Makalah Rekayasa Ide
Makalah Rekayasa Ide
Makalah Rekayasa Ide
REKAYASA IDE
POLA ASUH ORANG TUA
Dosen Pengampu
INDAH VERAWATI S.Psi.,M.A
DISUSUN OLEH :
NAMA : 1,JOHAN STEVEN HUTAGALU
:2.ANANDA TO’ING BARUS
:3.MUFIDAH ARMINDY SIREGAR
:4.DILLY ANA DAMAYANTI
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya,
saya dapat menyelesaikan makalah. Saya menyampaikan rasa terimakasih., sebagai dosen
mata kuliah telah memberikan kepercayaan kepada saya untuk menyelesaikan tugas ini.
Harapan saya semoga tugas ini dapat menambah pengetahuan tentang tugas, bagi para
Saya menyadari bahwa dalam penulisan critical jurnal riview ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan di dalamnya. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca supaya dapat menjadi lebih baik lagi, demikian critical jurnal riview ini saya
PENDAHULUAN
Pola asuh merupakan cara yang dilakukan orang tua dalam mendorong anak mencapai tujuan
yang diinginkan. Penerapan pola asuh yang tepat diharapkandapat membentuk seorang anak
dengan pribadi yang baik, penuh semangat dalambelajar dan juga prestasi belajar anak terus
meningkat seiring pertumbuhan danperkembangan yang dialami anak (Lestari, 2009). Pola
asuh orang tua sangatberpengaruh terhadap perkembangan motorik kasar dan halus,
perkembanganbahasa dan kemampuan sosial anak (Budiarnawan dkk., 2014).Salah satu fase
tumbuh kembang pada anak memiliki ciri dan tugasperkembangan seperti ketrampilan
tergambarkan dari tingkah laku anakseperti keinginan untuk bermain, rasa ingin berpetualang
menjelajah dunia luar,dan berimajinasi menciptakan suatu tingkah laku (Sumiati dkk.,
utama. Peran ibu adalah menghabiskan waktu untuk mengasuh anak dirumah secara
eksklusif. Peran wanita dalam lingkungan keluarga sangatfundamental, wanita ibarat lembaga
pendidikan bagi seorang anak (Sanya, 2008).Namun dengan berkembangnya zaman banyak
wanita ikut berlomba dengan laki-laki untuk mendapat kemajuan dalam bidang ekonomi,
sosial, industri dan ilmupengetahuan. Wanita dapat bekerja di luar lingkungan keluarga
secara terhormatsebagai wanita Menurut Sofian (2014), perkembangan anak tidak lepas dari
peran pentingorang tua, dimana orang tua bertanggung jawab dalam segala hal terutama
peranseorang ibu dalam mengasuh dan mendidik karena ibu sebagai guru pertama bagianak-
anaknya. Ketika ibu bekerja memiliki dampak negatif dan dampak positifterhadap
perkembangan anak. Dampak negatif dari ibu yang bekerja adalahkehadiran ibu dalam
kehidupan sehari–hari sang anak lebih sedikit, sehinggakesempatan ibu untuk memberikan
bekerja terhadap perkembangan anak dapat dilihat dari efek yang didapat apabila anak
memiliki interaksi sosial yang baik, perkembangan kognitif yang pesat, serta
fisik yang lebih aktif (Taju dkk., 2015).Menurut Yani dkk. (2011), selama proses mengasuh
dan mendidik anak akanmuncul suatu kedekatan antara orang tua dengan anak, tetapi tidak
semua orangtua memberikan kualitas pengasuhan yang efektif kepada anak-anak mereka. Hal
ini menimbulkan pola kedekatan yang berbeda di setiap orang tua dan anak. Pola asuh tak
lepas dari faktor karakter dari masing-masing orang tua, usia orang tua,jumlah anak yang
diasuh serta tingkat pendidikan orang tua lebih dominan dalammewarnai pola asuh yang
diterima anak-anak pada umumnya.Manfaat kedekatan anak bagi orangtua menurut Dariyo
(2007), yaitu
rasa aman karena rasa aman yang diberikan orang tuakepada anak menjadi pondasi yang
Pada usia prasekolah (3-5 tahun), orang tua harus mengetahui tingkah lakuyang sangat
beragam seperti, agresif, banyak kemauan dan lain-lain. Apabilaorang tua salah
menyikapinya, maka akan berdampak tidak baik dalamperkembangan selanjutnya. Pada usia
tersebut, anak juga cenderung meniru siapa pun dan apa pun yang dilakukan orang tuanya, ini
yang disebut dengan prosesidentifikasi. Pada proses ini karakter anak terbentuk lebih banyak
dari petunjuk
orang tua (Rusilanti dkk., 2015), sedangkan menurut Ariyana (2009), pada usia 4-5 tahun
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian adalah apakah ada hubungan pola asuh
pada anak ?
C. Manfaat Penelitian
dengan peran seorang ibu yang menjadi wanita karir dalam tumbuh kembang
motorik anak.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian pola asuh Secara epistimologi kata “pola” diartikan sebagai cara kerja, dan kata
“asuh” berarti menjaga, merawat, mendidik membimbing, membantu, melatih anak yang
berorientasi menuju kemandirian. Secara terminology pola asuh orang tua adalah cara terbaik
yang ditempuh oleh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari tanggung jawab
kepada anak (Arjoni, 2017). Pola asuh adalah pola pengasuhan orang tua terhadap anak, yaitu
bagaimana orang tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta
melindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan sampai dengan membentuk perilaku
anak sesuai dengan norma dan nilai yang baik dan sesuai dengan kehidupan masyarakat
(Fitriyani, 2015). Berdasarkan definisi tentang pola asuh orang tua di atas, dapat disimpulkan
bahwa pola asuh orang tua merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua dalam
Orang tua memiliki cara dan pola tersendiri dalam mengasuh dan membimbing anak. Cara
dan pola tersebut akan berbeda antara satu keluarga dengan keluarga lainnya. Dari penelitian
Diana baumrind pada 1971, ada beberapa pola asuh yang ditunjukan oleh para orang tua
membatasi dan menghukum, dimana orangtua mendesak anak untuk mengikuti arahan
mereka. Orangtua yang menerapkan pola pengasuhan ini memberikan batas dan kendali yang
tegas pada anak dan meminimalisir perdebatan verbal. Ciri khas dari pola asuh otoriter adalah
anak diharuskan mengulang pekerjaan yang dianggap orang tua salah, orang tua mengancam
akan memberikan hukuman apabila anak tidak mematuhi perintahnya, dan orang tua
menggunakan suara yang keras ketika menyuruh anak untuk melakukan suatu pekerjaan.
Orang tua yang otoriter juga mungkin sering memukul anak itu, menegakkan aturan dengan
tegas tetapi tidak menjelaskannya, dan menunjukkan kemarahan kepada anak itu. Anak-anak
dari orang tua otoriter sering tidak bahagia, takut, dan cemas tentang membandingkan diri
mereka dengan orang lain, gagal memulai kegiatan, dan memiliki keterampilan komunikasi
yang lemah. Anak-anak dari orang tua otoriter dapat berperilaku agresif.
mendorong anak untuk mandiri namun masih menerapkan batas dan kendali pada tindakan
mereka. Ada tindakan verbal memberi dan menerima, dan orangtua bersikap hangat serta
penyayang terhadap anaknya. Ciri khas dari pola asuh demokratis adalah adanya komunikasi
yang baik antara anak dan orang tua, dimana orang tua melibatkan diri dan berdiskusi tentang
masalah yang dialami anak. Orang tua biasa memberikan pujian apabila anak melakukan hal
yang baik dan mengajarkan anak agar melakukan segala 12 sesuatu secara mandiri dengan
mana orang tua sangat terlibat dengan anakanak mereka tetapi hanya sedikit menuntut atau
apa yang mereka inginkan. Hasilnya adalah bahwa anak-anak tidak pernah belajar
mengendalikan perilaku mereka sendiri dan selalu berharap mendapatkan apa yang mereka
inginkan. Beberapa orang tua dengan sengaja membesarkan anak-anak mereka dengan cara
ini karena mereka percaya kombinasi keterlibatan yang hangat dan sedikit pengekangan akan
menghasilkan anak yang kreatif dan percaya diri. Namun, anak-anak yang orang tuanya
memanjakan jarang belajar menghargai orang lain dan sulit mengendalikan perilaku mereka.
Mereka mungkin mendominasi, egosentris, tidak patuh, dan memiliki kesulitan dalam
hubungan teman sebaya. d. Pola asuh mengabaikan (Permissive Indifferent) Merupakan gaya
pengasuhan dimana orang tua tidak terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka. Orang tua
yang menerapkan pola pengasuhan ini tidak memiliki banyak waktu untuk bersama anak-
anak. Anakanak dari orang tua yang mengabaikan, mengembangkan perasaan bahwa
aspekaspek lain dari kehidupan orang tua adalah lebih penting daripada mereka. Anakanak
ini cenderung tidak kompeten secara sosial. Banyak yang memiliki kontrol diri yang buruk
dan tidak menangani independensi dengan baik. Mereka sering 13 memiliki harga diri yang
rendah, tidak dewasa, dan mungkin terasing dari keluarga. Pada masa remaja, mereka
mungkin menunjukkan pola bolos dan kenakalan. Dalam penelitian ini peneliti
menggabungkan jenis permissive indulgent dan permissive indiferent sehingga peneliti hanya
menggunakan 3 jenis pola asuh yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis dan pola asuh
permisif.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh Adapun faktor yang mempengaruhi pola asuh
a. Pendidikan Orang Tua Pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak akan
mempengauhi persiapan mereka dalam menjalankan pengasuhan. Ada beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk menjadi lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan antara lain
terlibat aktif dalam setiap pendidikan anak, mengamati segala sesuatu dengan berorientasi
pada masalah anak, selalu berupaya menyediakan waktu anak-anak dan menilai
jika lingkungan juga ikut serta mewarnai pola-pola pengasuhan yang diberikan orang tua
terhadap anaknya.
c. Budaya Sering kali orang tua mengikuti cara-cara atau kebiasaan-kebiasaan masyarakat
disekitarnya dalam mengasuh anak. Karena pola-pola tersebut dianggap berhasil dalam
4. Dimensi Pola Asuh Menurut Frick membagi dimensi parenting practices dalam lima
a. Involment with children sejauhmana orang tua terlibat bersama aktivitas bersama anak-
anaknya. Orang tua akan melakukan banyak hal bagi anakanak mereka dan dalam sepanjang
b. Positive parentig: suatu bentuk pujian atau reward yang diberikan orang tua kepada anak-
anaknya ketika melakukan suatu aktivitas yang membanggakan atau mencapai suatu
keberhasilan/prestasi.
c. Corporal punishment: pemberian hukuman, lebih mengarah kepada hukuman fisik. Orang
tua memberikan hukuman kepada anak ketika mereka tidak mau mematuhi ataupun tidak
mentaati apa yang di inginkan atau yang diharapkan oleh orang tuanya.
d. Monitoring: suatu kegiatan dari orang tua terhadap anak-anak dalam memantau aktivitas
anak, mencatat kegiatan anak serta memastikan bahwa mereka tetap dalam batas-batas yang
wajar dan tidak menyimpang dari aturan yang telah ditetapkan. e. Consistency in the use of
such discipline : menerapkan apa yang telah dibuat sesuai kesepakatan atau memberikan
sanksi yang sesuai bila anak-anak melanggar aturan yang telah ditetapkan bersama.
1. Pengertian kekerasan terhadap anak Kekerasan adalah setiap perbuatan terhadap anak
yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikis, seksual, atau
Kekerasan terhadap anak menurut WHO adalah semua bentuk perlakuan yang salah baik
berdampak atau berpotensi membahayakan kesehatan anak, perkembangan anak, atau harga
diri anak dalam konteks hubungan tanggung jawab, kepercayaan atau kekuasaan
definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kekerasan terhadap anak merupakan segala bentuk
perlakuan buruk terhadap anak baik secara fisik, emosional, seksual, maupun penelantaran
sehingga memiliki dampak yang sangat buruk bagi masa depan anak.
1) Perkataan oleh pengasuh atau orang tua bahwa mereka tidak disayangi atau tidak pantas
disayang.
2) Anak terlibat dalam kegiatan illegal untuk memperoleh kebutuhan dasar hidupnya
3. Faktor kerentanan terjadinya kekerasan terhadap anak Menurut Wilkins, (2014) Kekerasan
dapat dipicu dari beberapa faktor yang secara umum dibedakan menjadi tiga faktor yaitu,
menghindar dari kekerasan, kontrol perilaku buruk, pernah mengalami riwayat kekerasan,
b. Faktor lingkungan sosial komunitas yaitu kebudayaan atau kebiasaan yang mendukung
adanya tindakan kekerasan seksual, kekerasan yang dilihat melalui media, kelemahan
kesehatan, pendidikan, ekonomi dan hukum, aturan yang tidak sesuai atau berbahaya untuk
c. Faktor hubungan yaitu kelemahan hubungan antara anak dan orang tua, konflik dalam
keluarga, berhubungan dengan seorang penjahat atau pelaku kekerasan, dan tergabung dalam
geng atau komplotan. Menurut KPAI, (2014) faktor penyebab kekerasan antara lain :
d. Penyebaran perilaku jahat antar generasi seperti, efek dari duplikasi/ mencontoh/ meniru.
e. Ketegangan sosial seperti, pengangguran, sakit, ukuran keluarga yang besar, kehadiran
seseorang yang cacat mental dalam rumah, penggunaan alkohol dan obat-obatan.
f. Isolasi Sosial.
wilayah.
bervariasi tergantung pada jenis kekerasan dan keparahannya, dampak dari kekerasan
terhadap anak dan masyarakat secara umum bisa serius dan membahayakan baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Kekerasan yang dialami oleh anak dalam berbagai
jenisnya akan mempengaruhi perkembangan kognitif, sosial, emosional dan fisik anak.
dari kekerasan yang terjadi untuk setiap jenis kekerasan dapat dilihat dari berbagai tanda atau
1) Adanya luka lebam, bekas gigitan atau patah tulang yang tidak terjelaskan
b. Kekerasan seksual:
c. Kekerasan emosional:
3) Anak sering complain sakit kepala atau perut sakit karena alasan yang tidak jelas
d. Penelantaran anak:
2) Anak terlibat dalam kegiatan illegal untuk memperoleh kebutuhan dasar hidupnya
Upaya perlindungan terhadap anak dari tindak kekerasan, sebuah keluarga harus
anak. Untuk itu, dalam memaksimalkan upaya pencegahan tindak kekerasan pada anak ada
a. Upaya pencegahan primer. Pencegahan ini ditujukan pada seluruh lapisan untuk
anak tetap dalam perlindungan. Inisiatif tersebut mencakup kegiatan-kegiatan yang bertujuan
untuk mengubah sikap dan perilaku masyrakat melalui advokasi dan peningkatan kesadaran,
alternatif mendisiplinkan anak yang bukan lagi hukuman fisik dan 20 meningkatkan
kepekaan atas dampak kekerasan terhadap anak. Berbagai kegiatan sosialisasi ini bisa
kegiatan penyuluhan keagamaan yang mengarahkan pada pola pengasuhan yang ramah anak.
b. Upaya pencegahan sekunder. Pencegahan sekunder merupakan upaya intervensi dini, yang
ditujukan pada anak dan keluarga yang telah diketahui rentan atau berisiko mengalami
perlakuan salah atau penelantaran. Intervensi ini bertujuan untuk mencegah keluarga-
keluarga yang berada dalam risiko melakukan perlakuan salah guna mengubah keadaan
c. Upaya pencegahan tersier. Upaya ini dilakukan untuk merespon keadaan anak yang dalam
risiko tinggi atau sedang mengalami kekerasan, perlakuan salah, penelantaran, dan eksploitasi
apapun bentuknya. Jika tindakan kekerasan yang dialami oleh anak dilakukan oleh
keluarganya sendiri maka anak tersebut perlu ditempatkan dalam pengasuhan alternatif
sementara waktu. Disamping itu juga harus ada dukungan psikososial dari pihak yang
berwenang serta layanan hukum dan penyelidikan yang ramah anak, namun jika kemudian
anak mendapatkan perlakuan yang salah dari pihak luar (bukan keluarga) maka selayaknya
keluarga bersikap bijak dalam hal ini seperti meningkatkan kendali dan pengawasan terhadap
anak dan melakukan upaya-upaya yang dapat menghindarkan anak dari tindak kekerasan
dilingkungan sosialnya.
Menurut KPAI, (2014) tindakan pencegahan kekerasan terhadap anak dapat dilakukan
pengetahuan bagian tubuh dan penghargaan terhadap tubuh melalui pendidikan seksualitas
sejak dini.
PENUTUP
A.Kesimpulan
Pola asuh adalah keseluruhan interaksi antar orang tua dengan anak,dimana orang tua
sehat dan baik. Berdasarkan pembahasan yangdilakukan dapat disimpulkan pola asuh yang
diterapkan keluarga luas terhadapanak yang ditinggal kedua orang tua ada 4 macam pola asuh
sebagai berikut: polaasuh otoriter, pola asuh demokratis, pola asuh permisif, dan pola asuh
situasional.Dari macam-macam pola asuh yang diterapkan oleh keluarga luas bahwapola asuh
permisif yang paling dominan digunakan untuk mendidik anak, dimanapola asuh yang mana
orang tua bersikap membiarkan setiap tingkah laku anak dantidak pernah memberikan
hukuman kepada anak. Pada saat kondisi yangberlebihan barulah orang memberikan
hukuman. Orang tua yang menggunakanpola asuh permisif adalah orang tua yang bersikap
B.Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka penulis memberikan saransebagai berikut: Sebagai
bahan acuan untuk mahasiswa berikutnya untukmelakukan penelitian lebih lanjut yang
Adek, (2008), Pengaruh pola asuh orang tua terhadap karakteristik anak viewed
pola_asuh_orang_tua_terhadap_k arakteristik_anak
Agustin, Mubiar. dan Wahyudin. (2010). Penilaian perkembangan anak usia. dini.Bandung :
CV Falah Production.
Anwar, M. (2000). Peranan gizi dan pola asuh dalam meningkatkan kualitas.tumbang anak.
aspek- aspeknya, Jakart a: Studia Pres.Dewi, (2009), Faktor risiko gangguan berbahasa pada
Dewi, (2008). Mengenal bentuk pola asuh orang tua. available fromhttp://www.pewarta-
Kencana.Edward, (2006). Ketika anak sulit diatus : panduan orangtua mengubah masalah
Ghozali, I. (2001), Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS. (EdisiKedua), Badan