Jurnal Ekstrak Teh Hijau 2016
Jurnal Ekstrak Teh Hijau 2016
Jurnal Ekstrak Teh Hijau 2016
HERMAWAN ADIGUNA
1490761030
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
i
PEMBERIAN EKSTRAK TEH (Camellia sinensis)
HIJAU PER ORAL MENCEGAH PENINGKATAN
EKSPRESI MMP-1 DAN PENURUNAN JUMLAH
KOLAGEN LEBIH BANYAK DARIPADA EKSTRAK
TEH OOLONG PADA MENCIT BALB-C (Mus
musculus) YANG DIPAPAR SINAR UV-B
HERMAWAN ADIGUNA
1490761030
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
Mengetahui,
Dr.dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, MSc, Sp.GK Prof.Dr.dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K)
NIP. 195805211985031002 NIP. 195902151985102001
iii
LEMBAR PENETAPAN PENGUJI
Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada
No : 4897/UN14.4/HK/2016
Penguji :
Anggota :
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
v
Magister Ilmu Biomedik, Program Studi Kekhususan Kedokteran Anti-Aging
Medicine di Universitas Udayana.
Dr. dr. A.A.G.P .Wiraguna,SpKK (K), FINSDV, FIAADV, selaku
pembimbing kedua yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, dorongan
serta meluangkan waktu dan pemikiran dengan sabar dalam penyusunan tesis ini
sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
Prof. Dr. dr. Wimpie I Pangkahila, Sp.And., FAACS, Prof. Dr. dr. Alex
Pangkahila, M.Sc, Sp.And.,dan Dr. dr. Ida Sri Iswari, Sp.MK.,M.kes., selaku
penguji yang telah memberikan banyak masukan, saran dan sanggahan dan
koreksi sehingga thesis ini dapat terwujud seperti ini.
Seluruh dosen Program Pascasarjana Ilmu Biomedik Program Studi
Kekhususan Kedokteran Anti-Aging Medicinedi Universitas Udayana atas segala
bimbingan dan bantuan yang diberikan selama penulis menempuh pendidikan.
Seluruh Program Pascasarjana Ilmu Biomedik Program Studi Kekhususan
Kedokteran Anti-Aging Medicine di Universitas Udayana atas segala bimbingan
dan bantuan yang diberikan selama penulis menempuh pendidikan.
Teman-temanku tercinta angkatan 9 Program Pascasarjana Ilmu Biomedik
Program Studi Kekhususan Kedokteran Anti-Aging Medicine Universitas
Udayana, atas kekompakan, bantuan, dan kerjasama yang baik selama masa
pendidikan dan pembuatan tesis penulis.
Istri tercinta dr. Stephanie, yang selalu setia mendampingi dan
memberikan dukungan. Kedua orang tua serta mertua, yang dengan penuh kasih
sayang membesarkan, mendidik, dan memberikan dukungan kepada penulis.
Temanku seperjuangan dulu dr. Orlen P Sompotan, dr. Adi Wijayanto, dr.
Debby Intan, dr. Mulik Liza Rachmi dan dr. Suarni yang ikut membantu
terselesaikannya tesis ini.
Kepada semua pihak, keluarga, sahabat, rekan sejawat yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu di sini, atas seluruh dukungan dan bantuan yang
telah diberikan selama penulis menjalani pendidikan Program Magister Program
Studi Kekhususan Kedokteran Anti-Aging Medicine Universitas Udayana.
vi
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini jauh dari sempurna.
Dengan segala kerendahan hati, penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dalam
penulisan tesis ini. Sekiranya, penulis tetap mohon petunjuk untuk perbaikan
supaya hasil yang tertuang dalam tesis ini dapat bermanfaat bagi ilmu kedokteran
dan pelayanan kesehatan.
Denpasar, 2016
Hermawan Adiguna
vii
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
ORAL ADMINISTRATION OF GREENTEA EXTRACT ARE BETTER
THAN OOLONG TEA EXTRACT TO PREVENT MMP-1 ELEVATION
AND COLLAGEN DEPLETION IN UVB-EXPOSED MICE (Musmusculus)
Ultraviolet B (UVB) is a source of free radicals that accelerate aging
process, especially in the skin. UVB rays can penetrate into the dermis layer of
skin which has a lot of collagen. Repeated exposure to UVB rays will form
reactive oxygen species (ROS), which activates enzymes that degrade collagen
and inhibit collagen production by inducing the expression of MMP-1. Tea
(Camellia sinensis) abundantly contain polyphenols, such as EGCG which is a
potent antioxidant and strongly able to prevent oxidative stress. The purpose of
this study was to prove that oral administration of green tea extract are better than
the oolong tea extract to prevent MMP-1 elevation and collagen depletion in
UVB-exposed mice.
This research was a true experimental with posttest only control group
design. A total of 36 male mice (Musmusculus)balb-c, 6-8 weeks old male,
weighing 20-25 grams were used as a sample, which divided into 2 groups: P1
(UVB light exposure and green tea extract of 0.5 ml(3,6mg) every day) and P2
group (UVB light exposure and oolong tea extract of 0.5 ml(3,6mg) every day).
After 4 weeks of treatment, all mice were anesthetized and then skin tissue were
collected for histological examination using Sirius red method. The expression of
MMP-1 and the number of collagen were observed under 400 times magnification
of binocular microscopy.
The results showedthe average expression of MMP-1 in P1 group was
11.49 ± 2.810%, while in P2 group was 6.87 ± 2.280% (p <0.01). In addition the
study showed that the average amount of collagen in P1 group given an exposure
to UVB rays and Green tea extract was 73.96 ± 6.266%, whereas in the group P2
given exposure to UVB rays and Oolong tea extract was 75.59 ± 6.309% (p >
0.05).
It can be concluded that the effectiveness of oolong tea extract in
preventing the elevation of MMP-1 expression was better than green tea extracts,
howeverthe effectiveness of green tea extract and oolong tea extract in preventing
the depletion of collagen in mice Balb-c exposed to UVB were similar.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
PRASYARAT GELAR......................................................................................... ii
ABSTRAK ....................................................................................................... ix
ABSTRACT ....................................................................................................... x
DAFTAR TABEL................................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
x
BAB II KAJIAN PUSTAKA.......................................................................... 7
2.1 Penuaan............................................................................................... 7
2.4 Antioksidan......................................................................................... 23
2.8 TIMP................................................................................................... 38
2.9 Mencit................................................................................................. 38
PENELITIAN .................................................................................... 40
xi
4.3 Populasi Dan Sampel.......................................................................... 46
4.3.1 Populasi..................................................................................... 46
xii
5.3 Uji Homogenitas Data........................................................................ 67
BAB VI PEMBAHASAN................................................................................. 69
7.1 Simpulan............................................................................................. 80
7.2 Saran................................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 82
LAMPIRAN.......................................................................................................... 87
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Efek Radiasi UV pada Keratinosit (KC) dan Fibroblast (FB)....... 25
Gambar 2.4 Antioksi dan bertindak sebagai prooksidan pada konsentrasi tinggi 27
Gambar 5.3 Ekspresi MMP-1 Jaringan Dermis Mencit Perlakuan 1(P1) dengan
pengecatan Imunohistokimia......................................................... 65
Gambar 5.4 Ekspresi MMP-1 Jaringan Dermis Mencit Perlakuan 1(P2) dengan
pengecatan Imunohistokimia......................................................... 66
xiv
DAFTAR TABEL
Table 5.1 Hasil Analisis Deskriptif Data Jumlah Kolagen dan Ekspresi
MMP-1................................................................................................ 63
Tabel 5.4 Rerata Jumlah Kolagen Dan Ekspresi MMP-1 Antar Kelompok....... 68
xv
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
FB : Fibroblas
KC : Keratinosit
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 2. Laporan Hasil Analisis Fitokimia Teh Hijau dan Teh Oolong...... 88
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
kesehatan. Kesadaran ini telah mengubah pemikiran bahwa menjadi tua bukanlah
takdir yang dapat diterima begitu saja. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan
saat ini, terdapat paradigma yang menyebutkan bahwa penuaan (aging) dapat
dicegah, diobati, bahkan dikembalikan ke fungsi organ tubuh semula. Menjadi tua
adalah salah satu fase dalam kehidupan manusia, sehingga faktor-faktor yang
yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal dipengaruhi oleh hal-
hal sebagai berikut, misalnya gaya hidup yang tidak sehat, diet yang tidak sehat,
kebiasaan yang salah, polusi lingkungan, stres, dan kemiskinan, sedangkan faktor
(Pangkahila, 2011).
tersebut, radikal bebas merupakan salah satu faktor internal yang memegang
peranan penting dalam mempengaruhi kesehatan tubuh manusia. Dalam hal ini,
radikal bebas juga mempengaruhi proses penuaan dalam tubuh manusia. Pada
umumnya penuaan merupakan proses yang alamiah, namun penuaan menjadi hal
1
2
Banyak studi yang dilakukan untuk mengatasi radikal bebas, salah satunya
antioksidan untuk menetralisir perkembangan radikal bebas. Hal ini didukung pula
oleh teori yang dikemukakan oleh Dr. Denham Harman pada tahun 1954, teori ini
mengemukakan bahwa radikal bebas adalah suatu elektron dalam tubuh yang tidak
berikatan dan stabil. Sebelum berikatan radikal bebas ini akan terus bertumbukan
kerusakan sel-sel tubuh dari radikal bebas. Antioksidan ini dapat pula ditemukan pada
teh terutama pada teh hijau dan teh Oolong. Kandungan antioksidan
terdapat pada teh hijau diyakini lebih tinggi dibandingkan teh oolong(Komatsu et al.,
2003)
Teh Oolong adalah teh tradisional China. Di China teh Oolong telah
dipercaya bermanfaat untuk kesehatan seperti teh-teh lainnya. Komposisi utama dari
3
Teh Oolong adalah polyphenols, kafein, dan asam amino. Teh hijau dan teh Oolong
berasal dari daun teh yang sama, tetapi dibedakan dari pemrosesannya. Untuk
produksi teh hijau, daun teh dipanaskan setelah pemetikan untuk menghentikan
reaksi-reaksi enzim dari daun teh. Untuk produksi teh Oolong, daun teh dibiarkan
dalam kondisi tertentu untuk memproduksi rasa yang spesifik dari proses Fermentasi.
Rasa yang spesifik dari teh yg terfermentasi berasal dari rekasi enzim Polymeric
Polyphenol . Daun dari Teh Oolong tidak dihancurkan dan sel-sel daun tidak rusak.
Oleh perbedaan ini dalam pemprosesan ini, komponen dari teh Oolong dan teh hijau
(EGCG). EGCG adalah senyawa polifenol yang memiliki 15 atom karbon dalam inti
dasarnya yang tersusun oleh konfigurasi C6-C3-C6 yaitu 2 cincin aromatik yang
dihubungkan oleh satuan 3 karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin
Pada umumnya EGCG adalah senyawa pemberi warna pada tumbuhan, selain
fungsinya yang memberi warna EGCG juga memegang peranan penting dalam
pertumbuhan tumbuhan, proteksi dari radiasi UVA dan UVB, antimikroba dan
menghambat oksidasi seluler lipoprotein densitas rendah dalam tubuh manusia. Dari
semua manfaat dari polifenol sebagai antioksidan terutama yang ditemukan di daun
4
teh (Camelia sinensis) perlu dikaji lebih lanjut manfaatnya setelah pemrosesan
miofibroblast dan ekspresi gen faktor pertumbuhan jaringan konektif dan penurunan
Dengan perbedaan dalam proses fermentasi pembuatan teh seperti yang telah
dijelaskan diatas, menunjukan adanya perbedaan komponen EGCG dalam kedua teh
tersebut. Hal ini pun menarik untuk dikaji lebih lanjut dalam peranannya sebagai
Universitas Udayana, menunjukkan hasil sebagai sebagai berikut pada teh hijau
a. Apakah pemberian ekstrak teh hijau peroral mencegah peningkatan ekspresi MMP-
1 lebih banyak daripada teh Oolong pada mencit balb-c yang dipapar sinar UV-B?
b. Apakah pemberian ekstrak teh hijau peroral mencegah penurunan jumlah kolagen
lebih banyak daripada teh Oolong pada mencit balb-c yang dipapar sinar UV-B?
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pemberian ekstrak teh hijau secara
oral lebih banyak daripada teh oolong dalam mencegah terjadinya penuaan pada kulit.
matrix metalloproteinase-1 lebih banyak daripada teh oolong pada mencit balb/c
kolagen dermis lebih banyak daripada teh oolong pada mencit balb/c yang
tubuh manusia sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian berikutnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penuaan
Penuaan atau yang lebih sering disebut dengan “menjadi tua” merupakan
sebuah proses yang tidak terjadi begitu saja, namun proses penuaan ini adalah sebuah
proses yang memiliki tahap-tahap tertentu. Adapun sebab dan akibat dalam sebuah
proses, begitu juga dengan proses penuaan. Dalam proses penuaan sudah jelas bahwa
akibatnya adalah menjadi tua, namun penyebab dari menjadi tua tersebut belum
menghambat proses penuaan tersebut. Jikalau hal ini tercapai maka orang akan
tampak lebih muda dibandingkan orang lain yang seusia, sehingga orang akan tampak
Seperti yang diketahui bahwa penyakit pada dasarnya bisa dicegah atau
diobatin, dan hal ini juga berlaku untuk penuaan karena pada umumnya penuaan
telah berkembang pula Anti-Aging Medicine (AAM), dimana ilmu ini telah membawa
konsep baru dalam dunia kedokteran. Dengan penerapan ilmu dari AAM ini maka
sehingga usia harapan hidup dapat menjadi lebih panjang dengan kualitas hidup yang
bidang kedokteran. Sehingga ilmu AAM juga mulai berkembang dengan pesat pada
beberapa periode terakhir. Penuaan secara praktis dapat dilihat sebagai suatu
penurunan fungsi biologik dari usia kronologik. Sifat dari penuaan adalah tidak dapat
dihindari dan berjalan dengan kecepatan berbeda karena hal tersebut tergantung pada:
susunan genetik seseorang, lingkungan dan juga gaya hidup. Sehingga penuaan dapat
terjadi lebih dini atau lambat tergantung kesehatan masing-masing individu itu sendiri.
(Fowler, 2003).
tua, sakit, dan akhirnya meninggal. Orang hanya menganggap menjadi tua memang
harus terjadi dan hal tersebut sudah ditakdirkan, serta semua masalah yang muncul
harus dialami. Bahkan ada pula yang berpendapat bahwa usia setiap orang sudah
ditentukan oleh Tuhan, sampai pada usia tertentu, dimana hal tersebut tidak sama
pada setiap orang. Namun demikian, terdapat beberapa faktor yang dapat
mempercepat proses penuaan yang kemudian dapat menyebabkan sakit, dan pada
9
akhirnya membawa kepada kematian. Pada dasarnya berbagai faktor itu dapat
Beberapa faktor internal ialah radikal bebas, hormon yang berkurang, proses
glikosilasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan tubuh yang berkurang dan genetik.
Sedangkan faktor eksternal yang utama ialah gaya hidup yang tidak sehat, diet tidak
sehat, kebiasaan salah, polusi lingkungan, stres, dan kemiskinan (Pangkahila, 2011).
Dari berbagai faktor tersebut terjadilah proses penuaan, sehingga orang akan
menjadi tua, sakit, dan akhirnya meninggal. Namun apabila semua faktor penyebab
itu dapat dihindari maka proses penuaan dapat dicegah, diperlambat, dan mungkin
usia harapan hidup menjadi lebih panjang dengan kualitas hidup yang baik
(Pangkahila, 2011)
Terdapat banyak teori yang melandasi tentang penuaan dan juga terdapat
Pangkahila, dari semua teori penuaan pada dasarnya dapat dikelompokkan kedalam
- Teori program
10
Teori ini meliputi terbatasnya replikasi sel, proses imun, dan teori Neuroendokrin
sedangkan menurut Goldman dan Klatz mengemukakan, bahwa terdapat empat teori
pokok yang melandasi proses penuaan (Goldman dan Klatz, 2007), yaitu:
Tubuh dan sel mengalami kerusakan karena sering digunakan dan disalahgunakan
(overuse and abuse). Sering kali organ tubuh seperti: hati, lambung, ginjal, kulit, dan
organ tubuh lainnya, mengalami penurunan fungsi. Hal ini dapat terjadi dikarenakan
oleh:
- sinar ultraviolet,
Tetapi kerusakan ini tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel.
- Teori Neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh. Hormon
kelenjar yang terletak di otak. Hipotalamus membentuk poros dengan hipofise dan
tubuh, maka akan memproduksi hormon dalam jumlah kecil, dan pada akhirnya akan
Teori ini fokus pada genetik memprogram sandi sepanjang DNA, di mana kita
fungsi fisik dan mental tetentu. Penurunan genetik tersebut menentukan seberapa
cepat kita menjadi tua dan berapa lama kita dapat hidup.
Dalam teori radikal bebas ini menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena
terjadi akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu. Radikal
bebas sendiri merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak
kecenderungan menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu
radikal oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain.
Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal bebas
tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel, gangguan fungsi sel, dan bahkan
kematian sel. Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah
merangsang mutasi sel, yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian. Selain
12
itu radikal bebas juga merusak kolagen dan elastin, serta merusak suatu protein yang
menjaga agar kulit tetap lembab, halus, fleksibel, dan elastis. Jaringan tersebut akan
menjadi rusak akibat paparan radikal bebas, terutama pada daerah wajah, di mana
mengakibatkan lekukan kulit dan kerutan yang dalam akibat paparan yang lama oleh
radikal bebas.
karakteristik yang terbagi menjadi tiga fase. Ketiga fase tersebut yaitu :
radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh seperti:
diet yang buruk, stress, polusi, serta paparan berlebihan radiasi ultraviolet dari
matahari.
Akibat yang ditimbulkan dari kerusakan sel dan DNA ini biasanya tidak tampak dari
luar. Sehingga individu akan tampak dan merasa “normal” tanpa tanda dan gejala dari
aging atau penyakit. Bahkan, pada umumnya pada rentang usia 25-35 tahun ini
Selama tahap atau fase ini kadar hormon akan menurun sampai 25 persen. Pada
tahap ini, otot akan kehilangan masa otot yang mengakibatkan kehilangan kekuatan
dan energi serta komposisi lemak tubuh yang meninggi. Keadaan seperti ini
13
darah, dan obesitas. Pada tahapan ini juga mulai muncul gejala klinis seperti:
elastisitas dan pigmentasi kulit menurun, dorongan seksual dan bangkitan seksual
menurun.
Tergantung dari gaya hidup setiap individu, karena seperti yang sudah
dijelaskan bahwa radikal bebas memiliki sifat merusak sel dengan cepat yang
mengakibatkan individu mulai merasa dan tampak tua. Dalam hal ini radikal bebas
mulai mempengaruhi ekspresi gen dari individu yang menjadi penyebab dari banyak
penyakit aging, termasuk juga kanker, arthritis, kehilangan daya ingat, penyakit arteri
Tahapan ini merupakan tahap ketiga dalam penggolongan rentang usia, tahapan
ini terjadi pada rentang usia 45 tahun keatas. Dalam tahap atau fase klinik ini,
individu akan mengalami penurunan hormon yang berlanjut. Penurunan hormon yang
testosteron, estrogen, dan hormon tiroid. Selain penurunan hormon, hal lain yang
terjadi juga dalam tahapan ini adalah tubuh mengalami penurunan atau kehilangan
kemampuan penyerapan atas konsumsi nutrisi, vitamin, dan mineral. Sehingga akan
terjadi penurunan densitas tulang, kehilangan massa otot sekitar 1 kg setiap tiga tahun,
800-1.000 kalori perhari. Penyakit kronis menjadi sangat jelas terlihat, akibat sistem
Pencegahan adalah suatu hal yang lebih diminati oleh individu pada umumnya.
Begitu juga dengan proses penuaan, proses penuaan juga dapatlah dicegah.
Anti-Aging Medicine (AAM) telah membawa konsep baru dalam dunia kedokteran.
Dengan konsep baru ini manusia tetap dapat hidup dengan kualitas yang prima
walaupun usia terus bertambah naik. Bahkan dengan konsep baru ini maka proses
penuaan dapat diperlambat, ditunda, atau dihambat, sehingga usia harapan hidup
manusia dapat menjadi lebih panjang dengan kualitas hidup yang lebih baik
(Pangkahila, 2011).
berkala yang diperlukan dan sesuai dengan kondisi masing-masing. Selain itu dengan
15
mengkonsumsi obat dan suplemen yang diperlukan sesuai petunjuk ahli, untuk
usia. Upaya pencegahan ini merupakan upaya intervensi yang memerlukan perlakuan
kesulitan dalam upaya menghambat proses penuaan tanpa intervensi, hal tersebut
diantaranya adalah yang disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak sehat,
Lingkungan yang tidak sehat antara lain seperti adanya sejumlah makanan
yang ternyata telah diracuni oleh bahan berbahaya seperti: formalin, pestisida, dan
bahkan bahan pewarna. Beberapa produk kosmetik juga banyak yang dicampur
dengan bahan kimia yang berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan. Belum lagi
dengan terjadinya pencemaran udara yang disebabkan dari asap kendaraan bermotor,
industri, rokok, dan yang lainnya sebagainya, dimana semua hal ini tentunya akan
menganggap segala hal yang disekitarnya aman dan bermanfaat, sehingga mereka
akan “masa bodoh” atas hal yang kecil sampai dengan hal yang besar, meskipun
16
suatu hal tersebut akan membawa pengaruh dengan diri mereka sendiri. Pengetahuan
yang rendah akan pula berpengaruh pada upaya pencegahan atau upaya yang
mengkonsumsi segala sesuatu yang sebenarnya tidak bermanfaat dan bahkan yang
sangat merugikan.
Demikian juga dengan budaya yang tidak benar, terkadang dengan adanya
budaya yang sudah melekat dan sulit untuk dirubah telah membawa seseorang sulit
untuk merubah mindset mereka, meskipun budaya tersebut salah dan/atau tidak sesuai
dengan situasi dan kondisi pada jaman sekarang ini. Budaya yang tidak benar yang
berpengaruh pada upaya pencegahan penuaan misalnya meyakini bahwa pada usia
tua orang memang harus tidak berdaya. Akibatnya banyak orang yang pasrah
Radikal bebas adalah suatu elektron dalam tubuh yang tidak memiliki
dan stabil, sebelum berikatan Radikal bebas ini akan terus menghantam sel-sel tubuh
guna mendapatkan pasangannya, termasuk menyerang sel-sel tubuh yang stabil atau
normal. Radikal bebas juga merupakan molekul sebagai bahan yang dihasilkan
molekul yang stabil di dekatnya. Peristiwa ini memutus reaksi rantai karena molekul
baru yang tidak stabil mencoba mengganti elektronnya yang hilang dengan
kerusakan fungsi seluler melalui terjadinya mitasi DNA, clevage of DNA dan agregasi
gangguan fungsi biologik protein tersebut. Radikal bebas tidak hanya berkaitan
dengan proses penuaan, melainkan juga dengan penyakit yang berhubungan dengan
Penuaan dini pada kulit atau photoaging merupakan penuaan yang terjadi
akibat efek buruk kronis dari sinar matahari yang bertumpuk dengan gejala penuaan
5% dari seluruh radiasi sinar yang ada.Radiasi ultra violet terbagi atas tiga golongan
yaitu UVA (320-400nm), UVB (280-320nm) dan UVC (100-280nm). UVC biasanya
tidak sampai ke permukaan bumi kecuali pada dataran tinggi sekali dimana UVC ini
diserap oleh lapisan ozon pada atmosfir. Yang paling banyak berpengaruh kepada
kesehatan kulit adalah UVB, karena panjang gelombangnya yang lebih pendek dan
berupa lesi DNA pada cyclobutane pyrimidine dimer. Secara klinis kelainannya
berupa eritema atau kemerahan. Menariknya hasil akhir dari proses glikasi atau
advance glycation end producst (AGEs) yang terakumulasi pada protein yang berusia
ultraviolet sehingga merusak sel fibroblas di dermal. Sinar ultra violet juga terbukti
Dan juga sinar ultra violet dapat memacu sintesis MMP-1 dan MMP-3 melalui
pelepasan TNF-α oleh keratinosit dan fibroblas. UVB secara langsung berefek pada
kerusakan DNA terutama pada dua lesi besar yaitu cyclobutane dimer dan pyrimidine
kerusakan DNA jarang sekali di perbaiki secara komplit dan bisa menjadi sel kanker
(Gilchrest, 2004).
19
menyebabkan penurunan dari sintesis TGF-β (Gilchrest dan Krutmann, 2006). TGF-β
antara sinar kosmik yang sangat pendek hingga gelombang radio yang sangat panjang.
Sebagian besar perubahan kulit akibat sinar yang terjadi berhubungan dengan radiasi
UV. Terdapat tiga kategori radiasi UV, yaitu : UVC, dengan panjang gelombang
yang terpendek, yaitu 100-290 nm. Tidak ada panjang gelombang yang lebih pendek
dari 290 nm yang mencapai permukaan bumi, terutama disebabkan oleh fitrasi oleh
lapisan ozone. Berbeda dengan UVB dengan panjang gelombang 290-320 nm yang
mencapai permukaan bumi dan bertanggung jawab terhadap atas sebagian besar
terjadinya fotobiologi pada kulit. Sinar UVA dengan panjang gelombang 320-400 nm
mampu melewati kaca jendela dan dibagi menjadi UVA1 dengan panjang gelombang
340-400nm dan UVA2 dengan panjang gelombang 320-340nm (Rigel et al., 2004).
radiasi UVB yang mencapai permukaan bumi yang selanjutnya menimbulkan efek
2.4.1. Ultraviolet B
Ultra violet B (UVB) merupakan spektrum radiasi ultra violet dengan panjang
gelombang 290 – 320 nm, dan merupakan sinar ultraviolet yang paling efektif
menembus bumi dan mengakibatkan kerusakan pada kulit manusia. Kerusakan yang
terjadi oleh karena ultraviolet B adalah lebih pada kerusakan DNA sel yang
eritema yaitu 250-290 nm dan semakin berkurang efek eritemanya seiring dengan
bertambahnya panjang gelombang. Pada pajanan sinar UVB tunggal dengan dosis
suberitema, gejala eritema berangsur berkurang dalam waktu 24 jam. Pada pajanan
berulang akan terjadi efek kumulatif dan terjadilah eritema.Gejala eritema setelah
paparan sinar UVB akan terjadi kemudian dalam waktu 3- 5 jam dan maksimal pada
12-24 jam kemudian, dan berkurang dalam 72 jam. Sebelum terjadi eritema maka
akan terjadi vasodilatasi pembuluh darah. Secara histopatologis pada studi dengan
potongan kulit 1-µm yang disinari UVB tunggal dengan dosis 3 MED terjadi
kerusakan sel keratinosit pada 30 menit setelah paparan, dan paling jelas pada 24jam
kemudian. Setelah 72 jam sel keratinosit yang rusak berubah menjadi parakeratotik
dan pembesaran sel endotel terjadi setelah 30 menit sampai maksimal 24 jam
yang mengaktifkan reseptor sel epidermal growth factor (EGF), interleukin (IL)-1,
insulin, keratinocyte growth factor dan tumour necrosis factor alpha (TNF-α).
berfungsi inaktivasi reseptor EGF. Aktivasi reseptor mengaktifkan MAP kinase dan
komplek AP-1, membentuk protein C-Jun dan C-Fos (Taylor, 2005; Yaar dan
bersifat antagonis asam retinoat yang memiliki efek stimulus sintesis kolagen. Efek
kolagen yang diinduksi oleh radiasi UV. CRY61 memicu sintesis enzim yang
3) dan gelatinase 92-kd (MMP-9) yang mendegradasi kolagen, elastin dan protein
lain yang terdiri dari matriks ekstraseluler dermis, menurunkan produksi prokolagen
tipe I dan menurunkan regulasi reseptor TGF-β (Fisher et al., 2002; Taylor, 2005;
Yaar dan Gilchrest, 2007). Radiasi UV juga mengaktivasi faktor transkripsi nuclear
(MMP-8) pada kulit yang tepapar radiasi. Secara kolektif MMPs tersebut
dermis (Fisher et al., 2002; Taylor, 2005; Yaar dan Gilchrest, 2007).
23
Gambar 2.2. Efek radiasi UV pada keratinosit (KC) dan fibroblas (FB)
Radiasi UV memicu terbentuknya reactive oxygen species (ROS) yang dapat merusak DNA dan
menghambat kerja enzim tirosin fosfatase. UV juga dapat menurunkan reseptor asam retinoat (RA)
dan memicu peningkatan nuclear factor-kB (NFkB), dengan efek akhir penurunan produksi kolagen,
pemecahan kolagen, akibat aktivitas matriks metaloproteinase (MMP) dan Prokolagen (Rigel et
al.,2004; Rabe et al., 2006).
2.4. Antioksidan
degradasi oleh enzim katalase menjadi oksigen dan air, sehingga Antioksiodan dapat
antioksidan ini digolongkan kedalam dua fungsi pokok. Kedua fungsi pokok yang
- Fungsi pertama:
yaitu sebagai pemberi atom hidrogen. Antioksidan (AH) yang mempunyai fungsi
utama tersebut sering disebut sebagai antioksidan primer. Senyawa ini dapat
memberikan atom hidrogen secara cepat ke radikal lipida (R*, ROO*) atau
- Fungsi kedua:
Fungsi sekunder ini memiliki fungsi yaitu memperlambat laju autooksidasi dengan
Penambahan tersebut dapat menghalangi reaksi oksidasi pada tahap inisiasi maupun
propagasi (lihat gambar 2.1). Radikal-radikal antioksidan (A*) yang terbentuk pada
reaksi tersebut relatif stabil dan tidak mempunyai cukup energi untuk dapat bereaksi
dengan molekul lipida lain membentuk radikal lipida baru (Gordon, 1990).
Inisiasi : R* + AH ———> RH + A*
oksidasi. Pada konsentrasi tinggi, aktivitas antioksidan grup fenolik justru sering
jumlah konsentrasi pada laju oksidasi tergantung pada struktur antioksidan, kondisi
AH + O2 ———–> A* + HOO*
Mekanisme kerja antioksidan dalam tingkat selular antara lain adalah sebagai
Gambar 2.5 Tiga Macam Cara Kerja dari Antioksidan Alami (Afag dan
Mukhtar, 2006)
yaitu:
b. antioksidan sintetik yaitu antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi
kimia.
endoplasma sehingga terbentuk triple helices. Setiap asam amino ketiga pada rantai α
disebut sebagai glisin; dua asam amino kecil lainnya terbanyak di dalam kolagen
(Mescher, 2010).
Bentuk triple helix dari rantai α berbetnuk molekul prokolagen seperti sebuah
batang, dimana kolagen tipe 1 dan 2 berukuran panjang, 300nm dan lebar 1,5nm.
heterotrimerik, dimana dua atau ketiga rantainya memiliki sekuen yang berbeda.
macam tipe dari kolagen dengan struktur dan fungsi yang berbeda. Pada kolagen tipe
tentang sintesa kolagen ini. Sintesa dari protein penting ini meliputi beberapa tingkat,
2. Hidroksilasi prolin dan lisin diawali sesudah rantai peptide telah mencapai
panjang minimum tertentu dan masih terikat pada ribosom. Enzim yang
menyertai adalah prolil hidroxilase dan lisil hidroksilase dan reaksi yang
berbeda-beda.
4. Gugus amino dan karboksil akhir dari setiap rantai α membentuk polipetida
non helix, kadang disebut propeptida ekstensi, dimana membantu rantai α (α1,
α2) membentuk dengan posisi yang benar menjadi triple helix. Sebagai
ke lingkungan ekstraselular.
29
kolagen polimerik, biasanya pada tempat tertentu dekat dengan permukaan sel.
tertentu dan tipe kolagen (tipe V dan tipe XI) bergabung pada kumpulan
molekul kolagen untuk membentuk fibril-fibril dan formasi fiber yang berasal
matrik lainnya.
7. Struktur fibriler ditarik oleh formasi kovalen yang berikatan silang antara
Gambar 2.6
luas yang berperan dalam degradasi matriks kolagen kulit yang berhubungan dengan
Teh Oolong adalah Teh tradisional yang berasal dari China. Teh Oolong telah
dipercaya memiliki manfaat untuk kesehatan seperti halnya dengan teh-teh lainnya.
Komposisi utama dari Teh Oolong adalah Polyphenols, kafein, dan Amino Acid.
Teh hijau dan teh Oolong berasal dari daun teh yang sama yaitu camelia
sinensis, tetapi kedua teh ini dapat dibedakan dari pemprosesannya. Untuk produksi
teh hijau, daun teh dipanaskan setelah pemetikan untuk menghentikan reaksi-reaksi
enzim dari daun teh. Sedangkan untuk produksi teh Oolong, daun teh dibiarkan dalam
kondisi tertentu untuk memproduksi rasa yang spesifik dari proses Fermentasi. Rasa
yang spesifik dari teh yg terfermentasi berasal dari reaksi enzim Polymeric
Polyphenol. Daun dari Teh Oolong tidak dihancurkan dan sel-sel daun tidak rusak.
Oleh perbedaan ini dalam pemrosesan ini, komponen dari teh Oolong dan teh hijau
yang kuat dan dapat menangka ROS seperti radikal bebas lemak, radikal superoksida,
kandungan polifenol terbanyak pada teh hijau, kira-kira 40% dari campuran total
polifenol dan merupakan komponen yang bertanggung jawab pada efek ini (Afag dan
Mukhtar, 2006).
EGCG adalah senyawa Polifenol yang memiliki 15 Atom karbon dalam inti
dasarnya yang tersusun oleh konfigurasi C6-C3-C6 yaitu 2 cincin aromatik yang
dihubungkan oleh satuan 3 karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin
Pada umumnya EGCG adalah senyawa pemberi warna pada tumbuhan. Selain
fungsinya yang memberi warna, EGCG juga memegang peranan penting dalam
32
pertumbuhan tumbuhan, proteksi dari radiasi UVA dan UVB, antimicroba dan
Ada banyak penelitian tentang keuntungan teh hijau pada kulit. Penelitian
pada hewan menunjukkan perlindungan pada kanker kulit. Penelitian baik pada
hewan dan manusia menunjukkan formulasi teh hijau topikal dapat mengurangi
kerusakan akibat dari sinar matahari. Efek teh hijau memberikan perlindungan dari
kerusakan sinar matahari dari perlindungan dari radikal bebas dan efek anti inflamasi
dengan cara mengeblok sinar UV. Teh hijau memiliki efek sinergis dengan
deferensiasi keratinosit yang distimulasi oleh ekstrak teh hijau menjadi sel lebih baru,
ditemukan pada penelitian kulit yang terluka, dan bukti klinis tampak pada aktinik
keratoses. Pemberian ekstrak teh hijau pada kulit dapat meningkatkan ketebalan
sebagai inhibitor kompetisi dari tirosin, yang mungkin menurunkan produksi melanin
dan meregulasi perubahan pigmen kulit. Pada hewan, kandungan katekin pada teh
hijau dapat juga meningkatkan kolagen karbonil yang terkandung pada kulit, dimana
33
dari katekin teh hijau dalam melawan efek penuaan (Chiu et al,2005).
pada protein seperti terjadinya ikatan silang pada kolagen, kejadian tersebut dapat
dikurangi dengan pemberian ekstrak teh hijau. EGCG yang dioles secara topical
diaplikasikan pada mencit, sebelum terpapar oleh iradiasi UV-B dengan dosis tunggal,
dapat menghambat produksi hidrogen peroksida dan nitrik oksida pada dermis dan
epidermis. Aplikasi topikal dari EGCG pada kulit tikus sebelum terkena radiasi UV
pengurangan infiltrasi makrofage (CD 11b+) dan neutrofil, penurunan regulasi pada
produksi interleukin 10 yang diinduksi oleh UV dan peningkatan produksi dari IL12
pada kulit dan pembersihan oleh nodus limfatikus. EGCG juga menyeimbangkan
perubahan dari sitokin IL-10/ IL-12 dan hal ini dimediasi oleh sel yang
MAPK; fosforilasi dan degradasi dari IκBα dan aktifasi dari IKKα dan NF-κB. Pada
sel keratinosit, EGCG menghambat UV-B yang memperantarai aktivasi dari aktifitas
AP-1. EGCG juga ditemukan menghambat UV-B menginduksi ekspresi dari c-fos,
34
komponen utama dari AP-1. Aplikasi polifenol teh hijau topikal pada mencit SKH-1
menginduksi fosforilasi dari MAPK dan aktifasi dari NF-Κb. Aplikasi secara topikal
ekstrak teh hijau pada kulit manusia sebelum terpapar sinar UV-B juga menunjukkan
deferensiasi keratinosit yang distimulasi oleh ekstrak teh hijau menjadi sel lebih baru,
ditemukan pada penelitian kulit yang terluka, dan bukti klinis tampak pada aktinik
keratoses. Pemberian ekstrak teh hijau pada kulit dapat meningkatkan ketebalan
sebagai inhibitor kompetisi dari tirosin, yang mungkin menurunkan produksi melanin
dan meregulasi perubahan pigmen kulit. Pada hewan, kandungan katekin pada teh
hijau dapat juga meningkatkan kolagen karbonil yang terkandung pada kulit, dimana
dari katekin teh hijau dalam melawan efek penuaan (Chiu et al., 2005).
Pada sebuah penelitian tahun 2005, wanita 40 tahun dengan penuaan akibat
matahari derajat sedang secara acak diberikan kombinasi krim teh hijau 10% dan
300mg sehari dua kali secara oral atau pemberian placebo selama 8 minggu. Secara
35
klinis tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara yang diberikan ekstrak teh
hijau dan plasebo. tetapi pada pemeriksaan histologi menunjukkan perbedaan yang
signifikan pada jaringan elastis yang tersusun pada spesimen yang telah diterapi.
EGCG (salah satu derivat polifenol) dapat mecegah atau menghilangkan respon
akibat dari radiasi UVA dan UVB, meliputi kerusakan oksidatif, siklobutan, formasi
pirimidin dimer, ekspresi sikloksigenase-2 akut, faktor nuclear B dan translokasi P 56,
induksi P-53 dan c-fos dan induksi mutasi gen 8- hidroksideoksiguanosin(Chiu et al,
2005).
metalloproteinase (MMP). Pada 2009 pada penelitian secara in vitro, ekstrak teh
hijau menunjukkan 2 macam subtype dari MMP, kolagenase dan elastase (Chiu et al.,
2005).
Pada penelitian yang lain, terapi dari sel yang dikultur bersama EGCG secara
langsung dapat menghambat ekspresi dari MMP. Efek kronik dari paparan UVB telah
menunjukkan dapat menginduksi ekspresi dari MMP-2, -3,-7, -9, dimana diikuti
dengan degradasi kolagen tipe 1 dan 3 yang dihasilkan oleh kolagenase. Mencit yang
diberikan teh hijau sebagai pengganti air minum, ternyata dapat menghambat UV
menginduksi MMP pada kulit tikus, ini menandakan ekstrak teh hijau memiliki efek
anti photoaging (Afag dan Mukhtar, 2006). Terapi EGCG dapat juga
36
menghilangkan efek UVA menginduksi kerusakan kulit (kasar dan kendur) dan
melindungi kehilangan kolagen dermal pada kulit tikus. Pada penelitian yang lain,
aorta yang berhubungan dengan bertambahnya umur (Afag dan Mukhtar, 2006).
Katekin dan polifenol dari teh adalah pengumpul radikal bebas yang baik
untuk stress oksidatif dan fungsi tidak langsung sebagai antioksidan terhadap aktifitas
enzim dan factor transkripsi pada manusia. Pada percobaan terhadap manusia
konsumsi ekstrak teh hijau meningkatkan jumlah antioksidan plasma di dalam darah.
Total antioksidan plasma setelah mengkonsumsi 300ml ekstrak teh hijau meningkat
7% setelah 60 menit (Sung et al., 2000). Konsumsi minuman seperti teh hijau yang
kaya akan antioksidan Polifenol EGCG dapat mengurangi efek dari stress oksidatif
yang diakibatkan oleh ROS (Rapid Oksidatif Species). Dua mekanisme dari
2.8 TIMP
TIMP (Tissue inhibitor of metalloproteinase) adalah inhibitor metalloproteinase
pada jaringan merupakan glikoprotein yang terdapat pada beberapa jaringan terutama
kulit. Protein ini adalah anggota dari keluarga TIMP. Selain berperan sebagai
inhibitor terhadap sebagian besar MMPs, protein ini mampu menginduksi proliferasi
berbagai jenis sel, dan juga mungkin memiliki fungsi anti-apoptosis (Nalluri et al.,
2015).
2.9 MENCIT
Mangkoewidjojo, 1988) :
BAB III
dalam hal ini radikal bebas dijelaskan dalam teori radikal bebas mengakibatkan
kerusakan pada molekul dari sel yang elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut,
sehingga menyebabkan kerusakan sel, gangguan fungsi sel, bahkan kematian sel.
Dengan bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas
merangsang mutasi sel, yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian. Selain
itu radikal bebas juga merusak kolagen dan elastin, suatu protein yang menjaga kulit
tetap lembab, halus, fleksibel, dan elastis. Jaringan tersebut akan menjadi rusak akibat
paparan radikal bebas. Radikal bebas yang berperan besar disini adalah Ultraviolet B.
5% mencapai bumi dan menembus sampai ke lapisan dermis kulit tempat kolagen
berada. Paparan sinar UVB berulang akan membentuk reactive oxygen species (ROS)
kolagen. ROS yang terbentuk akan mengaktifkan transkripsi AP-1. Selanjutnya AP-1
jumlah reseptor TGF-β. Efek faktor transkripsi AP-1 lainnya yaitu antagonis asam
degradasi oleh enzim katalase menjadi oksigen dan air, sehingga Antioksidan dapat
berperanan penting disini adalah senyawa Antioksidan alami yang berasal dari
tumbuhan teh (Camellia sinensis), dikarenakan sifatnya yang alami dan karena
senyawa Polifenol banyak ditemukan didalam ekstrak daun teh, menjadikan teh salah
satu sumber antioksidan yang populer. EGCG dalam hal ini bekerja dengan
Faktor Internal :
Faktor Eksternal :
- Radikal Bebas
- Polusi
- Hormon yang menurun
- Sinar UV-B
- Imun Sistem
- Stress
- Glikosilasi
- Metilasi
Ekspresi MMP-1
Jumlah Kolagen
Keterangan:
: diteliti : diteliti
: tidak diteliti
42
a. Pemberian ekstrak teh hijau per oral mencegah peningkatan ekspresi MMP-1
lebih banyak daripada ekstrak teh oolong pada mencit balb-c yang dipapar sinar
UV-B
b. Pemberian ekstrak teh hijau per oral mencegah penurunan jumlah kolagen lebih
banyak daripada ekstrak teh oolong pada mencit balb-c yang dipapar sinar UV-B
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
rancangan penelitian ini perlu dibuat atau dirancangkan. Terdapat banyak desain
rancangan desain yaitu dengan menggunakan post test only control group design
(Federer, 2013).
P1
O1
P
S
P2
O2
P = Populasi
S = Sampel
pemberian ekstrak teh Hijau dengan dosis 3,6 mg (0,5cc) setiap hari)
pemberian ekstrak teh Oolong dengan dosis 3,6 mg (0,5cc) setiap hari).
perlakuan 1.
perlakuan 2.
O2) sehingga diperoleh dua hasil pengukuran. Pada penelitian ini akan
menggunakan objek tikus sebagai kelompok yang diberikan pajanan sinar UVB.
3 kali seminggu yaitu pada hari Senin, Rabu, Jumat setiap pukul 09.00 WITA.
dilakukan pemberian ekstrak teh hijau setiap hari sampai minggu ke -4. Pada
pemberian ekstrak teh oolong setiap hari sampai minggu ke – 4. Setelah 48 jam
61
62
4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah Mencit (Mus musculus) jantan berusia
6-8 minggu. Penelitian ini memilih Mencit dengan alasan, karena mencit mudah
dikendalikan dan jika dilihat dari struktur genetiknya juga lebih bagus. Pemilihan
tikus jantan karena tikus jantan tidak berproduksi sehingga tidak akan merusak
siklus kembang biak dari mencit. Mencit dengan usia 6-8 minggu adalah usia
dewasa mencit, sehingga jangka usia ini sangat bagus dan cocok untuk penelitian
ini. Mencit yang dijadikan sampel ini adalah mencit yang tidak menderita sakit,
dan mencit yang masih bisa serta mau untuk diberi makan dan minum.
Untuk lebih spesifik lagi maka dalam penelitian ini akan diambil sampel
dengan kriteria khusus. Terdapat dua kriteria sampel dalam melakukan penelitian
ini, yaitu:
b. Umur 6 - 8 minggu
c. Berat 20 - 25 gram
d. Sehat
(n – 1) (t – 1) > 15
(n – 1) (2 – 1) = 15
(n – 1) (1) = 15
n – 1 = 15
n = 16
Keterangan :
n : Banyaknya ulangan.
t : Banyaknya perlakuan
ditambah 10% dari 16 untuk mengantisipasi drop out selama penelitian yaitu
Penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu: variabel bebas, variabel
1. Teh Hijau adalah golongan teh yang tidak mengalami proses fermentasi
2. Teh Oolong adalah golongan teh yang mengalami proses semi fermentasi
Ekstrak teh oolong dan teh hijau mengandung Polifenol atau EGCG yang
sonde lambung berupa jarum suntik yang ujungnya tumpul dengan dosis 3,6
mg (0,5cc).
Mencit Balb/c yang digunakan adalah Mencit (Mus musculus) jantan yang
65
telah terpajan sinar UVB dan berusia 6-8 minggu dengan berat 20-25 gram,
pemberian ekstrak teh hijau dan teh oolong ini sebanyak 0,5 cc secara oral
6. Sinar UVB
UVB adalah sinar UV dengan panjang gelombang 302 nm dengan alat G-Box
syngene, medium power level (400 mJ/cm2) selama 2 – 3 menit. Dosis UVB
adalah sinar UVB yang diberikan dari sumber UVB berupa solar simulator
yang diberikan 3 kali per minggu dengan total dosis 840 mJ/cm2 selama 4
7. Kolagen
Kolagen pada penelitiian ini diambil dari punggung mencit yang dipapar sinar
UVB, biopsy kulit mencit diambil dengan punch biopsy dengan diameter lima
adalah %.
8. Jumlah kolagen adalah presentasi pixel jaringan kolagen yang diamati dan
dengan alat Optilab untuk mengambil gambar preparat dengan pulasan warna
66
picro Sirius Red, dibandingkan dengan pixel seluruh jaringan yang tampak
pada foto sediaan histologis dan dinyatakan dalam persen (%). Penilaian
dilakukan pada foto preparat dalam format JPEG yang diambil dengan kamera
lima lapangan pandang dan dikalikan 100%, hasilnya dinyatakan dalam satuan
persen (%).
kandang untuk tiap kelompok perlakuan yang berbeda tiap mencit, yaitu tiap
makanan ayam 30%, jagung giling 40% dan dedak 30%, sebanyak 12-25 gr/
ekor/ hari, diberikan secara ad libitum. Minuman yang diberikan secara tidak
pertukaran udara yang ekstrim harus dihindari. Aliran udara dalam ruangan
harus lemah dan mantap (ruang berventilasi baik dengan penyinaran normal)
(Mangkowidjojo, 1988).
67
1. Kandang mencit
2. Timbangan
5. Mikroskop
6. Spuit 1 cc
7. Needle 30 G
8. Kapiler
Bahan utama untuk penelitian ini adalah ekstrak teh oolong dan teh hijau
sebanyak 0,5 cc
Hewan percobaan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Mencit (Mus
musculus) berusia 6-8 minggu dengan berat badan 20-25 gram. Hewan yang
adalah mencit ditempatkan dalam kandang yang terbuat dari wadah plastik
anyaman kawat. Satu kandang maksimal dihuni 2 ekor mencit, idealnya satu
kandang untuk 1 ekor mencit. Kandang harus cukup kuat, tidak mudah rusak,
68
tahan gigitan, hewan tidak mudah lepas, tapi hewan harus tampak jelas dari luar.
pemberian ekstrak teh hijau (P1) dan kelompok dengan pemberian ekstrak teh
- Mencit dari kelompok P1 diaplikasikan ekstrak teh hijau sebanyak 3,6 mg (0,5
cc) perlakuan diberikan setiap hari sampai minggu ke -4. Mencit dari
syngene, dengan dosis total penyinaran pada kelompok pertama dan kelompok
pertama, 70 mJ/cm2 pada minggu ke dua dan 80 mJ/cm2 pada minggu ke 3 dan
Tabel 4.1
- Bahan dasar ekstrak teh hijau 3,6 mg (0,5cc) diberikan per oral (force feeding)
diberikan dosis tunggal setiap hari setiap pukul 09.00, 15 menit sebelum
disinari dengan UVB. Mencit dibiarkan terlebih dahulu selama dua puluh
dibiopsi, mencit di euthanasia dengan dosis xylazine 4-8 mg/ kgBB IM dan
jaringan kulit diambil 2-3 mm dengan kedalaman sampai subkutan dan dibuat
sediaan histologis.
-
70
a. Tahap fiksasi
Kulit hasil biopsi direndam dalam formalin bufer fosfat 10% selama 24 jam
b. Tahap dehidrasi
50%, 70%, 90%, 96% dan 100% masing masing 2 kali selama 2 jam.
c. Tahap clearing
transparan.
d. Tahap embeding
ditanam ke dalam parafin cair dan dibiarkan membentuk blok yang memakan
e. Pemotongan
meter secara seri dan diambil irisan ke 5, 10, 15 untuk selanjutnya dilakukan
penempelan pada gelas obyek, lalu diinkubasi pada suhu 60o C selama 2 jam.
object glass yang sudah dilapisi daya rekat seperti Poly-Lysine atau yang
sejenis.
71
selama 2 menit, etanol 96% 2 x 2 menit, etanol 70% selama 2 menit dan
c. Dilakukan pewarnaan dengan picro Sirius Red selama 1 jam yang bertujuan
secara perlahan.
f. Dehidrasi dalam etanol 70% selama 10 detik, etanol 96% 2x 10 detik, etanol
100% selama 10 detik dan xylene 2 x 2 menit, keringkan selama 2 jam dalam
Jumlah kolagen dihitung dengan metode analisis cepat digital, setiap sediaan
Prosedur menggunakan piranti lunak Adobe Photoshop Cs2 versi 9.0. Foto
kolagen dari seluruh area jaringan. Jaringan kolagen yang tampak berwarna merah
terang.
menit, etanol 96% 2 x 2 menit, etanol 70% selama 2 menit dan PBS selama 2
menit. Selanjutnya dilakukan antigen retrieval, yaitu slide direndam dalam buffer
Tri Sodium Citrat lalu dipanaskan dalam microwave selama 5 menit dengan
menit masing-masing dua kali. Diteteskan 5% FBS 100 µL selama dua jam dalam
suhu ruang dan boks dalam keadaan tertutup. Dilanjutkan dengan dicuci PBS 1X
selama 5 menit masing-masing dua kali, kemudian diteteskan antibodi primer 100
µL selama satu malam dalam boks tertutup. Setelah satu malam dicuci dengan
PBS 1X selama 5 menit dalam glass jar masing-masing sebanyak dua kali sambil
kemudian dicuci dalam PBS 1X selama 5 menit dalam glass jar masing-masing
kemudian didiamkan selama 30 menit dalam boks tertutup, dicuci kembali dalam
Gill didiamkan selama lima menit kemudian dicuci dengan air mengalir.
Direndam dalam etanol absolut sebanyak dua kali masing-masing selama lima
Setelah kering slide di-mounting dengan medium berbasis xylene (DPX) dan
Kelompok P1 Kelompok P2
18 18
Pemberian ekstrak teh Hijau 3,6 mg Pemberian ekstrak teh Oolong 3,6 mg
(0,5 cc) setiap pukul 09.00, ditunggu (0,5 cc) setiap pukul 09.00, ditunggu 15
15 menit kemudian dipapar sinar UVB menit kemudian dipapar sinar UVB
Analisis Data
Data yang telah terkumpul sudah diproses dan dianalisis dengan langkah –
dilakukan dengan program SPSS. Pemilihan penyajian data dan uji hipotesis
a. Uji normalitas data menggunakan uji Saphiro Wilk, oleh karena sampel
berjumlah kurang atau sama dengan 36. Data terdistribusi normal dengan
p>0,05.
3. Uji komparasi
Karena data berdistribusi normal dan homogen, perbedaan rerata antar kelompok
BAB V
HASIL PENELITIAN
completely randomized post test only control group design yang menggunakan 36
ekor Mencit Jantan (Mus musculus) strain balb/c, berumur 6-8 minggu, dengan
berat badan 20-25 gram yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing
yang diberikan pajanan sinar UVB dengan pemberian ekstrak teh Hijau dengan
dosis 0,5cc setiap hari, dan kelompok perlakuan 2 (P2) yang diberikan pajanan
sinar UVB dengan pemberian ekstrak teh Oolong dengan dosis 0,5cc setiap hari.
dilakukan pemberian ekstrak teh hijau setiap hari sampai minggu ke -4. Pada
pemberian ekstrak teh oolong setiap hari sampai minggu ke – 4. Setelah 48 jam
dari pemberian preparat, semua mencit dari kedua kelompok dianestesi, kemudian
diambil jaringan kulitnya untuk dibuat preparat histologisnya dan dihitung jumlah
kolagen dermisnya sebagai data post test. Hasil penelitian ini kemudian dianalisis
deskripsi. Jumlah kolagen dermis adalah persentase pixel jaringan kolagen berupa
dengan pixel seluruh jaringan yang tampak pada foto sediaan histologis. Penilaian
dilakukan pada foto dan perhitungan dengan analisis digital menggunakan piranti
Tabel 5.1
Hasil Analisis Deskriptif Data Jumlah Kolagen dan Ekspresi MMP-1
pengecatan Imunohistokimia
Keterangan Gambar: Tanda panah menunjukan sel fibroblast yang mengekspresikan MMP-1
bahwa data berdistribusi normal (p>0,05) yang disajikan pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2
Hasil Uji Normalitas Data Antar Kelompok
Tabel 5. 3
Hasil Uji Homogenitas Data Antar Kelompok
Variabel n p Keterangan
kolagen dan ekspresi MMP-1 antar kelompok perlakuan 1 (P1) yang diberikan
pajanan sinar UVB dengan pemberian ekstrak teh Hijau dengan dosis 0,5cc setiap
hari, dan kelompok perlakuan 2 (P2) yang diberikan pajanan sinar UVB dengan
pemberian ekstrak teh Oolong dengan dosis 0,5cc setiap hari. Analisis kemaknaan
diuji dengan Independent sample T test karena sebaran data normal dan homogen.
Tabel 5.4
Rerata Jumlah Kolagen dan Ekspresi MMP-1 antar Kelompok
(P1) yang diberikan pajanan sinar UVB dengan pemberian ekstrak teh Hijau
diberikan pajanan sinar UVB dengan pemberian ekstrak teh Oolong adalah 75,59
bahwa nilai t= -0,778 dan nilai p= 0,442. Hal ini berarti kedua kelompok memiliki
perlakuan 1 (P1) yang diberikan pajanan sinar UVB dengan pemberian ekstrak teh
Hijau adalah 11,49 ± 2,810 %, sedangkan pada kelompok perlakuan 2 (P2) yang
diberikan pajanan sinar UVB dengan pemberian ekstrak teh Oolong adalah 6,87 ±
bahwa nilai t= 5,321 dan nilai p= 0,000. Hal ini berarti kedua kelompok memiliki
PEMBAHASAN
Untuk menguji perbedaan efek pemberian ekstrak teh Hijau dan ekstrak teh
Oolong terhadap jumlah kolagen dan ekspresi MMP-1 Mencit Jantan (Mus
musculus) strain balb/c yang dipapar sinar UVB, telah dilakukan penelitian
Mencit Jantan (Mus Musculus) strain balb/c, berumur 6-8 minggu, dengan berat
yang diberikan pajanan sinar UVB dengan pemberian ekstrak teh Hijau dengan
dosis 0,5cc setiap hari, dan kelompok perlakuan 2 (P2) yang diberikan pajanan
sinar UVB dengan pemberian ekstrak teh Oolong dengan dosis 0,5cc setiap hari.
dilakukan pemberian ekstrak teh hijau setiap hari sampai minggu ke -4. Pada
oleh siklus menstruasi seperti pada mencit betina, dimana pada mencit yang
84
85
mestruasi akan terjadi perubahan hormonal yang akan memberi efek pada
Data hasil penelitian berupa jumlah kolagen sebelum dianalisis lebih lanjut,
terlebih dahulu diuji distribusi dan variannya. Untuk uji distribusi digunakan uji
Shapiro-Wilk untuk mengetahui normalitas data dan uji homogenitas dengan uji
pada semua kelompok, yaitu kelompok perlakuan 1 (P1) yang diberikan pajanan
sinar UVB dengan pemberian ekstrak teh Hijau dengan dosis 0,5cc setiap hari,
dan kelompok perlakuan 2 (P2) yang diberikan pajanan sinar UVB dengan
pemberian ekstrak teh Oolong dengan dosis 0,5cc setiap hari berdistribusi normal
6.3 Pengaruh Pemberian Ekstrak Teh Hijau dan Teh Oolong terhadap
Jumlah Kolagen Kulit
Radiasi ultraviolet merupakan salah satu sumber radikal bebas yang dapat
menginduksi kerusakan yang berasal dari formasi radikal bebas. Radiasi sinar
86
fotosensitisasi yang dapat merusak sel dengan tranfer elektron atau pembentukan
hidroksil (OH•) dengan adanya zat besi (Fe2+) melalui reaksi Fenton. Radikal
hidroksil dapat masuk memalui membran inti dan merusak DNA. Kadar (OH•)
dapat dideteksi dalam 15 menit setelah paparan sinar UV dan berlanjut hingga 60
menit. Pembentukan dan penyebaran radikal bebas semacam ini dapat merusak
berbagai komponen di dalam kulit, seperti enzim dan membran sel (Rhein dan
Kromofor pada jaringan kulit dapat menyerap energi dan menjadi bagian
molekul yang lain atau energi ekstra tersebut menyalurkan panas atau sinar. Sinar
protein utama pada kulit manusia. Pengurangan ini adalah kunci dari patofisiologi
dari penuaan kulit secara dini (photoaging) (Rhein dan Santiago, 2010).
berupa berkurangnya jumlah serat kolagen dan berakibat pada ketebalan kolagen
kolagen akibat paparan sinar UVB akibat pengaruh radikal bebas dapat
menimbulkan kerusakan pada tingkat seluler dan pada akhirnya berakibat pada
kematian sel serat kolagen maupun sel fibroblas yang memproduksi kolagen
perlakuan 1 (P1) yang diberikan pajanan sinar UVB dengan pemberian ekstrak teh
Hijau adalah 73,96 ± 6,266 %, sedangkan pada kelompok perlakuan 2 (P2) yang
diberikan pajanan sinar UVB dengan pemberian ekstrak teh Oolong adalah 75,59
bahwa nilai t= -0,778 dan nilai p= 0,442. Hal ini berarti kedua kelompok memiliki
Teh hijau dan teh oolong mengandung polifenol dalam jumlah yang cukup
dan epigallocatechin3-gallate (EGCG). Polifenol teh hijau dan teh oolong dapat
diberikan baik secara oral maupun topikal untuk mendapatkan efek fotoproteksi.
satu atom hidrogen, senyawa fenolik menjadi senyawa yang stabil dan tidak
ditemukan di sayuran, buah-buahan, kulit pohon, akar, bunga, teh dan wine.
mengingat total asupan harian flavonoid dapat berkisar 50-800 mg, konsumsi ini
88
lain seperti vitamin C (70 mg), vitamin E (7-10) atau keratenoid (2-3 mg).
Flavonoid bisa mencegah kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas dengan
beberapa cara. Salah satunya adalah memusnahkan radikal bebas secara langsung.
Flavonoid dioksidasi oleh radikal, menghasilkan radikal yang lebih stabil dan
deferensiasi keratinosit yang distimulasi oleh ekstrak teh hijau menjadi sel lebih
baru, ditemukan pada penelitian kulit yang terluka, dan bukti klinis tampak pada
aktinik keratoses. Pemberian ekstrak teh hijau pada kulit dapat meningkatkan
dengan cara meregulasi gen antiapoptosis, seperti bcl-2. Sebagai tambahan EGCG
kandungan katekin pada teh hijau dapat juga meningkatkan kolagen karbonil yang
yang memberikan efek perlindungan dari katekin teh hijau dalam melawan efek
nuklear B dan translokasi nuklear p56, c-fos dan induksi protein p53 dan 8-
89
teh hijau dapat menstimulasi umur keratinnosit untuk memperbarui sel. EGCG
seperti bcl-2. Pada hewan coba, katekin teh dapat juga meningkatkan kandungan
karbonil kolagen pada kolagen, dimana hal ini penting sebagai langkah untuk
fosforilasi MAPK; fosforilasi dan degradasi dari IκBα dan aktifasi dari IKKα dan
menginduksi ekspresi dari c-fos, komponen utama dari AP-1. Aplikasi polifenol
teh hijau topikal pada mencit SKH-1 sebelum terpapar UV-B berkali-kali dapat
menurunkan regulasi dari UV-B menginduksi fosforilasi dari MAPK dan aktifasi
dari NF-Κb. Aplikasi secara topikal ekstrak teh hijau pada kulit manusia sebelum
sel-sel langerhan dan terhadap kerusakan DNA (Afag dan Mukhtar, 2006).
Secara garis besar, kedua jenis teh ini, yakni teh hijau dan teh oolong
dapat mencegah penurunan kadar kolagen akibat paparan sinar UVB dengan
efektifitas yang tidak berbeda (p>0,05). Teh hijau dan teh Oolong berasal dari
daun teh yang sama yaitu camelia sinensis, tetapi kedua teh ini dapat dibedakan
90
Sedangkan untuk produksi teh Oolong, daun teh dibiarkan dalam kondisi tertentu
untuk memproduksi rasa yang spesifik dari proses Fermentasi. Daun dari Teh
Oolong tidak dihancurkan dan sel-sel daun tidak rusak. Oleh perbedaan ini dalam
pemprosesan ini, komponen dari teh Oolong dan teh hijau berbeda satu sama lain
(Komatsu et al, 2003). Namun efektifitas kedua daun ini dalam mencegah
penurunan kolagen adalah serupa dan tidak berbeda bermakna secara statistik.
6.4 Pengaruh Pemberian Ekstrak Teh Hijau dan Teh Oolong terhadap
Ekspresi MMP-1
bagian dermis. MMP terlibat dalam berbagai aktivitas proteolitik baik dalam
pada kulit yang paling banyak dipicu pembentukannya oleh paparan sinar UV
Disamping oleh paparan sinar UV, kadar MMP-1 juga meningkat dengan
susunan serat kolagen pada dermis (Seltzer dan Eisen, 2003 ; Fisher et al., 2009).
reseptor sitokin dan growth factor pada permukaan keratinosit epidermis dan sel
91
dari dua sub unit yaitu c-jun dan c-fos, berfungsi untuk mengontrol transkripsi
merupakan faktor transkripsi yang diatur oleh keadaan redoks seluler, dan terlibat
dalam regulasi ekspresi gen. Kedua faktor transkripsi tersebut bertanggung jawab
Kedua faktor transkripsi ini sangat penting dalam proses degeneratif yang
MMP-3 dan MMP-9 adalah yang paling meningkat kadarnya setelah paparan
sinar UV-B. Peningkatan mRNA MMP-1 dan MMP-3 hampir 1000 kali lipat
setelah 24 jam paparan sinar UV (Quan et al., 2009). Setelah kolagen dipecah
paparan sinar UV-B pada sel kultur maupun sel kulit secara in vivo (Fagot et al.,
dihasilkan di epidermis, tapi enzim tersebut dapat berdifusi ke dalam dermis dan
92
ada penelitian yang mengemukakan bahwa keratinosit adalah sumber utama MMP,
yang diproduksi sebagai respon kulit terhadap paparan sinar UV-B (Fisher et
al.,2009) tapi ada kemungkinan bahwa fibroblas dermis juga memainkan peran
dalam produksi MMP oleh keratinosit melalui mekanisme parakrin tidak langsung
yaitu dengan pelepasan growth factor dan sitokin yang memicu produksi MMP
Paparan sinar UV-B dengan total dosis 840 mJ/cm2 selama empat minggu
mampu meningkatkan kadar MMP-1 pada jaringan kulit tikus (Sun-Young et al.,
2004). Dan dalam penelitian rerata ekspresi MMP-1 pada kelompok perlakuan 1
(P1) yang diberikan pajanan sinar UVB dengan pemberian ekstrak teh Hijau
adalah 11,49 ± 2,810, sedangkan pada kelompok perlakuan 2 (P2) yang diberikan
pajanan sinar UVB dengan pemberian ekstrak teh Oolong adalah 6,87 ± 2,280.
t= 5,321 dan nilai p= 0,000. Hal ini berarti kedua kelompok memiliki rerata
Ekstrak teh hijau dan teh oolong merupakan sumber kaya katekin telah
menunjukkan bahwa EGCG dapat menghambat aktivitas dari aktivasi sitokin JNK
dan jalur AP-1 pada kondrosit manusia (Singh et al., 2004). Selain itu penelitian
EGCG konsentrasi 100μM secara in vitro pada kultur sel kondrosit babi
dan manusia dapat mencegah IL-1β meningkatkan ekspresi MMP-1 dan MMP-13
pada kondrosit manusia (Ahmed, 2002). Banyak penelitian telah dilakukan dan
kanker dari katekin ekstrak teh hijau serta pengaruh pencegahan terhadap penyakit
jantung iskemik.. Namun hasil peneltian ini bertolak belakang dengan penelitian
yang dilakukan oleh Chiu et al. (2005), yang menunjukkan pemberian EGCG oral
sebesar 400 atau 800 mg dari tidak dapat melindungi kulit dari kemerahan atau
melindungi kerusakan kulit akibat dari ultraviolet (Klaus et al., 2005; Nagao et al.,
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa senyawa yang memiliki efek
epicatechin gallate (ECG), epicatechin (EC), gallocatechin (GC) dan catechin (C).
Namun hasil penelitian ini menarik karena dari hasil analisis menunjukkan bahwa
ekspresi MMP-1 pada kelompok yang diberikan teh oolong (P2) lebih rendah
dibandingkan kelompok yang diberikan teh hijau (P1) (p<0,01). Hal ini
(EC), gallocatechin (GC) pada teh hijau adalah lebih tinggi dibandingkan
teh oolong. Kecuali kandungan catechin (C) yang menunjukkan kadar lebih tinggi
pada teh oolong dibandingkan dengan teh hijau (Kuo et al., 2005). Hal ini
mengindikasikan bahwa catechin (C) memiliki peran yang jauh lebih dominan
MMP-1 secara statistik lebih tinggi pada kelompok perlakuan teh oolong (P2)
dibandingkan teh hijau (P1) (p<0,01), namun jumlah kolagen pada kedua
kelompok tidak berbeda secara statistik (p>0,05). Hal ini kemungkinan dapat
(TIMP1) pada kelompok teh hijau (P1). TIMP adalah inhibitor metalloproteinase
terutama kulit. Protein ini adalah anggota dari keluarga TIMP. Selain berperan
sebagai inhibitor terhadap sebagian besar MMPs, protein ini mampu menginduksi
proliferasi berbagai jenis sel, dan juga mungkin memiliki fungsi anti-apoptosis
(Nalluri et al., 2015). Sehingga hal ini dapat menjelaskan mengapa jumlah
kolagen pada kedua kelompok tidak berbeda dengan ekspresi MMP-1 yang
berbeda. Namun hal ini perlu dikonfirmasi lebih lanjut dengan melakukan
7.1 Simpulan
MMP-1 lebih banyak daripada ekstrak teh hijau pada mencit balb-c yang
2. Pemberian ekstrak teh hijau per oral tidak berbeda bermakna dalam
7.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian dalam jangka waktu perlakuan lebih lama untuk
95
81
2. Perlu dilakukan analisis lanjutan terhadap variabel lain seperti TIMP-1 untuk
3. Perlu dilakukan uji toksisitas krim ekstrak teh hijau dan teh oolong terhadap
kulit, untuk mengetahui potensi efek samping baik jangka pendek maupun
4. Perlu dilakukan uji klinik pada manusia yang memiliki tingkat sensitivitas
81
82
DAFTAR PUSTAKA
Adcocks C, Collin P, Buttle DJ. 2002. Catechins from green tea (Camellia sinensis)
inhibit bovine and human cartilage proteoglycan and type II collagen
degradation in vitro. J Nutr. 2002 Mar;132(3):341-6.
Afaq, F., Mukhtar H., 2010. Antioxidants for The Prevention of Photoaging. In :
Rhein, L.D., Fluhr J.M., editors. Aging Skin : Current and Future
Therapeutic Strategis 1st ed.USA: Allu Red Bussiness Media. P. 273-93.
Ahmed, S., Wang, N., Lalonde, M., Goldberg, V. M. and Haqqi, T.M. 2004. Green
Tea Polyphenol Epigallocathecin-3-gallate (EGCG) Differentially Inhibits
Interleukin- 1β- Induced Expression of Matrix Metalloproteinase-1 and -13 in
Human Chondrocytes. The Journal of Pharmacology and Experimental
Therapeutics February, 308 (2) : 767-73.
Bose, M., Lambert, J.D., Ju, J., Reuhl, K.R., Shapses, S.A., Yang, C.S., 2008. The
Major Green Tea Polyphenol, (-)- Epigallocatechin-3- Gallate, Inhibits
Obesity, Metabolic Syondrome, and Fatty Liver Disease in High-Fat-Fed
Mice. Dalam Journal of Nutrition and Disease. Vol:2, hlm 1677-1683.
Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2586893/.
Accessed at 1 April 2014.
Chiu, A.E., Chan, J. L., Kern, D. G., Kohler, S., Rehmus, W. E. and Kimball, A. B.
2005. Double-Blinded, Placebo-Controlled Trial of Green dTea Extracts in
82
83
83
84
Darvin, M. E., Sterry, W., Lademann, J., Vergou, T., 2011. The Role Of
Carotinoid in Human Skin, 16: 10491-10506.
Fisher, G.J., Quan, T., Purohit, T., Shao, Y., Cho, M.K., Varani, J., Kang, S.,
Voorhess, J.J. 2009. Collagen Fragmentation Promotes Oxidative Stress
and Elevates Matrix Metalloproteinase-1 in Fibroblast in Aged Human
Skin. The American Journal of Pathology, vol 174: p. 101-115.
Fisher, G.J., Wang, Z.Q., Datta , S.C., Varani, J. and Kang, S., 2001.
Pathophysiology of Premature Skin Aging. N. Eng. J. Med. Vol. 337:
1419-29.
Fisher, G.J., Wang, Z.Q., Datta , S.C., Varani, J., Kang, S. and Voorhees, J.J.,
2008. Pathophysiologi of Premature Skin Aging Induce by Ultraviolet
Light. Available from: http//Wikipedia.org/wiki/Antioxidan. Accessed
August 12, 2016
Gilchrest, B. A. 2004. Using DNA damage responses to prevent and treat skin
cancers. J Dermatol, 31 : 862-877.
Helfrich, Y.R., Sachs, D. L., and Voorhees, J. J. 2008. The Biology of Skin
Ageing. European Dermatology. 39-42.
85
Ichihashi, M., Ando, H., Yoshida M., Niki Y., and Matsui, M. 2009. Photoaging
of The Skin. J Anti-Aging Med. 6(6): 46-59.
Japanese Female. Dalam jurnal Med Invest. Vol: 50:170-175. Kuo KL, Weng MS,
Chiang CT, Tsai YJ, Lin-Shiau SY, Lin JK. 2005. Comparative studies on
the hypolipidemic and growth suppressive effects of oolong, black, pu-erh,
and green tea leaves in rats. J Agric Food Chem. 2005 Jan 26;53(2):480-9.
Komatsu, T., Nakamori, M., Komatsu, K., Hosoda, K., Okamura, M., Toyama, K.,
Ishikura, Y., Sakai, T., Kunii, D., Yamamoto, S., 2003. Oolong Tea
Increases Energy Metabolism in Japanese Female. Dalam jurnal Med
Invest. Vol: 50:170-175.
Marczyk, Geoffrey, R., Dematteo, D., Festinger, D., 2005. Experimental Design.
In: Dematteo, D., David., editors. Essentials of Research Design and
Methodology. First edition. New Jersey: John-Wiley. p. 48-56.
Nagao, T., Hase, T., and Tokimitsu, I. 2007. A Green Tea Extract High in
Catechins Reduces Body Fat and Cardiovascular Risk in Human. Obesity
journal. 15 : 1473-83
Adenocarcinoma Cells via Interaction with Bcl-2. PLoS One. 2015 Sep
14;10(9):e0137673. doi: 10.1371/journal.pone.0137673. eCollection 2015.
Pangkahila, W. 2011. Antiaging Tetap Muda Dan Sehat. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas.
Quan, T., Qin, Z., Xia, W., Shao, Y., Voorhees, J.J. and Fisher, G. 2009. Matrix-
Degrading Metalloproteinases in Photoaging. Journal of Investigative
Dermatology Symposium Proceedings. 14 : 20-24.
Rabe, J.H., Mamelak, A.J., McElgunn, P.J.S., and Morison, W.L. 2006.
Photoaging Mechanism and Repair . J Am Acad of Dermatol. 55: 1-19.
Rhein, L.D. and Santiago, J.M., 2010. Matrix Metallo Proteinase, Fibrosis, and
Regulationby Transforming Growth Factor Beta: A new Frontier in
Wrinkle Repair. In : Rhein, L.D., Fluhr J.M., editors. Aging Skin : Current
and Future Therapeutic Strategis 1st ed.USA: Allu Red Bussiness Media.
P. 26-81.
Rigel, D. S., Weiss, R. A., Lim, H.W., dan Dover, J. S. 2004. Photoaging. New
York: Marcel Dekker, Inc.
Singh KP, Gerard HC, Hudson AP, Boros DL. 2004. Dynamics of collagen, MMP
and TIMP gene expression during the granulomatous, fibrotic process
induced by Schistosoma mansoni eggs. Ann Trop Med Parasitol. 2004
Sep;98(6):581-93.
Sun-Young, K., Su-Jun, K., Jin-Young, L., Wan-Gi, K., Won-Seok, P., Young-
Chul, S., and Sang-Jun, L. 2004. Protective Effects of Dietary Soy
87
Sun-Young, K., Su-Jun, K., Jin-Young, L., Wan-Gi, K., Won-Seok, P., Young-
Chul, S. and Sang-Jun, L. 2004. Protective Effects of Dietary Soy
Isoflavones Against UV Induced Skin-Aging in Hairless Mouse Model.
Journal of American College o Nutrition. 23(2): 157-162.
Taylor, S.C. 2005. Photoaging and Pigmentary Changes of the Skin, In Burgess,
C.M, editor. Cosmetic Dermatology. First edition. Germany: Springer. p
29-49.
Wiraguna, 2013. Pemberian Gel Ekstrak Bulung Boni (Caulerpa spp.) Topikal
Mencegah Penuaan Kulit Melalui Peningkatan Ekspresi Kolagen,
Penurunan Kadar dan Ekspresi MMP-1 Serta Ekspresi 8-OhdG Pada Tikus
Wistar Yang Dipapar Sinar Ultra Violet-B. (Disertasi). Denpasar :
Universitas Udayana.
Lampiran 2. Laporan Hasil Analisis Fitokimia Teh Hijau dan Teh Oolong
90
Cases
Valid Missing Total
Descriptives
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Presentase_kolagen Kolagen Teh Hijau .107 18 .200* .951 18 .441
Kolagen Teh Oolong .117 18 .200* .934 18 .226
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.