Neni Cahnia Studi Al-qur'An
Neni Cahnia Studi Al-qur'An
Neni Cahnia Studi Al-qur'An
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
2023/2024
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah serta puji syukur yang tak hentinya dipanjatkan kepada Allah
Subhanahu Wata‟ala. Karena dengan limpahan nikmat serta karunia Nya penyusun dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik serta tepat pada waktunya. Shalawat dan salam
kepada junjungan alam Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam, Allahumma shalli a‟la
sayyidina Muhammad wa‟ala aalihi sayyidina Muhammad.
Di dalam makalah ini akan membahas materi yang berjudul “Tujuan dan Materi
Pendidikan Perspektif Al-Qur’an” yang di susun guna untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Studi Al- Qur’an.
Penyusunan makalah ini juga tidak lepas dari bimbingan beberapa pihak penting
selama proses penyelesaian. Sehingga dapat membantu penulis menyelesaikan hingga waktu
yang di tetapkan. Penulis mengucapkan Jazakumullah Khoron Katsiron kepada :
1. Dosen Mata Kuliah Studi Al-Qur‟an, Bapak Dr. Alwizar, M.Ag atas bimbingan dan
ilmu yang telah di berikan. Semoga ilmu yang kami peroleh, membawa
keberkahan baik di dunia dan akhirat, serta bermanfaat tentunya bagi orang
banyak.
2. Bapak dan mamak kami yang telah banyak memberikan Dukungan baik berupa
moril ataupun materil, serta do‟a dan semangat yang tak pernah ada habisnya.
3. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa/ mahasiswi kelas 1A, yang senantiasa
memberikan memberika support khususnya dalam penyelesaian makalah ini.
4. Juga kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang
berperan penting dalam membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis berharap agar kiranya makalah ini dapat memberikan pengetahuan atau
pengalaman bagi yang membacanya. Bahkan penulis juga berharap lebih jauh agar ilmu yang
di dapat dari makalah ini dapat di praktik kan oleh penulis di dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis menyadari bahwa makalah yang di susun ini jauh dari kesempurnaan dan
masih terdapat beberapa kekukarangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca agar dapat menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini berguna bagi para pembaca serta
piha-pihak lain yang berkepentingan.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diantara fungsi al-Quran adalah sebagai petunjuk (huda) penerang jalan hidup
(bayyinat), pembeda antara yang benar dan yang salah (furqan), penyembuh penyakit
hati (syifa), nasihat atau petuah (mau‟izah) dan sumber informasi (bayan). Sebagai
sumber informasi al-Quran mengajarkan banyak hal kepada manusia : dari persoalan
keyakinan, moral, prinsip-prinsip ibadah dan muamalah sampai kepada asas-asas
pengetahuan. Mengenai ilmu pengetahuan, Al-Quran memberikan motivasi dan wawasan
kepada manusia untuk memperhatikan dan meneliti alam sebagai manifestasi kekuasaan
Allah.
Al-Quran tidak hanya sebagai petunjuk bagi suatu umat tertentu dan untuk
periode waktu tertentu, melainkan menjadi petunjuk yang universal dan sepanjang
waktu. Al-Quran adalah eksis bagi setiap zaman dan tempat. Petunjuknya sangat luas
seperti luasnya umat manusia dan meliputi segala aspek kehidupannya.
Al-Quran bukan hanya sebagai kitab suci bagi umat islam dan pedoman hidup
dalam menjalankan segala aktifitasnya tetapi Al-Quran juga merupakan kitab
pendidikan. Pendidikan menurut Al-Quran jelas berbeda dengan pendidikan yang ada
dalam masyarakat non islam. Baik dalam wilayah teoritis maupun praktis, akibatnya
melahirkan istilah-istilah pendidikan yang beragam dan berbeda pula. Pendidikan
menurut An-Nahlawi berasal dari bahasa arab, yaitu dari akar raba-yarbu yang artinya
1
Said Agil Husain Almunawar, Aktualisasi Nilai-Nilai Qur‟an dalam Sistem Pendidikan Islam,
(Ciputat:Ciputat Press, 2005), hlm.5-7
3
adalah “bertambah” dan “berkembang”. Menurut Istilah Ahmad D.Marimba dalam
A.Izzam dan Saehudin bahwa :
Pendidikan merupakan bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang
utama.2
Al-Quran sendiri sangat mendorong manusia untuk belajar dan menuntut ilmu.
Bukti terkuat mengenai hal ini adalah bahwa ayat Al-Quran yang pertama kali
diturunkan memberikan dorongan kepada manusia untuk membaca dan belajar.Ayat
tersebut juga menekankan bahwa dengan perantaraan kalam Allah mengajarkan manusia
membaca dan mengajarinya apa-apa yang tidak diketahuinya. Lebih jauh Islam
menjelaskan bahwa Al-Quran adalah kalam Allah yang berisi segala hal mengenai
petunjuk, yaitu membawa hidup manusia menjadi bahagia baik di dunia maupun akhirat.
Kandungan yang ada didalamnya meliputi segala hal termasuk pendidikan. 3
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
Ahmad Izzam, Saehudin, Tafsir Pendidikan Studi Ayat-ayat Berdimensi Pendidikan, (Banten:Shuhuf
Media Insani, 2012), hlm.1
3
Rahman Afandi, “Tujuan Pendidikan Nasional Perspektif Al-Quran”, Jurnal INSANIA IAIN
PURWOKERTO, Vol.16, No. 3, September-Desember 2011, diunduh dari http://1599-Article Text-3044-1-10-
20180528.pdf, tanggal 17 November 2018
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Diskursus Tarbiyah
Kata tarbiyah berasal dari bahasa arab yaitu: رش ثُخ- ٍَشث- - ٍ سثyang berarti :
5
Para ahli bahasa ada yang berpendapat bahwa kata tarbiyah berasal
dari tiga kata: Pertama berasal dari kata ٍ سث- َشثىyang berarti bertambah,
tumbuh, Kedua berasal dari kata ٍ سث-ٍ َشثyang berarti menjadi besar, Ketiga
berasal dari kata سة- َشةyang berarti memperbaiki, menguasai, menuntun,
menjaga dan memelihara. Sedangkan menurut Al-Baidlawy kata al-rabb
berasal dari kata tarbiyah yaitu menyampaikan sesuatu sedikit demi sedikit
hingga sempurna, dan jika dilihat dari fungsinya kata سةterbagi menjadi tiga
yaitu: rabb sebagai pemilik atau penguasa, sebagai Tuhan yang ditaati dan
sebagai pengatur. Berangkat dari makna asal kata tarbiyah tersebut, Albani
berpendapat bahwa pendididikan terdiri dari 4 unsur yaitu: pertama menjaga
dan memelihara fitrah anak hingga baligh, kedua mengembangkan seluruh
potensi, ketiga mengarah fitrah dari seluruh potensi menuju kesempurnaan dan
keempat dilaksanakan secara bertahap.4 Dengan demikian, penulis dapat
menyimpulkan dari beberapa pendapat diatas bahwa makna tarbiyah atau yang
lebih populer disebut pendidikan adalah sebuah upaya atau rencana
pendampingan untuk mengembangkan potensi anak dimulai sejak dini agar si
anak mampu bertahan (survive) dalam kehidupannya kelak.
Kata tarbiyah dengan berbagai bentuk derivasinya, didalam Al-Quran
terulang sebanyak 952 kali, yang terbagi beberapa bentuk :
Pertama, Berbentuk isim fail (ٍّ)سثب. Bentuk ini terulang sebanyak 3
kali yang kesemuanya berbentuk jama‟ (ُ ) سثبُِّ\سثبُّىyang juga mempunyai
relasi dengan kata mengajar (ٌُ )رعيdan belajar () رذسَس. Firman Allah dalam
Qs.Ali Imran : 79 :
ِْ ٍِ ٍبس ُمىُّىا ِعجَبد ًا ِى ِ بة َو ْاى ُح ْن ٌَ َواىُّْجُ هىح َ ث ُ هٌ ََقُى َه ِىيْهَ َ َّللاُ ْاى ِنز
ٍَب َمبَُ ِىجَش ٍَش أ َ ُْ َُؤْ رَُِهُ ه
َُسى َ َ َّللا َو َٰىَ ِن ِْ ُمىُّىا َسثهبَُُِِِّّ ثِ ََب ُمْْز ُ ٌْ رُعَ ِيّ َُىَُ اىْ ِنز
ُ بة َوثِ ََب مُ ْْز ُ ٌْ رَذْ ُس ِ ُوُ ه
ِ د
Artinya :Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya al-Kitab,
hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia:”Hendaklah kamu menjadi
penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah.”Akan tetapi : Hendaklah kamu
4
Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi:Mengungkap pesan-pesan Al-Quran tentang pendidikan,
(Yogyakarta:Teras, 2008), hlm.32-33
6
menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan
disebabkan kamu tetap mempelajarinya (Qs.Ali Imran:79)
Kedua, berbentuk mashdar ()سة. Bentuk ini dalam Al-Quran terulang sebanyak 947
kali, empat kali berbentuk jama‟ اسثبة, satu kata berbentuk tunggal, dan selebihnya
diidomatikkan dengan isim sebanyak 141 kali yang mayoritas dikontekskan dengan
alam, selebihnya dikontekskan dengan masalah, Nabi, manusia, sifat Allah dan
ka‟bah.
2. Diskursus Ta’lim
3. Diskursus Ta’dib
4. Diskursus Tazkiyah
Tujuan berarti arah atau sasaran yang ingin dicapai. Dalam bahasa arab, tujuan itu
disebut al-hadf dan al-ghard. Al-hadf secara harfiah, berarti al-ghard al-muntadal fihi bi al-
siham (sasaran atau objek yang diperlombakan dengan panah) atau kullu say‟in „azim
murtafi‟ (segala sesuatu yang besar dan tinggi). Dan al-ghard berarti maksud atau yang
diinginkan. Kedua kata ini sama artinya dengan sasaran yang dituju oleh seseorang dalam
satu lemparan dengan anak panah. Menurut al-Isffihani, al-ghard berarti “sasaran yang dituju
oleh lemparan”. Berdasarkan makna harfiah ini, maka tujuan dapat diartikan dengan sesuatu
yang sangat didambakan bagaikan pemandu yang mengharap agar panahnya dapat mencapai
sasaran atau objek yang dipanah. Kemudian kata tersebut, secara istilah diartikan kepada
“setiap target yang ingin dicapai”.
Dengan demikian, tujuan pendidikan berarti sasaran yang ingin dicapai atau diraih
setelah melalui proses pendidikan. Artinya, pendidikan yang merupakan suatu proses
mempunyai target atau tujuan yang ingin dicapai, dimana tujuan tersebut melekat atau
dimiliki oleh peserta didik setelah melalui proses pendidikan. Peserta didik diharapkan
memiliki kompetensi tertentu sesuai dengan jenjang pendidikan yang dilalui. Kompetensi itu
meliputi penegtahuan, sikap, dan keterampilan. Ketiga ranah ini merupakan suatu sistem
yang saling berkait, pengetahuan melahirkan sikap, dan keduanya dapat pula menghasilkan
keterampilan. Kompetensi keterampilan tidak akan dimiliki siswa tanpa kompetensi
pengetahuan dan sikap.
5
Dedeng Rosidin, Pendidikan dalam Al-Quran:Kajian Tematik dan Semantik, (Bandung:Insan
Rabbani, 2015), hlm.51
8
sistem dan interaksi yang berlaku padanya terkait atau tidak dapat dilepaskan kemahabesaran
Tuhan. Ungkapan iqra‟ yang mengawali penyampaian pesan-pesan Illahi kepada manusia
melalui Muhammad Saw dimana ungkapan itu bermakna tonggak utama dalam pencarian
ilmu dikaitkan dengan Tuhan (iqra‟ bismi rabbik). Hal ini berarti belajar, meneliti, membaca,
dan segala aktivitas pencarian ilmu lainnya selalu dimulai dari Allah.6
Bercermin pada wahyu pertama sekali turun kepada Rasulullah Saw, Allah
mendorong manusia agar mencari dan menggali ilmu pengetahuan, yaitu dengan kata “iqra”
(Qs.Al-„Alaq/96:1-5). Dalam ayat permulaam itu ada kata-kata “qalam” yang berarti pena
yang bisa menjadi lambang ilmu pengetahuan. Dengan demikian muncul berbagai ilmu
pengetahuan dengan semangat dan spirit Al-Quran.7
Formulasi hakikat pendidikan islam tidak boleh dilepaskan begitu saja dari ajaran
islam yang terulang dalam Al-Quran dan As-sunah, karena kedua sumber tersebut merupakan
pedoman otentik dalam penggalian khazanah pengetahuan apapun. Dengan berpijak kepada
kedua sumber itu diharapkan akan diperoleh gambaran yang jelas tentang hakikat pendidikan
islam.8
1. Qs Al-Dzariyat:56
Menurut Sayyid Quthub, meskipun ayat diatas sangat singkat namun mengandung
hakikat yang besar dan agung. Manusia tidak akan berhasil dalam hidupnya tanpa menyadari
makna dan menyadarinya, baik pribadi maupun kolektif. Ayat ini membuka sekian banyak
6
Kadar M.Yusuf, Tafsir Tarbawi Pesan-pesan Al-Quran dalam Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara,
2013), hlm. 79-81
7
Said Agil Husain Almunawar, Aktualisasi Nilai-Nilai Qur‟an dalam Sistem Pendidikan Islam,
(Ciputat:Ciputat Press, 2005), hlm.4-5
8
Muhaimin, Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar
Operasionalitasnya, (Bandung : Trigenda Karya, 1993), hlm.127
9
sisi dan aneka sudut dan tujuan. Sisi pertama bahwa pada hakikatnya ada tujuan tertentu dari
wujud manusia dan jin. Ia merupakan satu tugas. Siapa yang melaksanakannya, maka dia
telah mewujudkan tujuan wujudnya, dan siapa yang mengabaikannya maka ia telah
membatalkan hakikat wujudnya dan menjadilah dia seorang yang tidak memiliki tugas
(pekerjaan), hidupnya kosong tidak bertujuan dan berakhir dengan kehampaan. Tugas
tersebut adalah ibadah kepada Allah yakni penghambaan diri kepada-Nya. Menurutnya
pengertian ibadah bukan hanya terbatas pada pelaksanaan tuntutan ritual, karena jin dan
manusia tidak menghabiskan waktu mereka dalam pelaksanaan ibadah ritual. Allah tidak
hanya mewajibkan mereka melakukan hal tersebut, tetapi Allah mewajibkan kegiatan yang
lain yang menyita sebagian besar hidupnya.
Aneka kegiatan yang dimaksud tidak lain adalah tugas kekhalifahan yakni
memakmurkan bumi, mengenal potensinya, perbendaharaan yang terpendam didalmnya
dengan mewujudkan apa yang dikehendaki Allah dalam penggunaan, pengembangan, dan
peningkatannya. Dengan demikian, ibadah yang dimaksud disini lebih luas jangkauan
maknanya dari pada ibadah dalam bentuk ritual. Tugas khalifah termasuk dalam makna
ibadah.
2. Qs.Albaqarah/2:30
سض خَيُفَخً ۖ قبىىا أَرَجعَ ُو فُهب ٍَِ َُف ِسذ ُ فُهب ِ َ َوإِر قب َه َسثُّلَ ِىي ََالئِ َن ِخ إٍِّّ جب ِع ٌو فٍِ األ
َُ ِس ىَلَ ۖ قب َه ِإٍّّ أَعيَ ٌُ ٍب ْل رَعيََى
ُ ّس ِجّ ُح ِث َحَذِكَ َوُّقَذ
َ ُّ ُِ َوََس ِفلُ اىذ ٍِّب َء َوَّح
Terjemahan : Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku
hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak
menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami
bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Qs.Al-Baqarah :30)9
Khalifah adalah kata musytarak yang mengandung beberapa arti yaitu :
penyambung, pengganti, wakil dan kepala negara. Maka untuk menertibkan
makhluk-Nya Dia membuat peraturan, dan mengangkat khalifah atau wakil yang
ditugaskan untuk mengamalkan peraturan itu. Adapun makhluk yang terpilih
9
Muhaimin, Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar
Operasionalitasnya, (Bandung : Trigenda Karya, 1993), hlm.127
10
menjadi khalifah adalah manusia, selain diberi pancaindra juga diberi hati dan
pikiran. Yang tak dapat dijangkau dengan mata, telinga dan pancaindra lainnya
dapat dirasakan dengan hati. Macam-macam hikmah yang ada dalam makhluk
jamadi, makhluk hewani dan makhluk nabati bisa digali dengan akal pikiran.
Dari sekian juta jenis makhluk yang terpilih jadi khalifah itu kita, yaitu Bani
Adam. Terbukti bahwa manusia merupakan makhluk yang dimuliakan dan istimewa
karena mempunyai akal untuk berfikir. Dalam ayat ini terdapat dhalalah bahwa
sebelum dunia yang sekarang sudah ada dunia lain, dan sudah ada pula manusia
yang serakah dan haus darah seperti sebagian besar Bani Adam yang mabuk
kekuasaan.
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa Allah Swt menciptakan manusia
sebagai khalifah di muka bumi. Kata khalifah pada mulanya berarti yang
menggantikan atau yang datang sesudah siapa yang datang sebelumnya. Selanjutnya,
khalifah dipahami sebagai yang menggantikan Allah dalam menegakan kehendak-
Nya dan menerapkan ketetapan-Nya. Ada 4 yang terkadung dalam tugas
kekhalifahan yang saling berkaitan yaitu : pemberi tugas (Alloh Swt), penerima
tugas (manusia), tempat dimana manusia berada (bumi), dan materi-materi
penugasan yang harus dilaksanakan dalam hal ini memakmurkan bumi.
Dari uraian ayat Al-Qur‟an diatas, sejalan dengan rumusan tujuan pendidikan
oleh beberapa tokoh pendidikan islam sebagaimana dikemukakan oleh beberapa
tokoh pendidikan yang sebagaimana ditulis oleh Ahmad Tafsir antara lain : Al-Attas
merumuskan tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya manusia yang baik.
Sedangkan Abdul Fattah Jalal merumuskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah
terwujunya manusia sebagai hamba Allah Swt. Demikian pula Sayyed Qutub
mengemukakan tujuan pendidikan Islam adalah manusia yang takwa. Sedang
10
Moh.E Hasim, Ayat Suci Dalam Renungan Juz 1, (Bandung:Pustaka, 1998), hlm.98-99
11
menurut Kompensasi Dunia Islam pertama 1977 berkesimpulan bahwa tujuan akhir
pendidikan Islam adalah manusia yang menyerahkan diri secara mutlak kepada
Allah.
Ada lima unsur saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya tidak boleh
diabaikan dalam penyelenggaraan pembelajaran, yaitu tujua, materi, metode, alat atau media,
dan evaluasi. Unsur yang pertama merupakan suatu target yang ingin dicapai setelah peserta
didik melewati proses pembelajaran. target ini mengacu kepada tujuan pendidikan secara
umum. Empat unsur lainnya merupakan sarana atau elemen yang dapat mengantarkan siswa
kepada tujuan pendidikan yaitu materi pembelajaran. Materi itulah yang mesti diolah bersama
elemen yang lainnya agar tujuan pembelajaran dapat diraih. Materi tersebut adalah meliputi
bidang-bidang ilmu yang diajarkan kepada peserta didik.
a. Kajian Keislaman
11
Hamzah djunaidi, Konsep Pendidikan Dalam Alquran, (Makassar: UIN Alaudin Makassar), hal.139-
140
12
kehidupan. Bagian pertama meliputi ilmu-ilmu bahasa arab seperti Nahwu, Sharaf,
Balaghah, Ulum Al-Quran, Ulum Al-Hadits, Ushul Fiqh, Mantiq, dan lain-lain.
Sedangkan bagian kedua meliputi Aqidah, Fiqh, Sejarah, dan Akhlak.
ًٍزب
َٰ َُشثً َواى َٰ َُِ ِإحسبًّب َو ِثزٌِ اىق ِ َششمىا ِث ِه شَُئًب ۖ َو ِثبىىا ِىذ
ِ ُ َّللاَ َوْل ر
َواعجُذ ُوا ه
سجُ ِو َوٍب اثِ اى ه
ِ ت َو ِ ْت ثِبى َج
ِ بح ِ ص
ّ ت َواى ِ ُْاىجبس اى ُج
ِ شثً َو َٰ ُاىجبس رٌِ اىق
ِ سبمُِ َوِ ََ َواى
ً َزبْل ف
خىسا ً َّللاَ ْل َُ ِحتُّ ٍَِ مبَُ ٍُخ ٍَيَ َنذ أَََبُّ ُنٌ ۗ ِإ هُ ه
َّللاُ ٍِِ فَض ِي ِه ۗ َوأَعزَذّب
بس ِثبىجُخ ِو َوََنزَُىَُ ٍب آربهُ ٌُ ه َ ّْاىهزََِ ََجخَيىَُ َوََأ ٍُشوَُ اى
عزاثًب ٍُهًُْبَ ََِِىينبفِش
Terjemahan : Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh,
teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah
tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri. (yaitu) orang yang
kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia yang
telah diberikan Allah kepadanya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir
azab yang menghinakan. (Qs.An-Nisa:36-37)
Materi pendidikan dalam ayat ini meliputi 3 macam yaitu, sebagai berikut :
2) Aqidah tauhid, hal itu terlibat dalam penggalan ayat ئ ِ ُ َوْل ر
ً َُششمىا ثِ ِه ش
(janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun) . Bidang studi
aqidah mestilah menjadi bahan ajar yang terpenting diberikan kepada siswa,
sebab semua kebaikan yang berwujud ketaatan beribadah, kepatuhan,
kejujuran, dan akhlak mulia lainnya dapat terbangun dan berkembang hanya
melalui penanaman aqidah tauhid ini.
13
3) Akhlak mulia. Berperilaku mulia dalam bergaul dengan manusia dan alam
sekitar merupakan salah satu materi kajian keislaman yang harus diajarkan
dalam lembaga pendidikan. Ayat di atas mengajarkan kepada manusia agar
12
berbuat ihsan (baik) kepada kedua orang tua, kaum kerabat, anak yatim,
orang miskin, tetangga, dan orang dalam perjalanan.
12
Ihsan itu berarti memberi lebih banyak dari kewajibannya, dan mengambil lebih sedikit dari apa yang
menjadi haknya. Dari definisi dapat ditegaskan, bahwa orang muhsin tidak hanya baik secara individual, tetapi
juga baik untuk lingkungannya.
14
Ayat ini memperbincangkan realitas alam semesta yang dapat disaksikan
manusia.Hal itu meliputi langit yang dibangun tanpa tiang, matahari dan bulan
yang beredar pada porosnya. Demikian pula fenomena alam yang terdapat di bumi,
yang meliputi bumi yang terbentang diatasnya gunung yang berfungsi
mengokohkan bumi tersebut. Jika dilihat dari aspek bidang kajian pengetahuan,
maka jelaslah ayat diatas berbicara tentang ilmu-ilmu sosial dan eksak. Bahkan
lebih spesifik lagi, ayat ini juga berbicara tentang astronomi, geografi, ilmu
pertanian, dan pertanahan.
Maka tujuan pembelajaran ilmu-ilmu sosial dan eksakta sama dengan tujuan
pembelajaran kajian-kajian keislaman, perbedaan hanya terletak pada tujuan
kognitif dan psikomotor sedangkan tujuan afektifnya sama. Karakteristik
pembelajaran menurut persepektif Al-Quran memiliki pola pembelajaran berbasis
keimanan dan ketauhidan dalam semua bidang ilmu. 13
13
Kadar M.Yusuf, Tafsir Tarbawi Pesan-pesan Al-Quran dalam Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara,
2013), hlm. 105-113
15
BAB III
KESIMPULAN
A. Simpulan
Tujuan pendidikan islam yang prosesnya terdapat pada diri manusia itu sendiri
dalam arti yang umum mengisyaratkan adanya komponen-komponen pokok dalam
pendidikan, adanya isyarat bagi guru untuk meningkatkan diri, prosesnya bertahap
dan berkelanjutan, menuntut adab-adab tertentu dengan metode-metode yang mudah
diterima agar dilakukan dengan baik dan bijak. Adanya tujuan untuk memperoleh
pengetahuan (pembinaan akal) menuju ke arah perubahan yang lebih baik (pendidikan
jiwa), mewujudkan insan muslim sempurna untuk taat beribadah memperoleh ridha
Allah Swt. Materi pendidikan dibagi menjadi 2 bidang yaitu bidang kajian-kajian
keislaman dan sains sosial serta eksakta.
B. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
Agil Husain Almunawar, Said. 2005. Aktualisasi Nilai-Nilai Qur‟an dalam Sistem
Pendidikan Islam, Ciputat:Ciputat Press
Hasim.E. 1998. Ayat Suci Dalam Renungan Juz 1. Bandung:Pustaka
Izzam, Ahmad. Saehudin. 2012.Tafsir Pendidikan Studi Ayat-ayat Berdimensi
Pendidikan. Banten:Shuhuf Media Insani
M.Yusuf, Kadar. 2013.Tafsir Tarbawi Pesan-pesan Al-Quran dalam
Pendidikan.Jakarta:Bumi Aksara
Muhaimin. Mujib Abdul. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis dan
Kerangka Dasar Operasionalitasnya.Bandung : Trigenda Karya
Munir Ahmad. 2008. Tafsir Tarbawi Mengungkap Pesan Al-Quran Tentang
Pendidikan. Yogyakarta:Teras
Rahman Afandi, “Tujuan Pendidikan Nasional Perspektif Al-Quran”, Jurnal
INSANIA IAIN PURWOKERTO, Vol.16, No. 3, September-Desember 2011, diunduh dari
http://1599-Article Text-3044-1-10-20180528.pdf, tanggal 17 November 2018
Ramayulis. 2010.Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta:Kalam Mulia, 2010
Rosidin Dedeng. 2015. Pendidikan Dalam Al-Quran (Kajian Tematik dan Semantik).
Bandung:Insan Rabbani
17