Makalah Jumlah Fi'liyah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Bahasa Arab

Jumlah Fi’liyah

Dosen Pengampu :

Harmanto Raharjo M. Pd

Disusun Oleh :

1. Wulan Ika cahyani:23531163


2. Yulia Anggraini:23531165

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) CURUP

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga makalah ini selesai tepat pada
waktunya.
Makalah ini di buat berdasarkan tugas mata kuliah Bahasa Arab. Berisi
tentang penjelasan jumlah fi’liyah Semoga dengan adanya makalah ini dapat
membantu teman-teman dalam mencari informasi tentang para perawi hadits.
Meskipun dalam penyusunan makalah ini, penulis dapat menyelesaikan
dengan baik, namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat
kekurangan di dalamnya. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran
yang sifatnya membangun dari semua pihak. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Curup, 19 September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................... i


Daftar Isi ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
A.Latar Belakang........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................... 2

A. Pengertian Jumlah Fi’liyah?........................................ 2

B. Pembagian Fi’liyah Dilihat Dari Waktunya 2


BAB III PENUTUP ............................................................................... 9
A. Kesimpulan ............................................................................... 9
Daftar Pustaka....................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Umat Islam secara umum sangatlah penting untuk berkomunikasi dan


berinteraksi antara satu dengan yang lain. Indonesia sangat kaya dan beragam
bahasa yang digunakan dalam berbicara meliputi: bahasa Indonesia, bahasa
Arab, bahasa Inggris, Melayu, Bugis, Mandar, dan sebagainnya. Namun sebagai
penganut agama Islam sangat penting membaca, mengetahui dan memahami
bahasa Arab baik subtansinya dari al-Qur’an, hadis nabi maupun kitab agama
lain.

Oleh karena itu, hadirnya bahasa Arab merupakan bahasa yang berbentuk
konsonan berbeda dengan bahasa Indonesia yang meliputi konsonan dan vokal.
Belajar bahasa Arab dapat memberikan kemaslahatan umat Islam dan
memberikan kemudahan dalam memahami ilmu tafsir dan ilmu lain. Sejak abad
ke XV Hijriah suatu abad yang diyakini dan diharapkan menjadi awal
kebangkitan umat Islam dan seiring dengan disuarakannya kebangkitan Islam
itu, kebutuhan akan kemampuan berbahasa Arab semaking dirasakan oleh kaum
muslim, khususnya di Indonesia.1

Salah satu cara praktis dan penting untuk mendalami bahasa Arab adalah
melalui Ilmu Nahwu Sharaf (Tata Bahasa Arab) yang didalamnya mempelajari
beberapa aspek terpenting seperti isim, fi’liyah, huruf yang membuat manshub,
huruf yang membuat ma’sum dan sebagainya. Setiap yang memahami ilmu ini
sangatlah mudah untuk mengenal bahasa Arab baik membaca, memahami,
menerjemahkan dan berkomunikasi.

Merujuk dari hal di atas, maka penulis akan menguraikan salah satu topik
yaitu jumlah fi’liyah yang akan dibahas dalam makalah ini karna pembahasan ini
merupakan salah satu komponen penting untuk mengetahui bahasa Arab.

B. Rumusan Masalah

1
Muhammad SaifullohAl Aziz senali, Metode Pembelajaran Ilmu Nahwu, (PT. Terbit Terang Surabaya,
2005), h. 3.

1
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengemukakan sebuah
masalah pokok yaitu bagaimana mengetahui jumlah fi’liyah dalam penguasaan
bahasa Arab. Merujuk pada masalah pokok di atas, penulis menganggap perlu
adanya submasalah yang dijadikan sebagai sentral dalam pembahasan makalah
ini yaitu:

1. Apa Pengertian Jumlah Fi’liyah?

2. Bagaimana Pembagian Fi’liyah Dilihat Dari Waktunya?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Pengertian Jumlah Fi’liyah?

2. Untuk mengetahui Pembagian Fi’liyah Dilihat Dari Waktunya?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Jumlah Fi’liyyah

Para ulama (pakar) bahasa Arab telah mengemukakan devenisi fiil di dalam
buku-buku mereka. Meskipun redaksi yang mereka paparkan berbeda satu sama
lain, tetapi bisa dikatakan memiliki maksud yang sama. Untuk itu diperlukan takrif
populer menurut al-Zamakhsyariy dalam bukunya al-Mufassal sebagai berikut: Fiil
adalah (kata) yang menunjukkan suatu peristiwa atau kelakuan yang disertai masa
terjadinya. Peristiwa dan masa yang dikandung fiil merupakan tugas morfologis.
Maksudnya, keduanya merupakan bagian arti bentuk fiil2.

Sebenarnya ciri fiil dikemukakan oleh Ibnu Malik dalam Alfiah Ibnu Malik,
sebagi berikut:

1. Tidak menerima huruf jar, tanwin, nida, dan, alif lam.

2. Khusus fiil mādiy bisa diakhiri ta damir dan ta ta nis sakinah.

3. Fill Mudhāri dan Amr bisa diakhiri dengan nun taukid dan ya
muannas mukhatabah.

4. Fiil Mādhi dan Mudhāri boleh diikuti kata andaian syarat.

5. Khusus fiil Mudhāri selalu diawali dengan ‫انيت‬

Jumlah Fi’liyah adalah jumlah yang diawali dengan kalimah fi’il terdiri
dari fi’il (kata kerja) dan fa’il (pelaku). Fa’il/subjek adalah isim yang terletak
setelah fi’il ma’lum (kata kerja aktif) dan berfungsi sebagai pelaku kata kerja
tersebut. Apabila fa’il berbentuk muannas (feminine), maka fi’il juga harus
muannas. Begitu juga apabila berbentuk mutsanna (ganda) ataupun jamak
(banyak) maka fi’il harus tetap mufrod (tunggal)3.

Atau dalam kata lain jumlah fi’liyyah yaitu jumlah yang dimulai dengan

2
Prof. Dr. Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajaranya, (Cet. I; Ppustaka Pelajar Makassar, 2003),
h. 96.
3
Ibid., h. 97.
3
kalimat fi’il, baik fi’il Madly, fi’il Mudhari’, fi’il Amar atau fi’il Nahy, baik dari
fi’il tsulatsy Mujarrad, Tsulatsy Mazid, Ruba’y Mujarrad atau Ruba’y Mazid.
Untuk lebih memahami pengertian jumlah fi’liyyah, perhatikanlah contoh
berikut:‫َضَر َب َزْيّد َك ْلًبا‬

Terjemahnya: said telah memukul anjing

Perhatikanlah, jumlah di atas dimulai dengan kalimat fi’il, yaitu ‫ضرب‬


yakni fi’il Mādhy Oleh karena itu , jumlah di atas disebut jumlah fi’liyyah.

B. Pembagian Jumlah Fi’liyah Dilihat Dari Segi Waktunya

1. FI’IL MĀDHI

‫َم اَدَّل َعلَى َحَدٍث َم َض ى َو اْنَقَض ى‬

Lafadz yang menunjukkan kejadian ( perbuatan ) yang telah berlalu4.

Contoh:

‫كتب‬ ; Telah menulis ‫فتح‬ ; Telah membuka

‫قرأ‬ ; Telah membaca ‫خلس‬ ; Telah duduk

Pembagian Fi’il Mādhi terbagi kepada dua bagian;

a). Mādhi Ma’lum (bentuk aktif), contoh:

‫كتب‬ ; Telah menulis ‫فتح‬ ; Telah membuka

‫سأ ل‬ ; Telah bertanya ‫شرب‬ ; Telah minum

‫قرأ‬ ; Telah membaca ‫فهم‬ ; Telah faham

b). Mādhi Majhul (bentuk Pasif), contoh:

‫كتب‬ ; Telah ditulis ‫فتح‬ ; Telah dibuka

‫ ; سءل‬Telah ditanya ‫شرب‬ ; Telah diminum

‫قرأ‬ ; Telah dibaca ‫فهم‬ ; Telah difaham

KETERANGAN

4
K.H. Moch. Anwar, Ilmu Nahwu. (Cet. V; Bandung : Sinar Baru, 1992), h. 55.

4
Perbedaan bentuk keduanya yaitu;

1). Mādhi Ma’lum adalah fi’il yang berawalan fathah.

2). Mādhi Majhul adalah fi’il yang berlawanan dhammah sedang huruf
sebelum akhirnya berbaris kasrah

3). Fi’il Madhi Ma’lum hendaklah diterjemahkan “telah me…”,


sedangkan fi’il Mādhi Majhul hendaklah diterjemahkan “telah di…”5

Adakalanya kata kerja lampau paling sedikit terdiri dari satu huruf dan
paling banyak terdiri dari enam huruf6.

a. Kata kerja lampau yang terdiri dari tiga huruf, Pola-polanya adalah:7

‫ضرب‬ ‫نصر‬ ‫كفر‬ ‫فعل‬

‫فهم‬ ‫شهد‬ ‫عام‬ ‫فعل‬

‫حرم‬ ‫كرم‬ ‫بعد‬ ‫فعل‬

b. Kata kerja lampau yang terdiri dari empat huruf, Pola-polanya adalah:

‫نزل‬ ‫علم‬ ‫سلم‬ ‫فعل‬

‫أرسل‬ ‫أسلم‬ ‫أنزل‬ ‫أفعل‬

‫سا فر‬ ‫خا صم‬ ‫قا تل‬ ‫فاعل‬

c. Kata kerja lampau yang terdiri dari lima huruf, Pola-polanya adalah:

‫انقلب‬ ‫انطلق‬ ‫انقطع‬ ‫انفعل‬

‫افتعل‬ ‫اقترب‬ ‫اجتمع‬ ‫جتنب‬

‫تعلم‬ ‫تأ خر‬ ‫تقدم‬ ‫نفعل‬

‫تسا قط‬ ‫تسا هل‬ ‫تجا هل‬ ‫تفا عل‬

d. Kata kerja lampau yang terdiri dari enam huruf, Pola-polanya adalah:8
5
A.zakaria, Ilmu Nahwu Praktis Sistem belajar 40 Jam, (Cet. I; Terogong Garut: Ibn Aska Press, 2004 ), h.
49-50.
6
Abu Hamzah Yusuf, Pengantar Mudah Belajar Bahasa Arab, (Cet. I; Bandung: Pustaka adhwa, 2007 ), h.
37.
7
Ibid. 37
8
Ibid, h. 38.
5
‫استحوذ‬ ‫استغفر‬ ‫استخرج‬ ‫استفعل‬

2. FI’IL MUDHARI

‫َم اَدَّل َع َلى َحَدٍث َيْقَبُل اْلَح اَل َو اِإْل ْس ِتْقَباَل‬

Lafadz yang menunjukkan kejadian (perbuatan) yang sedang berlangsung


dan yang akan datan, contoh;

‫ ; يكتب‬Akan /Sedang menulis

‫ ; يفتح‬Akan / Sedang embuka

‫ ; يجلس‬Akan / Sedang duduk

‫ ; يشرب‬Akan / Sedang minum

Tanda-tanda Fi’il Mudhāri

Fi’il Mudhari pasti di awali oleh salah satu huruf di bawah ini, yaitu;

‫ ت‬- ‫ ي‬- ‫ن‬ - ‫ ا‬dan disingkat; ‫ َاَنْبُت‬yang biasa disebut huruf


Mudhara’ah, contoh:

‫ َتْكُتُب‬- ‫ َيْكُتُب‬- ‫ َنْكُتُب‬- ‫َأْكُتُب‬

Pembagian Fi’il Mudhāri

Fi’il Mudhāri terbagi kepada dua bagian:

a. Fi’il Mudhāri Ma’lum (bentuk aktif), contoh:

‫يكتب‬ ; Akan / Sedang menulis

‫يفتح‬ ; Akan / Sedang membuka

‫ينظر‬ ; Akan / Sedang melihat

‫يظلم‬ ; Akan / Sedang zhalim

b. Fi’il Mudhāri Majhul (bentuk fasif), contoh:

‫يكتب‬ ; Akan / Sedang ditulis

‫يفتح‬ ; Akan / Sedang dibuka

6
‫ينظر‬ ; Akan / Sedang dilihat

‫يظلم‬ ; Akan / Sedang dizhalim

KETERANGAN:

Perbedaan Mudhāri Ma’lum dan Mudhāri Majhul ialah;

a. Huruf Mudhara’ah dalam Mudhāri Ma’lum hendaklah berbaris fathah.


Sedangkan dalam Mudhāri Majhul hendaklah berbaris Dhammah, sementara
huruf sebelum akhirnya berbaris fathah. (Lihat contoh di atas)

b. Fi’il Mudhāri Ma’lum hendaklah diterjemahkan akan/Sedang Me….”,


sedangkan fi’il Mudhāri Majhul hendaklah diterjemahkan “akan / /sedang
di…”9.

Atau dalam buku Abu Hamzah Yusuf Al- Atsary menerangkan bahwa
Fi’il Mudhāri adalah kata kerja yang menunjukkan waktu sekarang dan yang
akan dating. Fi’il Mudhāri merupakan perubahan dari Fi;il Mādhi adapun
perubahanya yang harus dihapal dan adapula yang harus diketahui dengan
melihat kamus.

Ciri-ciri Fi;il Mudhāri;

a. Bias di masuki huruf ( ‫ )َس‬dan ‫ َس ْو َف‬contoh ‫َسَيْش َهُد‬,‫َس ْو َفَيْش َهُد‬

b. Memiliki cirri huruf yang menjadi cirri khasnya yaitu Alif, Nun, Ya,
dan Ta (‫)أنت‬

‫أذهبو‬ ‫ا‬

‫نذهبو‬ ‫ن‬

‫يذهبو‬ ‫يذهبا ن‬ ‫يذهبون‬ ‫ي‬

‫تذهبو‬ ‫تذهبين‬ ‫تذهبين‬ ‫ت‬

c. Fi’il Mudhāri dapat dimasuki huruf ‫ ال‬bermakna tidak contoh;

‫َالَيْاُك ُل‬ ‫َالَيْظِر ُب‬ ‫َالَيْش َهُد‬

9
A. Zakaria, Op. Cit., h. 52-53
7
3. ‫( الفعل األمر‬FI’IL AMR)

Fi’il Amr adalah kata keja dalam bentuk perintah, contoh;

‫ ; اكتب‬Tulislah ‫افتح‬ ; Bukalah

‫اقرأ‬ ; Bacalah ‫ ; اجلس‬Duduklah

Rincian Fi’il Amr

‫افعل‬ ‫افعال‬ ‫افعلوا‬

Lakukanlah Lakukanlah Lakukanlah

Oleh kamu Olehmu Olehmu (L)

Sekalian (L) Berdua (L)

‫افعلي‬ ‫افعال‬ ‫افعان‬

Lakukanlah Lakukanlah Lakukanlah

Oleh kamu Olehmu Olehmu (P)

Sekalian (P) Berdua (P)

Dari uraian di atas, penulis merincikan contoh-contoh ketiga Fi’il (‫)فعل‬


itu adalah sebagai berikut;

‫معنا ه‬

‫فعل أمر‬

‫فعل مظا رع‬

‫فعل ما ض‬ Menulis

‫اكتب‬

‫يكتب‬

8
‫كتب‬ Mengajar

‫علم‬

‫يعلم‬

‫علم‬ Memuliakan

‫أكرم‬

‫يكرم‬

‫أكرم‬ Berpindah

‫انتقل‬

‫ينتقل‬

‫انتقل‬ Meminta ampun

‫استغفر‬

‫يستغفر‬

‫استغفر‬

‫ فع¨¨ل‬dapat diketahui, antara lain, dengan tanda-tanda dimasuki atau


didahului oleh ‫ س‬, ‫ قد‬, dan ‫ س¨وف‬, disamping dapat diketahui dari maknanya10.
Disamping pengertian di atas, Fi’il Amri mempunyai arti sebagai kata kerja
perintah untuk orang ke-2 laki-laki / orang ke-2 perempuan.

Langkah-langkah membentuk Fi’il Amr

a. Dari Fi’il Mudhāri

b. Dibuag ya Mudhari-nya (yaitu yang di awal Fi’il Mudhāri)

c. Huruf akhirnya disukun

d. Apabila setelah dibuang ya Mudhāri-nya ternyata huruf awalnya (_ْ_)

10
Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A, Dr. Musdah Mulia, M.A, APU, Pangkal Penguasaan Bahasa Arab,
(Cet. III; Ujungpandang: Paradotama Wiragemilang, 1999 ), h. 42-43.

9
maka ditambah dengan Hamzah Wasal ( ‫ ) ا‬yang berkasrah yang tidak perlu
ditulis harakat kasrahnya.

Contoh;

‫ِاْذ َهْب‬ ‫( اْذ َهْب‬Contoh yang benar)


(Contoh yang salah)

‫ْاذَهْب‬ ‫ْذ َهْب‬ ‫ْذ َهُب‬ ‫َيْذ َهُب‬

Gambar di atas merupakan langkah-langkah menbuat Fi’il Amr11

Kesimpulan Pembagian Fi’il

‫َم ا ِض‬ ‫ُمَض ا ِر ِع‬ ‫ِفْعل َأْم ِر‬

‫َص ِح ْيُح ْاَألِخ ِر‬ ‫ُم ْعَتُل ْاَأِخ ِر‬ ‫َأْفَع ا ُل ْااَحْمَسِة‬

11
Abu Hamzah Yusuf, Op. Cit., h. 43.
10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan beberapa penjelasan yang telah dipaparkan di atas, dapat


ditarik beberapa kesimpulan berdasarka rumusan masalah sebagai berikut:

1. Fiil adalah (kata) yang menunjukkan suatu peristiwa atau kelakuan


yang disertai masa terjadinya. Peristiwa dan masa yang dikandung fiil
merupakan tugas morfologis. Maksudnya, keduanya merupakan bagian arti
bentuk fiil

2. Jumlah Fi’liyah adalah jumlah yang diawali dengan kalimah fi’il


terdiri dari fi’il (kata kerja) dan fa’il (pelaku). Fa’il/subjek adalah isim yang
terletak setelah fi’il ma’lum (kata kerja aktif) dan berfungsi sebagai pelaku kata
kerja tersebut.

B. Saran

1. Diharapkan mahasiswa mengetahui secara teoritis tentang jumlah


Fi’liyyah dan mampu menerapkan dikalangan masyarakat

2. Sehubungan minimnya refrensi bahasa arab, maka penulis


mengharapkan adanya penambahan buku-buku bahasa arab khususnya yang
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia.

11
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. Bahasa Arab dan Metode Pengajaranya. Cet. I; Pustaka


Pelajar, Makassar: 2003.
A.zakaria. Ilmu Nahwu Praktis Sistem belajar 40 Jam. Cet. I; Terogong
Garut: Ibn Aska Press, 2004.
Fahmi, Ah.Akrom. Ilmu Nahwu dan Sharaf 3 (Tata Bahasa Arab Praktis
dan Aplikatif). Ed. I, Cet. I; Jakarta: PT RajaGrafindo, 1999.
Saifulloh, Al Aziz Senali Muhammad. Metode Pembelajaran Ilmu
Nahwu. PT. Terbit Terang, Surabaya: 2005.
Thib Raya, Ahmad, Mulia Musdah. Pangkal Penguasaan Bahasa Arab.
Cet. III; Ujungpandang: Paradotama Wiragemilang, 1999 .
Yusuf, Abu Hamzah. Pengantar Mudah Belajar Bahasa Arab. Cet. I;
Bandung: Pustaka adhwa, 2007 .
Anwar, Moch. Ilmu Nahwu. Cet. V; Bandung : Sinar Baru, 1992.

12

Anda mungkin juga menyukai