Laporan Diskusi Kelompok 1
Laporan Diskusi Kelompok 1
Laporan Diskusi Kelompok 1
KEPATUHAN PAJAK
Hari/Tanggal : Sabtu, 11 Maret 2023
Pukul : 09.45 – 12.15
Dosen Pengampu : Dr. R. Wedi Rusmawan Kusumah, S.E., M.Si., Ak, C.A
Jawaban :
Saskia Ratna Fadhila 51621220004
Atas penetapan sebagai PKP berisiko rendah, Dirjen Pajak memiliki wewenang untuk
melakukan pencabutan penetapan apabila PKP:
▪ Dilakukan pemeriksaan bukti permulaan dan/atau penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan;
▪ Dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; atau
▪ Tidak lagi memenuhi kriteria PKP berisiko rendah.
Apabila dicabut, PKP masih diberikan kesempatan untuk dapat ditetapkan sebagai PKP
berisiko rendah dengan syarat mengajukan kembali permohonan penetapan.
Jawaban :
Irma Nurwulan 51621220067
Jawaban :
Dr. R.Wedi Rusmanan Kusumah, S.E., M.si., AK.,C.A. :
Insentif pajak salah atu upaya pemerintah untuk meningkatkan kepatuhan wp untuk tetap
membayar pajak. Untuk tujuan yang lebih luas, insentif pajak pada covid dilakukan agar
roda perekonomian tetap berjalan dengan baik.
Jawaban :
Iyam Maryam 51621220063 :
Menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 235/KMK.03/2003, Wajib Pajak (WP) akan
dikukuhkan sebagai WP Patuh yang bisa memeroleh pengembalian pendahuluan kelebihan
dari pembayaran pajak jika memenuhi semua persyaratan yang ada, antara lain:
1. PKP selalu tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan dalam 2
(dua) tahun terakhir;
2. Dalam kurun waktu satu tahun terakhir penyampaian SPT Masa yang terlambat tidak
lebih dari 3 (tiga) masa pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut;
3. SPT Masa yang terlambat, disampaikan tidak melewati batas waktu penyampaian SPT
Masa pada masa pajak berikutnya;
4. Tidak memiliki tunggakan Pajak untuk semua jenis pajak:
a. Kecuali telah mendapatkan izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak;
b. Tidak termasuk tunggakan pajak yang berhubungan dengan STP yang diterbitkan
untuk 2 (dua) masa pajak terakhir;
5. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena tindak pidana di bidang perpajakan dalam kurun
waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir; dan
6. Dalam hal laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik atau Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan harus memiliki pendapat wajar tanpa pengecualian atau
dengan pendapat wajar dengan pengecualian sepanjang pengecualian tersebut tidak
mempengaruhi laba rugi fiskal. Laporan audit harus:
a. Disusun dalam bentuk panjang (long form report);
b. Menyajikan rekonsiliasi laba rugi komersial dan fiskal.
Perihal laporan keuangan WP yang tidak diaudit oleh akuntan public, maka WP
harus mengajukan permohonan tertulis, setidaknya 3 bulan sebelum akhir tahun
buku dan terdapat beberapa syarat agar WP bisa dikukuhkan sebgai WP Patuh
selama memenuhi persyaratan 1 s/d 5, antara lain:
1. Dalam 2 tahun pajak terakhir menyelenggarakan pembukuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 UU KUP, dan
2. Apabila dalam 2 tahun terakhir terhadap Wajib Pajak pernah dilakukan
pemeriksaan pajak, maka koreksi fiskal untuk setiap jenis pajak yang terutang
tidak lebih dari 10%. Benefit yang akan diperoleh oleh Pengusaha Kena Pajak
(PKP) yang memenuhi persyaratan sebagai WP Patuh, yaitu PKP akan diberikan
pelayanan yang khusus saat restitusi Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan
Nlai dalam bentuh pengembalian pendahuluan kelebihan pajak tapan harus
melakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Penetapan Pengusaha Kena Pajak
(PKP) yang ingin menjadi Wajib Pajak (WP) Patuh memerlukan beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi setiap awal tahun, setiap tahunnya. Untuk WP
Orang Pribadi, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) memiliki kewenangan secara
jabatan (ex-officio) untuk menetapkan status PKP menjadi WP Patuh tanpa
permohonan WP, WP Orang Pribadi tersebut memenuhi persyaratan 1 s/d 5
diatas. Selain itu, masa berlaku penetapan PKP menjadi WP Patuh berlaku untuk
jangka waktu 2 tahun.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak menurut Rahayu
(2010: 140) adalah kondisi sistem administrasi perpajakan, pelayanan pada wajib pajak,
penegakan hukum pajak, pemeriksaan pajak, dan tarif pajak. Sementara itu, Lars Fallan
(Rahayu, 2010) mengatakan bahwa kepatuhan wajib pajak dapat dipengaruhi juga oleh
pengetahuan.
Tambahan
Afifah Nur Fauziah 51621220041 :
Setuju dengan pendapat Bu Iyam. Wajib Pajak Patuh adalah Wajib Pajak yang telah
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak sebagai Wajib Pajak yang memenuhi kriteria
tertentu sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor
235/KMK.03/2003 tentang Kriteria Wajib Pajak yang Dapat Diberikan Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak seperti kondisi
sistem administrasi perpajakan, pelayanan pada wajib pajak, tarif pajak, pemeriksaan pajak,
penegakan hukum pajak dan pengetahuan pajak.
Natasya Putri Rahmalia 51621220055
Izin menambahkan, Kepatuhan pajak (tax compliance) dapat didefinisikan sebagai suatu
perilaku di mana Wajib Pajak (WP) memenuhi semua kewajiban perpajakan dan
melaksanakan hak perpajakannya.
Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya kesadaran masyarakat dalam memenuhui
kewajiban perpajakannya kepatuhan wajib pajak antara lain ketidakpuasan masyarakat
terhadap pelayanan publik. Faktor ini menjadi salah satu pemicu wajib pajak untuk
menunda, bahkan tidak membayarkan pajaknya.
Selain itu terdapat beberapa faktor yang mendorong kepatuhan wajib pajak untuk dapat
memenuhi kewajiban perpajakannya diantaranya yaitu pemahaman peraturan wajib pajak,
efektifitas system perpajakan, serta kualitas pelayanan perpajakan. Dalam
perkembangannya, sistem perpajakan di Indonesia mengalami banyak perubahan.
Perubahan sistem perpajakan dari official assessment system menjadi self assessment
system mendorong wajib pajak berperan aktif dalam rangka menciptakan lingkungan pajak
yang semakin baik. Peran aktif yang dilakukan wajib pajak seperti mendaftarkan diri
sebagai wajib pajak, mengisi dan menyampaikan surat pemberitahuan, menghitung
besarnya pajak yang terutang serta membayarkannya ke kas negara. Untuk mendukung
peran aktif wajib pajak, sistem perpajakan di Indonesia saat ini sudah terintegrasi dan
berbasis online. Dengan adanya pemutakhiran sistem perpajakan ini diharapkan akan
mendorong wajib pajak untuk patuh dalam melaporkan kewajiban perpajakannya. Faktor
yang terakhir yaitu kualitas pelayanan yang diberikan oleh fiskus. Pelayanan yang diberikan
oleh fiskus merupakan faktor penting untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
Terimakasih
Kepatuhan wajib pajak merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam
upaya pengoptimalan penerimaan pajak. Terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak seperti ketentuan sistem perpajakan perpajakan,
pelayanan wajib pajak, tarif pajak, pemeriksaan pajak, penegakan hukum pajak dan
pengetahuan pajak.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi
kepatuhan Wajib Pajak. Hutagaol et.al (2006) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak seperti sanksi perpajakan, persepsi penggunaan uang
pajak secara transparan dan akuntabilitas perlakuan perpajakan yang adil, penegakan hukum
dan database. Rendahnya pemahaman akuntansi pajak juga menjadi penyebab rendahnya
kepatuhan Wajib Pajak (Ernawati dan Wijaya, 2011). Sedangkan menurut Wangsa (2009)
bahwa administrasi perpajakan yang dipermudah dan penurunan tarif tidak akan
memberikan pengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak tanpa dibarengi dengan peningkatan
moral dan etika dari Wajib Pajak, karena moral dan etika sangat berpengaruh terhadap
kepatuhan Wajib Pajak.
DINNA MEILISA 51621220031
izin menambahkan,
Wajib Pajak Patuh adalah Wajib Pajak yang telah ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak
sebagai Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 544/KMK.04/2000 tentang Kriteria Wajib Pajak yang
Dapat Diberikan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak. Beberapa faktor
yang mendorong kepatuhan wajib pajak untuk dapat memenuhi kewajiban perpajakannya
diantaranya yaitu pemahaman peraturan wajib pajak, efektifitas system perpajakan, serta
kualitas pelayanan perpajakan
EUIS LISDAWATI 51621220018
Ada dua macam kepatuhan, yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan material, Kepatuhan
formal adalah suatu keadaan di mana wajib pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai
dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan. Kepatuhan Material adalah suatu
keadaan di mana wajib pajak memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai
dengan isi dan jiwa undang-undang perpajakan. Kapatuhan material dapat juga meliputi
kepatuhan formal.
Kepatuhan formal yang dapat dilihat dari kepatuhan wajib pajak dalam menyetorkan SPT
serta menyetorkan SPT tepat pada waktunya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak , antara lain :
1. Pemahaman terhadap system Self Assessment
Sistem self assessment yang diterapkan dalam perpajakan di Indonesia memberikan
kepercayaan penuh kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan
sendiri besarnya pajak yang terutang waib pajak, Sistem ini akan efektif apabila wajib
pajak memiliki kesadaran pajak, kejujuran, dan kedisplinan dalam
menjalankan/melaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Relatif rendahnya kesadaran pengisian SPT Tahunan merupakan factor yang secara
signifikan menyebabkan wajib pajak tidak mengisi sendiri SPT Tahunan. Hal ini
menunjukkan bahwa rendahnya pemahaman self assessment system akan berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak.
2. Kualitas Pelayanan
Pelayanan yang berkualitas harus dapat memberikan keamanan, kenyamanan,
kelancaran, dan kepastian hukum. Di samping itu juga kemudahan dalam melakukan
hubungan komunikasi yang baik memahami kebutuhan wajib pajak, tersedianya fasilitas
fisik termasuk sarana komunikasi yang memadai, dan pegawai yang cakap dalam
tugasnya.
Kualitas pelayana yang baik kepada wajib pajak akan meningkatkan kepatuhan wajib
wajib dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
3. Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan yang rendah akan berpeluang wajib pajak enggan melaksanakan
kewajiban perpajakannya karena kurangnya pemahaman terhadap system perpajakan yang
diterapkan.
Tingkat Pendidikan masyaraka yang semakin tinggi akan menyebabkan masyarakat lebih
mudah memahami ketentuan dan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan yang
berlaku.
4. Tingkat Penghasilan.
Penghasilan wajib pajak sebagai objek pajak dalam pajak penghasilan sangat terkait dengan
besarnya pajak terutang. Tingkat Penghasilan akan mempengaruhi kepatuhan wajib pajak
dalam membayar pajak tepat pada waktunya.
5. Persepsi wajib pajak terhadap sanksi perpajakan
Adanya sanksi perpajakan diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
Jawaban :
SITI RISMAYA 51621220050
Izin menjawab
Sistem pemungutan pajak di indonesia menggunakan self assesment sistem dimana setiap
wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, membayar serta
melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. karena sistem pemungutan pajak
menggunakan self assesment, maka dilakukan penilaian apakah WP dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya sudah sesuai maka dilakukan Pengujian kepatuhan.
Digitalisasi pajak menurut (Sofiyana et al., 2019) merupakan sebuah program sebagai bentuk
pelaksanaan dari reformasi perpajakan yang merupakan perbaikan atau penyempurnaan kinerja
dan kelembagaan agar lebih efisien dan ekonomis.
Digitalisasi pajak memiliki manfaat bagi wajib pagi diantaranya adalah
1. Memberikan kemudahan dalam pelaporan kewajiban perpajakan. Kemudahan tersebut
diwujudkan melalui adanya perubahan dari metode konvensional melalui kertas
menjadi metode digital.
2. Memberikan kemudahan dalam pembayaran pajak, terutama Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh) kurang bayar. Dengan terintegrasinya database
perpajakan dengan lembaga keuangan, pembayaran pajak menjadi cepat diproses dan
diverifikasi. Wajib Pajak juga dapat mencetak billing pembayaran sendiri melalui e-
billing pada laman DJP online dan kemudian dapat melakukan pembayaran pada gadget
masing – masing melalui internet banking ataupun m-banking.
3. Memberikan kemudahan penggunaan fasilitas serta konsultasi dengan para petugas
pajak. Pengajuan berbagai fasilitas dapat dilakukan dengan mudah melalui DJP online
Maka dengan adanya Digitalisasi pajak akan semakin meningkatnya daya tarik wajib pajak
pribadi maupun badan untuk melakukan proses kepatuhan wajib pajak dalam menghitung,
membayar serta melaporkan kewajiban pajaknya dengan proses yang cepat, aman, mudah,
gratis dan paperless.