Modul PVT Kel 2
Modul PVT Kel 2
Modul PVT Kel 2
JENTIK NYAMUK
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jentik nyamuk merupakan salah satu tahap dalam siklus hidup nyamuk.
Keberadaan jentik nyamuk erat kaitannya dengan angka kejadian deman berdarah
dengue (DBD). DBD merupakan penyakit pada daerah tropis dan subtropis yang
disebabkan oleh virus dengue (DEN-1, 2, 3, dan 4) melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus (Utami, 2015). Menurut WHO dalam penelitian yang
dilakukan Sari (2017) kasus DBD tertinggi di daerah Asia berada di Indonesia,
Myanmar, Bangladesh, dan India. Pada tahun 2015, tercatat terdapat sebanyak
126.675 penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia, dan 1.229 orang di antaranya
meninggal dunia. Jumlah tersebut lebih tinggi dari tahun 2014, yaitu sebanyak
100.347 penderita dan sebanyak 907 meninggal (KEMENKES, 2016). Angka
kesakitan demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia sendiri cenderung mengalami
peningkatan dari tahun 1968-2015 (KEMENKES, 2016).
Penyakit DBD masih merupakan permasalahan serius di Provinsi Jawa Tengah,
terbukti 35 kabupaten/kota sudah pernah terjangkit penyakit DBD. Angka
kesakitan/Incidence Rate (IR) DBD di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2015
sebesar 43,4 per 100.000 penduduk (DINKES JATENG, 2016). Begitu pula kasus
DBD di Kabupaten Karanganyar Tahun 2016 ditemukan sebanyak 447 kasus dan
daerah dengan jumlah kasus tertinggi terjadi di Kecamatan Colomadu II yaitu 132
kasus (DINKES Karangayar, 2016). Blulukan merupakan salah satu kelurahan di
Kecamatan Colomadu II yang memiliki angka kasus DBD tertinggi yaitu sebanyak
42 kasus (PUSKESMAS Colomadu II, 2016). Kelurahan Blulukan merupakan daerah
dengan kepadatan cukup tinggi dimana memiliki jumlah penduduk 5.929 jiwa dan
luas wilayah 163.869 m2 (BPS Karangayar, 2017). Penggunaan lahan terbesar pada
tanah kering digunakan untuk wilayah perumahan dan penggunaan lahan lainnya
seperti bendungan air dan praktek pertanian tertentu telah diidentifikasi sebagai
tempat yang berpotensi untuk berkembangbiakan vektor DBD (Nisaa, et al., 2016)
Penyakit DBD disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti yang mengandung
virus Dengue. Pada saat nyamuk menghisap darah maka virus akan masuk kedalam
tubuh, setelah masa inkubasi 3-15 hari penderita mengalami demam tinggi 3 hari
berturut-turut (Ariani, 2016).
Upaya yang paling efektif untuk pencegahan DBD adalah melakukan pemutusan
mata rantai penularan yaitu pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan kegiatan
yang sering disebut 3M plus (DEPKES, 2008). Bentuk kegiatan 3M plus, yaitu:
menguras dan menyikat tempat penampungan air (TPA) (M1), menutup rapat TPA
(M2), memanfaatkan/mendaur ulang barang bekas yang dapat menampung air (M3),
selain itu ditambah (plus) dengan cara lain, seperti memakai obat anti nyamuk untuk
mencegah gigitan nyamuk (Azlina, et al., 2016)
Pengetahuan tentang penyakit DBD serta pencegahannya menjadi hal yang
penting diketahui oleh masyarakat terutama dalam lingkup keluarga. Pengetahuan
merupakan salah satu domain dari perilaku kesehatan, dimana pengetahuan menjadi
dasar terbentuknya tindakan/upaya pencegahan terkait DBD (Notoatmodjo, 2010).
Pada penelitian yang dilakukan Sari, et al (2012) menyatakan terdapat hubungan
antara pengetahuan PSN-DBD Ibu Rumah Tangga dengan keberadaan jentik nyamuk
Aedes aegypti. Pendidikan keluarga tidak semata-mata merupakan tanggung jawab
Ibu. Akan tetapi, kedua orang tua (Ayah dan Ibu) bekerjasama untuk memberikan
pendidikan secara formal maupun nonformal. Peran Ayah dalam mendidik keluarga
meliputi memberi nasehat, mengingatkan, dan mengajarkan sesuatu (Harmaini, et al.,
2014). Oleh karena itu peneliti ingin mengambil subyek ayah dalam penelitian.
Salah satu bentuk kegiatan 3M plus ialah menggunakan obat nyamuk atau
antinyamuk untuk melindungi dari gigitan nyamuk (KEMENKES, 2016). Cara ini
dinilai cukup mudah digunakan oleh masyarakat utamanya dalam rumah tangga.
Sebagian besar rumah tangga menggunakan obat anti nyamuk bakar (48,4%), diikuti
oleh penggunaan kelambu (25,9%), repelen (16,9%), insektisida (12,2%)
(KEMENKES, 2013). Menurut penelitian yang dilakukan Hadi (2013) penggunaan
obat nyamuk/anti nyamuk (repellent) dapat
menurunkan keberadaan jentik. Oleh beberapa sebab diatas peneliti tertarik untuk
mengambil penelitian yang berjudul Hubungan Pengetahuan Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Kebiasaan
Menggunakan Obat Anti Nyamuk pada Ayah dengan Keberadaan Jentik Nyamuk
Aedes aegypti Di Blulukan Colomadu.
A. Rumusan Masalah
1. Adakah hubungan pengetahuan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) vektor
demam berdarah dengue (DBD) ayah dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes
aegypti di Blulukan Colomadu?
2. Adakah hubungan kebiasaan menggunakan obat anti nyamuk ayah dengan
keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Blulukan Colomadu?
3. Adakah hubungan pengetahuan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) vektor
demam berdarah dengue (DBD) dan kebiasaan menggunakan obat anti nyamuk
pada ayah dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti Di Blulukan
Colomadu?
B. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
vektor demam berdarah dengue (DBD) dan kebiasaan menggunakan obat anti
nyamuk pada ayah dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Blulukan
Colomadu.
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Agar teori yang ada dapat dikembangkan dalam bidang ilmu kesehatan
khususnya ilmu entomologi dan menjadi referensi terkait keberadaan jentik
nyamuk Aedes aegypti di Blulukan Colomadu
2. Manfaat Praktis
Sebagai dasar kebijakan pemerintah maupun instansi terkait penanggulangan
DBD di daerah setempat dan memberikan informasi kepada pihak yang terkait
dengan DBD
BAB II
TIKUS
2.1 Tikus
Tikus adalah binatang yang termasuk dalam ordo Rodentia, Sub ordo
Myormorpha, famili Muridae. Famili Muridae ini merupakan famili yang dominan dari
ordo Rodentia karena mempunyai daya reproduksi yang tinggi, pemakan segala macam
makanan (Omnivorous) dan mudah beradaptasidengan lingkungan yang diciptakan
manusia. Jenis tikus yang sering ditemukan di habitat rumah dan ladang adalah jenis
Rattus dan Mus. (Solicha, 2007:18)
Berdasarkan jenis dan ciri-cirinya tikus dibedakan antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Tikus rumah
2. Tikus Riul (Rattus norvegicus)
3. Tikus Ladang (Rattus exulans)
4. Tikus Belukar (Ratus tiomanikus sabae)
5. Tikus Besar Gunung (Sundamys infraluteus)
6. Tikus sawah (Rattus argentiventer)
7. Mencit rumah (Mus muscullus)
8. Mencit ladang (Mus caroli)
Tikus (Rodent)
1. Klasifikasi Tikus
Tikus adalah mamalia yang termasuk ordo Rodentia dan suku Muridae.
Spesies tikus yang hampir ditemukan di seluruh negara adalah mencit (Mus
spp) dan tikus got (Rattus norvegicus) (1).
Family : Muridae
2. Morfologi Tikus
Tikus memiliki kepala, badan, ekor, sepasang daun telinga, mata, bibir
kecil dan lentur, di sekitar hidung tikus terdapat misae. Badan tikus berukuran
±500 mm. Berdasarkan ukuran badan tikus, terdiri dari kelompok tikus besar
panjang badan atau sedang mencapai ≥180 mm, dan tikus kecil memiliki
panjang badan ≤180 mm.(9,47)
4. Jenis-Jenis Tikus.(3,9,47)
Tikus banyak terdapat di lingkungan hidup manusia dengan ciri morfologi
yang berbeda-beda. Adapun jenis-jenis tikus yang dapat ditemukan antara lain :
a. Tikus got (Rattus norvegicus)
Rattus norvegicus dapat ditemukan di saluran air/got di pemukiman
kota dan pelabuhan. Ciri-ciri Rattus norvegicus adalah sebagai berikut :
ukuran panjang ujung kepala sampai ekor 300-400
mm, ukuran panjang ekor 170-230 mm, ukuran panjang kaki belakang 42-47
mm, ukuran telinga 18-22 mm, warna rambut bagian punggung yaitu coklat
kehitaman sedangkan warna rambut bagian dada dan perut berwarna abu-
abu.
b) Mempersiapkan Umpan
Tikus mudah mendeteksi makanan, mempersiapkan
umpan sebaiknya tangan tidak dalam kondisi wangi atau
beraroma menyengat lainnya, karena tikus tidak menyukai bau
tersebut.(3)
c) Banyaknya umpan
Metabolisme tubuh tikus cukup cepat, maka untuk
perangkap hidup harus menyediakan cukup umpan ±10% berat
tikus sasaran tangkap.(47)
d) Mengganti umpan
Tujuan mengganti umpan untuk menjaga perangkap tetap
menarik bagi tikus. Jadi apabila umpan telah berubah bentuk,
warna atau aroma umpan harus diganti.(47)
2) Pemasangan perangkap.47
a) Penempatan Perangkap
Ketepatan penempatan perangkap akan meningkatkan
peluang keberhasilan penangkapan. Daerah survei diberi
nomor, pada form pemetaan dicatat kode dan nomor rumah,
nama kepala keluarga dan koordinat dari Global Position
System (GPS).
b) Memposisikan Perangkap
Posisi perangkap menghadap ke arah sarang tikus, Untuk
habitat luar rumah penting menjaga perangkap selalu rata tanah.
(3,47)
c) Jarak Perangkap
Pemasangan perangkap didalam rumah tidak ada aturan jarak,
setiap rumah menggunakan 2 perangkap sedangkan diluar
rumah (kebun, taman, ladang, sawah dan hutan). Untuk aturan
jarak pemasangan perangkap diluar rumah berbeda tiap habitat.
Peletakan perangkap dengan jarak minimal 10 langkah (5-6 m)
dengan membentuk garis lurus atau menyesuaikan karakteristik
tempat penangkapan supaya mudah dilacak.(63)
d) Banyak Perangkap
Pemasangan perangkap per lokasi survei 100 perangkap
dengan pembagian 50 perangkap di habitat rumah (25 rumah)
dan 50 perangkap luar rumah.(63)
B. Kepadatan Tikus
1. Kepadatan tikus dapat dihitung menggunakan rumus 65:
Keterangan :