Modul PVT Kel 2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

JENTIK NYAMUK

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jentik nyamuk merupakan salah satu tahap dalam siklus hidup nyamuk.
Keberadaan jentik nyamuk erat kaitannya dengan angka kejadian deman berdarah
dengue (DBD). DBD merupakan penyakit pada daerah tropis dan subtropis yang
disebabkan oleh virus dengue (DEN-1, 2, 3, dan 4) melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus (Utami, 2015). Menurut WHO dalam penelitian yang
dilakukan Sari (2017) kasus DBD tertinggi di daerah Asia berada di Indonesia,
Myanmar, Bangladesh, dan India. Pada tahun 2015, tercatat terdapat sebanyak
126.675 penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia, dan 1.229 orang di antaranya
meninggal dunia. Jumlah tersebut lebih tinggi dari tahun 2014, yaitu sebanyak
100.347 penderita dan sebanyak 907 meninggal (KEMENKES, 2016). Angka
kesakitan demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia sendiri cenderung mengalami
peningkatan dari tahun 1968-2015 (KEMENKES, 2016).
Penyakit DBD masih merupakan permasalahan serius di Provinsi Jawa Tengah,
terbukti 35 kabupaten/kota sudah pernah terjangkit penyakit DBD. Angka
kesakitan/Incidence Rate (IR) DBD di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2015
sebesar 43,4 per 100.000 penduduk (DINKES JATENG, 2016). Begitu pula kasus
DBD di Kabupaten Karanganyar Tahun 2016 ditemukan sebanyak 447 kasus dan
daerah dengan jumlah kasus tertinggi terjadi di Kecamatan Colomadu II yaitu 132
kasus (DINKES Karangayar, 2016). Blulukan merupakan salah satu kelurahan di
Kecamatan Colomadu II yang memiliki angka kasus DBD tertinggi yaitu sebanyak
42 kasus (PUSKESMAS Colomadu II, 2016). Kelurahan Blulukan merupakan daerah
dengan kepadatan cukup tinggi dimana memiliki jumlah penduduk 5.929 jiwa dan
luas wilayah 163.869 m2 (BPS Karangayar, 2017). Penggunaan lahan terbesar pada
tanah kering digunakan untuk wilayah perumahan dan penggunaan lahan lainnya
seperti bendungan air dan praktek pertanian tertentu telah diidentifikasi sebagai
tempat yang berpotensi untuk berkembangbiakan vektor DBD (Nisaa, et al., 2016)
Penyakit DBD disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti yang mengandung
virus Dengue. Pada saat nyamuk menghisap darah maka virus akan masuk kedalam
tubuh, setelah masa inkubasi 3-15 hari penderita mengalami demam tinggi 3 hari
berturut-turut (Ariani, 2016).
Upaya yang paling efektif untuk pencegahan DBD adalah melakukan pemutusan
mata rantai penularan yaitu pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan kegiatan
yang sering disebut 3M plus (DEPKES, 2008). Bentuk kegiatan 3M plus, yaitu:
menguras dan menyikat tempat penampungan air (TPA) (M1), menutup rapat TPA
(M2), memanfaatkan/mendaur ulang barang bekas yang dapat menampung air (M3),
selain itu ditambah (plus) dengan cara lain, seperti memakai obat anti nyamuk untuk
mencegah gigitan nyamuk (Azlina, et al., 2016)
Pengetahuan tentang penyakit DBD serta pencegahannya menjadi hal yang
penting diketahui oleh masyarakat terutama dalam lingkup keluarga. Pengetahuan
merupakan salah satu domain dari perilaku kesehatan, dimana pengetahuan menjadi
dasar terbentuknya tindakan/upaya pencegahan terkait DBD (Notoatmodjo, 2010).
Pada penelitian yang dilakukan Sari, et al (2012) menyatakan terdapat hubungan
antara pengetahuan PSN-DBD Ibu Rumah Tangga dengan keberadaan jentik nyamuk
Aedes aegypti. Pendidikan keluarga tidak semata-mata merupakan tanggung jawab
Ibu. Akan tetapi, kedua orang tua (Ayah dan Ibu) bekerjasama untuk memberikan
pendidikan secara formal maupun nonformal. Peran Ayah dalam mendidik keluarga
meliputi memberi nasehat, mengingatkan, dan mengajarkan sesuatu (Harmaini, et al.,
2014). Oleh karena itu peneliti ingin mengambil subyek ayah dalam penelitian.
Salah satu bentuk kegiatan 3M plus ialah menggunakan obat nyamuk atau
antinyamuk untuk melindungi dari gigitan nyamuk (KEMENKES, 2016). Cara ini
dinilai cukup mudah digunakan oleh masyarakat utamanya dalam rumah tangga.
Sebagian besar rumah tangga menggunakan obat anti nyamuk bakar (48,4%), diikuti
oleh penggunaan kelambu (25,9%), repelen (16,9%), insektisida (12,2%)
(KEMENKES, 2013). Menurut penelitian yang dilakukan Hadi (2013) penggunaan
obat nyamuk/anti nyamuk (repellent) dapat
menurunkan keberadaan jentik. Oleh beberapa sebab diatas peneliti tertarik untuk
mengambil penelitian yang berjudul Hubungan Pengetahuan Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Kebiasaan
Menggunakan Obat Anti Nyamuk pada Ayah dengan Keberadaan Jentik Nyamuk
Aedes aegypti Di Blulukan Colomadu.

A. Rumusan Masalah
1. Adakah hubungan pengetahuan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) vektor
demam berdarah dengue (DBD) ayah dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes
aegypti di Blulukan Colomadu?
2. Adakah hubungan kebiasaan menggunakan obat anti nyamuk ayah dengan
keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Blulukan Colomadu?
3. Adakah hubungan pengetahuan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) vektor
demam berdarah dengue (DBD) dan kebiasaan menggunakan obat anti nyamuk
pada ayah dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti Di Blulukan
Colomadu?
B. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
vektor demam berdarah dengue (DBD) dan kebiasaan menggunakan obat anti
nyamuk pada ayah dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Blulukan
Colomadu.
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Agar teori yang ada dapat dikembangkan dalam bidang ilmu kesehatan
khususnya ilmu entomologi dan menjadi referensi terkait keberadaan jentik
nyamuk Aedes aegypti di Blulukan Colomadu
2. Manfaat Praktis
Sebagai dasar kebijakan pemerintah maupun instansi terkait penanggulangan
DBD di daerah setempat dan memberikan informasi kepada pihak yang terkait
dengan DBD
BAB II
TIKUS

2.1 Tikus
Tikus adalah binatang yang termasuk dalam ordo Rodentia, Sub ordo
Myormorpha, famili Muridae. Famili Muridae ini merupakan famili yang dominan dari
ordo Rodentia karena mempunyai daya reproduksi yang tinggi, pemakan segala macam
makanan (Omnivorous) dan mudah beradaptasidengan lingkungan yang diciptakan
manusia. Jenis tikus yang sering ditemukan di habitat rumah dan ladang adalah jenis
Rattus dan Mus. (Solicha, 2007:18)
Berdasarkan jenis dan ciri-cirinya tikus dibedakan antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Tikus rumah
2. Tikus Riul (Rattus norvegicus)
3. Tikus Ladang (Rattus exulans)
4. Tikus Belukar (Ratus tiomanikus sabae)
5. Tikus Besar Gunung (Sundamys infraluteus)
6. Tikus sawah (Rattus argentiventer)
7. Mencit rumah (Mus muscullus)
8. Mencit ladang (Mus caroli)
Tikus (Rodent)
1. Klasifikasi Tikus
Tikus adalah mamalia yang termasuk ordo Rodentia dan suku Muridae.
Spesies tikus yang hampir ditemukan di seluruh negara adalah mencit (Mus
spp) dan tikus got (Rattus norvegicus) (1).

Adapun klasifikasi dari tikus adalah sebagai berikut (45,46) :


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Mammalia
Subklas : Theria
Ordo : Rodentia

Sub ordo : Myomorpha

Family : Muridae

Sub family : Murinae


Genus : Bandicota. Rattus dan Mus

2. Morfologi Tikus
Tikus memiliki kepala, badan, ekor, sepasang daun telinga, mata, bibir
kecil dan lentur, di sekitar hidung tikus terdapat misae. Badan tikus berukuran
±500 mm. Berdasarkan ukuran badan tikus, terdiri dari kelompok tikus besar
panjang badan atau sedang mencapai ≥180 mm, dan tikus kecil memiliki
panjang badan ≤180 mm.(9,47)

3. Alat Indera Tikus


Alat indera pada tikus dapat membantu tikus dalam melakukan aktivitas
kehidupannya. Dari kelima alat indera yang dimiliki tikus, tikus memiliki
kekurangan pada indera penglihatan.(9,47)
a. Indera penglihatan
Indera penglihatan tikus pada intensitas cahaya lemah tikus sulit
menerima rangsang cahaya, sehingga tikus lebih mudah dikendalikan saat
ruangan dalam cahaya lemah.(9)
b. Indera penciuman
Indera penciuman tikus sangat tajam saat mengenal lingkungan,
menghindari bahaya, dapat mengenal batas wilayah, mengenal jejak, serta
mendeteksi tikus betina.(3)
c. Indera perasa
Lidah merupakan syaraf penerima rangsangan rasa (organoleptik).
Indera ini mampu membedakan rasa pahit, tidak enak dan racun.(3)
d. Indera peraba
Tikus mempunyai kumis sebagai alat peraba yang sangat peka begitu
juga rangsang rabaan pada tikus berupa tekanan yang diterima oleh syaraf
tikus. Syaraf ini terdapat di pangkal rambut yang tersebar di berbagai bagian
tubuh tikus.(3)
e. Indera pendengaran
Tikus memiliki tanggap akustik bimodal cochlear yaitu tikus dapat
mendeteksi dua puncak akustik. Intensitas suara yang dapat di dengar oleh
tikus (22 kHz-90 kHz). Tikus mengeluarkan suara dengan intensitas tertentu
sebagai sarana komunikasi.(3)

4. Jenis-Jenis Tikus.(3,9,47)
Tikus banyak terdapat di lingkungan hidup manusia dengan ciri morfologi
yang berbeda-beda. Adapun jenis-jenis tikus yang dapat ditemukan antara lain :
a. Tikus got (Rattus norvegicus)
Rattus norvegicus dapat ditemukan di saluran air/got di pemukiman
kota dan pelabuhan. Ciri-ciri Rattus norvegicus adalah sebagai berikut :
ukuran panjang ujung kepala sampai ekor 300-400
mm, ukuran panjang ekor 170-230 mm, ukuran panjang kaki belakang 42-47
mm, ukuran telinga 18-22 mm, warna rambut bagian punggung yaitu coklat
kehitaman sedangkan warna rambut bagian dada dan perut berwarna abu-
abu.

Gambar 2.1 Tikus got (Rattus norvegicus).48

a. Tikus wirok (Bandicota indica)


Tikus wirok dapat dijumpai di daerah rawa, padang alang- alang, dan
di kebun sekitar rumah. Adapun ciri-ciri tikus wirok adalah sebagai berikut:
ukuran panjang ujung kepala sampai ekor 400-580 mm, ukuran panjang ekor
160-315 mm, ukuran panjang kaki belakang 47-53 mm, ukuran lebar telinga
29-32 mm, warna rambut punggung dan rambut bagian perut berwarna
coklat hitam, rambut agak jarang serta rambut di bagian pangkal ekor kaku
atau agak keras seperti ijuk.

Gambar 2.2 Tikus wirok (Bandicota indica).48


a. Tikus rumah (Rattus tanezumi)
Tikus rumah banyak dijumpai di rumah (atap, kamar, dapur),
perkantoran, rumah sakit, sekolah maupun gudang. Adapun ciri-ciri tikus
rumah sebagai berikut: ukuran panjang total ujung kepala sampai ekor 220-
370 mm, ukuran panjang ekor 101-180 mm, ukuran panjang kaki belakang
20-39 mm, ukuran lebar telinga 13-23 mm, warna rambut punggung
berwarna coklat tua kehitaman dan rambut bagian dada dan perut berwarna
coklat tua atau abu-abu tua.

Gambar 2.3 Tikus rumah (Rattus tanezumi).48

b. Tikus ladang (Rattus exulans)


Tikus ladang pada umumnya terdapat di semak-semak, kebun, ladang
sayur sayuran dan di pinggiran hutan, namun dapat juga dijumpai di dalam
rumah. Adapun ciri-ciri morfologi tikus ladang adalah sebagai berikut :
ukuran panjang ujung kepala sampai ekor 139-365 mm, ukuran panjang ekor
108-147 mm, ukuran panjang kaki belakang 24-35 mm, ukuran lebar telinga
11-28 mm, warna rambut punggung yaitu coklat sedangkan rambut bagian
perut berwarna abu- abu.
Gambar 2.4 Tikus ladang (Rattus exulans).48
b. Tikus sawah (Rattus argentiventer)
Tikus sawah banyak ditemukan di daerah persawahan dan di padang
alang-alang. Adapun ciri-ciri morfologi tikus sawah adalah sebagai berikut :
ukuran panjang ujung kepala sampai ekor 270-370 mm, ukuran panjang ekor
130-192 mm, ukuran panjang kaki belakang 32-39 mm, ukuran lebar telinga
18-21 mm, warna rambut punggung coklat muda berbintik bintik putih,
sedangkan rambut bagian perut berwarna abu-abu.

Gambar 2.5 Tikus sawah (Rattus argentiventer).48

5. Kemampuan Fisik Tikus (9,47)


a. Akses lubang
Tikus riol dan tikus rumah mempunyai kemampuan untuk masuk
lubang dengan diameter 0,5-0,75 inchi dan tikus mencit 0,25 inchi.
b. Menggali
Tikus memiliki kemampuan untuk menggali tanah dengan kedalaman
50-200 cm. Penggalian tanah untuk bersarang ketika melahirkan dan
memelihara anaknya agar terlindung dari serangan musuh.
c. Meloncat
Tikus mempunyai kemampuan meloncat yang sangat baik.
Dikarenakan kaki belakang tikus lebih panjang dan berotot kuat. Tikus
dewasa dapat meloncat secara vertikal sampai ketinggian 77 cm dan
secara horizontal sejauh 240 cm.
d. Mengerat
Tikus mempunyai kemampuan untuk mengerat bahan-bahan yang
keras.
e. Berenang
Kemampuan tikus berenang selama 50-72 jam dengan suhu 35ºC,
dengan kecepatan berenang sejauh 1 km/jam sedangkan pada mencit hanya
dapat berenang dengan kecepatan 0,7 km/jam.
f. Menyelam
Maksimal kemampuan seekor tikus untuk menyelam adalah selama
30 detik.

6. Jenis Habitat Tikus


Penyebaran tikus berdasarkan dekat tidaknya dengan kehidupan manusia
dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (3,9) :
a. Jenis domestic (domestic species)
Aktifitas hidup tikus di dalam rumah, sela-sela dinding dapur, almari,
gudang, kantor, pasar, selokan. Tikus jenis ini sangat bergantung pada
manusia.
b. Jenis peridomestik (peridomestic species)
Aktifitas hidup tikus di luar rumah dan di lahan pertanian,
perkebunan, sawah, serta perkarangan rumah.
c. Jenis silvatik (sylvatic species)
Aktivitas hidup tikus jauh dari lingkungan manusia, biasanya hidup di
hutan dan memakan makanan liar.

7. Siklus Hidup Tikus.(3,47)


Tikus merupakan hewan yang berkembangbiak sangat cepat,
perkembangbiakan ditunjang oleh sifat-sifat berikut:
a. Masa bunting singkat
Sejak kawin sampai melahirkan 19-23 hari.
b. Kemampuan birahi induk setelah melahirkan (post partum oestrus)
1-2 hari setelah melahirkan induk siap dikawini.
c. Kemampuan melahirkan sepanjang tahun (poliestrus)
Induk melahirkan tanpa mengenal musim dan masa istirahat dalam
bereproduksi.
d. Besarnya jumlah keturunan Rata-rata
per kelahiran 6 ekor.
e. Cepat menjadi dewasa
Berat anak tikus (cindil) 4,5-6,5 gram. Setelah berumur 2-3 bulan
anak tikus siap kawin.
f. Siap kawin sepanjang tahun
Tikus jantan di daerah tropis siap kawin setiap saat.

Gambar 2.6 Siklus Hidup Tikus.47

8.Tanda-Tanda Keberadaan Tikus


Keberadaan tikus dapat diamati dengan melihat kotoran
(faeses), jejak kaki (foot print), bekas gigitan, bau khas dari tikus, jalur jalan
(run way), lubang aktif, dan gejala serangan.(45,47)

9. Faktor yang Mempengaruhi Keberadaan Tikus :


a. Jarak Rumah dengan Saluran Terbuka
Saluran pembuangan merupakan tempat hidup tikus dikarenakan sifat
saluran yang lembab sehingga tikus dapat berkeliaran.33
b. Keberadaan Sarang Tikus
Tempat tersembunyi yang akan sering ditempati oleh tikus dan biasanya
terletak dekat dengan sumber makanan.9
c. Karakteristik Rumah
Karakteristik yang berhubungan dengan keberadaan dan kepadatan tikus
yaitu rumah rapat tikus dengan kondisi pintu masuk dan keluar rumah rapat,
tidak berlubang, tidak bercelah antara daun pintu dengan bingkainya, atau
maksimal lebar celah 0,5 cm, kondisi ventilasi rumah ditutup rapat
menggunakan bahan saringan yang tidak mudah dikerat atau dilubangi oleh
tikus, lantai dan dinding rumah sudah diplester, lubang jendela berjarak 1
meter di atas permukaan lantai di bawahnya, dengan daun jendela rapat
dengan bingkainya. Baju, kain, buku, kertas, kardus dan barang-barang
disimpan rapi dalam lemari tertutup, makanan siap saji disimpan dalam
lemari tertutup dan rapat.(34)
d. Predator
Predator merupakan upaya pengendalian secara biologis terhadap tikus tidak
adanya predator tikus populasi tikus akan terhindar dari musuh alami serta
kompetisi.(9)
e. Sumber Pakan
Ketersediaan makanan dan minum tikus di dalam maupun di lingkungan luar
rumah dapat mempengaruhi banyaknya populasi tikus. Kebiasaan tikus
dalam mencari makanan pada malam hari dimulai setelah matahari terbenam.
Jenis makanan yang dimakan sesuai dengan lingkungan dimana ia tinggal.9,49
f. Keberadaan Sampah Pemukiman
Adanya sisa bahan makanan atau sampah yang ada di dalam, di luar rumah
maupun di sekitar rumah dengan keadaan tempat sampah terbuka, dan
adanya tumpukan barang bekas di rumah.50 Sehingga perlunya membuang
sisa bahan makanan yang ada di dalam rumah dan meletakkan sampah di
luar rumah dengan kondisi tempat sampah yang tertutup.
g. Keanekaragaman Tanaman
Tumbuhan yang berpengaruh terhadap tingginya populasi tikus di sekitar
lingkungan pemukiman warga seperti rumpun, semak, bambu. Semakin
beragam tanman pada suatu lingkungan pemukiman, area perkebunan atau
lahan kosong disekitar pemukiman maka dapat menunjang untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakan tikus.51,44
h. Suhu udara
Suhu udara ideal untuk lingkungan tempat tinggal manusia berkisar 16-30°C.
Ruangan dalam rumah yang gelap dan lembab dapat menimbulkan banyak
serangga, hewan pengerat dan mikrobakteri.49
i. Pencahayaan
Tikus sulit menerima rangsang cahaya dengan intensitas lemah. Dengan
intensitas pencahayaan gelap dapat meningkatkan aktifitas tikus.9
j. Kelembapan
Kelembapan udara berpengaruh terhadap ukuran dan penyebaran populasi
tikus. Kelembapan udara yang tinggi merupakan kondisi yang ideal bagi
tikus.9
k. Perilaku masyarakat
Perilaku masyarakat dalam membersihkan lingkungan rumah, dapur dan
merpasikan barang yang tidak terpakai di sekitar rumah.52

10. Penyakit Bersumber dari Tikus


a. Leptospirosis
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Leptospira sp yang pathogen.(53)
Penularan Leptospirosis dari tikus ke manusia melalui kontak dengan
urin tikus yang mencemari lingkungan, maupun jaringan tikus yang
terinfeksi bakteri Leptospira sp melalui luka atau lecet di kulit,
konjungtiva, selaput mukosa mulut atau hidung.(9,54) Bakteri Leptospira sp
berpotensi menyebabkan Leptospirosis saat musim hujan, pasca banjir
dikarenakan bakteri Leptospira sp hidup di air tawar dan tanah yang basah
sedangkan musim kemarau kelembaban yang tinggi dan banyaknya uap
air (embun) kasus Leptospirosis meningkat.(9,55,56)
b. Demam Gigitan Tikus (Penyakit Haverhill/ Rat Bite Fever).
Demam karena gigitan tikus terjadi pada anak-anak dibawah usia
12 tahun dengan masa inkubasi 1-22 hari. (46) Gigitan tikus mengandung
Streptobacillus moniliformis disertai demam tinggi, menggigil, sakit
kepala, sakit punggung, gangguan kesadaran.(57)
c. Pes (Plague)
Sumber paparan pes pada manusia melalui gigitan pinjal
Xenopsylla cheopis yang terinfeksi baksil pes yaitu Yersinia (Pasteurella)
pestis.3,58 Masa inkubasi Pes 1-3 hari, gejala awal sesudah 2-6 hari disertai
demam tinggi, mialgia, mual, sakit kepala, batuk-batuk, kotoran yang
berdarah, dan kedinginan.(40,59)
d. Scrub typhus
Penyakit yang disebabkan oleh Rickettsia yang hidup pada vektor
Trombicula akamushi atau Trombicula deliensis. Penularan pada manusia
ketika larva Trombicula terinfeksi Rickettsia menghisap darah manusia
karena tidak menemukan tikus yang dijadikan inangnya. Sehingga
manusia terinfeksi scrub typhus.(57,60)

e. Murine typhus (Tifus tikus)


Pathogen penyebab murine typus adalah Rickettsia typhi yang melibatkan
tikus Rattus norvegicus dan pinjal tikus Xenopsylla cheopis dan
Nosopsyllus fasciatus serta pinjal kucing Ctenocephalides felis.(3)
Penularkan penyakit melalui kontak antara kotoran rickettsia dengan pinjal
atau melalui jaringan maupun pengisapan darah. Gejala awal terjadi 1-2
minggu sesudah terinfeksi pinjal. Kemudian penderita mengalami
demam, sakit kepala, bintik-bintik sesudah 4-7 hari dan menyebar dari
punggung ke lengan wajah, dan membengkak menjadi spot merah.(40,60)
f. Penyakit Chaga
Penyakit ini merupakan penyakit zoonotik yang ditularkan oleh
serangga triatomine penghisap darah dan disebabkan oleh parasit protozoa
Trypanosoma cruzi pada manusia, anjing, kucing dan tikus. Vektor
penyakit tersebut melalui serangga vektor, infeksi transplasental.(61)

11. Pengendalian Tikus


Pengendalian tikus dilakukan secara fisik yaitu dengan cara
penangkapan (trapping) dan secara kimiawi menggunakan umpan
beracun :
a. Penangkapan tikus dengan penangkapan (trapping)
Pemasangan perangkap dilakukan pada sore hari. Pada bangunan
tertutup (core) perangkap diletakkan pada lokasi yang ditemukan tanda
keberadaan tikus sedangkan pada daerah terbuka (inner bound)
diletakkan di pinggir saluran air, taman, kolam, semak-semak, sekitar
TPS, tumpukan barang bekas.(3, 9)
1) Teknik Penangkapan Tikus
a) Umpan
Keberhasilan penangkapan sangat berhubungan kebiasaan
pola makan dan limbah rumah tangga pada daerah tersebut.
Penggunaan umpan mempengaruhi keberhasilan penangkapan,
pemasangan umpan perangkap sangat lokal spesifik karena
perbedaan jenis makanan tikus seperti perkotaan (keju, roti),
sub-urban (tempe, ikan asin, kelapa bakar), pedesaan (jagung),
rumah sakit (bakso).(47,62)

b) Mempersiapkan Umpan
Tikus mudah mendeteksi makanan, mempersiapkan
umpan sebaiknya tangan tidak dalam kondisi wangi atau
beraroma menyengat lainnya, karena tikus tidak menyukai bau
tersebut.(3)
c) Banyaknya umpan
Metabolisme tubuh tikus cukup cepat, maka untuk
perangkap hidup harus menyediakan cukup umpan ±10% berat
tikus sasaran tangkap.(47)
d) Mengganti umpan
Tujuan mengganti umpan untuk menjaga perangkap tetap
menarik bagi tikus. Jadi apabila umpan telah berubah bentuk,
warna atau aroma umpan harus diganti.(47)
2) Pemasangan perangkap.47
a) Penempatan Perangkap
Ketepatan penempatan perangkap akan meningkatkan
peluang keberhasilan penangkapan. Daerah survei diberi
nomor, pada form pemetaan dicatat kode dan nomor rumah,
nama kepala keluarga dan koordinat dari Global Position
System (GPS).
b) Memposisikan Perangkap
Posisi perangkap menghadap ke arah sarang tikus, Untuk
habitat luar rumah penting menjaga perangkap selalu rata tanah.
(3,47)

c) Jarak Perangkap
Pemasangan perangkap didalam rumah tidak ada aturan jarak,
setiap rumah menggunakan 2 perangkap sedangkan diluar
rumah (kebun, taman, ladang, sawah dan hutan). Untuk aturan
jarak pemasangan perangkap diluar rumah berbeda tiap habitat.
Peletakan perangkap dengan jarak minimal 10 langkah (5-6 m)
dengan membentuk garis lurus atau menyesuaikan karakteristik
tempat penangkapan supaya mudah dilacak.(63)
d) Banyak Perangkap
Pemasangan perangkap per lokasi survei 100 perangkap
dengan pembagian 50 perangkap di habitat rumah (25 rumah)
dan 50 perangkap luar rumah.(63)

e) Lama Perangkap di Pasang


Pemasangan perangkap dilakukan selama 3-5 hari, lama
pemasangan perangkap disesuaikan tujuan penangkapan. Hasil
penangkapan terbesar tidak selalu pada malam pertama,
terkadang malam selanjutnya justru lebih banyak tikus masuk
dalam perangkap.(47)
b. Pengendalian tikus secara kimiawi dengan umpan beracun Menggunakan
umpan beracun mempunyai efek sementara.
Umpan beracun digunakan di daerah yang tidak dapat dicapai oleh hewan
domestik dan anak-anak.(55) Pengendalian tikus dengan umpan beracun
dijadikan pilihan terakhir dikarenakan sering menimbulkan bau yang tidak
sedap akibat bangkai tikus yang tidak segera ditemukan. Selain itu, racun
tikus sangat berbahaya bagi kehidupan manusia dan hewan lainnya.3,9
Terdapat dua macam racun tikus yang beredar saat ini yaitu racun akut
dan kronis. Racun akut harus diberikan dalam dosis letal untuk
menghindari tikus tidak mati dan tidak lagi memakan umpan beracun
sejenis, dalam dosis letal tikus akan mati dalam setengah jam berikutnya.45
c. Cara Mengidentifikasi Tikus 3, 9, 47
1) Cara mengidentifikasi tikus secara kuantitatif (satuan: mm) diukur
sebagai berikut:
a) Panjang total (PT): pamjang dari ujung ekor sampai ujung hidung,
diukur dalam posisi tubuh lurus dan terlentang

Panjang ekor (E): diukur dari pangkal sampai ujung ekor,

b) Panjang kaki belakang (KB): diukur dari ujung tumit sampai


ujung jari kaki terpanjang, Pengukuran KB dengan cakar (cum
unguis),
c) Panjang telinga (T): diukur dari pangkal telinga ke titik yang
terjauh di daun telinga,
d) Berat tubuh (B): diukur dengan timbangan (gram)

2) Cara mengidentifikasi tikus secara kualitatif adalah sebagai berikut:


a) Warna rambut : pengamatan pada warna rambut punggung dan
perut. Perbedaan warna rambut tersebut menentukan jenis tikus.
b) Rumus putting susu : putting susu tumbuh di dada dan perut.

Pengukuran panjang tikus dari kepala, badan, ekor


Perbandingan organ reproduksi tikus jantan dan betina
Gambar 2.7 Pengukuran badan untuk identifikasi Tikus.64

B. Kepadatan Tikus
1. Kepadatan tikus dapat dihitung menggunakan rumus 65:

Keterangan :

< 3%: Kepadatan tikus rendah 3


- 5 % : Kepadatan tikus sedang
> 5%: Kepadatan tikus tinggi

2. Penghitungan Keberhasilan Penangkapan (Trap success)


Trap success dapat dihitung menggunakan rumus 47:

A : Jumlah perangkap positif tikus B :


Jumlah perangkap dipasang
C : Lama hari penangkapan

Anda mungkin juga menyukai