat nyeri pada jam 9-12 (Departemen Bedah UGM,

2010). Apendisitis dapat didiagnosis menggunakan skor alvarado yang dadilihat

pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Gambaran klinis apendisitis akut berdasarkan skor alvarado

Tabel Skor Alvarado Skor Skor


Gejala Klinis
Nyeri perut yang berpindah ke kanan bawah 1
Nafsu makan menurun 1
Mual dan atau muntah 1
Tanda Klinis
Nyeri lepas Mc. Burney 1
Nyeri tekan pada titik Mc. Burney 2
Demam (suhu > 37,° C) 1
Pemeriksaan Laboratorium
Leukositosis (leukosit > l 0.000/ml) 2 2
Shift to the left (neutrofil > 75%) 1 1
TOTAL 10
Sumber : www.alvarado score for appendicitis.co.id

Interpretasi :

Skor 7-10 = apendisitis akut,

Skor 5-6 = curiga apendisitis akut,

Skor l-4 = bukan apendisitis akut.

Pembagian ini berdasarkan studi dari McKay (2007).

2.7. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium

a. Hitung jenis leukosit dengan hasil leukositosis.

b. Pemeriksaan urin dengan hasil sedimen dapat normal atau terdapat leukosit

dan eritrosit lebih dari normal bila apendiks yang meradang menempel pada ureter

atau vesika. Pemeriksaan leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk

melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang. Pada apendisitis

akut dan perforasi akan terjadi leukositosis yang lebih tinggi lagi. Hb

(hemoglobin) nampak normal. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan

apendisitis infiltrat. Urin rutin penting untuk melihat apakah terdapat infeksi pada

ginjal.

2. Pemeriksaan Radiologi

a. Apendikogram

Apendikogram dilakukan dengan cara pemberian kontras BaS0 serbuk halus

yang diencerkan dengan perbandingan 1:3 secara peroral dan diminum sebelum
pemeriksaan kurang lebih 8-10 jam untuk anak-anak atau 10-12 jam untuk

dewasa, hasil apendikogram dibaca oleh dokter spesialis radiologi.

b. Ultrasonografi (USG)

USG dapat membantu mendeteksi adanya kantong nanah. Abses subdiafragma

harus dibedakan dengan abses hati, pneumonia basal, atau efusi pleura (Penfold,

2008)

2.8. DIAGNOSIS BANDING

Banyak masalah yang dihadapi saat menegakkan diagnosis apendisitis

karena penyakit lain yang memberikan gambaran klinis yang hampir sama dengan

apendisitis, diantaranya :

1. Gastroenteritis, ditandai dengan terjadi mual, muntah, dan diare mendahului

rasa sakit. Sakit perut lebih ringan, panas dan leukositosis kurang menonjol

dibandingkan, apendisitis akut.

2. Limfadenitis Mesenterika, biasanya didahului oleh enteritis atau

gastroenteritis. Ditandai dengan nyeri perut kanan disertai dengan perasaan

mual dan nyeri tekan perut.

3. Demam dengue, dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis dan diperoleh

hasil positif untuk Rumple Leede, trombositopeni, dan hematokrit yang

meningkat.

4. Infeksi Panggul dan salpingitis akut kanan sulit dibedakan dengan apendisitis

akut. Suhu biasanya lebih tinggi dari pada apendisitis dan nyeri perut bagian
bawah lebih difus. Infeksi panggul pada wanita biasanya disertai keputihan

dan infeksi urin.

5. Gangguan alat reproduksi wanita, folikel ovarium yang pecah dapat

memberikan nyeri perut kanan bawah pada pertengahan siklusmenstruasi.

Tidak ada tanda radang dan nyeri biasa hilang dalam waktu 24 jam.

6. Kehamilan ektopik, hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan

yang tidak jelas seperti ruptur tuba dan abortus. Kehamilan di luar rahim

disertai pendarahan menimbulkan nyeri mendadak difus di pelvik dan bisa

terjadi syok hipovolemik.

7. Divertikulosis Meckel, gambaran klinisnya hampir sama dengan apendisitis

akut dan sering dihubungkan dengan komplikasi yang mirip pada apendisitis

akut sehingga diperlukan pengobatan serta tindakan bedah yang sama.

8. Ulkus peptikum perforasi, sangat mirip dengan apendisitis jika isi

gastroduodenum mengendap turun ke daerah usus bagian kanan sekum.

9. Batu ureter, jika diperkirakan mengendap dekat appendiks dan menyerupai

apendisitis retrosekal. Nyeri menjalar ke labia, skrotum, penis, hematuria dan

terjadi demam atau leukositosis.

2.9. KOMPLIKASI

1. Appendicular infiltrate : Infiltrat atau massa yang terbentuk akibat mikro

atau makro perforasi dari Appendix yang meradang yang kemudian ditutupi

oleh omentum, usus halus atau usus besar.


2. Appendicular abscess : Abses yang terbentuk akibat mikro atau makro

perforasi dari Appendix yang meradang yang kemudian ditutupi oleh omentum,

usus halus, atau usus besar.

3. Perforasi

4. Peritonitis

5. Syok septik

6. Mesenterial pyemia dengan Abses Hepar

7. Gangguan peristaltic

8. Ileus

2.10. Penatalaksanaan apendisitis

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita apendisitis meliputi

penanggulangan konservatif dan operatif.

1. Penanggulangan konservatif

Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak

mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik. Pemberian

antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada penderita apendisitis perforasi,

sebelum operasi dilakukan penggantian cairan dan elektrolit, serta pemberian

antibiotik sistemik (Oswari, 2000).

2. Operatif

Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan apendisitis maka tindakan

yang dilakukan adalah operasi membuang appendiks. Penundaan appendektomi


dengan pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Pada abses

apendiks dilakukan drainase (Oswari, 2000).

2.11. Prognosis

Angka kematian dipengaruhi oleh usia pasien, keadekuatan persiapan

prabedah, serta stadium penyakit pada waktu intervensi bedah. Apendisitis tak

berkomplikasi membawa mortalitas kurang dari 0,1%, gambaran yang

mencerminkan perawatan prabedah, bedah dan pascabedah yang tersedia saat ini.

Angka kematian pada apendisitis berkomplikasi telah berkurang dramatis menjadi

2 sampai 5 persen, tetapi tetap tinggi dan tak dapat diterima (10-15%) pada anak

kecil dan orang tua. Pengurangan mortalitas lebih lanjut harus dicapai dengan

intervensi bedah lebih dini (Grace, 2006).


BAB III

KESIMPULAN

Appendicitis adalah peradangan yang terjadi pada Appendix

vermicularis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering pada

anak-anak maupun dewasa. Appendicitis akut merupakan kasus bedah

emergensi yang paling sering ditemukan pada anak-anak dan remaja Gejala

appendicitis akut pada anak tidak spesifik . Gejala awalnya sering hanya rewel

dan tidak mau makan. Anak sering tidak bisa melukiskan rasa nyerinya. Dalam

beberapa jam kemudian akan timbul muntah-muntah dan anaka akan menjadi

lemah dan letargik. Karena gejala yang tidak khas tadi, appendicitis sering

diketahui setelah terjadi perforasi. Pada bayi, 80 -90% appendicitis baru

diketahui setelah terjadi perforasi. Riwayat perjalanan penyakit pasien dan

pemeriksaan fisik merupakan hal yang paling penting dalam mendiagnosis

appendicitis.
BAB III

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : An. A
Umur : 15 Tahun
JenisKelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pelajar
No RM : 0048xxxx
Suku : Jawa
Status : Belum Menikah
Tanggal Masuk : 22 April 2022
Tanggal Periksa : 22 April 2022

2.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Nyeri perut kanan bawah

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang diantar keluarga dengan keluhan nyeri perut kanan bawah
sejak 1 bulan yll, nyeri perut hingga menembus pinggang kanan, nyeri
hilang timbul dan dirasakan semakin memberat 1 hari ini. Nyeri semakin
bertambah bila pasien beraktivitas dan berkurang bila pasien berjalan
dengan membungkuk atau bila berbaring. Pasien juga mengeluhkan demam
(+), mual (+), muntah (+) >3x/hari, tidak napsu makan (+), lemas (+),
pusing (+), BAB hitam/berdarah (+) dan BAK tidak ada keluhan. Batuk dan
pilek (-). Pasien memiliki kebiasaan makan makanan pedas.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat alergi obat/makanan : disangkal

2.3 Pemeriksaan Fisik


a. Status Present
Keadaan Umum : Compos Mentis
Kesadaran : E4V5M6
TD : 120/80 mmHg
HR : 97 x/menit reguler
RR : 22 x/menit
Suhu : 37,8°C
SpO2 : 98 %
b. Status Generalis
Kelainan Mukosa Kulit/ Subkutan Yang Menyeluruh
Pucat :-
Kulit : sawo matang
Sianosis :-
Ikterus :-
Oedem : -/-
Turgor : CRT < 2s
Pembesaran KGB : tidak ada
Kesan : Dalam Batas Normal

Kepala : normochepali,
Muka : Simetris
Rambut : Warna hitam, pertumbuhan merata, allopecia (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Telinga : Simetris, sekret (-)
Hidung : Simetris, napas cuping hidung (-), sekret (-)
Mulut : Sianosis (-), mukosa kering (+)
Kesan : Dalam Batas Normal

Leher
Trakea : Deviasi trachea (-)
KGB : Tidak terdapat pembesaran
Kesan : Dalam Batas Normal

Thorak
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : SI-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Kesan : Pemeriksaan jantung dalam batas normal

Paru
Inspeksi : Gerak napas simetris, retraksi (-)
Palpasi : Stem fremitus normal
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : SDV +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Kesan : Pemeriksaan paru dalam batas normal

Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Soepel, organomegali (-), nyeri tekan (+), Mc
Burney (+), Psoas Sign (+), Obturator Sign (+),
Perkusi : Tympani, CVA (+/-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Kesan : Mc Burney (+)

Ekstremitas
Superior : Lengkap, tidak sianosis, tidak oedem, CRT <2”
Inferior : Lengkap, tidak sianosis, tidak oedem, CRT <2”
Kesan : Dalam Batas Normal

2.4 Pemeriksaan Penunjang


Laboratorium
Darah Lengkap
Parameter Hasil Nilai Rujukan

Hemoglobin 12.8 12-16 gr%


Leukosit 9040 4500-11000
Eritrosit 4.7 4.1-5.1 x 103
Hematokrit 38 35-47 gr%
Trombosit 387000 150000-450000
MCV 82 80-100
MCH 28 26-34
MCHC 34 32-36
GDS 101 70-180

Pemeriksaan Virologi

Hasil
Parameter Nilai Rujukan
22/12/2021
Antigen SARS-CoV-2 Negatif Negatif

Urine Lengkap
Parameter Hasil Nilai Rujukan
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Berat Jenis 1.010 1.003-1.030
Lekosit Negatif Negatif
pH 6.0 4.5-7.5
Protein Negatif Negatif
Glukosa/Reduksi Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Eritrosit Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Urobilinogen Negatif Negatif

USG Lower Abdomen


Tanggal 22 April 2022
Appendicitis

2.5

Diagnosis Kerja
- Abdominal Pain ec Susp. Appendicitis Akut

2.6 Penatalaksanaan dan Planning

TERAPI Ranap :

- Lansoprazol 30 mg

- Ondancentron 4 mg

- IVFD RL 500 cc / 12 jam

- Inj Ranitidine 1 amp / 12 jam

- Inj Ondansetron 1 gr amp / 12 jam

- Paracetamol 3x500 mg

- Terapi lain lanjutkan : RUJUK Sp. B


DAFTAR PUSTAKA

Bahan Ajar DR.dr. Warsinggih, Sp.B-KBD

Departemen Bedah Universitas Gadjah Mada (2010) dan Indonesia Children (2009)

tentang anatomi apendiks : Yogyakarta

http://digilib.unila.ac.id/20879/15/BAB%20II.pdf

https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/10/Appedisitis-Akut.pdf

McKay (2007) http://www.alvarado score for appendicitis.co.id

Oswari (2000) jurnal penatalaksaan konservatif dan operatif apendisitis

Sjamsuhidajat, De Jong, (2004), Rukmono (2011) jurnal klasifikasi dan etiologi

terjadinya appendicitis.

Smeltzer and Price (2005) journal about appendicitis.

Anda mungkin juga menyukai