KTI FIX SELI OKTAV - Seli Oktaviani

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 84

UJI AKTIVITAS DIURETIK DARI KOMBINASI EKSTRAK

DAUN SAWI HIJAU (Brassica juncea L.) DAN DAUN SAWI

PUTIH (Brassica chinensis L.) TERHADAP MENCIT

PUTIH JANTAN (Mus musculus L.)

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

SELI OKTAVIANI

16080170

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL

2019
UJI AKTIVITAS DIURETIK DARI KOMBINASI EKSTRAK
DAUN SAWI HIJAU (Brassica juncea L.) DAN DAUN SAWI
PUTIH (Brassica chinensis L.) TERHADAP MENCIT
PUTIH JANTAN (Mus musculus L.)

KARYA TULIS ILMIAH


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Ahli
Madya Farmasi

Oleh :

SELI OKTAVIANI

16080170

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL
2019

i
ii
NIDN. 09.011.063

iii
iv
v
HALAMAN MOTTO

“jangan pernah merobohkan pagar tanpa anda mengetahui mengapa


didirikan, jangan pernah mengabaikan tuntunan kebaikan tanpa
mengetahui keburukan yang kemudian anda dapatkan ”
(Buya Hamka)

vi
HALAMAN PERSEMBAHAN

Tugas akhir ini kupersembahkan untuk


Tuhan Yang Maha Esa segala syukur ku ucapkan kepada Mu karena telah
menghadirkan mereka yang selalu memberi semangat dan doa. Hanya padaMu
tempat mengadu dan mengucapkan syukur.

Kepada orang tua tercinta tugas akhir ini kupersembahkan. Tiada kata yang bisa
menggantikan segala sayang, usaha, dan semangat yang telah dicurahkan untuk
putrimu ini. Tiada kata seindah lantunan doa dan tiada doa yang paling khusuk
selain doa yang terucap dari orang tua.

Bapak dan ibu dosen pembimbing, penguji, dan pengajar di Politeknik Harapan
Bersama yang selama ini telah tulus dan ikhlas meluangkan waktu untuk
membimbing dan memberikan ilmu, terimakasih banyak Bapak dan Ibu dosen
jasamu akan selalu di hati.

Teruntuk keluarga besarku tercinta, terimakasih atas motivasi dan dukungan


selama ini sehingga dapat terus berjalan hingga menyelesaikan tugas akhir ini.

Kepada semprul tercintaku, terima kasih sudah menoreh warna-warni indah


selama 3 tahun di kehidupanku, terutama dalam perjalananku menimba ilmu di
kampus. Kalian yang tidak pernah lelah dan tidak pernah sungkan menemaniku
dalam keadaan apapun, suka dan dukaku, tenang dan marahku,baik dan burukku.

Sahabat dan Teman tersayang, tanpa semangat dukungan dan bantuan kalian
semua tak akan mungkin aku sampai disini, terimakasih untuk canda tawa, tangis
dan perjuangan yang bisa lewati bersama. Terimakasih untuk kenangan manis
yang telah mengukir selama ini.

vii
PRAKATA

Segala puji dan syukur senantiasa penulis harapkan kehadirat Allah SWT
atas limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkan atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan
sahabat-sahabatnya. Atas perjuangan dan bimbingan beliaulah hari ini kita bisa
menghirup udara di alam yang penuh dengan Nur ilmu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas akhir ini tidak mungkin
terselesaikan tanpa petunjuk, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak,
untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis haturkan ucapkan terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Ir.Mc. Chambali, B.Eng, EE, M.Kom, selaku Direktur Politeknik
Harapan Bersama.
2. Bapak Heru Nurcahyo, S.Farm., M.Sc.,Apt.,, selaku Ketua Progam Studi
Prodi DIII Farmasi Politeknik Harapan Bersama dan selaku Dosen
Pembimbing I yang telah memerikan bantuan dan bimbingan hingga
terselesaikannya penyusunan Tugas Akhir ini.
3. Meliyana Perwitasari, M.Farm.,Apt, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan hingga terselesaikannya penyusunan
Tugas Akhir ini.
4. Orang tua yang senantiasa memberi semangat dan mendukung baik secara
material maupun non material sehingga penulis mampu menyelesaikan
penyusunan Tugas Akhir ini.
5. Teman-teman baik di kampus maupun di rumah, yang telah memberikan
dorongan dan semangat serta semua pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung yang turut membantu selesainya Tugas Akhir ini.

viii
INTISARI

Oktaviani, Seli., Nurcahyo, Heru., Sari, Meliyana Perwita. 2019. Uji


Aktivitas Diuretik Dari Kombinasi Ekstrak Daun Sawi Hijau (Brassica
junceaL.) dan Daun Sawi Putih (Brassica chinensis L.) Terhadap Mencit
Putih Jantan (Mus musculus L.)

Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin.


Salah satu tanaman yang secara empiris digunakan obat tradisional sebagai
diuretik adalah tanaman sawi hijau dan sawi putih. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui aktivitas diuretik dari kombinasi ekstrak daun sawi hijau dan daun
sawi putih dengan perbandingan konsentrasi (1:2), (2:1), (1:1) terhadap mencit
putih jantan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode refluks dengan
pelarut etanol 96%. Uji aktivitas diuretik dilakukan dengan mengukur volume urin
mencit setiap 3 jam sekali selama 6 jam setelah pemberian obat. Analisis data
menggunakan uji ANOVA satu arah.
Hasil penelitian ini menunjukan nilai kumulatif urin rata-rata dari setiap
perlakuan yaitu CMC 0,5% sebesar 0,22%, furosemid 0,1% sebesar 71,39%,
kombinasi ekstrak daun sawi hijau dan daun sawi putih 1:2 sebesar 14,60%,
kombinasi ekstrak daun sawi hijau dan daun sawi putih 2:1 sebesar 19,66%,
kombinasi ekstrak daun sawi hijau dan daun sawi putih 1:1 sebesar 9,67%.
Kata Kunci : Diuretik, Daun Sawi Hijau dan Daun Sawi Putih, Refluks,
Mencit Putih Jantan

ix
Abstract

Oktaviani, Seli., Nurcahyo, Heru., Sari, Meliyana Perwita. 2019. Diuretic


Activity Test from Combination of Caisim (Brassica juncea L.) and Chinese
Cabbage (Brassica chinensis L.) toward Male White Mice (Mus musculus L.)

Diuretics are drugs that can increase the speed of urine formation. One of
the plants empirically traditional medicine used as diuretics is caisim and Chinese
cabbage. This study aims to determine diuretic activity of a combination of caisim
and Chinese cabbage with concentration comparison (1: 2), (2: 1), (1: 1) for male
white mice.
The method used in this study was the reflux method with 95% ethanol
solvent. The diuretic activity test was carried out by measuring the urine volume
of the mice every 3 hours for 6 hours after administration of the drug. Data
analysis using a one-way ANOVA test.
The results of this study showed the average cumulative value of each
treatment, namely CMC 0.5% by 0.22%, furosemide 0.1% at 71.39%, a
combination of caisim and Chinese cabbage s 1: 2 by 14 , 60%, the combination
of caisim extract and 2: 1 chinese cabbage amounted to 19.66%, a combination of
caisim extract and 1: 1 chinese cabbage of 9.67%.

Keywords: Diuretics, Caisim and Chinese Cabbage, Reflux, Male White Mice

x
xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................... v
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vii
PRAKATA ....................................................................................................... viii
INTISARI ........................................................................................................ ix
ABSTRACT ....................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 4
1.3 Batasan Masalah................................................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian... .............................................................................. 5
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
1.6 Keaslian Penelitian ............................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 7
2.1 Tinjauan Pustaka ................................................................................. 7
2.1.1 Daun Sawi Hijau .................................................................. 7
2.1.2 Daun Sawi Putih .................................................................. 9
2.1.3 Ekstraksi .............................................................................. 12
2.1.4 Refluks ................................................................................. 13

xi
xii

2.1.5 Diuretik ................................................................................ 14


2.1.6 Furosemid ............................................................................ 17
2.1.7 Flavonoid ............................................................................. 19
2.1.8 Hewan Uji ............................................................................ 19
2.2 Hipotesis............................................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 23
3.1 Objek Penelitian ................................................................................... 23
3.2 Sampel dan Teknik Sampling .............................................................. 23
3.3 Variabel Penelitian ............................................................................... 23
3.3.1 Variabel Bebas ..................................................................... 23
3.3.2 Variabel Tergantung ............................................................ 24
3.3.3 Variabel Kontrol .................................................................. 24
3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 24
3.4.1 Cara Pengumpulan Data ...................................................... 24
3.4.2 Alat dan Bahan .................................................................... 24
3.5 Cara Kerja ............................................................................................ 25
3.5.1 Pengambilan Sampel ........................................................... 25
3.5.2 Uji Kebenaran Sampel ......................................................... 25
3.5.3 Pembuatan Ekstrak .............................................................. 26
3.5.4 Identifikasi Flavonoid .......................................................... 27
3.5.5 Uji Bebas Etanol .................................................................. 28
3.5.6 Pembuatan Suspensi Furosemid .......................................... 29
3.5.7 Pembuatan Larutan CMC 0,5% .......................................... 30
3.5.8 Rute Pemberian Obat ........................................................... 30
3.6 Cara Analisis ........................................................................................ 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 34
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 45
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 45
5.2 Saran .................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 46
xiii

DAFTAR TABEL

TABEL 1.1 Keaslian Penelitian ........................................................... 6


TABEL 4.1 Uji Makrokospis .............................................................. 35
TABEL 4.2 Uji Mikroskopis Daun Sawi Hijau ................................... 36
TABEL 4.2 Uji Mikroskopis Daun Sawi Putih ................................... 37
TABEL 4.4 Uji Bebas Etanol .............................................................. 38
TABEL 4.5 Identifikasi Flavonoid ..................................................... 39
TABEL 4.6 Hasil Volume Urin Kontrol Positif dan Negatif .............. 40
TABEL 4.7 Hasil Volume Urin Kontrol Uji ....................................... 42
TABEL 4.8 Hasil Analisis Deskriptif ................................................. 45
TABEL 4.9 Hasil Analisis One Way Anova ....................................... 46

xiii
xiv

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2.1 Daun Sawi Hijau.......................................................... 7


GAMBAR 2.2 Daun Sawi Putih .......................................................... 9
GAMBAR 2.3 Furosemid .................................................................... 17
GAMBAR 2.4 Mencit Putih Jantan .................................................... 20
GAMBAR 3.1 Skema Uji Makroskopik .............................................. 26
GAMBAR 3.2 Skema Uji Mikroskopik .............................................. 26
GAMBAR 3.3 Skema Pembuatan Ekstrak................................. ......... 27
GAMBAR 3.4 Skema Identifikasi Flavonoid............................... ....... 28
GAMBAR 3.5 Skema Uji Bebas Etanol..................................... ......... 29
GAMBAR 3.6 Skema Pembuatan Suspensi Furosemid............. ......... 30
GAMBAR 3.7 Skema Pembuatan Larutan CMC....................... ......... 31
GAMBAR 3.8 Skema Rute Pemberian Obat............................. .......... 32

xiv
xv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Perhitungan Pembuatan Ekstrak dan Randemen ..................... 52


LAMPIRAN 2 Perhitungan Pembuatan Kontrol Positif dan Negatif ............. 54
LAMPIRAN 3 Konversi Perhitungan Antar Hewan ...................................... 55
LAMPIRAN 4 Berat Badan Mencit ................................................................ 56
LAMPIRAN 5 Perhitungan Pemberian Air Hangat ........................................ 57
LAMPIRAN 6 Pemberian Kontrol Positif, Negatif dan Kontrol Uji............... 58
LAMPIRAN 7 Data Penelitian ....................................................................... 60
LAMPIRAN 8 Perhitungan Volume Kumulatif Urin ...................................... 61
LAMPIRAN 9 Gambar Penelitian .................................................................. 63

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan obat tradisional di Indonesia pada hakekatnya merupakan

bagian kebudayaan bangsa Indonesia. Keuntungan nyata dari penggunaan

obat tradisional adalah efek samping yang relatif kecil dibandingkan obat

modern, itulah mengapa sebagian besar masyarakat lebih memilih obat

tradisional sebagai terapi pencegahan maupun pengobatan. Obat tradisional

juga dapat digunakan sebagai senyawa penuntun untuk penemuan obat obat

baru. Meskipun secara empiris (berdasarkan pengalaman) obat tradisional

mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit, tetapi khasiat dan

keamanannya belum terbukti secara klinis, selain itu belum diketahui

senyawa apa yang bertanggung jawab terhadap khasiat obat tradisional

tersebut (Dalimarta, 2003).

Pemanfaatan tumbuhan sebagai tanaman obat sudah dilakukan dari

dulu, sejak peradaban manusia itu ada. Tumbuhan merupakan gudang bahan

kimia yang memiliki sejuta manfaat, termasuk berbagai obat untuk berbagai

penyakit. Kemampuan meracik tumbuhan berkhasiat obat dan jamu,

merupakan warisan turun temurun dan sudah mengakar kuat di masyarakat.

Tumbuhan yang merupakan bahan baku obat tradisional tersebut tersebar

hampir di seluruh wilayah Indonesia (Dwi, 2012).

1
2

Salah satu tanaman yang secara empiris digunakan sebagai obat

tradisional adalah tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.) dan sawi putih

(Brassica chinensis L.), yang biasa digunakan sebagai pengobatan adalah

pada bagian daunnya. Tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.)

mengandung senyawa flavonoid, steroid, vitamin K, vitamin A, vitamin C,

vitamin E, kalsium, kalium, protein, dan karbohidrat (Edi dan Yusri, 2010).

Tanaman sawi putih (Brassica chinensis L.) mengandung senyawa

flavonoid, saponin, polifenol, vitamin K, vitamin A, vitamin C, vitamin B1

dan vitamin B2, kalsium, kalium, magnesium, fosfor, protein, dan

karbohidrat (Latief, 2013).

Tanaman ini secara empiris digunakan oleh masyarakat untuk

mencegah maupun mengobati berbagai penyakit diantaranya yaitu untuk

mengurangi stress, menurunkan kadar kolesterol dalam darah, menurunkan

tekanan darah tinggi dengan cara diuresis (Suci, 2012).

Kandungan senyawa dari daun sawi hijau (Brassica juncea L.) dan

daun sawi putih (Brassica chinensis L.) yang digunakan sebagai diuretik

yaitu Flavonoid. Tumbuhan yang mengandung flavonoid banyak dipakai

dalam pengobatan tradisional. Hal tersebut disebabkan karena flavonoid

mempunyai berbagai macam aktivitas seperti antifungi, diuretik,

antihistamin, antihipertensi, insektisida, bakterisida, antivirus, dan

menghambat kerja enzim (Geeisman, 1962).


3

Diuretik merupakan obat yang dapat menambah kecepatan

pembentukan urin. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama

menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang

kedua menunjukkan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dan

air. Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan edema, yang

berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume

cairan ekstrasel kembali menjadi normal (Tanu, 2009).

Diuretik sering diberikan sebagai terapi penyakit hipertensi.

Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah yang abnormal.

Pada umumnya, tekanan darah dianggap optimal adalah kurang dari 120

mmHg untuk tekanan sistolik dan 80 mmHg untuk tekanan diastolik,

sementara tekanan yang dianggap hipertensi adalah lebih dari 140 mmHg

untuk sistolik dan lebih dari 90 mmHg untuk diastolik (Corwin, 2009).

Sawi hijau (Brassica juncea L.) dan daun sawi putih (Brassica

chinensis L.) merupakan sayuran yang sangat familiar di masyarakat. Selain

itu, sawi hijau (Brassica juncea L.) dan daun sawi putih (Brassica chinensis

L.) sama-sama mengandung salah satu senyawa yang dapat digunakan

sebagai diuretik sehingga ketika dikombinasikan akan dapat menambah

daya diuretiknya. Dengan ini penulis melakukan penelitian mengenai “UJI

AKTIVITAS DIURETIK DARI KOMBINASI EKSTRAK DAUN SAWI

HIJAU (Brassica juncea L.) DAN DAUN SAWI PUTIH (Brassica

chinensis L.) TERHADAP MENCIT PUTIH JANTAN (Mus musculus L.)”


4

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah kombinasi ekstrak daun sawi hijau (Brassica juncea L.) dan

ekstrak daun sawi putih (Brassica chinensis L.) memiliki aktivitas

diuretik pada mencit putih jantan (Mus musculus L.)?

2. Berapakah konsentrasi kombinasi ekstrak daun sawi hijau (Brassica

juncea L.) dan ekstrak daun sawi putih (Brassica chinensis L.) yang

memiliki aktivitas diuretik paling besar pada mencit putih jantan (Mus

musculus L.)?

1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini memiliki batasan masalah sebagai berikut :

1. Ekstrak daun sawi hijau (Brassica juncea L.) dan ekstrak daun sawi putih

(Brassica chinensis L.) yang digunakan didapat dari Pasar Kemantran,

Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal, kemudian dibuat ekstrak.

2. Ekstraksi daun sawi hijau (Brassica juncea L.) dan daun sawi putih

(Brassica chinensis L.) menggunakan metode refluks dengan pelarut

etanol 96%.

3. Hewan uji yang digunakan adalah mencit putih jantan (Mus musculus L.)

dengan berat badan mencit 20-30 gram.


5

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui aktivitas diuretik dari kombinasi ekstrak daun sawi

hijau (Brassica juncea L.) dengan daun sawi putih (Brassica chinensis L.)

terhadap mencit putih jantan (Mus musculus L.).

2. Untuk mengetahui konsentrasi kombinasi ekstrak daun sawi hijau

(Brassica juncea L.) dengan daun sawi putih (Brassica chinensis L.) yang

menunjukan aktivitas diuretik paling besar terhadap mencit putih jantan

(Mus musculus L.).

1.5 Manfaat Penelitian

1. Berguna bagi penulis untuk mengumpulkan data sebagai bahan penyusun

laporan Tugas Akhir dengan melengkapi persyaratan untuk mencapai

gelar Ahli Madya di bidang Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal.

2. Dapat mengetahui aktivitas diuretik pada kombinasi ekstrak daun sawi

hijau (Brassica juncea L.) dengan daun sawi putih (Brassica chinensis

L.) terhadap mencit putih jantan (Mus musculus L.).

3. Memberi pengetahuan tentang konsentrasi kombinasi ekstrak daun sawi

hijau (Brassica juncea L.) dengan daun sawi putih (Brassica chinensis

L.) yang memiliki aktivitas diuretik paling besar terhadap mencit putih

jantan (Mus musculus L.).

4. Sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut tentang khasiat daun sawi

hijau (Brassica juncea L.) dengan daun sawi putih (Brassica chinensis

L.) terhadap mencit putih jantan (Mus musculus L.).


6

1.6 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

No Variabel Triwijayanti, 2010 Nurihardiyanti dkk, 2015 Oktaviani, 2019

1. Judul Uji Efek Diuretik Aktivitas Diuretik Uji aktivitas diuretik dari
Ekstrak Daun Sawi Kombinasi Ekstrak Biji kombinasi ekstrak daun
Putih (Brassica Pepaya (Carica papaya sawi hijau (Brassica
Chinensis L.) Pada L) Dan Biji Salak juncea L.) dan daun sawi
Tikus Putih Jantan (Salacca zalacca varietas putih Brassica chinensis
Galur Wistar zalacca) Pada Tikus L.) pada mencit putih
Jantan Galur Wistar jantan (Mus musculus
(Rattus norvegicus L) L.)
2. Sampel Ekstrak daun sawi Kombinasi ekstrak biji Kombinasi ekstrak daun
(subjek) putih pepaya dan biji salak sawi hijau dan daun sawi
Penelitian putih
3. Variabel a.Variabel bebas: a.Variabel bebas: a.Variabel bebas:
Penelitian konsentrasi ekstrak konsentrasi kombinasi konsentrasi kombinasi
daun sawi putih ekstrak biji pepaya dan ekstrak daun sawi hijau
b. Variabel tergantung: biji salak dan daun sawi putih
volume urin tikus b. Variabel tergantung: b. Variabel tergantung:
c.Variabel kontrol: jenis volume urin tikus volume urin mencit
kelamin dan berat c.Variabel kontrol: jenis c.Variabel kontrol: jenis
badan tikus kelamin tikus dan berat kelamin dan berat badan
badan tikus mencit
4. Metode Uji makroskopik, Pembuatan ekstrak biji Uji makroskopis,
Penelitian pembuatan ekstrak pepaya dan biji salak pembuatan ekstrak daun
secara maserasi, uji secara maserasi, skrining sawi hijau dan daun sawi
bebas etanol, fitokimia, perlakuan putih, uji bebas etanol,
identifikasi flavonoid, tikus identifikasi flavonoid,
perlakuan tikus perlakuan mencit
5. Teknik Random sampling Random sampling Random sampling
sampling

6. Analisis One Way Anova One Way Anova One Way Anova
Data
7. Hasil Hasil penelitian Hasil penelitian Hasil penelitian
Penelitian menunjukkan menunjukkan bahwa menunjukan nilai
perbedaan bermakna kombinasi dosis ekstrak kumulatif urin rata-rata
antara kelompok yang efektif adalah dosis kombinasi ekstrak daun
kontrol positif K5 (ekstrak biji salak sawi hijau dan daun sawi
dengan kelompok uji. 140 mg/kgBB dan biji putih 1:2 sebesar
Hasil perhitungan pepaya dosis 30 14,60%, kombinasi
koefisien korelasi mg/kgBB) dengan indeks ekstrak daun sawi hijau
menyimpulkan tidak aktivitas diuretik sebesar dan daun sawi putih 2:1
adanya hubungan 1,48; pH urin 7,52; sebesar 19,66%,
antara peningkatan indeks saluretik natrium kombinasi ekstrak daun
dosis dengan sebesar 1,62 dan indeks sawi hijau dan daun sawi
peningkatan efek saluretik kalium 1,56. putih 1:1 sebesar 9,67%
diuretik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Daun Sawi Hijau (Brassica juncea L.)

Gambar 2.1.Daun Sawi Hijau (Brassica juncea L.)


(Tika, 2012)

1. Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo : Capparales

Famili : Brassicaceae (suku sawi-sawian)

Genus : Brassica

Spesies : Brassica juncea L.

(Tika, 2012)

7
8

2. Nama daerah

Di Indonesia sawi hijau sering disebut dengan caisim atau

sawi bakso. Perdagangan internasional menyebut sawi hijau

dengan sebutan green mustard, chinese mustad, indian mustard

ataupun sarepta mustard. Orang Jawa, Madura menyebutnya

dengan sawi, sedang orang Sunda menyebut sasawi (Damayanti

2012).

3. Morfologi

Sawi hijau termasuk herba semusim yang mudah tumbuh.

Perkecambahannya epigeal. Setelah daun ketiga dan seterusnya

akan membentuk setengah roset dengan batang yang cukup tebal,

namun tidak berkayu. Daun elips, dengan bagian ujung biasanya

tumpul. Warnanya hijau segar, biasanya tidak berbulu (Tika,2012).

Menjelang berbunga sifat rosetnya agak menghilang,

menampakkan batangnya. Bunganya kecil, tersusun majemuk

berkarang. Mahkota bunganya berwarna kuning, berjumlah 4 (khas

Brassicaceae). Benang sarinya 6, mengelilingi satu putik. Buahnya

menyerupai polong tetapi memiliki dua daun buah dan disebut

siliqua (Tika,2012).

4. Kegunaan

Daun sawi hijau mempunyai beberapa kegunaan diantaranya

yaitu sebagai peluruh air seni, obat batuk, obat nyeri tenggorongan
9

atau radang tenggorokan, meredakan sakit kepala, pembersih

darah, pencegah kanker (Damayanti 2012).

5. Kandungan

Daun sawi hijau (Brassica juncea L.) mengandung senyawa

flavonoid, steroid, vitamin K, vitamin A, vitamin C dan vitamin E,

kalsium, kalium, protein, dan karbohidrat (Edi dan Yusri, 2010).

2.1.2 Daun Sawi Putih (Brassica chinensis L.)

Gambar 2.2. Sawi Putih (Brassica chinensis L.)


(Sunarjono, 2013)

1. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo : Capparales
10

Famili : Brassicaceae

Genus : Brassica

Spesies : Brassica chinensis L.)

(Haryanto et al., 2007)

2. Nama Daerah

Penyebutan nama sawi putih di Indonesia ada beberapa

macam diantaranya yaitu sawi pagoda, petsai (sering di buat sup

atau diolah menjadi asinan) ada juga yang menyebut sawi putih

dengan sesawi putih (Triwijayanti 2010).

3. Morfologi

Tanaman tumbuh pendek dengan tinggi sekitar 26 cm-33

cm atau lebih, tergantung dari varietasnya. Tanaman sawi putih

membentuk krop, yaitu kumpulan daun-daun yang membentuk

kepala.Tanaman sawi putih berakar serabut yang tumbuh dan

berkembang secara menyebar ke semua arah di sekitar permukaan

tanah, sehingga perakarannya sangat dangkal pada kedalaman

sekitar 5 cm (Cahyono 2003).

Tanaman sawi putih tidak memiliki akar tunggang.

Perakaran tanaman sawi putih (Brassica chinensis L.) dapat

tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur,

subur, mudah meyerap air, dan kedalaman tanah (solum tanah)

cukup dalam.Tanaman sawi putih memiliki batang sejati pendek


11

dan bersayap terletak pada bagian dasar yang berada di dalam

tanah (Cahyono 2003).

Batang sejati bersifat tidak keras dan berwarna keputih-

putihan. Batang sejati memiliki ukuran panjang 1,5 cm, dan

diameternya 3,5 cm. Pada umumnya batang sawi putih bercabang.

Daun tanaman sawi putih berbentuk bulat panjang (lonjong) dan

agak lebar, kasar, berkerut-kerut, berbulu halus sampai kasar (

namun ada yang berdaun halus dan tidak berbulu), berwarna hijau

muda sampai hijau tua (Cahyono 2003).

Daun memiliki tangkai daun yang panjang, berwarna putih,

agak lebar dan pipih, bersifat lemas dan halus. Pelepah-pelepah

tersusun saling membungkus dengan pelepah-pelepah daun yang

lebih muda sehingga membentuk kepala (krop), akan tetapi pada

daun-daun tua (paling bawah) membuka. Di samping itu, daun

juga memiliki tulang-tulang daun yang menyirip dan bercabang-

cabang. Daun tanaman sawi putih merupakan bagian tanaman

yang dikonsumsi dalam berbagai bentuk makanan, terutam bagian

kumpulan daun yang membentuk kepala (Cahyono 2003).

4. Kegunaan

Sawi putih memiliki beberapa kegunaan diantaranya adalah

membantu melancarkan percernaan, mencegah penyakit maag,

menyembuhkan demam, meredakan batuk berdahak, radang kulit,


12

radang mata, keracunan minyak tanah melalui pernafasan,

menurunkan kadar kolesterol, pelancar air seni (Latief 2013).

5. Kandungan

Daun sawi putih mengandung senyawa flavonoid, saponin,

dan polifenol (DepKes RI, 1993). Sawi putih memiliki kandungan

gizi yang cukup banyak diantaranya adalah vitamin A, vitamin B1,

vitamin B2 kalsium, magnesium, kalium, fosfor, protein, vitamin

C, vitamin K, karbohidrat dan zat besi (Latief 2013).

2.1.3 Ekstraksi

Ekstraksi yaitu penarikan zat aktif tertentu yang diinginkan

dari bahan mentah obat dengan menggunakan pelarut yang sesuai

dimana zat yang aktif diinginkan larut dalam pelarut yang digunakan.

Bahan mentah obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan

tidak perlu diproses lebih lanjut kecuali dikumpulkan dan dikeringkan.

Karena tiap bahan mentah obat berisi sejumlah unsur yang dapat larut

dalam pelarut tertentu, hasil dari ekstraksi disebut ekstrak

(Ansel,1989).

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan

menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok.

Sebagai cairan penyari digunakan air, eter atau campuran etanol dan

air (Depkes RI, 1979 ).


13

Sistem pelarut yang digunakan dalam ekstraksi harus dipilih

berdasarkan kemampuannya dalam melarutkan jumlah yang

maksimum dari zat aktif dan seminimum mungkin bagi unsur yang

tidak diinginkan (Ansel, 1989).

2.1.4 Refluks

Metode refluks adalah metode ekstraksi dengan cara

mendidihkan campuran antara sampel dan pelarut yang sesuai pada

suhu dan waktu tertentu. Serta uap yang terbentuk diembunkan dalam

kondensor agar kembali ke labu alas bulat. Pada umumnya metode

refluks digunakan untuk ekstraksi bahan-bahan yang sulit dipisahkan.

Pada kondisi ini jika dilakukan pemanasan biasa maka pelarut akan

menguap sebelum reaksi berjalan sampai selesai (Sirait, 2007).

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses ekstraksi

diantaranya jumlah pelarut dan waktu ekstraksi. Jumlah pelarut

menjadi faktor kritis dalam ekstraksi karena pada prinsipnya volume

pelarut harus mencukupi untuk melarutkan senyawa yang akan

diekstraksi (Laksmiani dkk. 2011).

Prinsip refluks adalah penarikan komponen kimia yang

dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat

bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan

penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul

cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan
14

menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian

seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian

sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4

jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan (Harbone,

1987).

2.1.5 Diuretik

1. Definisi Diuretik

Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan

pembentukan urin. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian,

pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang

diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran

(kehilangan) zat-zat terlarut dan air. Fungsi utama diuretik adalah

untuk memobilisasi cairan edema, yang berarti mengubah

keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan

ekstrasel kembali menjadi normal (Tanu 2007).

Dari 125 mL plasma yang difiltrasi per menit, biasanya 124

mL per menit direabsorbsi sehingga rerata jumlah akhir urin yang

dibentuk adalah 1 mL per menit. Dengan demikian, dari 180 liter

yang difiltrasi per hari, 1,5 liter menjadi urin untuk di ekskresikan

(Sherwood 2016).

Tubuh kita memperoleh air melalui tiga cara, yang pertama

adalah dikonsumsi sewaktu minum, yang kedua diperoleh melalui


15

makanan yang mengandung air, dan yang ketiga didapat melalui

oksidasi makanan dalam tubuh. Setelah masuk kedalam tubuh, air

akan dibuang. Mekanisme pembuangan air ada empat cara, yaitu

sebagai berikut :

a. Pembuangan sebagai urin sebanyak 1,5 liter per hari

b. Pembuangan dalam udara ekspirasi dari paru-paru sekitar 400

ml per hari

c. Pembuangan dalam feses sekitar 100 ml per hari

d. Pembuangan melalui kulit dalam bentuk keringat atau

penguapan tak terlihat, jumlahnya bervariasi tergantung suhu,

kelembapan, sirkulasi udara, pakaian yang dipakai, serta

banyaknya aktivitas yang dilakukan (Permadi 2006).

2. Obat Golongan Diuretik

Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :

a. Diuretik osmotik

Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan

cara menghambat reabsorpsi natrium dan air oleh karena

hipertonisitas daerah medula menurun. Contoh obat diuretik

osmotik adalah manitol, urea, gliserin dan isosorbid.

b. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase

Diuretik ini merintangi enzim karbonanhidrase di tubuli

proksimal sehingga di samping karbonat , juga Na dan K di

ekskresikan lebih banyak bersama dengan air. Khasiat


16

diuretiknya hanya lemah, setelah beberapa hari terjadi

tachyfylaxie, maka perlu digunakan secara selang seling

(intermittens). Diuretic bekerja pada tubuli Proksimal dengan

cara menghambat reabsorpsi bikarbonat. Berikut ini yang

termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid,

diklorofenamid.

c. diuretik golongan tiazid

Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli

distal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium klorida.

Efeknya lebih lemah dan lambat tetapi tertahan lebih lama (6-

48 jam) dan terutama digunakan dalam terapi pemeliharaan

hipertensi dan kelemahan jantung (dekompensatio cardis).

Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah

klorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, benztiazid,

siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, hidroklortiazid.

d. diuretik hemat kalium

Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli

distal dan duktus koligentes daerah korteks dengan cara

menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dengan

jalan antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara

langsung (triamteren dan amilorida). Contoh yang termasuk

golongan obat ini adalah Spironolakton, Amilorida dan

triamteren.
17

e. Diuretik kuat

Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian

asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan cara

menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan klorida.

Obat-obat ini berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6

jam). Obat yang termasuk diuretik kuat adalah asam etakrinat,

furosemid dan bumetamid (Tjay dan Rahardja 2002).

2.1.6 Furosemid

Gambar 2.3. struktur furosemid


(Indriani, 2015)

Nama Kimia : Asam-4-kloro-N-furfunil-5-sulfamoilantranilat

Nama Lazim : Furosemidum, Furosemida

Berat Molekul :330,7

Titik lebur : 2060C

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalamkloroform,

larut dalam 75bagian etanol (95%); dan dalam


18

850bagian eter; larut dalam larutan alkali

hidroksida.

Pemerian : Serbuk hablur; putih, hampir putih; tidak

berbau;hampir tidak berasa

Dosis : 40mg (Dirjen POM 1995).

Turunan sulfonamida ini berdaya diuretik kuat dan bekerja

dengan menghambat reabsorbsi ion Na+ dan Cl- pada tubulus

proksimal dan tubulus distal, serta henle loop. Onset furosemid per

oral 30-6 menit, intramuskular 30 menit, dan intravena 5 menit.

Durasi Furosemid bila di berikan secara intravena berkisar 2 jam dan

per oral 6-8 jam. Furosemid efektif pada keadaan edema di otak dan

paru-paru dan digunakan pada semua keadaan dimana dikehendaki

peningkatan pengeluaran air, khususnya pada hipertensi dan gagal

jantung (Tjay dan Rahardja 2007).

Furosemid mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak

lebih dari 101,0% C12H11C1N2O2S, dihitung terhadap zat yang telah

dikeringkan. Pemerian serbuk furosemid berupa serbuk hablur, putih

sampai hampir kuning, tidak berbau. Kelarutan furosemid diantaranya

praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam aseton, dalam

dimetilformamida dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam

metanol, agak sukar larut dalam etanol, sukar larut dalam eter, sangat

sukar larut dalam kloroform (DepKes RI, 1995).


19

2.1.7 Flavonoid

Senyawa flavonoid adalah senyawa polifenol yang mempunyai

15 atom karbon yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6, yaitu dua

cincin aromatik yang dihubungkan dalam 3 karbon yang dapat atau

tidak dapat membentuk atom cincin ketiga. Flavonoid terdapat dalam

tumbuhan berwarna hijau sehingga dapat ditemukan pada setiap

ekstrak tumbuhan (Markham, 1988). Golongan flavonoid dapat

digambarkan sebagai deretan senyawa C6-C3-C6, artinya kerangka

karbonnya terdiri dari 2 gugus C6 (cincin benzena tersubstitusi)

disambungkan oleh rantai alifatik 3 karbon (Robinson, 1995).

Tumbuhan yang mengandung flavonoid banyak dipakai dalam

pengobatan tradisional. Hal tersebut disebabkan karena flavonoid

mempunyai berbagai macam aktivitas seperti antifungi, diuretik,

antihistamin, antihipertensi, insektisida, bakterisida, antivirus, dan

menghambat kerja enzim (Geeisman, 1962).

Mekanisme kerja flavonoid sebagai diuretik dengan cara

meningkatkan laju kecepatan glomerulus dan menghambat reabsorbsi

Na+ dan Cl- sehingga menyebabkan peningkatan Na+ dan air dalam

tubulus (Jouad, 2001).

2.1.8 Hewan Uji

Mencit (Mus musculus L.) termasuk mamalia pengerat

(rodensia) yang cepat berkembang biak, mudah dipelihara dalam


20

jumlah banyak, variasi genetiknya cukup besar, serta sifat anatoisnya

dan fisiologisnya terkarakteristik dengan baik. Mencit yang sering

digunakan dalam penelitian di laboratorium merupakan hasil

perkawinan tikus putih inbread maupun outbread (Sloane 2003).

Adapun klasifikasi mencit putih adalah sebabai berikut :

Gambar 2.4. Mencit putih jantan (Mus musculus L.)


(Arrington, 1972)

Kingdom :Animalia

Filum :Chordata

Subfilum :Vertebrata

Kelas :Mamalia

Ordo :Rodentia

Famili :Muridae

Genus :Mus

Spesies :Mus musculus L.

Mencit merupakan hewan yang paling umum digunakan pada

penelitian laboratorium sebagai hewan percobaan, yaitu sekitar40-

80%. Mencit memiliki banyak keunggulan sebagai hewan percobaan,

yaitu siklus hidup yang relatif pendek, jumlah anak perkelahirannya


21

banyak, variasi sifat-sifatnya tinggi dan mudah dalam penanganannya

(Moriwaki, 1994).

Mencit (Mus musculus L.) merupakan omnivora alami, sehat,

kuat, polifilik, kecil, dan jinak. Selain itu, hewan ini juga mudah

didapat dengan harga yang relatif murah (Peter, 1976).

Mencit putih memiliki bulu pendek, halus, berwarna putih,

serta ekor berwarna kemerahan dengan ukuran lebih panjang daripada

badan dan kepala. Mencit memiliki warna bulu yang berbeda yang

disebabkan karena perbedaan proporsi darah mencit liar dan memiliki

kelenturan pada sifat-sifat `produksi dan reproduksinya (Rahayu

2006).

Hewan percobaan dipelihara untuk tujuan penelitian umumnya

berada dalam suatu lingkungan yang sempit dan terawasi. Walaupun

kehidupannya diawasi, namun diusahakan agar proses fisiologis dan

reproduksi termasuk makan, minum, bergerak, dan istirahat tidak

terganggu. Hewan percobaan ditempatkan dalam kandang-kandang

yang disusun pada rak-rak didalam suatu ruangan khusus. Kandang

harus dirancang untuk dapat memberikan kenyamanan dan

kesejahteraan bagi hewan tersebut (Anggorodi 1994).

Cara ideal memegang mencit yaitu dengan memegang bagian

tengah ekor mencit, leher dipegang dengan tangan kanan dan jangan

terlalu ditekan, jari telunjuk dan ibu jari memegang kuduk dan jari

kelingking mengempit ekor (Rahayu 2006).


22

Mus musculus L. jantan dan betina muda sukar untuk

dibedakan. Mus musculus L. betina dapat dikenali karena jarak yang

berdekatan antara lubang anus dan lubang genitalnya. Testis pada Mus

musculus L. jantan pada saat matang seksual terlihat sangat jelas,

berukuran relatif besar dan biasanya tidak tertutup oleh rambut

(Muliani, 2011).

2.2 Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ho1 : Tidak ada aktivitas diuretik pada kombinasi ekstrak daun sawi hijau

(Brassica juncea L.) dan daun sawi putih (Brasssica chinensis L.)

terhadap mencit putih jantan (Mus musculus L.).

Ha1 : Ada aktivitas diuretik pada kombinasi ekstrak daun sawi hijau (Brassica

juncea L.) dan daun sawi putih (Brasssica chinensis L.) terhadap

mencit putih jantan (Mus musculus L.).

Ho2 : Tidak ada pengaruh konsentrasi pada kombinasi ekstrak daun sawi hijau

(Brassica juncea L.) dan ekstrak daun sawi putih (Brassica chinensis

L.) terhadap aktivitas diuretik pada mencit putih jantan (Mus musculus

L.).

Ha2 : Ada pengaruh konsentrasi pada kombinasi ekstrak daun sawi hijau

(Brassica juncea L.) dan ekstrak daun sawi putih (Brassica chinensis

L.) terhadap aktivitas diuretik pada mencit putih jantan (Mus musculus

L.).
23

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian.

Objek yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah uji efek

diuretik dari kombinasi ekstrak daun sawi hijau (Brassica juncea L.) dan

ekstrak daun sawi putih (Brassica chinensis L.) terhadap mencit putih

jantan (Mus musculus L.)

3.2 Sampel dan Teknik Sampling


Sampel yang digunakan adalah daun sawi hiijau (Brassica juncea

L.) dan daun sawi putih (Brassica chinensis L.) yang diambil dari pasar

Kemantran Kecamatan Kramat Kabupaten Tegal. Teknik sampel

dilakukan secara acak.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah sebuah konsep yang akan diasumsikan

sebagai seperangkat nilai. Pada penelitian ini terdapat beberapa variabel,

antara lain :

3.3. 1 Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang merupakan sebab

timbulnya atau berubahnya variabel tergantung. Variabel bebas

dalam penelitian ini adalah konsentrasi kombinasi ekstrak daun

23
24

sawi hijau (Brassica juncea L.) dan ekstrak daun sawi putih

(Brassica chinensis L.).

3.3. 2 Variabel Tergantung

Variabel tergantung adalah variabel yang dipengaruhi karena

adanya variabel bebas. Variabel tergantung dalam penelitian ini

yaitu volume urine mencit putih jantan (Mus musculus L.).

3.3.3 Variabel Kontrol

Variabel kontrol adalah variabel-variabel yang dibuat konstan

sehingga tidak akan mempengaruhi variabel yang diteliti. Variabel

kontrol pada penelitian ini adalah jenis kelamin mencit, berat badan

mencit, metode ekstraksi, dan pelarut yang digunakan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Cara Pengumpulan Data

1. Metode penelitian data menggunakan eksperimen laboratorium.

2. Metode analisis data menggunakan uji Anova satu arah.

3.4.2 Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain spuit 1ml,

beaker glass 100 ml, 500ml, kompor spirtus, gelas ukur 10 ml,

50 ml, dan 100 ml, timbangan analitik, sarung tangan, kaki tiga,

lampu spiritus, kandang mencit, kain flanel, blender, cawan uap

75 ml, penjepit kayu, tabung reaksi, thermometer, corong gelas


25

50 ml, batang pengaduk, labu alas bulat 500 ml, kondensor,

selang, batang pengaduk, selang, klem dan statif.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

daun sawi hijau (Brassica juncea L.) dan daun sawi putih

(Brassica chinensis L.), etanol 96% digunakan sebagai bahan

penyari, air hangat digunakan untuk pemberian minum mencit

saat dipuasakan, HCl 2N, HCl pekat, CMC Na 0,5%, sebagai

kontrol negatif, Furosemid sebagai kontrol positif, hewan uji

yang digunakan adalah mencit putih jantan (Mus musculus L.).

3.5 Cara Kerja

3.5.1 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan memilih daun sawi

hijau (Brassica juncea L.) dan daun sawi putih (Brassica

chinensis L.) yang masih segar dan tidak terserang hama yang

diperoleh dari pasar Kemantran Kecamatan Kramat Kabupaten

Tegal, diambil secara acak.

3.5.2 Uji Kebenaran Sampel

Uji kebenaran sampel daun sawi hijau (Brassica juncea L.)

dan daun sawi putih (Brassica chinensis L.) dilakukan dengan

cara makroskopis dan mikroskopis.


26

Uji makroskopis dilakukan dengan cara mengamati

organoleptis meliputi bentuk, warna, dan bau dari sampel.

Berikut ini adalah cara melakukan uji makroskopis :

menyiapkan daun sawi hijau dan daun sawi putih

mengamati daun sawi hijau dan daun sawi putih meliputi


bentuk, warna, dan aroma.
Gambar. 3.1. Skema Uji Makroskopis

Uji mikroskopis dilakukan untuk membuktikan bahwa

sampel yang digunakan benar-benar sampel dari daun sawi hijau

dan daun sawi putih dengan melihat fragmen-fragmennya.

Berikut ini merupakan cara uji mikroskopis :

Menyiapkan mikroskop dan mengatur fokus cahaya mikroskop

Meletakkan masing-masing sampel pada objek glass

Menetesi serbuk dengan aquadest, kemudian ditutup dengan


deglass

Mengamati bentuk fragmen sampel dalam mikroskop


Gambar 3.2. Skema Uji Mikroskopik
27

3.5.3 Pembuatan Ekstrak Daun Sawi Hijau (Brassica juncea L.) dan

Daun Sawi Putih (Brassica chinensis L.) dengan Metode

Refluks

Pembuatan ekstrak kombinasi dari daun sawi hijau

(Brassica juncea L.) dengan daun sawi putih (Brassica chinensis

L.) yaitu dengan cara memasukan masing-masing 100g dan 300

ml etanol 96% kedalam bejana. Kemudian di refluk pada suhu 63-

65˚C selama 3-4 jam. Kemudian di saring menggunakan kain

flanel, setelah itu ekstrak cair diuapkan sampai terbentuk ekstrak

kental (Kusnadi dan Egie, 2017).

Cara pembuatan ekstrak dapat dilihat pada gambar skema

berikut ini :

Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan

Merangkai alat refluks

Memasukan ethanol 96% ke dalam labu alas bulat sebanyak 300


ml

Selanjutnya dengan memasukan sampel ke dalam labu alas bulat


sebanyak 100 g

Melakukan refluks selama 3-4 jam pada suhu 63-65oC

saring dengan kain flanel, lalu ekstrak cair di panaskan sampai


terbentuk ekstrak kental

Gambar 3.3. Skema Pembuatan Ekstrak Dengan Metode


Refluks (Sumber: Kusnadi dan Egie, 2017)
28

3.5.4 Identifikasi Flavonoid Ekstrak Daun Sawi Hijau (Brassica

juncea L.) dan Daun Sawi Putih (Brassica chinensis L.)

Dilihat dari senyawa yang terkandung pada daun sawi hijau

dan daun sawi putih yaitu flavonoid, maka perlu dilakukan uji

identifikasi flavonoid yang dilakukan dengan cara menyiapkan 1

ml ekstrak, masukkan ke dalam tabung reaksi kemudian

tambahkan 1 ml etanol 70% + 2 ml HCl 2N + 10 tetes HCl pekat,

lalu mengamati perubahan warna yang terjadi. Dikatakan positif

mengandung flavonoid jika terbentuk warna kuning, jingga, dan

merah (Depkes RI, 1989).

Cara uji identifikasi flavonoid dapat dilihat pada gambar

skema berikut ini :

Menyiapkan ekstrak kental

Memasukan 1 ml ekstrak kental kedalam tabung


reaksi, menambahkan Ethanol 70% 1 ml

Menambahkan 2 ml HCl 2N

Menambahkan 10 tetes HCl pekat

Mengamati perubahan warna yang terjadi

Gambar 3.4. Skema Uji Identifikasi Flavonoid


(Sumber: Depkes RI, 1989).
29

3.5.5 Uji Bebas Etanol

Reaksi identifikasi uji bebas etanol yaitu dengan

menggunakan pereaksi H2SO4 pekat dan asam asetat. Pengujian ini

dilakukan setelah didapat ekstrak kental dari hasil refluks dengan

cara memasukan 1 ml ekstrak ke dalam tabung reaksi ditambahkan

dengan 2 tetes H2SO4 pekat dan di tambah dengan 2 tetes asam

asetat kemudian panaskan dengan api sedang, jika masih terdapat

bau ester maka masih mengandung etanol sehingga proses

pemanasan masih harus dilanjutkan sampai tidak terdapat bau ester

(Tenda dkk, 2017).

Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan

Memasukan 2 tetes ekstrak ke dalam tabung reaksi

Menambah 2 tetes H2SO4 dan 2 tetes asam asetat

Memanaskan sampai tidak ada bau ester

Gambar 3.5. Skema Cara Uji Bebas Etanol


(Sumber: Tenda dkk, 2017)

3.5.6 Pembuatan Suspensi Furosemid 0,1%

Pembuatan larutan furosemid dilakukan dengan cara

menyiapkan 1 tablet furosemid 40mg. Tabletdigerus di dalam

mortir sampai halus kemudian dimasukan kedalam larutan CMC


30

0,5% sebanyak 40ml kemudian di oralkan pada hewan uji

sebanyak dosis yang sudah ditentukan (Herman dkk, 2012).

Cara pembuatan suspensi furosemid 0,1% dapat dilihat pada

gambar skema berikut ini :

Menyiapkan 1 tablet furosemid 40 mg

Menggerus dalam mortir sampai halus

Melarutkan dalam CMC 0,5% sebanyak 40 ml aduk


sampai homogen

Gambar 3.6. Skema Pembuatan Suspensi Furosemid


0,1% (Sumber: Herman dkk, 2012)

3.5.7 Pembuatan Larutan CMC 0,5%

Pembuatan larutan CMC 0,5% dilakukan dengan cara

menyiapkan serbuk CMC sebanyak 300 mg, kemudian dimasukkan

kedalam beaker glass. Tambahkan aquadest sebanyak 60 ml. Aduk

sampai homogen (Herman dkk, 2012).

Cara pembuatan larutan CMC 0,5% dapat dilihat pada

gambar skema berikut ini :


31

Menyiapkan serbuk CMC sebanyak 300 mg, masukan ke


dalam beaker glass

Menambahkan aquadest sampai 60 ml

Mengaduk sampai homogen

Gambar 3.7. Skema Pembuatan Larutan CMC 0,5% (Sumber:


Herman dkk, 2012)

3.5.8 Rute Pemberian Obat

Pemberian kombinasi ekstrak daun sawi hijau (Brassica

juncea L.) dan daun sawi putih (Brassica chinensis L.) yaitu

dengan menyiapkan 15 ekor mencit putih jantan yang berumur 2-3

bulan dengan berat badan mencit 20-30 gram, kemudian mencit

dibagi menjadi 5 kelompok setiap kelompok terdiri dari 3 ekor

mencit putih jantan. Kemudian masing-masing kelompok hewan uji

dipuasakan terlebih dahulu selama 16 jam dengan memberi air

hangat sebanyak 1 ml/ 20 gram BB mencit secara oral.

Kelompok pertama diberikan larutan CMC 0,5% secara oral

sebagai kontrol negatif. Kelompok kedua diberikan larutan

furosemid 0,1% secara oral sebagai kontrol positif. Kelompok

ketiga, keempat dan kelima diberi kombinasi ekstrak daun sawi

hijau (Brassica juncea L.) dan daun sawi putih (Brassica chinensis

L.) dengan perbandingan ekstrak daun sawi hijau dan daun sawi

putih 1:2, ekstrak daun sawi hijau dan daun sawi putih 2:1, ekstrak

daun sawi hijau dan daun sawi putih 1:1. Pengamatan dilakukan
32

selama 6 jam hingga mencit mengeluarkan urin (Herman dkk,

2012). Adapun rute pemberian obat pada mencit dapat dilihat pada

gambar skema berikut ini :

Menyiapkan 15 ekor mencit putih jantan yang berumur 2-3 bulan dengan
berat badan 20-30 gram

Mencit dipuasakan selama 16 jam dengan memberi air hangat per oral

Membagi mencit menjadi 5 kelompok, masing-masing 3 ekor mencit

Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V


(k-) (k+)
Diberi Diberi Diberi
Diberi larutan Diberi kombinasi kombinasi kombinasi
CMC 0,5% suspensi ekstrak daun ekstrak daun ekstrak daun
sebanyak 0,5 furosemid sawi hijau dan sawi hijau dan sawi hijau dan
mlsecara oral 0,1% secara daun sawi putih daun sawi putih daun sawi putih
oral (1:2) secara (2:1) secara (1:1) secara
oral sebanyak oral sebanyak oral sebanyak
0,5 ml 0,5 ml 0,5 ml

Mengamati volume urin selama 6 jam

Mencatat hasil penelitian

Gambar 3.8. Skema Rute Pemberian Obat (Sumber: Herman


dkk, 2012)
33

3.6 Cara Analisis

Metode analisa data pada penelitian uji aktivitas diuretik dari

kombinasi ekstrak daun sawi hijau (Brassica juncea L.) dan daun sawi

putih (Brassica chinensis L.) terhadap mencit putih jantan (Mus musculus

L.) menggunakan analisa Anova satu arah.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas diuretik pada

kombinasi ekstrak daun sawi hijau (Brassica juncea L.) dan daun sawi putih

(Brassica chinensis L.) pada mencit putih jantan (Mus musculus L.).Bagian

tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian daunnya.Daun sawi

hijau dan daun sawi putih diperoleh dari pasar Kemantran Kecamatan Kramat

KabupatenTegal.

Langkah pertama dalam penelitian ini adalah pengolahan simplisia dimana

daun sawi hijau (Brassica juncea L.) dan daun sawi putih (Brassica chinensis L.)

disortasi basah dan dicuci bersih dengan air mengalir yang bertujuan untuk

menghilangkan debu dan kotoran yang melekat pada tanaman

tersebut.Selanjutnya dilakukan pengubahan bentuk atau perajangan pada daun

sawi hijau dan daun sawi putih.

Sebelum daun sawi hijau (Brassica juncea L.) dan daun sawi putih

(Brassica chinensis L.) di ekstrak dilakukan uji kebenaran sampel dengan uji

makroskopis. Berikut ini adalah hasil uji makroskopis daun sawi hijau (Brassica

juncea L.) dan daun sawi putih (Brassica chinensis L.) :

34
35

Tabel 4.1 Hasil Uji Makroskopis Daun Sawi Hijau dan Daun Sawi Putih

Literatur
Gambar Keterangan Hasil
(Rukmana, 1994)

Bentuk Lonjong Lonjong


Warna Hijau tua Hijau tua
Bau Bau khas lemah Khas lemah
Sawi hijau

Bentuk Lonjong lebar Lonjong lebar


Warna Putih kekuningan Putih kekuningan
Bau Khas lemah Khas lemah
Sawi putih

Hasil pengamatan uji makroskopis pada daun sawi hijau (Brassica juncea

L.) menunjukan bahwa daun sawi hijau (Brassica juncea L.) yang digunakan

dalam penelitian ini sesuai dengan karakteristik daun sawi hijau (Brassica juncea

L.), yaitu berbentuk lonjong, berwarna hijau tua dan berbau khas lemah.

Sedangkan hasil pengamatan uji makroskopis pada daun sawi putih (Brassica

chinensis L.) menunjukan bahwa daun sawi putih (Brassica chinensis L.) yang

digunakan sesuai dengan karakteristik daun sawi putih (Brassica chinensis L.),

yaitu berbentuk lonjong lebar, berwarna putih kekuningan, bau khas lemah

(Rukmana, 1994).

Identifikasi serbuk daun sawi hijau secara mikroskopis dilakukan untuk

mengetahui fragmen-fragmen pengenal yang terdapat di dalam daun sawi hijau.

Fragmen-fragmen daun sawi hijau meliputi epidermis dengan palisade, sel besar,

kotiledon, butir aleuron, dan tetes minyak (Depkes RI, 1995).


36

Tabel 4.2 Hasil Uji Mikroskopis Daun Sawi Hijau (Brassica juncea L.)

Literatur (Depkes RI,


No. Hasil Keterangan
1995)

Epidermis dengan
1.
palisade

2. Sel besar

3. Kotiledon

4. Butir aleuron

5. Tetes minyak

Berdasarkan hasil pengamatan serbuk daun sawi hijau di bawah

mikroskop, diperoleh hasil pada penelitian ini bahwa fragmen atau bagian-bagian

yang terdapat pada daun sawi hijau meliputi fragmen epidermis dengan palisade,

sel besar, kotiledon, butir aleuron, dan tetes minyak. Hal ini sesuai dengan
37

literatur, maka sampel yang digunakan terbukti kebenarannya yaitu daun sawi

hijau.

Identifikasi serbuk daun sawi putih dilakukan setelah identifikasi serbuk

daun sawi hijau dengan cara yang sama. Fragmen-fragmen daun sawi putih

meliputi epidermis, kotiledon, butir aleuron, dan tetes minyak (Depkes RI, 1995).

Tabel 4.3 Hasil Uji Mikroskopis Daun Sawi Putih (Brassica chinensis L.)

No Literatur (Depkes RI,


Hasil Keterangan
. 1995)

1. Epidermis

2. Kotiledon

3. Butir aleuron

4. Tetes minyak

Berdasarkan hasil pengamatan serbuk daun sawi putih di bawah

mikroskop, diperoleh hasil pada penelitian ini bahwa fragmen atau bagian-bagian

yang terdapat pada daun sawi putih meliputi fragmen epidermis, kotiledon, butir
38

aleuron, dan tetes minyak. Hal ini sesuai dengan literatur, maka sampel yang

digunakan terbukti kebenarannya yaitu daun sawi putih.

Pembuatan ekstrak daun sawi hijau dan daun sawi putih dilakukan dengan

menyiapkan alat dan bahan. Setelah itu merangkai alat refluks yang akan

digunakan untuk proses ekstraksi. Kemudian menimbang 100 gram simplisia

dimasukan ke dalam labu alas bulat kemudian ditambahkan 300 ml etanol 96%.

Pelarut yang digunakan adalah etanol 96% karena sifatnya yang universal. Selain

itu, etanol 96% dapat menarik zat aktif yang terkandung dalam simplisia dengan

baik salah satunya yaitu flavonoid. Kemudian pasang kondensor dan nyalakan api

menggunakan kompor spiritus dengan suhu tidak boleh lebih dari 63-65oC dengan

tujuan agar zat aktif yang terkandung tidak rusak, terutama flavonoid. Tunggu

selama 3-4 jam. Kemudian di saring menggunakan kain flanel, lalu ekstrak di

uapkan sampai menjadi ekstrak kental.Ekstrak


32 kental yang didapatkan dari sampel

daun sawi hijau adalah 13,29 dengan randemen 13,29% dan dari sampel daun

sawi putih adalah 6,48 gram dengan randemen 6,47%.

Sebelum ekstrak diberikan kepada mencit, dilakukan uji bebas etanol

terlebih dahulu. Berikut ini merupakan tabel hasil uji bebas etanol:

Tabel 4.4 Uji Bebas Etanol

Hasil
Perlakuan Ket Literatur
Sawi hijau Sawi Putih

1 ml ekstrak +2 tetes Tidak ada bau Tidak ada bau Tenda


(+)
H2SO4 + 2 tetes as. Asetat ester ester dkk, 2017
39

Pengujian uji bebas etanol dilakukan dengan cara memasukan 1ml ekstrak

kental ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 2 tetes H2SO4 dan 2 tetes asam asetat

kemudian dipanaskan. Ekstrak dikatakan bebas etanol bila tidak ada bau ester

yang khas dari etanol (Tenda dkk, 2017).

Setelah melakukan uji bebas etanol, kemudian melakukan uji identifikasi

senyawa flavonoid. Berikut ini adalah hasil uji senyawa flavonoid:

Tabel 4.5 Identifikasi Flavonoid

Hasil
Perlakuan Ket Literatur
Sawi hijau Sawi Putih
1 ml ekstrak + 1ml etanol
Hijau Kuning DepKes
70% + 2ml HCl 2N + 10 (+)
kekuningan jingga RI, 1898
tetes HCl pekat

Uji identifikasi senyawa flavonoid dilakukan dengan cara memasukan 1ml

ekstrak ke dalam tabung reaksi, tambahkan 1ml etanol 70%, menambahkan 2ml

HCl 2N dan 10 tetes HCl pekat kemudian mengamati perubahan warna yang

terjadi. Berdasarkan tabel hasil identifikasi senyawa flavonoid pada sawi hijau

diperoleh warna hijau kekuningan dan pada sawi putih diperoleh warna kuning

jingga sehingga sesuai dengan literatur yaitu jika terbentuk warna kekuningan,

jingga atau merah berarti ekstrak tersebut posistif mengandung flavonoid

(DepKes RI 1898).

Uji aktivitas diuretik dari kombinasi ekstrak daun sawi hijau (Brasssica

juncea L.) dan daun sawi putih (Brassica chinensis L.) pada mencit putih jantan

(Mus musculus L.) dilakukan dengan pembanding kelompok I diberikan larutan


40

CMC 0,5% sebagai kontrol negatif, kelompok II diberikan larutan suspensi

Furosemid 0,1% sebagai kontrol positif, kelompok III diberikan kontrol uji yaitu

kombinasi ekstrak daun sawi hijau dan daun sawi putih dengan perbandingan 1:2,

kelompok IV diberikan kontrol uji kombinasi ekstrak daun sawi hijau dan daun

sawi putih dengan perbandingan 2:1, dan kelompok V diberikan kontrol uji

kombinasi ekstrak daun sawi hijau dan daun sawi putih dengan perbandingan 1:1

diberikan secara oral. Kemudian dilakukan pengamatan jumlah urin selama 6 jam.

Hasil pengamatan percobaan aktifitas diuretik kombinasi ekstrak daun

sawi hijau dan daun sawi putih kepada mencit putih jantan dengan pengamatan uji

selama 6 jam yaitu dengan cara memasukan mencit putih jantan ke dalam

kandang corong. Setelah semua kelompok mencit diberikan kontrol negatif,

kontrol positif, dan kontrol uji secara oral, mencit didiamkan di dalam kandang

corong. Pencatatan volume urin dilakukan tiap 3 jam sekali selama 6 jam untuk

mendapatkan data hasil volume urin mencit.

Berikut data hasil pengamatan diuretik pada mencit putih jantan dapat

dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Volume Urin Kontrol Negatif dan Kontrol
Positif

Kontrol Positif (mencit) Kontrol Negatif (mencit)


No. Onset (jam)
A1 A2 A3 B1 B2 B3
1 0-3 jam 0,7 ml 0,7 ml 0,82 ml 0 ml 0 ml 0 ml
2 4-6 jam 0,1 ml 0,12 ml 0,14 ml 0,01 ml 0 ml 0 ml
Jumlah 0,8 ml 0,82 ml 0,96 ml 0,01 ml 0 ml 0 ml
Rata-rata 0,86 ml 0,00 ml
41

Berdasarkan hasil uji pada kelompok I kontrol positif (Furosemid 0,1%)

mencit A1 menghasikan urin 0,7 ml pada pengamatan 3 jam pertama dan pada

pengamatan 3 jam kedua menghasilkan urin sebanyak 0,1 ml sehingga jumlah

total volume urin yang dihasilkan mencit A1 sebanyak 0,8 ml. Mencit A2

menghasilkan urin sebanyak 0,7 ml pada pengamatan 3 jam pertama dan pada

pengamatan 3 jam kedua menghasilkan urin sebanyak 0,12 ml sehingga jumlah

total volume urin mencit yang dihasilkan oleh mencit A2 sebanyak 0,82 ml.

Mencit A3 menghasilkan urin 0,82 pada pengamatan 3 jam pertama dan pada

pengamatan 3 jam kedua menghasilkan urin 0,14 ml sehingga jumlah total volume

urin yang dihasilkan mencit A3 sebanyak 0,96 ml.

Berdasarkan hasil uji pada kelompok II kontrol negatif (CMC 0,5%)

mencit B1, B2, dan B3 tidak menghasilkan urin pada pengamatan 3 jam pertama.

Sedangkan pada pengamatan 3 jam kedua hanya mencit B2 yang menghasilkan

urin yaitu sebanyak 0,01 ml, sehingga pada mencit B2 diperoleh jumlah total

volume urin sebanyak 0,01 ml sedangkan pada mencit B1 dan B3 tidak

menghasilkan urin sama sekali baik pada 3 jam pertama maupun 3 jam kedua.

Berdasarkan hasil volume urin pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa

kelompok kontrol positif (furosemid 0,1%) menghasilkan volume urin yang lebih

banyak dibanding dengan kelompok kontrol negatif (CMC 0,5%) karena pada

kontrol positif (furosemid) mengandung suatu zat aktif yang dapat meningkatkan

pembentukan urin sedangkan kelompok negatif (CMC) tidak terkandung zat aktif

yang dapat meningkatkan volume urin sehingga menyebabkan ekskresi urin

yanglebih sedikit (Nurihardiyanti dkk, 2015).


42

Tabel 4.7 Data Pengamatan Volume Urin Kontrol Uji

Onset Kontrol Uji (1:2) Kontrol Uji (2:1) Kontrol Uji (1:1)
No
(jam) C1 C2 C3 D1 D2 D3 E1 E2 E3
0-3
1 0,1ml 0,08ml 0,1ml 0,2ml 0,13ml 0,15ml 0,15ml 0,1ml 0,06ml
jam
4-
2 0,05ml 0,1ml 0,1ml 0,1ml 0,05ml 0,08ml 0,02ml 0,03ml 0ml
6jam

Jumlah 0,15ml 0,18ml 0,2ml 0,3ml 0,18ml 0,23ml 0,17ml 0,13ml 0,06ml

Rata-rata 0,17 ml 0,23 ml 0,12 ml

Berdasarkan hasil uji pada kelompok III kombinasi ekstrak daun sawi

hijau dan daun sawi putih (1:2) mencit C1 menghasilkan urin 0,1 ml pada

pengamatan 3 jam pertama sedangkan pada pengamatan 3 jam kedua

menghasilkan urin 0,05 ml sehingga jumlah total volume urin yang dihasilkan

mencit C1 sebanyak 0,15 ml. Mencit C2 menghasilkan urin 0,08 ml pada

pengamatan 3 jam pertama sedangkan pada pengamatan 3 jam kedua

menghasilkan urin 0,1 ml sehingga jumlah total volume urin yang dihasilkan

mencit C2 sebanyak 0,18 ml. Mencit C3 menghasilkan urin 0,1 ml pada

pengamatan 3 jam pertama sedangka pada pengamatan 3 jam kedua menghasilkan

urin 0,1 ml sehingga jumlah total volume urin yang dihasilkan oleh mencit

C3sebanyak 0,2 ml.

Berdasarkan hasil uji pada kelompok IV kombinasi ekstrak daun sawi

hijau dan daun sawi putih (2:1) mencit D1 menghasilkan urin0,2 ml pada

pengamatan 3 jam pertama sedangkan pada pengmatan 3 jam kedua menghasilkan

urin 0,1 ml sehingga jumlah total volume urin yang dihasilkan oleh mencit D1

sebanyak 0,3 ml. Mencit D2 menghasilkan urin sebanyak 0,13 ml pada


43

pengamatan 3 jam pertama sedangkan pada pengamatan 3 jam kedua

menghasilkan urin sebanyak 0,05 ml sehingga jumlah total volume urin yang

dihasilkan oleh mencit D2 sebanyak 0,18 ml. Mencit D3 menghasilkan urin

sebanyak 0,15 ml pada pengamatan 3 jam pertama sedangkan pada pengamatan 3

jam kedua menghasilkan urin sebanyak 0,08 ml sehingga jumlah total volume urin

yang dihasilkan oleh mencit D3 sebanyak 0,23 ml.

Berdasarkan hasil uji pada kelompok V kombinasi ekstrak daun sawi hijau

dan daun sawi putih (1:1) mencit E1 menghasilkan urin sebanyak 0,15 ml pada

pengamatan 3 jam pertama sedangkan pada pengamatan 3 jam kedua

menghasilkan urin sebanyak 0,02 ml sehingga jumlah total volume urin yang

dihasilkan oleh mencit E1 sebanyak 0,17 ml. Mencit E2 menghasilkan urin

sebanyak 0,1 ml pada pengamatan 3 jam pertama sedangkan pada pengamatan 3

jam kedua menghasilkan urin sebanyak 0,03 ml sehingga jumlah total volume urin

yang dihasilkan oleh mencit E2 sebanyak 0,13 ml. Mencit E3 menghasilkan urin

sebanyak 0,06 ml pada pengamatan 3 jam pertama sedangkan pada pengamatan 3

jam kedua menghasilkan urin 0 ml sehingga jumlah total volume urin yang

dihasilkan oleh mencit E3 sebanyak 0,06 ml.

Berdasarkan hasil pengamatan selama 6 jam, perhitungan rata-rata

prosentase volume kumulatif urin pada kontrol positif (furosemid 0,1%) adalah

71,39%, pada kontrol negatif (CMC 0,5%) adalah 0,22%, pada kontrol uji

kombinasi ekstrak daun sawi hijau dan daun sawi putih 1:2 adalah 14,6%, pada

kontrol uji kombinasi ekstrak daun sawi hijau dan daun sawi putih 2:1 adalah

19,66%, pada kontrol uji kombinasi ekstrak daun sawi hijau dan daun sawi putih
44

1:1 adalah 9,67%. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang

memiliki aktivitas diuretik paling besar yaitu pada kelompok kontrol uji

kombinasi ekstrak daun sawi hijau dan daun sawi putih dengan perbandingan 2:1

yaitu sebesar 19,66%. Hal tersebut disebabkan karena daun sawi hijau memiliki

kandungan kalium yang lebih banyak dibanding dengan daun sawi putih. Kadar

kalium berlebih yang masuk ke dalam tubuh akan merangsang tubuh untuk

melakukan mekanisme penstabilan terhadap kandungan kalium tersebut salah

satunya dengan diuresis (Guyton, 2013).

Berdasarkan hasil dari data tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata volume

urin kumulatif pada kelompok kontrol uji 1:2, 2:1, dan 1:1 mengalami kenaikan

dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (CMC 0,5%), hal ini menunjukan

bahwa kombinasi ekstrak daun sawi hijau (Brassica juncea L.) dan daun sawi

putih (Brassica chinensis L.) dapat meningkatkan volume urin yang disebabkan

karena adanya zat aktif yang berperan dalam meningkatkan volume urin (Merry A

dkk, 2012).

Cara untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh konsentrasi terhadap

aktifitas diuretik dari kombinasi ekstrak daun sawi hijau (Brassia juncea L) dan

daun sawi putih (Brassica chinensis L.) pada mencit putih jantan (Mus

musculusL.) salah satunya dilakukan denganmenggunakan analisis deskriptif dan

Anova satu arah yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
45

Tabel 4.8 Hasil Analisis Deskriptif Pengamatan Volume Urin

Descriptives
volume_urin

95% Confidence Interval


for Mean

Std. Lower Upper


N Mean Deviation Std. Error Bound Bound Minimum Maximum

kontrol positif 3 ,8600 ,08718 ,05033 ,6434 1,0766 ,80 ,96


kontrol
3 ,0033 ,00577 ,00333 -,0110 ,0177 ,00 ,01
negatif
kontrol uji 1:2 3 ,1767 ,02517 ,01453 ,1142 ,2392 ,15 ,20
kontrol uji 2:1 3 ,2367 ,06028 ,03480 ,0869 ,3864 ,18 ,30
kontrol uji 1:1 3 ,1200 ,05568 ,03215 -,0183 ,2583 ,06 ,17
Total 15 ,2793 ,31434 ,08116 ,1053 ,4534 ,00 ,96

Berdasarkan data hasil deskriptif diatas dapat dibandingkan dengan lima

kelompok pemberian yang telah dilakukan. Pada kelompok mencit kontrol uji

kombinasi ekstrak daun sawi hijau (Brassica juncea L.) dan daun sawi putih

(Brassica chinensis L.) menunjukan adanya peningkatan volume urin yang

dihasilkan dibandingkan dengan volume urin yang dihasilkan oleh kelompok

mencit kontrol negatif (CMC 0,5%) sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho1

ditolak dan Ha1 diterima. Artinya, ada aktivitas diuretik pada kombinasi ekstrak

daun sawi hijau (Brassica juncea L.) dan daun sawi putih (Brasssica chinensis L.)

terhadap mencit putih jantan (Mus musculus L.).


46

Tabel 4.9 Hasil Analisis One Way Anova Pengamatan Volume Urin

ANOVA
volume_urin

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 1,353 4 ,338 112,774 ,000


Within Groups ,030 10 ,003
Total 1,383 14

Berdasarkan hasil perhitungan analisis anova uji aktivitas diuretik dari

kombinasi ekstrak daun sawi hijau (Brassica juncea L.) dan daun sawi putih

(Brasssica chinensis L.) terhadap mencit putih jantan (Mus musculus L.)diatas

memiliki nilai F hitung 112, 774 dan F tabel 3,478. Karena F hitung lebih besar

dari F tabel (112,774 > 3,478) dimana nilai signifikansi 0,000 < 0,05 sehingga

dapat disimpulkan bahwa Ho2 ditolak dan Ha2 diterima, artinya ada pengaruh

konsentrasi pada kombinasi ekstrak daun sawi hijau (Brassica juncea L.) dan

ekstrak daun sawi putih (Brassica chinensis L.) terhadap aktivitas diuretik pada

mencit putih jantan (Mus musculus L.).


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat

disimpulkan :

1. Kombinasi ekstrak daun daun sawi hijau (Brassica juncea L.) dan daun

sawi putih (Brassica chinensis L.) menunjukan adanya aktivitas diuretik

pada mencit putih jantan (Mus musculus L.).

2. Kontrol uji yang memiliki aktivitas diuretik paling besar adalah

kombinasi ekstrak daun sawi hijau (Brassica juncea L.) dan daun sawi

putih (Brassica chinensis L.) dengan perbandingan 2:1 dengan rata-rata

volume urin mencit yang dihasilkan yaitu 0,2367 ml.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti menyarankan:

1. Perlu dilakukan uji aktivitas diuretik dengan kombinasi konsentrasi

yang bereda.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode ekstraksi yang

berbeda.

47
DAFTAR PUSTAKA

Andriyanto, dkk. 2013. Evaluasi Aktivitas Diuretik Ekstrak Etanol Buah


Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) Sebagai Diuretik Alami: Kadar
Natrium, Kalium, dan PH Urin. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. Bogor:
Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi Fakultas Kedokteran IPB.
Anggorodi, R. 1994. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Jakarta: Gramedia.
Aulia, D. N, dkk. 2015. Uji Aktivitas Diuretik Ekstrak Etanol Herba Ruku-Ruku
(Ocinum tenuiflorum L.) Terhadap Tikus Wistar Jantan. Jurnal. Bandung:
prodi farmasi fakultas FMIPA Unisba .
Cahyono, B. 2003. Teknik Budidaya dan Analisa Usaha Tani Sawi Putih.
Pertama. Semarang: cv.Aneka Ilmu.
Damayanti, N. 2012. Perkecambahan dan Pertumbuhan Sawi Hijau (Brassica
rapa L. Var. Parachinensis L.H. Bailey) Setelah Pemberian Ekstrak
Kirinyuh (Chromolaena odorata L.). Skripsi. Surakarta: Universitas Negri
Surakarta.
Dalimartha, S. 2005. Tanaman Obat di Lingkungan Sekitar. Jakarta: Puspa Swara.
Dalimartha, S. 2008. Ensiklopedia Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: Dinamika
Media.
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. IV. Jakarta: DepKes RI.
Ganiswarna, S. G. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Jakarta: Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Ganiswarna, S. G. 2007. Farmakologi dan Terapi.Edisi V. Jakarta: Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia,.
Guyton, A. C. 2013. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit Edisi Revisi.
Jakarta: EGC.
Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Terbitan Kedua. Bandung: ITB.
Harmita. 2006. Analisis Fisikokimia. Jakarta: Cipta Kreasi Bersama.
Herman, H., dkk. 2012. Uji Efek Diuretik Infus Biji Jagung (Zea Mays L), Rambut
Jagung Dan Kombinasi Antara Keduanya Pada Kelinci Jantan
(Oryctolagus Cuniculus) Berdasarkan Parameter Frekuensi Urinasi Dan
Volume Urin. Jurnal As-Syifa. Makassar: Fakultas Farmasi Universitas
Muslim Indonesia.

48
49

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid III. Cet. I. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
Imron dan Munif. 2010. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan. Jakarta:
Penerbit Sapto Agung.
Indriyati. 2004. Efek Diuretik Ekstrak Daun Senggugu (Clerodendrum serratum
L.) Terhadap Volume Urin Tikus Putih (Ratus norvegicus). Skripsi. FMIPA
UNY Yogyakarta.
Koireowa, Y. A., dkk. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dalam Daun
Beluntas (Pluchea indica L.). Jurnal. Manado: Program Studi Farmasi
FMIPA UNSTRAT.
Kusnadi, dan Egie T. D. 2017. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid Pada
Ekstrak Daun Seledri (Apium graveolentis L.) Dengan Mrtode Refluks.
Pancasakti Science Education Journal. Tegal: Program Studi Farmasi
Politeknik Harapan Bersama.

Laksmiani, dkk. 2011. Pengembangan Metode Refluks Untuk Ekstraksi


Andrografolid Dari Herba Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.)
Nees). Jurnal. Bali: Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Udayana.
Latief, A. 2013. Obat Tradisional. Jakarta: Penerbit Buku Kodekteran EGC.
Muhlisah, F. 2007. Tanaman Obat Keluarga (TOGA). Jakarta: Penebar Swadaya.
Nuari, S. 2017. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Etanol Buah
Naga Merah (Hylocereus polyrhizus (F.A.C.Weber) Briton & Rose.
Galenika Journal Of Pharmacy. Palu: Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA,
Universitas Tadulako.
Nurihardiyanti, dkk. 2015. Aktivitas Diuretik Kombinasi Ekstrak Biji Pepaya
(Carica papaya L) Dan Biji Salak (Salacca zalacca Varietas Zalacca
(Gaert.)Voss) Pada Tikus Jantan Galur Wistar (Rattus norvegicus
L.Galenika Journal Of Pharmacy. Palu: Jurusan Farmasi Fakultas MIPA
Universitas Tadulako.
Nursida, dkk. 2016. Uji Efektivitas Sediaan Suspensi Daun Kelor (Moringa
oleifera Lam.) Terhadap Aktivitas Fagositosis Pada Mencit Jantan (Mus
musculus). Journal of Pharmaceutical and Medicinal Sciences. Makassar:
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar.

Permadi, A. 2006. Tanaman Obat Pelancar Air Seni. Jakarta: Penebar Swadaya.
Rahayu, L. 2006. Penanganan Hewan Percobaan Laboratorium Farmakologi.
Jakarta: Fakultas Farmasi Universitas Pancasila.
Sherwood, L. 2016. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. VIII. Jakarta: Penerbit
Buku Kodekteran EGC.
50

Sloane. 2003. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kodekteran EGC.
Tanu. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: FKUI.
Tjay, dan Rahardja. 2002. Obat-Obat Penting Khasiat Penggunaan dan Efek
Sampingnya. V. Jakarta: PT.Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.
Tobo, F. 2001.Buku Pegangan Laboratotium Fitokimia. Makassar: Universitas
Hasanuddin.
Triwijayanti, S. 2010. Uji Efek Diuretik Ekstrak Daun Sawi Putih (Brassica
Chinensis L.) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Skripsi. Surabaya:
Unika Widya Mandala.
Yuda, A. H., dkk. Efek Diuretik Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Shoncus
Arvensis L.) dan Daun Alpukat (Persea Americana Mill.) Pada Mencit (Mus
musculus L.). Jurnal.Bogor: Universitas Pakuan.
Yuniarti, T. 2008. Tanaman Obat Tradisional. Jakarta: Medpress.
51

LAMPIRAN
52

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Ekstrak dan Randemen

1. Perhitungan pembuatan ekstrak dengan perbandingan 1:3

Sampel : 100 gram

Pelarut : 100 x 3 = 300ml

2. Perhitungan randemen ekstrak


a. Sawi Hijau
1) Perhitungan sampel
Berat beaker glass kosong : 266,67 gram (a)
Berat beaker glass + isi : 366, 68 gram (b)
Berat beaker glass + sisa : 266,86 gram (c)
Berat sampel =b–c
= 366,68 gram – 266,86 gram
= 100 gram (x)
2) Perhitungan ekstrak
Berat cawan kosong : 34,50 gram (d)
Berat cawan + isi : 48,10 gram (e)
Berat cawan + sisa : 34,81 gram (f)
Berat ekstrak =e–f
= 48,10 gram - 34,81 gram
= 13,29 gram (y)
3) Randemen
R = y/x × 100%
= 13,29 gram / 100 gram × 100%
= 13,29%
53

b. Sawi Putih
a) Perhitungan sampel
Berat beaker glass kosong : 266,67 gram (a)
Berat beaker glass + isi : 366, 71 gram (b)
Berat beaker glass + sisa : 266,68 gram (c)
Berat sampel =b–c
= 366,71 gram – 266,68 gram
= 100,03 gram (x)
b) Perhitungan ekstrak

Berat cawan kosong : 34,50 gram (d)


Berat cawan + isi : 41,47 gram (e)
Berat cawan + sisa : 34,99 gram (f)
Berat ekstrak =e–f
= 41,47 gram - 34,99 gram
= 6,48 gram (y)
c) Randemen
R = y/x × 100%
= 6,48 gram / 100,03 gram × 100%
= 6,47%
54

Lampiran 2. Perhitungan Pembuatan Kontrol Positif dan Kontrol Negatif

1. Perhitungan Kontrol Positif (furosemid 0,1%)

0,1% = 100mg furosemid di dalam 100 ml pelarut, dibuat sebanyak 40 ml

dengan tablet furosemid (40mg/tab), maka :

100mg / 100 ml × 40mg = 40mg furosemid (1 tablet)

2. Perhitungan Kontrol Negatif CMC 0,5%

0,5% = 500mg serbuk CMC di dalam 100ml pelarut, dibuat sebanyak 60

ml, maka :

500mg / 100 ml × 60 ml = 300mg serbuk CMC


55

Lampiran 3. Konversi Perhitungan Antar Jenis Hewan

Mencit Tikus Marmut Kelinci Kera 4 Anjing Manusia


20 g 200 g 400 g 1,5 Kg Kg 12 Kg 70 Kg
Mencit
1,0 7,0 12,2 27,8 64,1 124,2 387,3
20 g
Tikus
0,14 1,0 1,74 3,9 29,2 17,8 56,0
200 g
Marmut
0,08 0,57 1,0 2,25 5,2 10,2 31,5
400 g
Kelinci
0,04 0,25 0,44 1,0 2,4 4,5 14,2
1,5 Kg
Kera 4
0,016 0,11 0,19 0,42 1,0 1,9 6,1
Kg
Anjing
0,008 0,06 0,10 0,22 0,52 1,0 3,1
12 Kg
Manusia
0,0026 0,018 0,031 0,07 0,16 0,32 1,0
70 Kg
56

Lampiran 4. Berat Badan Mencit

K (+) K (-) K uji (1:2) K uji (2:1) K uji (1:1)

A1(25,24g) B1 ( 28,54g) C3 (25,36g) D1 ( 25,51g) E1 (26,63g)


A2 (23,38g) B2 (25,36g) C2 (25,81g) D2 (20,36g) E2 (23,32g)

A3 (24,25g) B3 (23,21g) C3 (21,98g) D3 (26,34g) E3 (23,86g)


57

Lampiran 5. Pemberian Air Hangat

Perhitungan pemberian air hangat (1ml/20gram BB mencit)

A1 = 25,24g / 20g × 1ml = 1,26 ml

A2 = 23,38g / 20g × 1ml = 1,16 ml

A3 = 24,25g / 20g × 1ml = 1,2 ml


B1 = 28,54g / 20g × 1ml = 1,46 ml
B2 = 25,36g / 20g × 1ml = 1,26 ml
B3 = 23,21g / 20g × 1ml = 1,2 ml
C1 = 26,36g / 20g × 1ml = 1,3 ml
C2 = 25,81g / 20g × 1ml = 1,29 ml
C3 = 21,98g / 20g × 1ml = 1,09 ml
D1 = 25,51g / 20g × 1ml = 1,27 ml
D2 = 20,36g / 20g × 1ml = 1,01 ml
D3 = 26,34g / 20g × 1ml = 1,31 ml
E1 = 26,63g / 20g × 1ml = 1,33 ml
E2 = 23,32g / 20g × 1ml = 1,16 ml
E3 = 23,86g / 20g × 1ml = 1,19 ml
58

Lampiran 6. Pemberian Kontrol Positif, Kontrol Negatif dan Kontrol Uji

1. Perhitungan pemberian kontrol positif (furosemid 40mg/70KgBB

manusia)

Mencit 20g = 40mg × 0,0026 = 0,104 mg, maka :

a. Mencit A1 = 25,24g / 20g × 0,104mg = 0,13 mg


Vol. Diambil = 0,13mg / 1mg × 1ml = 0,13 ml
b. Mencit A2 = 23,38g / 20g × 0,104mg = 0,12 mg
Vol. Diambil = 0,12mg / 1mg × 1ml = 0,12ml
c. Mencit A3 = 24,25g / 20g × 0,104mg = 0,13mg
Vol. Diambil = 0,13mg / 1mg × 1ml = 0,13ml

2. Perhitungan pemberian kontrol negatif (CMC 0,5ml / 20gBB mencit)


a. Mencit B1 = 28,54g / 20g × 0,5ml = 0,71 ml
b. Mencit B2 = 25,36g / 20g × 0,5ml = 0,6 ml
c. Mencit B3 = 23,21g / 20g × 0,5ml = 0,57 ml

3. Perhitungan pemberian kontrol uji (ekstrak daun sawi hijau dan daun sawi
putih 1:2)
a. Mencit C1 = 25,36g / 20g × 0,5ml = 0,66 ml
Sh = 1 / 3 × 0,66ml = 0,22 ml
Sp = 2 / 3 × 0,66ml = 0,44 ml
b. Mencit C2 = 25,81g / 20g × 0,5ml = 0,65 ml
Sh = 1 / 3 × 0,65ml = 0,22 ml
Sp = 2 / 3 × 0,65ml = 0,43 ml
c. Mencit C3 = 21,98g / 20g × 0,5ml = 0,54 ml
Sh = 1 / 3 × 0,54ml = 0,18 ml
Sp = 2 / 3 × 0,54ml = 0,36 ml
59

4. Perhitungan pemberian kontrol uji (ekstrak daun sawi hijau dan daun sawi
putih 2:1)
a. Mencit D1 = 25,51g / 20g × 0,5ml = 0,64 ml
Sh = 2 / 3 × 0,64ml = 0,47 ml
Sp = 1 / 3 × 0,64ml = 0,21 ml
b. Mencit D2 = 20,36g / 20g × 0,5ml = 0,51 ml
Sh = 2 / 3 × 0,51ml = 0,34 ml
Sp = 1 / 3 × 0,51ml = 0,17
c. Mencit D3 = 26,34g / 20g × 0,5ml = 0,65 ml
Sh = 2 / 3 × 0,65ml = 0,43 ml
Sp = 1 / 3 × 0,65ml = 0,22 ml

5. Perhitungan pemberian kontrol uji (ekstrak daun sawi hijau dan daun sawi
putih 1:1)
1. Mencit E1 = 26,63g / 20g × 0,5ml = 0,66 ml
Sh = 1 / 2 × 0,66ml = 0,33 ml
Sp = 1 / 2 × 0,66ml = 0,33 ml
2. Mencit E2 = 23,32g / 20g × 0,5ml = 0,58 ml
Sh = 1 / 2 × 0,58ml = 0,29 ml
Sp = 1 / 2 × 0,58ml = 0,29 ml
3. Mencit E3 = 23,86g / 20g × 0,5ml = 0,59 ml
Sh = 1 / 2 × 0,59ml = 0,29 ml
Sp = 1 / 2 × 0,59ml = 0,29 ml
60

Lampiran 7. Data Penelitian

1. Data hasil pemberian kontrol positif dan kontrol negatif

Kontrol Positif (mencit) Kontrol Negatif (mencit)


No. Onset (jam)
A1 A2 A3 B1 B2 B3
1 0-3 jam 0,7 ml 0,7 ml 0,82 ml 0 ml 0 ml 0 ml
2 4-6 jam 0,1 ml 0,12 ml 0,14 ml 0,01 ml 0 ml 0 ml
Jumlah 0,8 ml 0,82 ml 0,96 ml 0,01 ml 0 ml 0 ml
Rata-rata 0,86 ml 0,00 ml

2. Data hasil pemberian kontrol uji

Onset Kontrol Uji (1:2) Kontrol Uji (2:1) Kontrol Uji (1:1)
No
(jam) C1 C2 C3 D1 D2 D3 E1 E2 E3
0-3
1 0,1ml 0,08ml 0,1ml 0,2ml 0,13ml 0,15ml 0,15ml 0,1ml 0,06ml
jam
4-8
2 0,05ml 0,1ml 0,1ml 0,1ml 0,05ml 0,08ml 0,02ml 0,03ml 0ml
jam

Jumlah 0,15ml 0,18ml 0,2ml 0,3ml 0,18ml 0,23ml 0,17ml 0,13ml 0,06ml

Rata-rata 0,17 ml 0,23 ml 0,12 ml


61

Lampiran 8. Perhitungan Volume Kumulatif Urin

Perhitungan volume kumulatif urin mencit

% vol. Kumulatif urin = vol. Urin total / vol. Air hangat × 100%
1. Kontrol positif
A1 = 0,8ml / 1,26ml × 100% = 63,49%
A2 = 0,82ml / 1,16ml × 100% = 70,68%
A3 = 0,96ml / 1,2ml × 100% = 80%
Rata-rata % vol. Kumulatif urin = 63,49% + 70,68% + 80% / 3 =
71,39%

2. Kontrol negatif
B1 = 0,01ml / 1,46ml × 100% = 0,68%
B2 = 0ml / 1,26ml × 100% = 0%
B3 = 0ml / 1,16ml × 100% = 0%
Rata-rata % vol. Kumulatif urin = 0,68% + 0% + 0% / 3 = 0,22%

3. Kontrol uji 1:2


C1 = 0,15ml / 1,3ml × 100% = 11,53%
C2 = 0,18ml / 1,29ml × 100% = 13,95%
C3 = 0,2ml / 1,09ml × 100% = 18,34%
Rata-rata % vol. Kumulatif urin = 11,53% + 13,95% + 18,34% / 3 =
14,60%

4. Kontrol uji 2:1


D1 = 0,3ml / 1,27ml × 100% = 23,62%
D2 = 0,18ml / 1,01ml × 100% = 17,82%
D3 = 0,23ml / 1,31ml × 100% = 19,66%
62

Rata-rata % vol. Kumulatif urin = 23,62% + 17,82% + 19,665 / 3 =


19,66%

5. Kontrol uji 1:1


E1 = 0,17ml / 1,33ml × 100% = 12,78%
E2 = 0,13ml / 1,16ml × 100% = 11,20%
E3 = 0,06ml / 1,19ml × 100% = 5,04%
Rata-rata % vol. Kumulatif urin = 12,78% + 11,20% + 5,04% / 3 =
9,67%
63

Lampiran 9. Gambar Penelitian

Gambar Keterangan

Penimbangan bahan

Sawi hijau Sawi putih

Proses ekstraksi

penyaringan hasil
ekstraksi

Sawi hijau Sawi putih


64

penguapan pelarut

ekstrak kental

Sawi hijau Sawi putih

uji bebas etanol

Sawi hijau Sawi putih

Uji identifikasi
flavonoid sawi hijau

Sebelum sesudah
65

Uji identifikasi
flavonoid sawi putih

Sebelum sesudah

Suspensi furosemid
0,1% dan larutan CMC
0,5%

Furosemid 0,1% CMC 0,5%

ekstrak sawi hijau dan


sawi putih

Sawi hijau Sawi putih

Penimbangan mencit
66

Perlakuan mencit

Pengukuran volume
urin mencit
67

CURRICULUM VITAE

Nama : SELI OKTAVIANI


TTL : TEGAL, 24 OKTOBER 1998
Email : [email protected]
No. Hp : 082329467341
Alamat : III Desa Jatilawang RT 02/ RW 01 Kec. Kramat Kab. Tegal
Agama : ISLAM
PENDIDIKAN
SD : SDN 02 Jatilawang
SMP : SMP N 9 Tegal
SMK : SMK Farmasi Al-Ikhlash Tegal
D3 : Politeknik Harapan Bersama Tegal
Judul KTI : Uji Aktivitas Diuretik Dari Kombinasi Ekstrak Daun Sawi Hijau
(Brassica juncea L.) Dan Daun Sawi Putih (Brassica chinensis
L.) Pada Mencit Putih Jantan (Mus musculus L.)
NAMA ORANG TUA
Ayah : TALAM
Ibu : SUNINGSIH
ALAMAT ORANG TUA
Ayah : Desa Jatilawang RT 02/ RW 01 Kec. Kramat Kab. Tegal
Ibu : Desa Jatilawang RT 02/ RW 01 Kec. Kramat Kab. Tegal
68

Anda mungkin juga menyukai