Sop Cutaneus Larva Migrans

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 3

PENATALAKSANAAN CUTANEUS LARVA

MIGRANS
No. Dokumen :
No. Revisi :-
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/3

UPT PUSKESMAS
Suciyati J. Sangadji, S.ST
RAWAT INAP Nip.197605292002122007
OME
Cutaneus Larva Migrans (Creeping Eruption) merupakan kelainan kulit berupa
1. Pengertian
peradangan berbentuk linear atau berkelok-kelok, menimbul dan progresif, yang
disebabkan oleh invasi larva cacing tambang yang berasal dari anjing dan
kucing. Penularan melalui kontak langsung dengan larva
2. Tujuan Sebagai pedoman pengobatan di UPT Puskesmas Rawat Inap Ome
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Rawat Inap Ome Nomor :
008/KAPUS/2018 Tentang jenis pelayanan yang disediakan di Puskesmas
Rawat Inap Ome
Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 5 tahun 2014 tentang
4. Referensi
panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas kesehatan primer
1. Petugas menyapa pasien dengan ramah
5. Prosedur
2. Petugas melakukan anamnesa pada pasien
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
Pasien mengeluh gatal dan panas pada tempat infeksi. Pada awal infeksi, lesi
berbentuk papul yang kemudian diikuti dengan lesi berbentuk linear atau
berkelok-kelok yang terus menjalar memanjang. Keluhan dirasakan muncul
sekitar empat hari setelah terpajan.
Faktor Risiko
Orang yang berjalan tanpa alas kaki, atau yang sering berkontak dengan tanah
atau pasir.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana


(Objective)
Pemeriksaan Fisik Patognomonis
Lesi awal berupa papul eritema yang menjalar dan tersusun linear atau berkelok-
kelok meyerupai benang dengan kecepatan 2 cm per hari.
Predileksi penyakit ini terutama pada daerah telapak kaki, bokong, genital dan
tangan
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang khusus tidak ada.

Penegakan Diagnosis (Assessment)


Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Diagnosis Banding
a. Dermatofitosis
b. Dermatitis
c. Dermatosis Komplikasi Dapat terjadi infeksi sekunder.

Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)


Penatalaksanaan
a. Memodifikasi gaya hidup dengan menggunakan alas kaki dan sarung tangan
pada saat melakukan aktifitas yang berkontak dengan tanah, seperti berkebun
dan lain-lain.
b. Terapi farmakologi dengan: Tiabendazol 50mg/kgBB/hari, 2x sehari, selama
2 hari; atau Albendazol 400 mg sekali sehari, selama 3 hari.
c. Untuk mengurangi gejala pada penderita dapat dilakukan penyemprotan Etil
Klorida pada lokasi lesi, namun hal ini tidak membunuh larva.
d. Bila terjadi infeksi sekunder, dapat diterapi sesuai dengan tatalaksana
pioderma.

Konseling dan Edukasi


Edukasi pasien dan keluarga untuk pencegahan penyakit dengan menjaga
kebersihan diri.

Kriteria rujukan
Pasien dirujuk apabila dalam waktu 8 minggu tidak membaik dengan terapi.

Sarana Prasarana
Lup

Prognosis
Prognosis umumnya bonam. Penyakit ini bersifat self-limited, karena sebagian
besar larva mati dan lesi membaik dalam 2-8 minggu, jarang hingga 2 tahun

6. Diagram Alir Menyapa pasien dengan ramah Melakukan anamnesis Melakukan


pada pasien pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang
bila diperlukan

Melakukan
Memberikan konseling penatalaksanaan sesuai Menegakkan diagnosis
dan edukasi dengan diagnosa berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan
Mendokumentasikan semua hasil pemeriksaan penunjang
pemeriksaan pada rekam medik pasien
Merujuk pasien bila
diperlukan

7. Unit terkait 1. Ruang pemeriksaan umum


8. Dokumen terkait 1. Rekam medis pasien
2. Buku register pasien rawat jalan
3. Lembar Rujukan Eksternal/internal
4. Resep
9. Rekaman No. Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai Diberlakukan
Historis
1.
Perubahan
2.

3.

4.

Anda mungkin juga menyukai