Makalah Jumlah Fi'liyah
Makalah Jumlah Fi'liyah
Makalah Jumlah Fi'liyah
Bahasa Arab
Jumlah Fi’liyah
Dosen Pengampu :
Harmanto Raharjo M. Pd
Disusun Oleh :
FAKULTAS TARBIYAH
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga makalah ini selesai tepat pada
waktunya.
Makalah ini di buat berdasarkan tugas mata kuliah Bahasa Arab. Berisi
tentang penjelasan jumlah fi’liyah Semoga dengan adanya makalah ini dapat
membantu teman-teman dalam mencari informasi tentang para perawi hadits.
Meskipun dalam penyusunan makalah ini, penulis dapat menyelesaikan
dengan baik, namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat
kekurangan di dalamnya. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran
yang sifatnya membangun dari semua pihak. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Oleh karena itu, hadirnya bahasa Arab merupakan bahasa yang berbentuk
konsonan berbeda dengan bahasa Indonesia yang meliputi konsonan dan vokal.
Belajar bahasa Arab dapat memberikan kemaslahatan umat Islam dan
memberikan kemudahan dalam memahami ilmu tafsir dan ilmu lain. Sejak abad
ke XV Hijriah suatu abad yang diyakini dan diharapkan menjadi awal
kebangkitan umat Islam dan seiring dengan disuarakannya kebangkitan Islam
itu, kebutuhan akan kemampuan berbahasa Arab semaking dirasakan oleh kaum
muslim, khususnya di Indonesia.1
Salah satu cara praktis dan penting untuk mendalami bahasa Arab adalah
melalui Ilmu Nahwu Sharaf (Tata Bahasa Arab) yang didalamnya mempelajari
beberapa aspek terpenting seperti isim, fi’liyah, huruf yang membuat manshub,
huruf yang membuat ma’sum dan sebagainya. Setiap yang memahami ilmu ini
sangatlah mudah untuk mengenal bahasa Arab baik membaca, memahami,
menerjemahkan dan berkomunikasi.
Merujuk dari hal di atas, maka penulis akan menguraikan salah satu topik
yaitu jumlah fi’liyah yang akan dibahas dalam makalah ini karna pembahasan ini
merupakan salah satu komponen penting untuk mengetahui bahasa Arab.
B. Rumusan Masalah
1
Muhammad SaifullohAl Aziz senali, Metode Pembelajaran Ilmu Nahwu, (PT. Terbit Terang Surabaya,
2005), h. 3.
1
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengemukakan sebuah
masalah pokok yaitu bagaimana mengetahui jumlah fi’liyah dalam penguasaan
bahasa Arab. Merujuk pada masalah pokok di atas, penulis menganggap perlu
adanya submasalah yang dijadikan sebagai sentral dalam pembahasan makalah
ini yaitu:
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Para ulama (pakar) bahasa Arab telah mengemukakan devenisi fiil di dalam
buku-buku mereka. Meskipun redaksi yang mereka paparkan berbeda satu sama
lain, tetapi bisa dikatakan memiliki maksud yang sama. Untuk itu diperlukan takrif
populer menurut al-Zamakhsyariy dalam bukunya al-Mufassal sebagai berikut: Fiil
adalah (kata) yang menunjukkan suatu peristiwa atau kelakuan yang disertai masa
terjadinya. Peristiwa dan masa yang dikandung fiil merupakan tugas morfologis.
Maksudnya, keduanya merupakan bagian arti bentuk fiil2.
Sebenarnya ciri fiil dikemukakan oleh Ibnu Malik dalam Alfiah Ibnu Malik,
sebagi berikut:
3. Fill Mudhāri dan Amr bisa diakhiri dengan nun taukid dan ya
muannas mukhatabah.
Jumlah Fi’liyah adalah jumlah yang diawali dengan kalimah fi’il terdiri
dari fi’il (kata kerja) dan fa’il (pelaku). Fa’il/subjek adalah isim yang terletak
setelah fi’il ma’lum (kata kerja aktif) dan berfungsi sebagai pelaku kata kerja
tersebut. Apabila fa’il berbentuk muannas (feminine), maka fi’il juga harus
muannas. Begitu juga apabila berbentuk mutsanna (ganda) ataupun jamak
(banyak) maka fi’il harus tetap mufrod (tunggal)3.
Atau dalam kata lain jumlah fi’liyyah yaitu jumlah yang dimulai dengan
2
Prof. Dr. Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajaranya, (Cet. I; Ppustaka Pelajar Makassar, 2003),
h. 96.
3
Ibid., h. 97.
3
kalimat fi’il, baik fi’il Madly, fi’il Mudhari’, fi’il Amar atau fi’il Nahy, baik dari
fi’il tsulatsy Mujarrad, Tsulatsy Mazid, Ruba’y Mujarrad atau Ruba’y Mazid.
Untuk lebih memahami pengertian jumlah fi’liyyah, perhatikanlah contoh
berikut:َضَر َب َزْيّد َك ْلًبا
1. FI’IL MĀDHI
Contoh:
KETERANGAN
4
K.H. Moch. Anwar, Ilmu Nahwu. (Cet. V; Bandung : Sinar Baru, 1992), h. 55.
4
Perbedaan bentuk keduanya yaitu;
2). Mādhi Majhul adalah fi’il yang berlawanan dhammah sedang huruf
sebelum akhirnya berbaris kasrah
Adakalanya kata kerja lampau paling sedikit terdiri dari satu huruf dan
paling banyak terdiri dari enam huruf6.
a. Kata kerja lampau yang terdiri dari tiga huruf, Pola-polanya adalah:7
b. Kata kerja lampau yang terdiri dari empat huruf, Pola-polanya adalah:
c. Kata kerja lampau yang terdiri dari lima huruf, Pola-polanya adalah:
d. Kata kerja lampau yang terdiri dari enam huruf, Pola-polanya adalah:8
5
A.zakaria, Ilmu Nahwu Praktis Sistem belajar 40 Jam, (Cet. I; Terogong Garut: Ibn Aska Press, 2004 ), h.
49-50.
6
Abu Hamzah Yusuf, Pengantar Mudah Belajar Bahasa Arab, (Cet. I; Bandung: Pustaka adhwa, 2007 ), h.
37.
7
Ibid. 37
8
Ibid, h. 38.
5
استحوذ استغفر استخرج استفعل
2. FI’IL MUDHARI
Fi’il Mudhari pasti di awali oleh salah satu huruf di bawah ini, yaitu;
6
ينظر ; Akan / Sedang dilihat
KETERANGAN:
Atau dalam buku Abu Hamzah Yusuf Al- Atsary menerangkan bahwa
Fi’il Mudhāri adalah kata kerja yang menunjukkan waktu sekarang dan yang
akan dating. Fi’il Mudhāri merupakan perubahan dari Fi;il Mādhi adapun
perubahanya yang harus dihapal dan adapula yang harus diketahui dengan
melihat kamus.
b. Memiliki cirri huruf yang menjadi cirri khasnya yaitu Alif, Nun, Ya,
dan Ta ()أنت
أذهبو ا
نذهبو ن
9
A. Zakaria, Op. Cit., h. 52-53
7
3. ( الفعل األمرFI’IL AMR)
معنا ه
فعل أمر
فعل ما ض Menulis
اكتب
يكتب
8
كتب Mengajar
علم
يعلم
علم Memuliakan
أكرم
يكرم
أكرم Berpindah
انتقل
ينتقل
استغفر
يستغفر
استغفر
10
Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A, Dr. Musdah Mulia, M.A, APU, Pangkal Penguasaan Bahasa Arab,
(Cet. III; Ujungpandang: Paradotama Wiragemilang, 1999 ), h. 42-43.
9
maka ditambah dengan Hamzah Wasal ( ) اyang berkasrah yang tidak perlu
ditulis harakat kasrahnya.
Contoh;
َص ِح ْيُح ْاَألِخ ِر ُم ْعَتُل ْاَأِخ ِر َأْفَع ا ُل ْااَحْمَسِة
11
Abu Hamzah Yusuf, Op. Cit., h. 43.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
12