Modul Logoterapi Revisi 2
Modul Logoterapi Revisi 2
Modul Logoterapi Revisi 2
A. PENDAHULUAN
oleh Frankl (2004) melalui teori Logoterapi. Logoterapi berasal dari bahasa Yunani
yaitu Logos yang berarti makna dan juga Spirituality (keruhanian). Logoterapi adalah
psikoterapi yang memusatkan upayanya pada pencarian makna hidup. Lebih lanjut
Frankl mengemukakan bahwa makna hidup bisa berbeda antara manusia satu dengan
lainnya, dapat berubah sewaktu-waktu, dan tersembunyi dalam setiap situasi yang
merasakan kehidupan yang berarti dan pada akhirnya menimbulkan perasaan bahagia.
Makna hidup merupakan tema sentral dari kajian Logoterapi (Bastaman, 2007).
terdiri dari tiga dimensi yaitu fisik, psikis, spiritual. Frankl menyebut dimensi spiritual
sebagai "noos" yang mengandung semua sifat khas manusia, seperti keinginan untuk
visi akan menjadi apa, kemampuan untuk mencintai di luar kecintaan yang fisik
psikologis, kemampuan mendengarkan hati nurani kita di luar kendali superego, secara
melangkah ke luar dan memandang diri, dan transendensi diri atau kemampuan untuk
menggapai orang yang dicintai atau mengejar tujuan yang diyakini. Dalam dunia
a. Hidup itu tetap memiliki makna (arti) dalam setiap situasi, bahkan dalam
penting, benar, berharga dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi
individu dan layak dijadikan tujuan hidup. Makna hidup apabila telah ditemukan
dan dipenuhi akan menyebabkan hidup ini akan berarti. Merasakan kebahagiaan
kehidupan itu sendiri dan telah terpatri di dalamnya, baik dalam kondisi kehidupan
b. Setiap manusia memiliki kebebasan yang hampir tak terbatas untuk menemukan
dan peristiwa tragis yang tidak dapat dielakkan yang menimpa diri dan lingkungan
sekitarnya, setelah upaya mengatasinya telah dilakukan secara optimal tetapi tidak
berhasil.
makna hidup erat kaitannya dengan psikologi positif dan berpusat pada kebermaknaan
hidup, dimana lebih mengarah kepada masa depan individu itu sendiri dan tidak
terpusat pada masa lalu seseorang. Manusia, meskipun pernah mengalami kondisi
masa lalu yang tidak menyenangkan atau penderitaan, masih dipandang sebagai
makhluk yang memilik potensi-potensi positif yang bisa dikembangkan. Adapun untuk
bisa berkembang atau berubah ke arah yang lebih baik manusia bisa melakukannya
dengan menjalani hidup yang bermakna dan memaknai hidup yang pernah dijalani dan
1. Tujuan Pelatihan
individu (orang dengan cacat fisik bukan bawaan akibat kecelakaan) untuk
2. Manfaat Pelatihan
berikut:
makna, berharga dan memiliki tujuan mulia, sehingga individu terbebas dari
perasaan hampa dan kosong. Jika individu tidak berhasil memenuhi kebutuhan
suatu gangguan perasaan yang cukup menghambat prestasi dan penyesuaian diri
seseorang.
b. Makna hidup seseorang akan memberikan pedoman dan arah terhadap kegiatan-
c. Ada upaya yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk melakukan kegiatan
C. SASARAN PELATIHAN
Subjek pelatihan adalah orang dengan cacat fisik bukan bawaan akibat kecelakaan
yaitu karena kecelakaan lalu lintas, atau kecelakaan kerja berusia 18-40 tahun, karena
usia demikian merupakan masa penentuan kemantapan hidup. Orang dengan cacat
fisik yang telah menemukan pola hidup yang sesuai dengan dirinya akan merasakan
kepuasan dan kebahagiaan sepanjang hidup karena telah berhasil membuat keputusan
1. Kualifikasi Trainer
empatik
2. Kualifikasi Ko-Trainer
empatik.
18.30 Closing
F. ALUR PELATIHAN
Sesi 3“ Memahami
diriku”
h
H
KK
Pendalaman Tri nilai, Ibadah Makna Hidup
Hari pertama
SESI I
Pembukaan dan Ice breaking
Tujuan
Metode
permainan.
Waktu
15”
Prosedur
Tujuan
Memahami konsep makna hidup dengan menentukan sikap dalam hidup, menentukan
apa saja yang dianggap penting dan berharga bagi dirinya, hasrat atau memotivasi
individu untuk mengantarkan bekerja, berkarya dan melakukan kegiatan penting
lainnya.
Bahan/ alat
Metode
Waktu
45”
Prosedur
Tujuan
1. Menyadari keadaan diri sendiri pada saat ini, termasuk bakat, kemampuan dan
sifat-sifat positif yang selama ini terpendam dan belum dikembangkan serta
menyadari apa yang didambakan selama ini.
2. Pencatatan anugerah, mampu menemukan anugerah-anugerah yang diberikan
Tuhan sekecil apapun itu yang mungkin seringkali tidak disadari individu. Dengan
adanya pencatatan terhadap anugerah yang individu dapatkan setiap harinya
diharapkan klien akan semakin menemukan makna hidup yang ia jalani.
3. Dari hasil pengisian lembar kerja diharapkan peserta mampu memberikan
penilaian terhadap apa yang yang sudah dikerjakan dan memberikan pemaknaan
dalam hidupnya.
Bahan/ alat
Metode
Waktu
60’’
Prosedur
Tujuan
Bahan/ Media
Laptop, pena, lembar kerja 4.1
Metode
Waktu
60”
Prosedur
Hari ke II
Tujuan
1. Mereviu kembali ingatan subjek terhadap materi dan sharing (homework) yang
diberikan.
2. Meningkatkan hubungan yang baik dengan pribadi-pribadi tertentu (misalnya
anggota keluarga, teman, rekan kerja,) sehingga saling mempercayai, saling
membutuhkan dan saling membantu.
3. Dalam hubungan keakraban, seseorang merasa merasa berharga dan bermakna,
baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.
Alat / Bahan
70”
Prosedur
1. T rainer melakukan evaluasi:
1. Trainer mereviu dan sharing (homework) “pencatatan anugerah Tuhan”.
2. Trainer meminta peserta untuk membagi diri menjadi dua kelompok dan mulai
bermain peran dalam menjalin hubungan. Prosedur:
a) Trainer meminta peserta memandang pasangannya, memulai berkenalan dan
mengajak bercerita.
b) Trainer meminta peserta memandang pasangannya, lebih banyak memberi
(perhatian) dan memberikan bantuan daripada menuntut dan memintanya
c) Trainer meminta peserta memandang pasangannya, mengagumi sifat-sifat
baiknya dan mengungkapkan perhatian secara nyata melalui kata-kata dan
tindakan
d) Trainer meminta peserta memandang pasangannya, memuji perbuatan dan
orangnya sekaligus, sedangkan kalau mengecam hanya perbuatannya saja.
3. Trainer meminta peserta untuk diskusi
a) Setelah melakukan latihan kueratkan hubunganku tadi, gagasan dan pikiran
apa yang timbul pada diri peserta?
b) Apa yang dirasakan setelah anda melakukan latihan kueratkan hubungan?
c) Manfaat apa yang didapatkan dari latihan kueratkan hubungan?
Tujuan
Feronika Ratu, Mapro Klinis, UMBY 2011 16
MODUL PELATIHAN
(Menemukan Makna Hidup
dan Meraih Hidup Bermakna)
Berupaya memahami dan memenuhi tiga ragam nilai yang dianggap sebagai sumber
makna makna hidup
Bahan/ Media
Metode
Waktu
60”
Prosedur
1. Trainer menampilkan video “cacat bukan halangan” dan peserta diminta untuk
mendiskusikan makna apa yang ditangkap dari video tentang “Lena maria sukses
dengan keterbatasan”
2. Trainer meminta peserta diajak untuk mentafsirkan ayat-ayat dari kitab suci.
3. Trainer mengajak peserta untuk mendengar dongeng kisah hidup Gotami yang
memotivasi penghayatan diri dalam mengambil sikap. Trainer meminta peserta
diminta merenungkan kisah hidup atau penderitaan yang pernah dialami dengan apa
yang didengar dari dongeng gotami.
4. Trainer meminta peserta mengingat kembali suatu penderitaan yang pernah dialami
alami pada waktu yang lalu. Bagaimanakah perasaannya waktu itu? Bagaimana cara
mengatasinya? Bagaimana perasaan sekarang atas pengalaman tersebut? Pelajaran
apa yang diperoleh dan hikmah apa dibalik penderitaan itu?
5. Trainer meminta peserta untuk diskusi
a) Makna apa yang ditangkap dari video “Cacat bukan halangan”?
b) Apa yang dirasakan saat mentafsirkan kitab suci?
Tujuan
Mendekatkan diri kepada Tuhan dengan cara-cara yang diajarkan oleh-Nya yaitu
agama. Ibadah yang dilakukan secara khusyu sering mendatangkan perasaan tentram,
mantap dan tabah serta tidak jarang menimbulkan perasaan seakan-akan kita
mendaptkan bimbingan dan petunjuk dalam melakukan suatu perbuatan. Menjalani
hidup sesuai dengan norma-norma agama memberikan corak bahagia dan maknawi
bagi kehidupan seseorang.
Bahan/ Media
Laptop,
Metode
Ceramah, diskusi
Waktu
36”
Prosedur
1. Trainer mengajak peserta untuk melakukan latihan ibadah berdoa dan mendoakan
a) Trainer meminta peserta duduk dengan baik, tertib, dan nyaman, menundukkan
kepala dan menututup mata, menarik napas perlahan-lahan, melakukannya
beberapa kali dan merasakan keluar masuknya udara melalui hidung, bersikap
tenang kemudian berdoa dalam hati dengan penuh perasaan. Semua diungkapkan
kepada Tuhan dengan selembut-selembutnya tentang sebuah keinginan atau
masalah yang sedang dihadapi, sambil memohon petunjuk-Nya.
b) Masih dalam posisi semula, mengingat seseorang yang paling dikasihi,
mendoakan hal-hal yang baik untuknya, melakukan hal itu dengan perasaan yang
sehalus-halusnya.
c) Masih dalam posisi semula, mengingat seseorang yang pernah menyakiti,
mendoakannya kepada Tuhan agar dilimpahkan segala kebaikan dan kebajikan,
mungkin ini akan sulit dilakukan harus dicoba.
2. Trainer meminta peserta berdiskusi
a) Apa yang dirasakan saat Anda berdoa?
b) Apa harapan peserta setelah berdoa?
c) Manfaat apa yang didapatkan dari berdoa?
d) Rencana apa yang akan dilakukan setelah berdoa?
3. Melakukan evaluasi dari keseluruhan terapi, kemudian memberikan apresiasi
berupa kenang-kenangan kepada peserta karena telah bersedia mengikuti
keseluruhan sesi terapi.
DAFTAR PUSTAKA
Bastaman, H.D. (1996). Meraih Hidup Bermakna: Kisah Pribadi dengan Pengalaman Tragis.
Jakarta. Paramadina.
Bastaman, H.D. (1997). Logoterapi: Psikologi untuk menemukan makna hidup dan meraih
hidup bermakna. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Soenarso, A. 2008. Ice breaker don’t be tegang untuk pelatihan manajemen. Yogyakarta: Andi
Offset.