Makalah PKN Kelompok 8

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
KONSEP WAWASAN NUSANTARA DALAM
PERSPEKTIF NKRI

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan


Kewarganegaraan
Dosen Pembina: Andhika Yudha Pratama

Disusun Oleh :
Kelompok 8
1. AFFAN AZZAMUDDIN HANIF (210534615636)
2. FANDI WIDINATA (210534615620)
3. ISRON FARIKHUL USMAN (210534615638)
4. M. DIMAS AVIV FAHREZA (210534615641)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


MARET 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami bisa menyelesaikan penyusunan makalah
yang berjudul “Konsep Wawasan Nusantara dalam Perspektif NKRI” dengan
lancar dan tepat waktu.
Disusunnya makalah ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan
Kewarganegaran. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca.
Dalam penulisan makalah ini, tidaklah sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun, berkat motivasi dan bimbingan dari Bapak Andhika selaku Dosen
Pengampu Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dan teman-teman, sehingga
kami bisa mengatasi hambatan-hambatan yang ada dengan lancar. Oleh karena
itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dosen Pengampu Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang telah
memberikan tugas serta petunjuk kepada kami sehingga kami termotivasi
dalam menyelesaikan makalah ini.
2. Teman-teman satu kelompok yang sudah berkerja sama dengan sangat
baik untuk membantu dan mengatasi berbagai macam kendala sehingga
makalah ini bisa diselesaikan dengan baik.

Selain itu, kami juga sangat menyadari bahwa dalam proses penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan, baik dalam hal sistematika maupun Teknik
penulisan. Oleh karena itu, kami dengan senang hati menerima kritik dan saran
dari pembaca agar kami bisa mengevaluasi dan memperbaiki makalah ini.
Demikianlah makalah ini, kami berharap makalah ini bisa bermanfaat baik bagi
penulis maupun bagi pembaca umumnya.

Malang, 15 April 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
D. Manfaat.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Wawasan Nusantara......................................................................................3
1. Pengertian Wawasan Nusantara.........................................................................3
2. Hakikat Wawasan Nusantara..............................................................................4
3. Asas Wawasan Nusantara...................................................................................4
B. Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan Wawasan Nusantara.................................6
1. Kedudukan.........................................................................................................6
2. Fungsi.................................................................................................................6
3. Tujuan................................................................................................................6
C. Aspek Trigatra dan Pancagatra dalam Wawasan Nusantara.........................7
1. Aspek-aspek Trigatra.........................................................................................7
2. Aspek–aspek Pancagatra..................................................................................10
3. Hubungan Antargatra.......................................................................................13
D. Peran Serta Warga Negara Mendukung Implementasi Wawasan
Kebangsaan........................................................................................................16
BAB III ANALISIS KASUS................................................................................20
A. Kasus...........................................................................................................20
B. Tanggapan Kasus........................................................................................21
BAB IV PENUTUP..............................................................................................23
A. Kesimpulan.................................................................................................23
B. Saran............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak kebudayaan dan
adat istiadat. Oleh karena itu, perlu ada cara pandang dan sikap yang sama
mengenai diri dan lingkungannya. Indonesia merupakan negara yang beraneka
ragam dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan. Berdasarkan teori-teori
tentang wawasan, latar belakang, falsafah Pancasila, latar belakang pemikiran
aspek wilayah, aspek sosial budaya, dan aspek kesejarahan, terbentuklah satu
wawasan nasional Indonesia yang disebut wawasan nusantara dengan rumusan
pengertian yang sampai saat ini terus berkembang. Banyak pengertian tentang
wawasan nusantara, tetapi ada satu pendapat pengertian wawasan nusantara
yang diusulkan menjadi ketetapan majelis permusyawaratan rakyat dan dibuat
di Lemhanas tahun 1999.
Dengan demikian, wawasan nusantara mencakup semua aspek
kehidupan yang utuh sehingga tidak dapat dipisah- pisahkan sesuai dengan
kepentingan. Bangsa Indonesia yang majemuk harus mampu membina dan
membangun atau menyelenggarakan kehidupan nasional yang baik. Untuk itu,
pembinaan dan penyelenggaraan tata kehidupan bangsa dan negara disusun
atas dasar hubungan timbal balik antara semua aspek dengan mengutamakan
persatuan dan kesatuan nasional. Dari pengertian di atas maka pengertian yang
digunakan sebagai acuan pokok ajaran dasar wawasan nusantara sebagai
geopolitik Indonesia, adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia
mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis
dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dan tetap menghargai
serta menghormati kebinekaan dalam setiap aspek kehidupan nasional untuk
mencapai tujuan nasional.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah:
1. Apa pengertian wawasan nusantara?
2. Bagaimana kedudukan, fungsi, dan tujuan wawasan nusantara?
3. Apa yang dimaksud aspek trigatra dan pancagatra dalam wawasan
nusantara?
4. Bagaimana peran serta warga negara mendukung implementasi wawasan
kebangsaan?
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian wawasan nusantara.
2. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan wawasan nusantara.
3. Untuk mengetahui aspek trigatra dan pancagatra dalam wawasan
nusantara.
4. Untuk mengetahui peran serta warga negara mendukung implementasi
wawasan nusantara.

D. Manfaat
Dengan penulisan makalah ini semoga bermanfaat bagi:
1. Memberi pemahaman yang lebih mendalam tentang wawasan nusantara
dalam perspektif Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Mahasiswa sebagai pengalaman membuat makalah yang baik dan benar.
3. Mahasiswa dapat berperan serta mendukung implementasi wawasan
nusantara.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Wawasan Nusantara
1. Pengertian Wawasan Nusantara
Secara etimologis, wawasan nusantara berasal dari kata wawasan
dan nusantara. Wawasan berasal dari kata wawas (bahasa Jawa) yang
berarti pandangan, tinjauan dan penglihatan indrawi. Jadi wawasan adalah
pandangan, tinjauan, penglihatan, tanggap indrawi. Wawasan berarti pula
cara pandang dan cara melihat. Nusantara berasal dari kata nusa dan
antara. Nusa artinya pulau atau kesatuan kepulauan. Antara artinya
menunjukkan letak antara dua unsur. Jadi nusantara adalah kesatuan
kepulauan yang terletak antara dua benua, yaitu benua Asia dan Australia,
dan dua samudra, yaitu samudra Hindia dan Pasifik. Berdasarkan
pengertian modern, kata “nusantara” digunakan sebagai pengganti nama
Indonesia.
Sedangkan terminologi, wawasan menurut beberapa pendapat
sebagai berikut:
a. Menurut Prof. Wan Usman, “wawasan nusantara adalah cara pandang
bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah airnya sebagai negara
kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang beragam.”
b. Menurut GBHN 1998, wawasan nusantara adalah cara pandang dan
sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, dengan
dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
c. Menurut kelompok kerja wawasan nusantara untuk diusulkan menjadi
Tap. MPR, yang dibuat Lemhanas tahun 1999, yaitu “cara pandang
dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang
serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan
dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai
tujuan nasional.”

3
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, secara sederhana
wawasan nusantara berarti cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri
dan lingkungannya. Wawasan nusantara sebagai wawasan nasional
Indonesia pada hakikatnya merupakan perwujudan dari kepulauan
nusantara
Sebagai satu kesatuan pertahanan dan keamanan. Selain itu juga,
wawasan nusantara merupakan pencerminan dari kepentingan yang sama,
tujuan yang sama terpeliharanya persatuan dan kesatuan bangsa dan
kesatuan wilayah Indonesia. Dengan kata lain sebagai wawasan
nasionalnya, wawasan nusantara menjadi pola yang mendasari cara
berpikir, bersikap dan bertindak dalam rangka menangani permasalahan
yang menyangkut kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Hakikat Wawasan Nusantara
Hakikat wawasan nusantara adalah keutuhan nusantara dalam
pengertian cara pandang yang selalu utuh menyeluruh dalam lingkup
nusantara demi kepentingan nasional. Hal tersebut berarti bahwa setiap
warga masyarakat dan aparatur negara harus berpikir, bersikap, dan
bertindak secara utuh menyeluruh demi kepentingan bangsa dan negara
Indonesia. Demikian juga produk yang dihasilkan oleh lembaga negara
harus dalam lingkup dan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia
tanpa menghilangkan kepentingan lainnya, seperti kepentingan daerah,
golongan, dan perorangan.
Kita memandang bangsa Indonesia dengan nusantara merupakan
satu kesatuan. Jadi, hakikat wawasan nusantara adalah keutuhan dan
kesatuan wilayah nasional. Dengan kata lain, hakikat wawasan nusantara
adalah persatuan bangsa dan kesatuan wilayah. Dalam GBHN disebutkan
bahwa hakikat wawasan nusantara diwujudkan dengan menyatakan
kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial
budaya, dan pertahanan keamanan.
3. Asas Wawasan Nusantara

4
Asas wawasan nusantara merupakan ketentuan atau kaidah dasar
yang harus dipatuhi, ditaati, dipelihara, dan diciptakan demi tetap taat dan
setianya komponen pembentuk bangsa Indonesia terhadap kesepakatan
bersama. Jika asas wawasan nusantara diabaikan, komponen pembentuk
kesepakatan bersama akan melanggar kesepakatan bersama tersebut yang
berarti tercerai berainya bangsa dan negara Indonesia. Adapun, asas
wawasan nusantara tersebut adalah sebagai berikut.
a. Kepentingan yang Sama
Ketika menegakkan dan merebut kemerdekaan, kepentingan
bersama bangsa Indonesia adalah menghadapi penjajah secara fisik
dari bangsa lain. Sekarang, bangsa Indonesia harus menghadapi
penjajahan yang berbeda. Misalnya, dengan cara “adu domba” dan
“memecah belah” bangsa dengan menggunakan dalih ham, demokrasi,
dan lingkungan hidup. Padahal, tujuan kepentingannya sama yaitu
tercapainya kesejahteraan dan rasa aman yang lebih baik daripada
sebelumnya.
b. Keadilan
Kesesuaian pembagian hasil dengan adil, jerih payah, dan
kegiatan baik perorangan, golongan, kelompok maupun daerah.
c. Kejujuran
Keberanian berpikir, berkata, dan bertindak sesuai realitas serta
ketentuan yang benar biar pun realitas atau ketentuan itu pahit dan
kurang Enak didengarnya. Demi Kebenaran dan kemajuan bangsa dan
negara, hal itu harus dilakukan.
d. Solidaritas
Diperlukan kerja sama, mau memberi, dan berkorban bagi
orang lain tanpa meninggalkan ciri dan karakter budaya masing-
masing.
e. Kerja Sama

5
Adanya koordinasi, saling pengertian yang didasarkan atas
kesetaraan sehingga kerja kelompok, baik kelompok kecil maupun
besar dapat mencapai sinergi yang lebih baik.

f. Kesetiaan
Kesetiaan terhadap kesepakatan bersama untuk menjadi bangsa
dan mendirikan negara Indonesia yang dimulai, dicetuskan, dan
dirintis oleh Boedi Oetomo tahun 1908, sumpah pemuda tahun 1928,
dan proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Kesetiaan terhadap
kesepakatan ini sangat penting dan menjadi tonggak utama terciptanya
persatuan dan kesatuan dalam kebinekaan. Jika kesetiaan ini goyah,
dapat dipastikan persatuan dan kesatuan akan hancur berantakan.

B. Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan Wawasan Nusantara


Wawasan nusantara berkedudukan sebagai visi bangsa. Wawasan
nasional merupakan visi bangsa yang bersangkutan dalam menuju masa
depan. Visi bangsa Indonesia sesuai dengan konsep wawasan nusantara adalah
menjadi bangsa yang satu dengan wilayah yang satu dan utuh pula.
Kedudukan wawasan nusantara sebagai salah satu konsepsi ketatanegaraan
Republik Indonesia.
1. Kedudukan
Wawasan nusantara sebagai wawasan nasional bangsa Indonesia
merupakan ajaran yang diyakini kebenarannya oleh seluruh rakyat
Indonesia agar tidak terjadi penyesatan atau penyimpangan dalam upaya
mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional. Dengan demikian, wawasan
nusantara menjadi landasan visional dalam menyelenggarakan kehidupan
nasional.
2. Fungsi

6
Wawasan nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi,
dorongan, serta rambu-rambu dalam menentukan segala kebijaksanaan,
keputusan, tindakan, dan perbuatan bagi penyelenggaraan negara di
tingkat pusat dan daerah maupun bagi seluruh rakyat Indonesia dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
3. Tujuan
Wawasan nusantara bertujuan mewujudkan nasionalisme yang
tinggi di segala aspek kehidupan rakyat Indonesia yang lebih
mengutamakan kepentingan nasional daripada kepentingan individu,
kelompok golongan, suku bangsa atau daerah. Kepentingan-kepentingan
tersebut tetap dihormati, diakui, dan dipenuhi selama tidak bertentangan
dengan kepentingan nasional atau kepentingan masyarakat. Nasionalisme
yang tinggi di segala bidang demi tercapainya tujuan nasional tersebut
merupakan pancaran dari makin meningkatnya rasa, paham, dan semangat
kebangsaan dalam jiwa bangsa Indonesia sebagai hasil pemahaman dan
penghayatan wawasan nusantara.

C. Aspek Trigatra dan Pancagatra dalam Wawasan Nusantara


Konsepsi wawasan nusantara merupakan suatu konsep di dalam cara
pandang dan pengaturan yang mencakup segenap kehidupan bangsa yang
dinamakan astagatra, yang meliputi aspek alamiah (trigatra) dan aspek sosial
(pancagatra). Trigatra meliputi posisi dan lokasi geografis negara, keadaan dan
kekayaan alam, dan keadaan dan kemampuan penduduk. Pancagatra
merupakan aspek sosial kemasyarakatan terdiri dari ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan (Ipoleksosbudhankam).
Antara gatra yang satu dengan yang lain terdapat hubungan yang bersifat
timbal balik dengan hubungan yang erat yang saling interdependensi,
demikian juga antara trigatra dan pancagatra.
1. Aspek-aspek Trigatra
a. Letak dan Bentuk Geografis

7
Jikalau kita melihat letak geografis wilayah Indonesia dalam
peta dunia, maka akan nampak jelas bahwa wilayah negara tersebut
merupakan suatu kepulauan, yang menurut wujud ke dalam, terdiri
dari daerah air dengan ribuan pulau-pulau di dalamnya. Dalam bahasa
asing bisa disebut sebagai suatu archipelago kelvar, kepulauan itu
merupakan suatu archipelago yang terletak antara Benua Asia di
sebelah utara dan Benua Australia di sebelah selatan serta Samudra
Indonesia di sebelah barat dan Samudra Pasifik di sebelah timur. Letak
geografis antara dua benua dan samudra yang penting itu, maka
dikatakan bahwa Indonesia mempunyai suatu kedudukan geografis di
tengah-tengah jalan lalu lintas silang dunia. Karena kedudukannya
yang strategis itu, dipandang dari tiga segi kesejahteraan di bidang
politik, ekonomi dan sosial budaya, Indonesia telah banyak mengalami
pertemuan dengan pengaruh pihak asing (akulturasi).
Indonesia terletak pada 6 LU–11 LS, 95 BT–141 BT, dilalui
garis khatulistiwa yang di tengah-tengahnya terbentang garis ekuator
sehingga Indonesia mempunyai 2 musim, yaitu musim hujan dan
kemarau.
b. Keadaan dan Kemampuan Penduduk
Penduduk adalah sekelompok manusia yang mendiami suatu
tempat atau wilayah. Adapun faktor penduduk yang mempengaruhi
ketahanan nasional adalah sebagai berikut.
1) Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk berubah karena kematian, kelahiran,
pendatang baru, dan orang yang meninggalkan wilayahnya. Segi
positif dari pertambahan penduduk ialah pertambahan angkatan
kerja (man power) dan pertambahan tenaga kerja (labour force).
Segi negatifnya, apabila pertumbuhan penduduk tidak seimbang
dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tidak diikuti dengan
usaha peningkatan kualitas penduduk.
2) Faktor yang Mempengaruhi Komposisi Penduduk

8
Komposisi adalah susunan penduduk menurut umur,
kelamin, agama, suku bangsa, tingkat pendidikan, dan sebagainya.
Susunan penduduk itu dipengaruhi oleh mortalitas, fertilitas, dan
migrasi. Fertilitas sangat berpengaruh besar terhadap umur dan
jenis penduduk golongan muda yang dapat menimbulkan persoalan
penyediaan fasilitas pendidikan, perluasan lapangan kerja, dan
sebagainya.

3) Faktor yang Mempengaruhi Distribusi Penduduk


Distribusi penduduk yang ideal adalah distribusi yang dapat
memenuhi persyaratan kesejahteraan dan keamanan yaitu
penyebaran merata. Oleh karena itu, pemerintah perlu memberikan
kebijakan yang mengatur penyebaran penduduk, misalnya dengan
cara transmigrasi, mendirikan pusat-pusat pengembangan (growth
centers), pusat-pusat industri, dan sebagainya. Kemampuan
penduduk yang tidak seimbang dengan pertumbuhan penduduk
dapat menimbulkan ancaman- ancaman terhadap pertahanan
nasional.
c. Keadaan dan Kekayaan Alam
Kekayaan sumber-sumber alam sebenarnya terdapat di
atmosfer, di permukaan bumi, di laut, di perairan, dan di dalam bumi.
Sumber-sumber alam sesungguhnya mempunyai arti yang sangat luas
di mana Indonesia terkenal sebagai negara yang mempunyai sumber-
sumber alam yang berlimpah ruah. Sebagai gambaran umum, sumber-
sumber alam termasuk sumber-sumber pelican atau mineral, sumber-
sumber nabati atau flora, dan sumber-sumber hewani atau fauna.
Untuk memulai dengan sumber-sumber pelican atau mineral dapat
diutarakan, bahwa negara Indonesia mempunyai sumber-sumber

9
mineral yang meliputi bahan-bahan galian, biji-bijian maupun bahan-
bahan galian industri di samping sumber-sumber tenaga lain.
Sifat unik kekayaan alam yaitu jumlahnya yang terbatas dan
penyebarannya tidak merata. Sehingga menimbulkan ketergantungan
dari dan oleh negara dan bangsa lain. Bentuk sumber daya alam ada 2
(dua), yaitu sumber daya alam yang dapat diperbarui dan tidak dapat
diperbarui. Sumber daya alam harus diolah atau dimanfaatkan dengan
berprinsip atau asas maksimal, lestari, dan berdaya saing.

1) Asas Maksimal
Artinya sumber daya alam yang dikelola atau dimanfaatkan
harus benar-benar menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan
rakyat.
2) Asas Lestari
Artinya pengolahan sumber daya alam tidak boleh
menimbulkan kerusakan lingkungan, menjaga keseimbangan alam.
3) Asas Berdaya Saing
Artinya bahwa hasil-hasil sumber daya alam harus bisa
bersaing dengan sumber daya alam negara lain.
2. Aspek–aspek Pancagatra
Pancagatra adalah aspek-aspek kehidupan nasional yang
menyangkut kehidupan dan pergaulan hidup manusia dalam
bermasyarakat dan bernegara dengan ikatan-ikatan, aturan-aturan dan
norma-norma tertentu. Hal-hal yang termasuk aspek pancagatra adalah
sebagai berikut.
a. Ideologi
Ideologi suatu negara diartikan sebagai guiding of principles
atau prinsip yang dijadikan dasar suatu bangsa. Ideologi adalah
pengetahuan dasar atau cita-cita. Ideologi merupakan konsep yang

10
mendalam mengenai kehidupan yang dicita-citakan serta yang ingin
diperjuangkan dalam kehidupan nyata. Ideologi dapat dijabarkan ke
dalam sistem nilai kehidupan, yaitu serangkaian nilai yang tersusun
secara sistematis dan merupakan kebulatan ajaran dan doktrin. Dalam
strategi pembinaan ideologi berikut adalah beberapa prinsip yang harus
diperhatikan.
1) Ideologi harus diaktualisasikan dalam bidang kenegaraan oleh
WNI.
2) Ideologi sebagai perekat pemersatu harus ditanamkan pada seluruh
WNI.
3) Ideologi harus dijadikan panglima, bukan sebaliknya.
4) Aktualisasi ideologi dikembangkan ke arah keterbukaan dan
kedinamisan.
5) Ideologi Pancasila mengakui keanekaragaman dalam hidup
berbangsa dan dijadikan alat untuk menyejahterakan dan
mempersatukan masyarakat.
6) Kalangan elite eksekutif, legislatif, dan yudikatif harus
mewujudkan cita-cita bangsa dengan melaksanakan GBHN dengan
mengedepankan kepentingan bangsa.
7) Menyosialisasikan Pancasila sebagai ideologi humanis, religius,
demokratis, nasionalis, dan berkeadilan. Menumbuhkan sikap
positif terhadap warga negara dengan meningkatkan motivasi
untuk mewujudkan cita-cita bangsa.
b. Politik
Politik diartikan sebagai asas, haluan, atau kebijaksanaan yang
diguna- kan untuk mencapai tujuan dan kekuasaan. Kehidupan politik
dapat dibagi ke dalam dua sektor yaitu sektor masyarakat yang
memberikan input dan sektor pemerintah yang berfungsi sebagai
output. Sistem politik yang diterapkan dalam suatu negara sangat
menentukan kehidupan politik di negara yang bersangkutan. Upaya
bangsa Indonesia untuk meningkatkan ketahanan di bidang politik

11
adalah upaya mencari keseimbangan dan keserasian antara keluaran
dan masukan berdasarkan Pancasila yang merupakan pencerminan dari
demokrasi Pancasila.
c. Ekonomi
Kegiatan ekonomi adalah seluruh kegiatan pemerintah dan
masyarakat dalam mengelola faktor produksi dan distribusi barang dan
jasa untuk kesejahteraan rakyat. Upaya meningkatkan ketahanan
ekonomi adalah upaya meningkatkan kapasitas produksi dan
kelancaran barang dan jasa secara merata ke seluruh wilayah negara.
Upaya untuk menciptakan ketahanan ekonomi adalah melalui sistem
ekonomi yang diarahkan untuk kemakmuran rakyat.
Ekonomi kerakyatan harus menghindari free fight liberalism,
etatisme, dan tidak dibenarkan adanya monopoli. Struktur ekonomi
dimantapkan secara seimbang dan selaras antar sektor. Pembangunan
ekonomi dilaksanakan bersama atas dasar kekeluargaan. Pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya harus dilaksanakan secara selaras dan
seimbang antarwilayah dan antar sektor. Kemampuan bersaing harus
ditumbuhkan dalam meningkatkan kemandirian ekonomi. Ketahanan
di bidang ekonomi dapat ditingkatkan melalui pembangunan nasional
yang berhasil, namun tidak dapat dilupakan faktor-faktor non-teknis
dapat mempengaruhi karena saling terkait dan berhubungan.
d. Sosial Budaya
Sosial budaya dapat diartikan sebagai kondisi dinamik budaya
bangsa yang berisi keuletan untuk mengembangkan kekuatan nasional
dalam menghadapi dan mengatasi ancaman, tantangan, halangan, dan
gangguan (ATHG). Gangguan dapat datang dari dalam maupun dari
luar, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang
membahayakan kelangsungan hidup sosial NKRI berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Esensi ketahanan budaya adalah pengaturan
dan penyelenggaraan kehidupan sosial budaya. Ketahanan budaya
merupakan pengembangan sosial budaya di mana setiap warga

12
masyarakat dapat mengembangkan kemampuan pribadi dengan
segenap potensinya berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
e. Pertahanan dan Keamanan
Pertahanan dan keamanan diartikan sebagai kondisi dinamika
dalam kehidupan pertahanan dan keamanan bangsa Indonesia yang
berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi
ATHG yang membahayakan identitas, integritas, dan kelangsungan
hidup bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Ketahanan di
bidang keamanan adalah ketangguhan suatu bangsa dalam upaya bela
negara, di mana seluruh IPOLEKSOSBUDHANKAM disusun,
dikerahkan secara terpimpin, terintegrasi, terorganisasi untuk
menjamin terselenggaranya Sistem Ketahanan Nasional. Prinsip-
prinsip Sistem Ketahanan Nasional antara lain adalah sebagai berikut.
1) Bangsa Indonesia cinta damai tetapi lebih cinta kemerdekaan.
2) Pertahanan keamanan berlandasan pada landasan ideal Pancasila,
landasan konstitusional UUD 1945, dan landasan visional wawasan
nusantara.
3) Pertahanan keamanan negara merupakan upaya terpadu yang
melibatkan segenap potensi dan kekuatan nasional.
4) Pertahanan dan keamanan diselenggarakan dengan sistem
pertahanan dan keamanan nasional (Sishankamnas) dan sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta (Sishankamrata).
3. Hubungan Antargatra
Antara trigatra dan pancagatra serta antargatra itu sendiri terdapat
hubungan timbal balik yang erat yang dinamakan korelasi dan
interdependensi yang artinya adalah sebagai berikut.
a. Ketahanan nasional pada hakikatnya bergantung kepada kemampuan
bangsa dan negara di dalam mendayagunakan secara optimal gatra
alamiah (trigatra) sebagai modal dasar untuk penciptaan kondisi

13
dinamis yang merupakan kekuatan dalam penyelenggaraan kehidupan
nasional (pancagatra).
b. Ketahanan nasional adalah suatu pengertian holistik, yaitu suatu
tatanan yang utuh, menyeluruh dan terpadu, di mana terdapat saling
hubungan antar gatra di dalam keseluruhan kehidupan nasional
(astagatra).
c. Kelemahan di salah satu gatra dapat mengakibatkan kelemahan di
gatra lain dan mempengaruhi kondisi secara keseluruhan sebaliknya
kekuatan dari salah satu atau beberapa gatra dapat didayagunakan
untuk memperkuat gatra lainnya yang lemah, dan mempengaruhi
kondisi secara keseluruhan.
d. Ketahanan nasional Indonesia bukan merupakan suatu penjumlahan
ketahanan segenap gatranya, melainkan suatu resultan keterkaitan yang
integratif dari kondisi-kondisi dinamik kehidupan bangsa di bidang-
bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan
keamanan.
Selanjutnya hubungan antar gatra, dikemukakan seperti uraian berikut.
1) Gatra geografi, karakter geografi sangat mempengaruhi jenis,
kualitas dan persebaran kekayaan alam dan sebaliknya kekayaan
alam dapat mempengaruhi karakter geografi.
2) Antara gatra geografi dan gatra kependudukan; bentuk-bentuk
kehidupan dan penghidupan serta persebaran penduduk sangat erat
kaitannya dengan karakter geografi dan sebaliknya karakter
geografi mempengaruhi kehidupan dari penduduknya.
3) Antara gatra kependudukan dan gatra kekayaan alam; kehidupan
dan penghidupan pendudukan dipengaruhi oleh jenis, kualitas,
kuantitas dan persebaran kekayaan alam, demikian pula sebaliknya
jenis, kualitas, kuantitas dan persebaran kekayaan alam
dipengaruhi oleh faktor-faktor kependudukan khususnya kekayaan
alam yang dapat diperbaharui. Kekayaan alam mempunyai manfaat

14
nyata jika telah diolah oleh penduduk yang memiliki kemampuan
dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
4) Hubungan antargatra dalam pancagatra; setiap gatra dalam
Pancagatra memberikan kontribusi tertentu pada gatra-gatra lain
dan sebaliknya setiap gatra menerima kontribusi dari gatra-gatra
lain secara terintegrasi.
a) Antaragatra ideologi dengan gatra politik, ekonomi, sosial
budaya, pertahanan dan keamanan, maka arti ideologi adalah
sebagai falsafah bangsa dan landasan ideologi negara. Selain
itu ideologi merupakan nilai penentu bagi kehidupan nasional
yang meliputi seluruh gatra dalam pancagatra dalam
memelihara kelangsungan hidup bangsa dan pencapaian tujuan
nasional.
b) Antara gatra politik dengan gatra ideologi, ekonomi, sosial
budaya, pertahanan dan keamanan; berarti kehidupan politik
yang mantap dan dinamis menjalankan kebenaran ideologi,
memberikan iklim yang kondusif untuk pengembangan
ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan. Kehidupan
politik bangsa dipengaruhi oleh bermacam hal yang satu
dengan yang lainnya saling berkaitan. Ia dipengaruhi oleh
tingkat kecerdasan dan kesadaran politik, tingkat kemakmuran
ekonomi, ketaatan beragama, keakraban sosial dan rasa
keamanannya.
c) Antara gatra ekonomi dengan gatra ideologi, ekonomi, sosial
budaya, pertahanan dan keamanan; berarti kehidupan ekonomi
yang tumbuh mantap dan merata, akan meyakinkan kebenaran
ideologi yang dianut, mendinamisir kehidupan politik dan
perkembangan sosial budaya serta mendukung pengembangan
pertahanan dan keamanan. Keadaan ekonomi yang stabil, maju
dan merata menunjang stabilitas dan peningkatan ketahanan
aspek lain.

15
d) Antara gatra sosial budaya dengan gatra ideologi, ekonomi,
sosial budaya, pertahanan dan keamanan; dalam arti kehidupan
sosial budaya yang serasi, stabil, dinamis, berbudaya dan
berkepribadian, akan meyakinkan kebenaran ideologi,
memberikan iklim yang kondusif untuk kehidupan politik yang
berbudaya, kehidupan ekonomi yang tetap mementingkan
kebersamaan serta kehidupan pertahanan dan keamanan yang
menghormati hak-hak individu. Keadaan sosial yang
terintegrasi secara serasi, stabil, dinamis, berbudaya dan
berkepribadian hanya dapat berkembang di dalam suasana
aman dan damai. Kebesaran dan keseluruhan nilai sosial
budaya bangsa mencerminkan tingkat kesejahteraan dan
keamanan nasional baik fisik material maupun mental spiritual.
Keadaan sosial yang timpang dengan kontradiksi di berbagai
bidang kehidupan memungkinkan timbulnya ketegangan sosial
yang dapat berkembang menjadi gejolak sosial.
e) Antara gatra pertahanan dan keamanan dengan gatra ideologi,
ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan; dalam arti
kondisi kehidupan pertahanan dan keamanan yang stabil dan
dinamis akan meyakinkan kebenaran ideologi, memberikan
iklim yang kondusif untuk pengembangan kehidupan politik,
ekonomi dan sosial budaya. Keadaan pertahanan dan keamanan
yang stabil, dinamis, maju dan berkembang di seluruh aspek
kehidupan akan memperkukuh dan menunjang kehidupan
ideologi, politik, ekonomi, dan sosial budaya.
Astagatra dalam pendekatan kesejahteraan dan keamanan
mempunyai peranan tergantung dari sifat setiap gatra.
a. Gatra alamiah mempunyai peranan sama besar baik untuk
kesejahteraan maupun untuk keamanan.
b. Gatra ideologi, politik dan sosial budaya mempunyai peranan sama
besar untuk kesejahteraan dan keamanan.

16
c. Gatra ekonomi relatif mempunyai peranan lebih besar untuk
kesejahteraan daripada peranan untuk keamanan.
d. Gatra pertahanan dan keamanan relatif mempunyai peranan lebih besar
untuk keamanan daripada peranan untuk kesejahteraan.

D. Peran Serta Warga Negara Mendukung Implementasi Wawasan


Kebangsaan
Wawasan nusantara harus dijadikan arahan, pedoman, acuan, dan
tuntutan bagi setiap warga negara Indonesia dalam membangun dan
memelihara tuntutan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena
itu, implementasi atau penerapan wawasan nusantara harus tercermin pada
pola pikir, pola sikap, dan pola tindak yang senantiasa mendahulukan
kepentingan bangsa daripada kepentingan pribadi atau golongan. Dengan kata
lain, wawasan nusantara menjadi pola yang mendasari cara berpikir, bersikap,
dan bertindak dalam rangka menghadapi, menyikapi, atau menangani berbagai
masalah menyangkut kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Implementasi wawasan nusantara senantiasa berorientasi pada kepentingan
rakyat dan wilayah tanah air secara utuh dan menyeluruh sebagai berikut.
1. Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan politik akan
menciptakan iklim penyelenggaraan negara yang sehat dan dinamis. Hal
tersebut nampak dalam wujud pemerintahan yang kuat, aspiratif, dan
terpercaya yang dibangun sebagai penjelmaan kedaulatan rakyat.
2. Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan ekonomi akan
menciptakan tatanan ekonomi yang benar-benar menjamin pemenuhan dan
peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara merata dan adil.
Di samping itu, implementasi Wawasan Nusantara mencerminkan
tanggung jawab pengelolaan sumber daya alam yang memperhatikan
kebutuhan masyarakat antardaerah secara timbal balik serta kelestarian
sumber daya alam itu sendiri.
3. Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan sosial budaya akan
menciptakan sikap batiniah dan lahiriah yang mengakui, menerima, dan

17
menghormati segala bentuk perbedaan atau kebinekaan sebagai kenyataan
hidup sekaligus karunia sang Pencipta. Implementasi ini juga akan
menciptakan kehidupan masyarakat dan bangsa yang rukun dan bersatu
tanpa membeda-bedakan suku, asal usul daerah, agama atau kepercayaan,
serta golongan berdasarkan status sosialnya.
4. Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan pertahanan dan
keamanan akan menumbuhkembangkan kesadaran cinta tanah air dan
bangsa, yang lebih lanjut akan membentuk sikap bela negara pada setiap
warga negara Indonesia. Kesadaran dan sikap cinta tanah air dan bangsa
serta bela negara ini akan menjadi modal utama yang akan menggerakkan
partisipasi setiap warga negara Indonesia dalam menanggapi setiap bentuk
ancaman, seberapa pun kecilnya dan dari manapun datangnya, atau setiap
gejala yang membahayakan keselamatan bangsa dan kedaulatan negara.
5. Dalam pembinaan seluruh aspek kehidupan nasional sebagaimana
dijelaskan di atas, implementasi wawasan nusantara harus menjadi nilai
yang menjiwai segenap peraturan perundang-undangan yang berlaku pada
setiap strata di seluruh Indonesia. Di samping itu, wawasan nusantara
dapat diimplementasikan ke dalam segenap pranata sosial yang berlaku di
masyarakat dalam nuansa kebinekaan sehingga menciptakan kehidupan
yang toleran, akrab, peduli, hormat, dan taat hukum. Semua itu
menggambarkan sikap, paham, dan semangat kebangsaan atau
nasionalisme yang tinggi sebagai identitas atau jati diri bangsa Indonesia.
6. Untuk itu, agar terketuk hati nurani setiap warga negara Indonesia dan
sadar bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara diperlukan pendekatan
dengan program yang teratur, terjadwal, dan terarah. Hal ini akan
mewujudkan keberhasilan implementasi Negara Kesatuan Republik
Indonesia melalui pengukuhan wawasan nusantara.
Adapun peran serta dalam penerapan asas-asas wawasan nusantara
dalam tata kehidupan nasional memerlukan kesamaan pola pikir, pola sikap,
dan pola tindak dalam seluruh proses penyelenggaraan bermasyarakat,

18
berbangsa dan bernegara dalam mengisi pembangunan. Peranan siswa dalam
mendukung implementasi wawasan nusantara adalah sebagai berikut.
1. Mendukung persatuan bangsa.
2. Berkemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan individu atau golongan.
4. Mendukung upaya untuk mewujudkan suatu keadilan sosial dalam
masyarakat.
5. Mempunyai kemampuan berpikir, bersikap rasional, dan dinamis,
berpandangan luas sebagai intelektual.
6. Mempunyai wawasan kesadaran berbangsa dan bernegara untuk membela
negara yang dilandasi oleh rasa cinta tanah air.
7. Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
8. Memanfaatkan secara aktif ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk
kepentingan kemanusiaan, berbangsa dan bernegara.
9. Mewujudkan kepentingan nasional.
10. Memelihara dan memperbaiki demokrasi.
11. Mengembangkan IPTEK yang dilandasi iman dan takwa.
12. Menciptakan kerukunan umat beragama.
13. Memiliki informasi dan perhatian terhadap kebutuhan-kebutuhan
masyarakat.
14. Menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan.
15. Menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar.
16. Merubah budaya negatif yang dapat menciptakan perselisihan.
17. Mengembangkan kehidupan masyarakat menuju ke arah yang lebih baik.
18. Memelihara nilai-nilai positif (hidup rukun, gotong-royong, dll) dalam
masyarakat.

19
BAB III
ANALISIS KASUS
A. Kasus
Negeri jiran Malaysia melakukan tindakan yang membikin gerah bangsa
Indonesia. Negara tetangga yang masih serumpun itu melakukan klaim bahwa
Tari Perndet yang berasal dari Bali merupakan tarian yang berasal dari
Malaysia. Padahal Tari Pendet sudah menjadi tarian upacara keagamaan di
Bali selama ratusan tahun dan kini telah menjadi tarian selamat datang khas
Bali. Sebelumnya, Malaysia juga telah mengklaim beberapa budaya bangsa
Indonesia sebagai hak atas kekayaan intelektual mereka. Sebut saja Batik
Solo, Reog Ponorogo, Angklung Sunda serta wayang kulit dari Jawa Tengah.
Mengapa hal ini bisa terjadi?
Seorang budayawan Malaysia mengatakan bahwa klaim yang dilakukan
oleh Malaysia merupakan usaha untuk melindungi khasanah budaya Melayu
dari klaim barat. Negara-negara Eropa memang sangat tertarik dengan

20
eksotika budaya Indonesia. Tentu saja pemerintah Indonesia tidak setuju
dengan pernyataan itu. Tari pendet misalnya. Jelas tarian tersebut berasal dari
Bali. Maka pemerintah wajib melindungi Tari Pendet dari klaim negara
manapun. Apa bedanya direbut Malaysia atau negara Eropa?
Lepas dari klaim yang dilakukan Malaysia, sebenarnya ada persoalan
besar yang harus kita selesaikan yaitu perhatian pemerintah terhadap budaya
Indonesia. Jika ada kasus seperti diatas, maka pemerintah Indonesia melalui
Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata baru kelihatan peduli. Pemerintah
berjanji bahwa semua kekayaan budaya Indonesia akan diinventarisasi dan
kemudian didaftarkan sebagai hak cipta milik bangsa Indonesia. Dengan
adanya pendaftaran ini, maka secara yuridis tidak ada satu negara pun dapat
mengklaim budaya tersebut. Dalam kasus dengan Malaysia, Indonesia juga
melakukan pendekatan G to G (government to government) untuk membahas
penyelesaian dari kasus tersebut. Sampai sejauh ini, usaha pemerintah telah
berhasil dan kita patut mengacungkan jempol.
Para pelaku seni seperti seniman Reog Ponorogo ataupun wayang
mengatakan bahwa pemerintah termasuk lambat dalam mengambil tindakan.
Mereka mengatakan bahwa jika tidak ada klaim dari Malaysia, mungkin
pemerintah tidak pernah memperhatikan budaya asli Indonesia. Jika
dicermati, budaya-budaya asli khas Indonesia memang mulai terpinggirkan.
Generasi muda lebih nyaman menjadi generasi MTV, anak mall dan anak
gaul. Seni tradisi dianggap kuno, kolot dan terlalu membosankan. Karena itu,
menjadi tugas pemerintah unutk menghidupkan kembali gerakan cinta budaya
dengan program-program yang lebih nyata, terstruktur, terjadwal dan massif
serta konsisten sehingga budaya negeri ini lebih dicintai baik oleh rakyat
maupun aparat pemerintah itu sendiri.
Indonesia dan Malaysia merupakan dua Negara yang letaknya saling
berdekatan. Seharusnya, hal ini bisa menjadikan Indonesia dan Malaysia
memiliki hubungan yang sangat baik. Tetapi, yang seperti kita ketahui
sekarang ini yang ada justru kebalikannya. Belum lama kita mendengar berita
para tenaga kerja Indonesia yang disiksa disana. Sekarang, lagi-lagi Malaysia

21
menyiksa batin seluruh warga Indonesia. Betapa tidak, warga Indonesia sudah
cukup sering merasa sakit atas ulah Malaysia. Selain cerita mengenai
disiksanya para TKI di Malaysia, sekarang Malaysia kembali membuat
masalah dengan mengklaim Tari Pendet yang berasal dari Bali sebagi budaya
yang mereka miliki.

B. Tanggapan Kasus
Dari contoh kasus diatas dapat kita lihat begitu banyak kebudayaan bangsa
Indonesia yang direbut oleh negara Malaysia. Tidak hanya tari pendet, hasil
karya batik pun juga diakui oleh negara Malaysia. Negara ini mengklaim
bahwa batik adalah kerajinan tangan yang dimiliki oleh negaranya secara
turun temurun. Apakah hal ini pantas untuk dibiarkan? tentu saja tidak! kita
sebagai bangsa indonesia yang memiliki begitu banyak kebudayaan baik dari
segi tarian, kerajinan tangan, jenis-jenis patung, serta lagu-lagu yang
diciptakan oleh para pejuang jangan kita biarkan negara manapun untuk
merebutnya. Kita sebagai bangsa indonesia yang memiliki jiwa nasionalisme
yang tinggi sudah sepantasnya kita mengambil alih kembali budaya kita yang
telah direbut agar dapat kembali menjadi hak cipta negara indonesia.
Selain itu, kita juga sebagai warga negara yang baik khususnya para
generasi muda, sepantasnya belajar tentang budaya dalam negeri jangan
hanya belajar budaya asing dan melupakan identitas budaya dalam negeri
sendiri, ini banyak yang terjadi di penjuru nusantara. Terutama di bidang
musik dan pergaulan. Jangan kaget ketika 10 tahun ke depan apabila tidak
adanya regenerasi, budaya yang kita banggakan dan kita anggap sebagai jati
diri bangsa hilang dan pudar. Sepatutnya kita sedikit berterima kasih pada
malaysia yang sedikit menguji rasa nasionalisme kita sebagai warga negara
Indonesia. Kalau memang kita peduli, maka sepatutnyalah kita khususnya
pemerintah berupaya melestarikan dan melakukan sosialisasi lebih jauh
identitas negara kita ini agar tetap berjaya di mata dunia.

22
23
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Wawasan Nusantara dalam konteks NKRI dapat kita simpulkan antara
lain sebagai berikut:
1. Bangsa adalah orang-orang yang memiliki kesamaan asal keturunan, adat,
bahasa, sejarah serta berpemerintahan sendiri. Adapun berbangsa adalah
manusia yang mempunyai landasan etika, bermoral, dan berakhlak mulia
dalam bersikap mewujudkan makna sosial dan adil.
2. Negara adalah suatu organisasi yang terdiri dari sekelompok atau beberapa
kelompok manusia yang bersama-sama mendiami satu wilayah tertentu
dan mengakui adanya satu pemerintahan yang mengurus tata tertib serta
keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia tersebut.
Adapun, bernegara adalah manusia yang mempunyai kepentingan yang
sama dan menyatakan dirinya sebagai satu bangsa serta berproses di dalam
satu wilayah Indonesia dan mempunyai cita-cita yang berlandaskan niat
untuk bersatu secara emosional dan rasional dalam membangun rasa
nasionalisme secara selektif ke dalam sikap dan perilaku antar sesama
yang berbeda ras, agama, asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarah.
3. Kesadaran adalah sikap menyadari bahwa kita berbeda dengan yang lain.
Artinya, menyadari bahwa bangsa Indonesia berbeda dengan bangsa lain,
khususnya dalam sejarah berdirinya bangsa Indonesia.
4. Berdasarkan sejarah kemerdekaan dan pembangunan bangsa Indonesia,
kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan modal awal dalam
membangun dan memperjuangkannya. Hal ini membutuhkan konsistensi
yang berlanjut guna menjaga kesatuan nasional, bangsa, dan negara.

24
B. Saran
Semoga kita bisa menjadi warga negara Indonesia yang baik dan
memiliki wawasan kebangsaan. Selain itu, juga diharapkan mempunyai
karakter untuk bersikap menjadi generasi muda yang unggul.

25
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Lemhanas. 1997. Wawasan Nusantara. Jakarta: PT Balai Pustaka.

Nuryadi, Heri M.S. Faridy. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan: Wawasan Kebangsaan.


Jakarta: BSNP-BSE.

Sumarsono [et.al].Pendidikan Kewarganegaraan.2005.Gramedia Pustaka Utama: Jakarta


http://amir-blogs.blogspot.com/2012/04/contoh-kasus-wawasan-indonesia.html

26

Anda mungkin juga menyukai