Laporan Diskusi Kelompok 1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 14

HASIL DISKUSI TANYA JAWAB KELOMPOK I

KEPATUHAN PAJAK
Hari/Tanggal : Sabtu, 11 Maret 2023
Pukul : 09.45 – 12.15
Dosen Pengampu : Dr. R. Wedi Rusmawan Kusumah, S.E., M.Si., Ak, C.A

1. Indra Nugraha 51621220015


Pertanyaan :
Kriteria wajib patuh, PKP beresiko rendah. D tengah tahun pencabutan WP patuh karena
apa?

Jawaban :
Saskia Ratna Fadhila 51621220004
Atas penetapan sebagai PKP berisiko rendah, Dirjen Pajak memiliki wewenang untuk
melakukan pencabutan penetapan apabila PKP:
▪ Dilakukan pemeriksaan bukti permulaan dan/atau penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan;
▪ Dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; atau
▪ Tidak lagi memenuhi kriteria PKP berisiko rendah.
Apabila dicabut, PKP masih diberikan kesempatan untuk dapat ditetapkan sebagai PKP
berisiko rendah dengan syarat mengajukan kembali permohonan penetapan.

2. Euis Lisdawati 51621220018 dan Predi Mahbub 51621220061


Pertanyaan :
Kesadaran pajak belum ada, strategi apa yang palng jitu DJP untuk meningkatkan
kesadaran pajaknya?

Jawaban :
Irma Nurwulan 51621220067

Strategi yang dapat dilakukan pemerintah (DJP) dalam hal meningkatkan


kepatuhan/kesadaran pajaknya :
1) Dengan mengoptimalkan system manajemen dan pengawasan internal. Hal ini
dilakukan dengan memperkuat peran internal audit dan menetapkan standar operasi
prosedur (SOP) yang jelas dan terukur.
2) Meningkatkan sumber daya manusia. DJP dapat meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dengan melakukan pelatihan dan pengembangan bai pegawai DJP. Hal ini
dilakukan dengan memperkuat system penilaian kinerja dan memberikan penghargaan
dan sanksi.
3) Meningkatkan penggunaan teknologi. DJP dapat memperbaiki penggunaan teknologi
dengan mengoptimalkan system informasi dan teknologi yang ada. Hal ini dilakukan
dengan memperkuat integritas system informasi dan teknologi yang ada serta
memanfaatkan teknologi baru untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja.
4) Memperkuat kerja sam. DJP dapat memperbaiki Kerjasama dengan pihak lain, seperti
instansi pemerintah lain, dunia usaha, dan masyarakat. Hal ini dilakukan dengan
meningkatkan komunikasi, koordinasi dan kolaborasi dengan pihak-pihak terkait.
Tambahan
Iyam Maryam 51621220063
1) Memperbaiki pelayanan agar Wajib Pajak mau membayar pajak secara sukarela.
Perbaikan pelayanan perlu dilakukan karena dalam praktik di lapangan masih ada
ketidakpuasan terhadap pelayanan pemungutan pajak. Perbaikan pelayanan kiranya
dapat dilakukan dengan cara memberikan kemudahan dalam hal pemenuhan kewajiban
pajak. Selain itu pelayanan juga harus mencitrakan sebuah keramahan, keanggunan, dan
kenyamanan. Perbaikan-perbaikan tersebut diharapkan dapat mendorong Wajib Pajak
untuk melangkah ke kantor pajak.
2) Meningkatkan jumlah tenaga pemeriksa di Direktorat Jenderal Pajak untuk
memperbaiki kualitas penegakan hukum. Hal ini diharapkan dapat menimbulkan efek
jera terhadap masyarakat sehingga dapat menghasilkan penerimaan pajak yang
berkelanjutan.
3) Melakukan kegiatan sosialisasi maupun edukasi secara berkelanjutan untuk
meningkatkan kesadaran atas pentingnya membayar pajak. Hal ini dapat dilakukan
melalui sosial media. Terlebih, akan lebih baik jika rasa bangga membayar pajak
ditanamkan kepada generasi penerus dari sekarang ini. Sehingga kedepannya akan
muncul kerelaan dalam membayar pajak.
4) Melakukan internalisasi nilai-nilai Kementerian Keuangan untuk menguatkan moral dan
integritas pegawai pajak dalam menjalankan tugas secara profesional. Dengan langkah
ini, diharapkan citra Good Governance dapat terbentuk di masyarakat. Timbulnya citra
Good Governance diharapan dapat menimbulkan adanya rasa saling percaya antara
pemerintah dan masyarakat wajib pajak, sehingga kegiatan pembayaran pajak akan
menjadi sebuah kebutuhan dan kerelaan, bukan suatu kewajiban.
3. Siti Rismaya 51621220050
Pertanyaan :
Insentif pajak pada saat covid, apakah dengan adanya program pemerintah akan
meningkatkan tingkat kepatuhan WP?

Jawaban :
Dr. R.Wedi Rusmanan Kusumah, S.E., M.si., AK.,C.A. :

Insentif pajak salah atu upaya pemerintah untuk meningkatkan kepatuhan wp untuk tetap
membayar pajak. Untuk tujuan yang lebih luas, insentif pajak pada covid dilakukan agar
roda perekonomian tetap berjalan dengan baik.

4. Irma Nurwulan 51621220067


Pertanyaan :
Kepatuhan pajak merupakan aspek penting dalam sistem perpajakan. tanpa pajak, negara
akan kesulitan dalam membiayai program-program untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. menurut rekan mahasiswa kriteria seperti apa wajib pajak yang patuh dan
faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi rendahnya kepatuhan pajak.

Jawaban :
Iyam Maryam 51621220063 :
Menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 235/KMK.03/2003, Wajib Pajak (WP) akan
dikukuhkan sebagai WP Patuh yang bisa memeroleh pengembalian pendahuluan kelebihan
dari pembayaran pajak jika memenuhi semua persyaratan yang ada, antara lain:
1. PKP selalu tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan dalam 2
(dua) tahun terakhir;
2. Dalam kurun waktu satu tahun terakhir penyampaian SPT Masa yang terlambat tidak
lebih dari 3 (tiga) masa pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut;
3. SPT Masa yang terlambat, disampaikan tidak melewati batas waktu penyampaian SPT
Masa pada masa pajak berikutnya;
4. Tidak memiliki tunggakan Pajak untuk semua jenis pajak:
a. Kecuali telah mendapatkan izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak;
b. Tidak termasuk tunggakan pajak yang berhubungan dengan STP yang diterbitkan
untuk 2 (dua) masa pajak terakhir;
5. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena tindak pidana di bidang perpajakan dalam kurun
waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir; dan
6. Dalam hal laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik atau Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan harus memiliki pendapat wajar tanpa pengecualian atau
dengan pendapat wajar dengan pengecualian sepanjang pengecualian tersebut tidak
mempengaruhi laba rugi fiskal. Laporan audit harus:
a. Disusun dalam bentuk panjang (long form report);
b. Menyajikan rekonsiliasi laba rugi komersial dan fiskal.
Perihal laporan keuangan WP yang tidak diaudit oleh akuntan public, maka WP
harus mengajukan permohonan tertulis, setidaknya 3 bulan sebelum akhir tahun
buku dan terdapat beberapa syarat agar WP bisa dikukuhkan sebgai WP Patuh
selama memenuhi persyaratan 1 s/d 5, antara lain:
1. Dalam 2 tahun pajak terakhir menyelenggarakan pembukuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 UU KUP, dan
2. Apabila dalam 2 tahun terakhir terhadap Wajib Pajak pernah dilakukan
pemeriksaan pajak, maka koreksi fiskal untuk setiap jenis pajak yang terutang
tidak lebih dari 10%. Benefit yang akan diperoleh oleh Pengusaha Kena Pajak
(PKP) yang memenuhi persyaratan sebagai WP Patuh, yaitu PKP akan diberikan
pelayanan yang khusus saat restitusi Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan
Nlai dalam bentuh pengembalian pendahuluan kelebihan pajak tapan harus
melakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Penetapan Pengusaha Kena Pajak
(PKP) yang ingin menjadi Wajib Pajak (WP) Patuh memerlukan beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi setiap awal tahun, setiap tahunnya. Untuk WP
Orang Pribadi, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) memiliki kewenangan secara
jabatan (ex-officio) untuk menetapkan status PKP menjadi WP Patuh tanpa
permohonan WP, WP Orang Pribadi tersebut memenuhi persyaratan 1 s/d 5
diatas. Selain itu, masa berlaku penetapan PKP menjadi WP Patuh berlaku untuk
jangka waktu 2 tahun.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak menurut Rahayu
(2010: 140) adalah kondisi sistem administrasi perpajakan, pelayanan pada wajib pajak,
penegakan hukum pajak, pemeriksaan pajak, dan tarif pajak. Sementara itu, Lars Fallan
(Rahayu, 2010) mengatakan bahwa kepatuhan wajib pajak dapat dipengaruhi juga oleh
pengetahuan.

Tambahan
Afifah Nur Fauziah 51621220041 :

Setuju dengan pendapat Bu Iyam. Wajib Pajak Patuh adalah Wajib Pajak yang telah
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak sebagai Wajib Pajak yang memenuhi kriteria
tertentu sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor
235/KMK.03/2003 tentang Kriteria Wajib Pajak yang Dapat Diberikan Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak seperti kondisi
sistem administrasi perpajakan, pelayanan pada wajib pajak, tarif pajak, pemeriksaan pajak,
penegakan hukum pajak dan pengetahuan pajak.
Natasya Putri Rahmalia 51621220055
Izin menambahkan, Kepatuhan pajak (tax compliance) dapat didefinisikan sebagai suatu
perilaku di mana Wajib Pajak (WP) memenuhi semua kewajiban perpajakan dan
melaksanakan hak perpajakannya.
Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya kesadaran masyarakat dalam memenuhui
kewajiban perpajakannya kepatuhan wajib pajak antara lain ketidakpuasan masyarakat
terhadap pelayanan publik. Faktor ini menjadi salah satu pemicu wajib pajak untuk
menunda, bahkan tidak membayarkan pajaknya.
Selain itu terdapat beberapa faktor yang mendorong kepatuhan wajib pajak untuk dapat
memenuhi kewajiban perpajakannya diantaranya yaitu pemahaman peraturan wajib pajak,
efektifitas system perpajakan, serta kualitas pelayanan perpajakan. Dalam
perkembangannya, sistem perpajakan di Indonesia mengalami banyak perubahan.
Perubahan sistem perpajakan dari official assessment system menjadi self assessment
system mendorong wajib pajak berperan aktif dalam rangka menciptakan lingkungan pajak
yang semakin baik. Peran aktif yang dilakukan wajib pajak seperti mendaftarkan diri
sebagai wajib pajak, mengisi dan menyampaikan surat pemberitahuan, menghitung
besarnya pajak yang terutang serta membayarkannya ke kas negara. Untuk mendukung
peran aktif wajib pajak, sistem perpajakan di Indonesia saat ini sudah terintegrasi dan
berbasis online. Dengan adanya pemutakhiran sistem perpajakan ini diharapkan akan
mendorong wajib pajak untuk patuh dalam melaporkan kewajiban perpajakannya. Faktor
yang terakhir yaitu kualitas pelayanan yang diberikan oleh fiskus. Pelayanan yang diberikan
oleh fiskus merupakan faktor penting untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
Terimakasih

Saskia Ratna Fadhila 51621220004


izin menambahkan, Kepatuhan wajib pajak merupakan pemenuhan kewajiban perpajakan
yang dilakukan oleh pembayar pajak dalam rangka memberikan kontribusi bagi
pembangunan. Kepatuhan wajib pajak menjadi aspek penting mengingat sistem perpajakan
Indonesia menganut sistem Self Asessment di mana dalam prosesnya secara mutlak
memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar dan melapor
kewajibannya. Dengan sistem self assessment, fungsi pemerintah, dalam hal ini DJP, hanya
memfasilitasi agar sistem self assessment berjalan dengan baik, sedangkan pelaksanaannya
sangat tergantung pada kepatuhan WP.

RADEN OGY GUGESBY 51621220025


Saya setuju dengan ibu saskia bahwa Kepatuhan wajib pajak merupakan pemenuhan
kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh pembayar pajak dalam rangka memberikan
kontribusi bagi pembangunan

ASRIANTI PEBRIANI 51621220019


Kepatuhan pajak dapat didefinisikan sebagai kesediaan wajib pajak untuk memenuhi
seluruh kewajiban perpajaknnya. Kepatuhan Wajib Pajak merupakan hal krusial, karena
perpajakan di Indonesia menganut sistem self assessment. Sistem self assesment menuntut
Wajib Pajak untuk menghitung pajak secara mandiri, memahami aturan perpajakan,
bersikap jujur dalam memenuhi kewajiban perpajakan, dan mempunyai moral yang tinggi
sehingga mereka menyadari arti penting pajak bagi Indonesia (Diamastuti, 2016). Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pajak Menurut Handayani (2012), terdapat
empat faktor , yaitu:
1. kesadaran membayar pajak,
2. pengetahuan dan pemahaman peraturan perpajakan ,
Pemahaman wajib pajak terhadap peraturan perpajakan adalah cara wajib pajak dalam
memahami peraturan perpajakan yang telah ada. Wajib pajak yang kurang paham
mengenai peraturan perpajakan akan cenderung tidak patuh untuk membayar pajak.
3. persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan,
Sistem yang telah dibentuk oleh otoritas pajak seharusnya dapat digunakan oleh semua
wajib pajak. Dengan menggunakan sistem perpajakan diharapkan wajib pajak
mendapatkan kemudahan seperti mendaftarkan NPWP dengan menggunakan e-
Registration, membayar pajak menggunakan e-payment dan melaporkan SPT dengan e-
Filling.
Sistem yang dibentuk oleh DJP juga berfungsi untuk mengurangi penggelapan dan
penghindaran pajak, sehingga akan menimbulkan asumsi kepada masyarakat bahwa
DJP sebagai penghimpun pajak masyarakat Indonesia telah bersih dari korupsi. Dengan
demikian, wajib pajak akan berpresepsi baik atas sistem yang dibentuk otoritas pajak,
sehingga akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Dalam teori atribusi dapat
dijelaskan bahwa persepsi atas efektifitas sistem perpajakan merupakan penyebab
eksternal individu dalam membuat keputusan mengenai patuh atau tidak dalam
membayar pajak.
4. tingkat kepercayaan terhadap sistem perpajakan.
Sedangkan kriteria wajib pajak yang patuh sebagaimana diatur dalam PERATURAN
MENTERI KEUANGAN NOMOR 192/PMK.03/2007 Pasal 1, Wajib Pajak dengan kriteria
tertentu yang selanjutnya disebut sebagai Wajib Pajak Patuh adalah Wajib Pajak yang
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan;
b. tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan pajak
yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda pembayaran pajak;
c. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan keuangan
pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-
turut; dan
d. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5
(lima) tahun terakhir.
PREDI MAHBUB 51621220061
Kepatuhan perpajakan diartikan sebagai suatu keadaan yang mana wajib pajak patuh dan
mempunyai kesadaran dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Devano, 2006 dalam Ni
Luh, 2006, mengemukakan kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan
tercermin dalam situasi sebagai berikut:
1. wajib pajak memahami dan berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan
2. mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas
3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar.
4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.
Menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 235/KMK.03/2003, Wajib Pajak (WP) akan
dikukuhkan sebagai WP Patuh yang bisa memeroleh pengembalian pendahuluan kelebihan
dari pembayaran pajak jika memenuhi semua persyaratan yang ada, antara lain:
1. PKP selalu tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan dalam 2
(dua) tahun terakhir;
2. dalam kurun waktu satu tahun terakhir penyampaian SPT Masa yang terlambat tidak
lebih dari 3 (tiga) masa pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut
3. SPT Masa yang terlambat, disampaikan tidak melewati batas waktu penyampaian SPT
Masa pada masa pajak berikutnya;
4. tidak memiliki tunggakan Pajak untuk semua jenis pajak;
i. kecuali telah mendapatkan izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran
pajak;
ii. tidak termasuk tunggakan pajak yang berhubungan dengan STP yang diterbitkan
untuk 2 (dua) masa pajak terakhir;
5. tidak pernah dijatuhi hukuman karena tindak pidana di bidang perpajakan dalam kurun
waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir; dan
6. dalam hal laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik atau Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan harus memiliki pendapat wajar tanpa pengecualian atau
dengan pendapat wajar dengan pengecualian sepanjang pengecualian tersebut tidak
mempengaruhi laba rugi fiskal. Laporan audit harus:
a. disusun dalam bentuk panjang (long form report);
b. menyajikan rekonsiliasi laba rugi komersial dan fiskal.

Kepatuhan wajib pajak merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam
upaya pengoptimalan penerimaan pajak. Terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak seperti ketentuan sistem perpajakan perpajakan,
pelayanan wajib pajak, tarif pajak, pemeriksaan pajak, penegakan hukum pajak dan
pengetahuan pajak.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi
kepatuhan Wajib Pajak. Hutagaol et.al (2006) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak seperti sanksi perpajakan, persepsi penggunaan uang
pajak secara transparan dan akuntabilitas perlakuan perpajakan yang adil, penegakan hukum
dan database. Rendahnya pemahaman akuntansi pajak juga menjadi penyebab rendahnya
kepatuhan Wajib Pajak (Ernawati dan Wijaya, 2011). Sedangkan menurut Wangsa (2009)
bahwa administrasi perpajakan yang dipermudah dan penurunan tarif tidak akan
memberikan pengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak tanpa dibarengi dengan peningkatan
moral dan etika dari Wajib Pajak, karena moral dan etika sangat berpengaruh terhadap
kepatuhan Wajib Pajak.
DINNA MEILISA 51621220031
izin menambahkan,
Wajib Pajak Patuh adalah Wajib Pajak yang telah ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak
sebagai Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 544/KMK.04/2000 tentang Kriteria Wajib Pajak yang
Dapat Diberikan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak. Beberapa faktor
yang mendorong kepatuhan wajib pajak untuk dapat memenuhi kewajiban perpajakannya
diantaranya yaitu pemahaman peraturan wajib pajak, efektifitas system perpajakan, serta
kualitas pelayanan perpajakan
EUIS LISDAWATI 51621220018
Ada dua macam kepatuhan, yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan material, Kepatuhan
formal adalah suatu keadaan di mana wajib pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai
dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan. Kepatuhan Material adalah suatu
keadaan di mana wajib pajak memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai
dengan isi dan jiwa undang-undang perpajakan. Kapatuhan material dapat juga meliputi
kepatuhan formal.
Kepatuhan formal yang dapat dilihat dari kepatuhan wajib pajak dalam menyetorkan SPT
serta menyetorkan SPT tepat pada waktunya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak , antara lain :
1. Pemahaman terhadap system Self Assessment
Sistem self assessment yang diterapkan dalam perpajakan di Indonesia memberikan
kepercayaan penuh kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan
sendiri besarnya pajak yang terutang waib pajak, Sistem ini akan efektif apabila wajib
pajak memiliki kesadaran pajak, kejujuran, dan kedisplinan dalam
menjalankan/melaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Relatif rendahnya kesadaran pengisian SPT Tahunan merupakan factor yang secara
signifikan menyebabkan wajib pajak tidak mengisi sendiri SPT Tahunan. Hal ini
menunjukkan bahwa rendahnya pemahaman self assessment system akan berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak.
2. Kualitas Pelayanan
Pelayanan yang berkualitas harus dapat memberikan keamanan, kenyamanan,
kelancaran, dan kepastian hukum. Di samping itu juga kemudahan dalam melakukan
hubungan komunikasi yang baik memahami kebutuhan wajib pajak, tersedianya fasilitas
fisik termasuk sarana komunikasi yang memadai, dan pegawai yang cakap dalam
tugasnya.
Kualitas pelayana yang baik kepada wajib pajak akan meningkatkan kepatuhan wajib
wajib dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
3. Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan yang rendah akan berpeluang wajib pajak enggan melaksanakan
kewajiban perpajakannya karena kurangnya pemahaman terhadap system perpajakan yang
diterapkan.
Tingkat Pendidikan masyaraka yang semakin tinggi akan menyebabkan masyarakat lebih
mudah memahami ketentuan dan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan yang
berlaku.
4. Tingkat Penghasilan.
Penghasilan wajib pajak sebagai objek pajak dalam pajak penghasilan sangat terkait dengan
besarnya pajak terutang. Tingkat Penghasilan akan mempengaruhi kepatuhan wajib pajak
dalam membayar pajak tepat pada waktunya.
5. Persepsi wajib pajak terhadap sanksi perpajakan
Adanya sanksi perpajakan diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

5. NATASYA PUTRI RAHMALIA 51621220055


Pertanyaan :
Apakah di era sekarang dengan adanya digitalisasi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak seseorang?

Jawaban :
SITI RISMAYA 51621220050
Izin menjawab
Sistem pemungutan pajak di indonesia menggunakan self assesment sistem dimana setiap
wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, membayar serta
melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. karena sistem pemungutan pajak
menggunakan self assesment, maka dilakukan penilaian apakah WP dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya sudah sesuai maka dilakukan Pengujian kepatuhan.
Digitalisasi pajak menurut (Sofiyana et al., 2019) merupakan sebuah program sebagai bentuk
pelaksanaan dari reformasi perpajakan yang merupakan perbaikan atau penyempurnaan kinerja
dan kelembagaan agar lebih efisien dan ekonomis.
Digitalisasi pajak memiliki manfaat bagi wajib pagi diantaranya adalah
1. Memberikan kemudahan dalam pelaporan kewajiban perpajakan. Kemudahan tersebut
diwujudkan melalui adanya perubahan dari metode konvensional melalui kertas
menjadi metode digital.
2. Memberikan kemudahan dalam pembayaran pajak, terutama Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh) kurang bayar. Dengan terintegrasinya database
perpajakan dengan lembaga keuangan, pembayaran pajak menjadi cepat diproses dan
diverifikasi. Wajib Pajak juga dapat mencetak billing pembayaran sendiri melalui e-
billing pada laman DJP online dan kemudian dapat melakukan pembayaran pada gadget
masing – masing melalui internet banking ataupun m-banking.
3. Memberikan kemudahan penggunaan fasilitas serta konsultasi dengan para petugas
pajak. Pengajuan berbagai fasilitas dapat dilakukan dengan mudah melalui DJP online
Maka dengan adanya Digitalisasi pajak akan semakin meningkatnya daya tarik wajib pajak
pribadi maupun badan untuk melakukan proses kepatuhan wajib pajak dalam menghitung,
membayar serta melaporkan kewajiban pajaknya dengan proses yang cepat, aman, mudah,
gratis dan paperless.

AFIFAH NUR FAUZIYAH 51621220041


Izin menambahkan, jadi dengan adanya Digitalisasi layanan pajak maka semakin
meningkatnya daya tarik wajib pajak pribadi maupun badan untuk melakukan proses kepatuhan
wajib pajak dalam menghitung, membayar serta melaporkan kewajiban pajaknya dengan
proses yang cepat, aman, mudah, gratis dan paperless.

REZA NURFAJRI HENDARTO 51621220006


Izin menjawab, menurut pendapat dan pandangan saya mengenai era digitalisasi harusnya
kepatuhan WP terhadap kewajibannya semakin meningkat, karena dengan ada era tersebut wp
sudah diberikan keleluasaan dimulai dari menghitung, membayar bahkan jika terjadi kelebihan
dan kekurangan bayar bisa langsung ditemukan penyebabnya dikarenakan era digitalisasi
tersebut, tetapi pengaruh tersebut menurut saya berpengaruh kepada orang2 yang sudah masuk
ke era nya, beda halnya dengan orang2 yang masih lalai dengan hal tersebut meskipus era sudah
diperbaharui tetapi kepatuhan tersebut pasti bakal terbengkalai juga. Untuk peraturan2 nya
mungkin saya rasa cukup sudah dijelaskan oleh teman2 yang lain sebelumnya, saya hanya
menambahkan wawasan yang saya pikirkan. Terimakasih

INDRA NUGRAHA 51621220015


Ijin menjawab
Digitalisasi tehadap kepatuhan wajib pajak untuk mencapainya target penerimaan pajak bagi
negara, pemerintah serta DJP memberikan terobosan atau inovasi baru pada era digital saat ini
agar memberikan pelayanan yang lebih mudah dan lebih efisien bagi wajib pajak, yatu dengan
layanan berbasis online. Diharapkan dengan adanya inovasi ini wajib pajak dapat dengan
mudah menghitung serta melaporkan pajak masa maupun tahunan dengan mudah, efktif cepat
dan aman. Menurut Yusuf & Saputra (2018) digitalisasi yang disediakan saat ini oleh
pemerintah dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak di indonesia, dikarenakan wajib pajak
dapat dengan mudah untuk menghitung serta melaporkan pajaknya. Oleh karna itu juga maka
naiknya pendapatan negara dari bidang pajak. Fasilitas digital yang dibeikan ole DJP berupa E
– Filling, E – Billing, serta E – faktur. Tentunya menghemat biaya yang akan dikeluarkan oleh
wajib pajak dikarenakan adanya digitalisasi layanan pajak. Serta dengan adanya Digitalisasi
layanan pajak ini kepatuhan wajib pajak meningkat naik, karna dimudahkan proses untuk
menghitung dan melaporkan pajaknya. Sejalan dengan penjelasan sebelumnya, adanya
Digitalisasi memudahkan wajib pajak untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam hal
layanan pepajakannya, serta memudahkan di era pandemi seperti ini untuk meminimalisir
penyebaran virus dimasa pandemi, dengan pelaporan pajak yang online tidak menghambat
Kepatuhan Wajib Pajak dalam hal menjalankan kewajiban dalam hal pepajakan.Dalam
penelitian James & Sawyer (2018) digitalisasi juga meminimalisir segala bentuk penghindaran
pajak serta kecurangan – kecurangan yang dilakukan oleh wajib pajak. Selain itu Digitalisasi
Layanan pajak juga mempermudah pemeirntah untuk membuka area atau konsumen baru
dalam hal perpajakan. Menurut Ermanis et al. (2021) dengan adanya digitalisasi pajak ini dapat
memudahkan wajib pajak untuk melakukan kewajiban pajaknya, sehingga dapat
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak

SASKIA RATNA FADHILA 51621220004


Izin menjawab, di era digitalisasi seperti saat ini membantu sistem pajak di Indonesia dengan
ada nya fasilitas berupa E – Filling, E – Billing, serta E – faktur. Dimana fasilitas tersebut
berguna bagi wajib pajak karena dapat melakukakn self assesment pajak. Selain itu dengan ada
nya digitalisasi, WP terbantu dengan fasilitas tersebut juga memberikan dampak kemudahan
bagi WP dalam melaporkan kewajiban pajak nya. Sehingga dapat diharapkan kepatuhan WP
bisa meningkat dengan ada nya digitalisasi.

HERMAN RUSTANDI 51622120014


Kepatuhan pajak atau wajib pajak mencakup kepatuhan mencatat atau membukukan transaksi
usaha, kepatuhan melaporkan kegiatan usaha sesuai peraturan yang berlaku, serta kepatuhan
terhadap semua aturan perpajakan lainnya. Di antara ketiga jenis kepatuhan tersebut, yang
paling mudah diamati adalah kepatuhan melaporkan kegiatan usaha, karena seluruh wajib
pajak berkewajiban menyampaikan laporan kegiatan usahanya setiap bulan dan/atau setiap
tahun dalam bentuk menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) dalam setiap masa atau
Tahunannya.

6. ASRIANTI PEBRIANI 51621220019


Pertanyaan :
Apakah di era sekarang dengan adanya digitalisasi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak seseorang?
Jawaban :
MAYA RISMAYANTI 51621220017
Izin menjawab pertanyaan bu Asri, strategi yang dapat dilakukan oleh Dirjen Pajak dalam
meningkatkan tingkat pencapaian target rasio kepatuhan formal wajib pajak yaitu dengan:
1. Memberikan arahan kepada wajib pajak untuk menyampaikan SPT Tahunan yang
dapat dilakukan secara online.
2. Menerbitkan dan mengirimkan himbauan/teguran/Surat Tagihan Pajak (STP) terhadap
WP yang tidak menyampaikan SPT Tahunan PPh.
3. Menambah pelayanan help desk yang sudah efektif dengan memberikan arahan dan
informasi perpajakan kepada WP melalui media sosial guna mempermudah wajib
pajak untuk berkonsultasi mengenai perpajakan.
4. Meningkatkan upaya sosialisasi perpajakan untuk membantu wajib pajak dalam
menambah pengetahuan perpajakannya.
AFIFAH NUR FAUZIYAH 51621220041
Izin menjawab. Setuju dengan pendapat Teh Maya, menambahkan, jadi salah satu upaya
dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak adalah memberikan pelayanan yang baik kepada
wajib pajak. Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan diharapkan dapat meningkatkan
kepuasan kepada wajib pajak sebagai pelanggan sehingga meningkatkan kepatuhan dalam
bidang perpajakan. Adapun strateginya dengan:
1. Melakukan sosialisasi
2. Memberikan kemudahan dalam segala hal pemenuhan kewajiban perpajakan dan
meningkatkan mutu pelayanan kepada wajib pajak.
3. Meningkatkan citra Good Governance yang dapat menimbulkan adanya rasa saling
percaya antara pemerintah dan masyarakat wajib pajak, sehingga kegiatan
pembayaran pajak akan menjadi sebuah kebutuhan dan kerelaan, bukan suatu
kewajiban.
4. Memberikan pengetahuan melalui jalur pendidikan khususnya pendidikan perpajakan.
5. Law Enforcement. Dengan penegakan hukum yang benar tanpa pandang bulu akan
memberikan deterent efect yang efektif sehingga meningkatkan kesadaran dan
kepedulian sukarela Wajib Pajak.
6. Membangun trust atau kepercayaan masyarakat terhadap pajak. Masyarakat
berpendapat hanya sedikit sekali yang akan kembali kepada wajib pajak atau
disumbangkan dalam pembangunan bangsa.
EUIS LISDAWATI 51621220018
Ijin Menjawab :
Untuk meningkatkan penerimaan pajak, perlu adanya peningkatan kesadaran atau sukarela
masyarakat untuk membayar pajak. Hal tersebut sehubungan dengan system perpajakan di
Indonesia yang berupa self-assesment, yang mana dibutuhkan strategi-strategi yang tepat
antara lain :
• Strategi pertama adalah memperbaiki pelayanan agar Wajib Pajak mau membayar pajak
secara sukarela. Perbaikan pelayanan perlu dilakukan karena dalam praktik di lapangan masih
ada ketidakpuasan terhadap pelayanan pemungutan pajak. Perbaikan pelayanan kiranya dapat
dilakukan dengan cara memberikan kemudahan dalam hal pemenuhan kewajiban pajak. Selain
itu pelayanan juga harus mencitrakan sebuah keramahan, keanggunan, dan kenyamanan.
Perbaikan-perbaikan tersebut diharapkan dapat mendorong Wajib Pajak untuk melangkah ke
kantor pajak.
• Strategi kedua adalah meningkatkan jumlah tenaga pemeriksa di Direktorat Jenderal Pajak
untuk memperbaiki kualitas penegakan hukum. Hal ini diharapkan dapat menimbulkan efek
jera terhadap masyarakat sehingga dapat menghasilkan penerimaan pajak yang berkelanjutan.
• Strategi ketiga adalah melakukan kegiatan sosialisasi maupun edukasi secara berkelanjutan
untuk meningkatkan kesadaran atas pentingnya membayar pajak. Hal ini dapat dilakukan
melalui sosial media. Terlebih, akan lebih baik jika rasa bangga membayar pajak ditanamkan
kepada generasi penerus dari sekarang ini. Sehingga kedepannya akan muncul kerelaan dalam
membayar pajak.
• Strategi keempat adalah melakukan internalisasi nilai-nilai Kementerian Keuangan untuk
menguatkan moral dan integritas pegawai pajak dalam menjalankan tugas secara profesional.
Dengan langkah ini, diharapkan citra Good Governance dapat terbentuk di masyarakat.
Timbulnya citra Good Governance diharapan dapat menimbulkan adanya rasa saling percaya
antara pemerintah dan masyarakat wajib pajak, sehingga kegiatan pembayaran pajak akan
menjadi sebuah kebutuhan dan kerelaan, bukan suatu kewajiban.
REZA NURFAJRI HENDARTO 51621220006
Izin menjawab, menurut saya langkah yang harus dilakukan dirjen pajak sebenarnya sudah
banyak dilakukan di era sekarang karena sudah disesuaikan dengan era nya juga yakni era
digitalisasi, yakni hal yang dapat di evaluasi menurut saya antara lain:
- Peningkatan kualitas layanan di kpp terkait karena dengan peningkatan tersebut dapat
meningkatkan nilai kepatuhan juga
- Lebih ditingkatkan lagi kualitas dari tim AR pajak nya, karena jikalau tim AR melakukan
peninjauan terkait pajak tersebut pasti para pelaku wp pun akan ingat kewajibannya karena AR
nya bersikap lebih terhadap wp tersebut
- Perbaharui data wp, karena dengan memperbaharui data tersebut untuk memudahkan
mengirimkan peringatan untuk salahsatunya lelaporan pajak tahunan terhadap wp terkait,
karena pastinya banyar data yang belum di update
IRMA NURWULAN 51621220067
ijin menjawab teh
untuk meningkatkan penerimaan pajak maka akan dilakukan :
1. pengawasan pajak akan diperketat dimana akan ada unit khusus yang bertugas mengawasi
wajib pajak dan unit lainnya yang ditugaskan mengawasi kewilayahan.
2, DJP akan mengkombinasikan program integrasi NIK dan NPWP dengan pendekatan
kewilayahan. Seperti diketahui, saat ini DJP tengah melakukan proses pengintegrasian NIK
menjadi NPWP, dan penggunaan NIK sebagai NPWP resmi akan dimulai pada 1 Januari 2024
mendatang.
3. DJP juga akan memaksimalkan Komite Kepatuhan yang bertugas untuk merencanakan,
memantau, dan mengevaluasi pelaksanaan peningkatan kepatuhan wajib pajak. Melalui komite
ini, ia mengatakan wajib pajak dipastikan akan mendapatkan pelayanan yang baik bahkan
difasilitasi jika mengalami sengketa terkait pajak.
4. DJP tengah membangun core tax system yakni sistem inti administrasi perpajakan yang akan
mengintegrasikan seluruh fungsi dan aktivitas termasuk interkoneksi kolaborasi dengan
berbagai lembaga seperti BPJS, samsat, dan lembaga lainnya. Hal ini dilakukan untuk
menghimpun data wajib pajak termasuk aktivitasnya.
PREDI MAHBUB 51621220061
Ijin Menjawab
Strategi yang dapat dilakukan Dirjen Pajak untuk meningkatkan tingkat pencapaian target
tingkat kepatuhan formal wajib pajak, yaitu:
1. Menginstruksikan Wajib Pajak untuk menyampaikan SPT Tahunan yang dapat diisi secara
online.
2. Menerbitkan dan mengirimkan Surat Banding/Teguran/Surat Perpajakan (STP) kepada
Wajib Pajak yang belum menyampaikan SPT Tahunan PPh.
3. Meningkatkan efektivitas layanan help desk, memberikan arahan dan informasi perpajakan
kepada Wajib Pajak melalui media sosial, dan memfasilitasi konsultasi perpajakan Wajib
Pajak.
4. Meningkatkan sosialisasi perpajakan dan membantu wajib pajak meningkatkan pengetahuan
perpajakan.

Anda mungkin juga menyukai