Makalah Al-Islam Ibu Raihan KLP 4
Makalah Al-Islam Ibu Raihan KLP 4
Makalah Al-Islam Ibu Raihan KLP 4
Di Susun Oleh:
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
BAB II ............................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 3
PENUTUP ................................................................................................................................... 17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Al-Qur’an adalah sumber dari segala ilmu pengetahuan yang sudah sewajarnya kita
menjadikan Al-Qur’an sebagai pusat ilmu pengetahuan. Tidak hanya itu, Al-Qur’an
merupakan satu-satunya kitab yang tiada satupun manusia di muka bumi ini yang mampu
menandinginya.
Sungguh sudah bukan menjadi rahasia lagi bahwa kitab-kitab selain Al-Qur’an dizaman
sekarang tidak akan pernah mampu untuk menyamai dengan Al-Qur’an itu sendiri,
perhatikanlah berapa biji manusia dari kalangan Nasrani yang dapat dengan baik menghafal
kitab mereka (Injil), perhatikan pula siapa saja yang telah menghafal kitab Taurat dari
kalangan yahudi, niscaya akan sangat sulit sekali kita temui diantara mereka sebagai seorang
penghafal kitab yang benar-benar hafal diluar kepala, belum lagi mereka selalu merubah isi-
isi atau kandungan dalam kitab mereka, keaslian kemurnian dan keontetikan dari kitab-kitab
mereka sangat-sangat lemah. Mereka kaum Yahudi dan Nasrani telah mengubah-ubah
kebenaran dengan yang bathil, mereka juga tidak dapat membedakan mana yang perkataan
nabi mereka dan mana yang perkataan sahabat, semua campur aduk menjadi satu ditambah
lagi perubahan-perubahan ayat yang sering mereka bolak-balikkan.
Berbeda dengan kaum Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Allah
Subhanahu Wata’ala telah berjanji untuk menjaga kitab-Nya. dizaman inilah zaman ke
emasan islam terindah dalam sejarah. Disinilah sinar agama Allah dapat terus menerangi
bumi hingga saat ini. Disinilah mulai nampak berbagai macam ilmu pengetahuan yang terus
berkembang dari agama yang di ridhai Allah ini, seperti ilmu Aqidah, Tafsir, Hadits, Fiqih,
Adab dan lain sebagainya.
Sungguh beruntung kita hidup menjadi kaum Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Karena dizaman kitalah satu-satunya zaman yang telah mempelajari ilmu hadits, dengan ilmu
hadits dengan perantara berbagai macam pesan dari telinga ke telinga, hingga dari kitab ke
kitab, melalui tangan-tangan para ulama salaf asshaliih yang dengan sungguh-sungguh
mereka berdakwah serta menulis sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan cinta
dan perasaan.
Sehingga Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang sejatinya telah wafat, seakan terasa
masih hidup. Seakan kita juga masih bisa berjumpa dengan beliau melalui sabda-sabdanya
meski zaman terus berjalan ditelan waktu.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Konsep Pendidikan Al-Qur’an beserta pengembangannya?
2. Apa Keuntungan Kita Mempelajari atau Menghafal Al-Qur’an?
1.3 Tujuan Masalah
1. Agar kita mengetahui apa saja konsep pendidikan dalam Al-Qur’an.
2. Agar kita bisa memahami bahwa Al-Qur’an itu merupakan bahan utama dalam Dunia
Pendidikan Serta Pentingnya Al-Qur’an untuk dihafal oleh Generasi Bangsa ini.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Keutamaan Al-Qur’an
Al-Qur’an dalam islam memiliki kedudukan yang sangat tinggi dari seluruh ajaran islam. Al-
Qur’an sebagai sumber utama dan pertama sehingga semua umat islam menjadikan Al-
Qur’an sebagai pedoman hidupnya.
Adapun beberapa kedudukan Al-Qur’an dalam islam diantaranya:
1. Al-Qur’an sebagai sumber berbagai disiplin ilmu ke islaman disiplin ilmu yang bersumber
dari Al-Qur’an di antaranya adalah yaitu:
a) Ilmu tauhid (teologi)
b) Ilmu hukum
c) Ilmu tasawuf
d) Ilmu sejarah islam
e) Ilmu pendidikan islam
2. Al-Qur’an sebagai wahyu Allah SWT yaitu seluruh ayat Al-Qur’an adalah wahyu Allah.
Tidak ada satu katapun yang datang dari perkatan atau pikiran nabi.
Kitabul naba wal akhbar (berita dan kabar) artinya, Al-Quran merupakan khabar yang di
bawa nabi yang datang dari Allah dan di sebarkan ke manusia. Minjahul hayah (pedoman
hidup), sudah seharusnya setiap muslim menjadikan Al-Qur’an sebagai rujukan terhadap
setiap problema yang dihadapi. Dan sebagai salah satu sebab masuknya orang arab ke
agama islam pada zaman Rasulullah dan masuknya orang-orang sekarang dan yang akan
datang.
3. Al-Qur’an sebagai suatu yang bersifat abadi artinya, Al-Qur’an itu tidak akan terganti
oleh kitab apapun sampai hari kiamat baik itu sebagai sumber hukum, sumber ilmu
pengetahuan dan laain-lain.
4. Al-Qur’an sebagai sumber hukum islam, seluruh mazhab sepakat Al-Qur’an sebagai
sumber utama dalam Al-Qur’an sebagai sumber utama dalam menetapkan hukum, dalam
kata lain bahwa sumber hukum dalam berhujjah. Al-Qur’an termasuk dalam mushaf,
artinya bahwa setiap wahyu Allah yang lafaz dan maknanya berasal dari-Nya itu
termaktub dalam mushaf (yang telah dibukukan).
5. Al-Qur’an adalah sumber daru segala sumber ajaran islam. Kitab suci menempati posisi
yang bukan saja dalam perkembangan dan pegembangan ilmu-ilmu ke islaman, tetapi
3
juga merupakan inspirator dan pemandu gerakan-gerakan umat islam sepanjang empat
belas abad lebih sejarah pergerakan umat ini.
6
permasalahan ia dapat mengeluarkan ayat-ayat yang menjadi dalil terhadap masalah
tersebut langsung dari hafalannya. Yang kemudian ia perjelas lagi dengan penjelasan para
ulama mengenai ayat tersebut. Ibnu ‘Abdl Barr mengatakan: “Menuntut ilmu itu ada
tahapan dan tingkatan yang harus dilalui, barangsiapa yang melaluinya maka ia telah
menempuh jalan salaf rahimahumullah. Dan ilmu yang paling pertama adalah menghafal
kitabullah ‘azza wa jalla dan memahaminya” (dinukil dari Limaadza Nahfadzul Qur’an,
Syaikh Shalih Al Munajjid).
10. Tadabbur dan Tafakkur.
Dengan menghafal Al Qur’an, seseorang bisa lebih mudah dan lebih sering ber-
tadabbur dan ber-tafakkur. Yaitu merenungkan isi Al Qur’an untuk mengoreksi keadaan
dirinya apakah sudah sesuai dengannya ataukah belum dan juga memikirkan tanda-tanda
kebesaran Allah. Atau paling tidak dengan seringnya kita mengkaji Al-Qur’an maka kita
akan mudah menjadi pribadi yang mudah bersyukur serta menjadi profesional dalam
segala keadaan. Allah Ta’ala berfirman : “Maka apakah mereka tidak men-tadabburi Al
Quran ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24).
11. Kita di Didik Al-Qur‘an Untuk Hidup Sehat Baik Jasmani Maupun Rohani dengan
Ayat-ayat yang Terkandung di dalamnya.
Sungguh, kesehatan merupakan kenikmatan yang sangat agung, Nabi
Shallallahu’Alaihi Wasallam bersabda : ‘‘Barangsiapa diantara kamu masuk pada waktu
pagi dalam keadaan sehat badannya, aman pada keluarganya, dia memiliki makanan
pokoknya pada hari itu, maka seolah-olah seluruh dunia dikumpulkan untuknya”. (Hr.
Ibnu Majah, No. 4141; dan lain-lain; dihasankan oleh syaikh Al-Albani di dalam shahih
Al-Jami’ush Shaghir, no. 5918)
Al Qur’an adalah obat bagi penyakit hati dan penyakit jasmani, maka disini penulis
menyimpulkan bahwa Al-Qur’an telah lebih dahulu menjadi penyembuh bagi manusia
dari segala jenis penyakit. Termasuk bisa menumbuhkan generasi-generasi yang
bermental baja, tidak mudah sedih, tidak mudah putus asa, bahkan ia terus meraih prestasi
dalam kehidupannya baik dunia maupun akhiratnya. Itu semua karena di dalam Al-Qur’an
sendiri telah ada penawar atau obat bagi siapa saja yang mau mentadaburinya. Allah
Ta’ala berfirman
“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar” (QS. Al Isra: 82).
7
2.3 Pahala Membaca Al-Qur’an
Dalam Islam, membaca Al-Qur'an dan mengamalkan ajarannya dianggap sebagai amalan
yang sangat mulia dan dianjurkan. Pahala membaca Al-Qur'an sangatlah besar, dan
keutamaan ini disebutkan dalam banyak hadis dan ayat Al-Qur'an sendiri. Berikut beberapa
poin terkait pahala membaca Al-Qur'an:
1. Pahala Langsung: Setiap huruf yang dibaca dari Al-Qur'an memberikan pahala kepada
pembacanya. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang membaca satu huruf dari
Kitab Allah, maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan dilipatkan menjadi
sepuluh kebaikan semisalnya. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf,
tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf." (HR. Tirmidzi)
2. Perjuangan dan Kesabaran: Membaca Al-Qur'an membutuhkan kesabaran dan
konsentrasi. Oleh karena itu, setiap usaha yang dilakukan dalam membaca Al-Qur'an
juga mendatangkan pahala, baik itu dalam membaca, memahami, maupun
menghafalnya.
3. Mendapatkan Syafa'at: Pada hari kiamat, Al-Qur'an akan memberikan syafa'at kepada
orang-orang yang rajin membacanya dan mengamalkan ajarannya. Rasulullah SAW
bersabda, "Bacalah Al-Qur'an, karena sesungguhnya dia akan datang pada hari kiamat
sebagai pemberi syafa'at bagi orang-orang yang rajin membacanya." (HR. Muslim).
4. Meningkatkan Derajat di Surga: Orang yang membaca Al-Qur'an dengan baik dan
benar akan diberi balasan yang luar biasa di surga. Rasulullah SAW bersabda, "Sebaik-
baik di antara kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya."
(HR. Bukhari).
5. Menjadi Teman di Dunia dan Akhirat: Al-Qur'an akan menjadi teman bagi orang yang
membacanya di dunia ini, serta menjadi teman yang membimbing di akhirat nanti.
6. Perlindungan: Membaca Al-Qur'an dengan ikhlas juga memberikan perlindungan dari
kejahatan dan bencana.
Membaca Al-Qur'an bukan hanya sekadar memperoleh pahala, tetapi juga memperdalam
hubungan spiritual dengan Allah SWT dan memperkuat iman seseorang. Oleh karena itu,
membaca Al-Qur'an merupakan salah satu amalan yang sangat ditekankan dalam Islam.
2.4 Adab Membaca Al-Qur’an
Membaca Al-Qur'an adalah tindakan suci dalam agama Islam, dan karena itu, ada adab
khusus yang harus diikuti oleh orang-orang Muslim ketika membaca kitab suci ini. Berikut
adalah beberapa adab yang dianjurkan dalam membaca Al-Qur'an:
8
1. Niat yang Ikhlas: Sebelum membaca Al-Qur'an, seseorang sebaiknya berniat dengan
sungguh-sungguh bahwa ia membacanya karena Allah SWT semata, untuk
mendapatkan keberkahan dan petunjuk-Nya.
2. Wudhu: Sebelum membaca Al-Qur'an, sebaiknya seseorang melakukan wudhu atau
bersuci, karena kebersihan fisik juga mencerminkan kebersihan spiritual.
3. Memulai dengan Basmalah: Ketika membuka Al-Qur'an, mulailah dengan membaca
"Bismillahirrahmanirrahim" (dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang). Hal ini menunjukkan penghormatan dan pengakuan bahwa kita
membaca firman Allah SWT.
4. Memperlakukan Al-Qur'an dengan Hormat: Al-Qur'an harus diperlakukan dengan
penuh hormat. Jangan meletakkan Al-Qur'an di tempat yang rendah, atau
menggunakan Al-Qur'an sebagai alas kaki. Ketika membawa Al-Qur'an, hendaknya
dilakukan dengan tangan kanan.
5. Khusyuk dan Tadabbur: Saat membaca Al-Qur'an, lakukanlah dengan khusyuk dan
tadabbur (merenungkan maknanya). Dengarkanlah ayat-ayat Allah dengan penuh
perhatian dan pemahaman.
6. Menghormati Ayat-Ayat yang Mulia: Saat membaca ayat-ayat yang mencerminkan
kebesaran Allah SWT, seperti ayat-ayat tentang sifat-sifat-Nya, surga, neraka, dan hari
kiamat, sebaiknya perhatikanlah dengan penuh khidmat dan penghormatan.
7. Tidak Berbicara Selain Al-Qur'an: Ketika membaca Al-Qur'an, hindarilah berbicara
tentang hal-hal lain yang tidak relevan dengan bacaan tersebut. Jaga konsentrasi dan
fokus pada apa yang dibaca.
8. Memperbaiki Tartil dan Tajwid: Usahakan untuk membaca Al-Qur'an dengan tartil
(memperlambat bacaan dengan jelas dan baik) dan memperhatikan tajwid (aturan-
aturan bacaan Al-Qur'an).
9. Berdoa di Akhir Bacaan: Setelah selesai membaca Al-Qur'an atau bagian tertentu dari
Al-Qur'an, sebaiknya seseorang mengakhiri dengan doa, memohon ampunan dan
petunjuk dari Allah SWT.
10. Mengamalkan Ajaran Al-Qur'an: Membaca Al-Qur'an bukan hanya tentang membaca,
tetapi juga tentang mengamalkan ajarannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena
itu, penting untuk merenungkan dan menghayati setiap ayat yang dibaca.
9
Adab-adab ini membantu memastikan bahwa kita membaca Al-Qur'an dengan penuh
penghormatan, kekhusyukan, dan pemahaman, sehingga manfaat spiritualnya dapat kita
rasakan secara maksimal.
2.5 Tata Cara Membaca Al-Qur’an yang Benar
Tata cara membaca Al-Qur'an yang benar melibatkan beberapa aspek, termasuk tajwid
(aturan-aturan bacaan), tartil (membaca dengan pelan dan jelas), serta akhlak dan adab yang
sesuai dengan nilai-nilai Islam. Berikut adalah tata cara membaca Al-Qur'an yang benar:
1. Belajar Tajwid: Tajwid adalah aturan-aturan yang mengatur cara membaca huruf-
huruf Arab dengan benar. Belajar tajwid penting untuk memastikan bahwa kita
membaca Al-Qur'an sesuai dengan bacaan yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW. Ini termasuk memperhatikan panjang-pendeknya huruf, pengucapan huruf-
huruf khusus (ghunnah, ikhfa', idgham, dll.), dan lain-lain.
2. Pelajari Huruf Hijaiyah: Sebelum membaca Al-Qur'an, penting untuk memahami dan
mengenal huruf-huruf Arab serta cara pengucapannya. Ini akan membantu dalam
membaca dengan benar dan menghindari kesalahan dalam mengucapkan huruf-huruf
Arab.
3. Pelajari Tanda-Tanda Bacaan: Ada berbagai tanda-tanda bacaan yang digunakan
dalam Al-Qur'an untuk membantu pembaca dalam memahami aturan-aturan tajwid.
Misalnya, tanda tajwid seperti tanda mad (panjang) dan tanda waqaf (tempat berhenti)
perlu dipahami dan diperhatikan.
4. Latihan secara Rutin: Membaca Al-Qur'an dengan baik membutuhkan latihan yang
konsisten. Jadwalkan waktu untuk membaca Al-Qur'an setiap hari, baik itu membaca
sendiri atau bergabung dalam kelas atau kelompok baca Al-Qur'an.
5. Berhati-hati dan Perlahan: Ketika membaca Al-Qur'an, lakukan dengan pelan dan jelas
(tartil). Hindari terburu-buru atau membaca dengan tergesa-gesa. Bacalah dengan hati-
hati dan perlahan, memberikan penekanan yang tepat pada setiap huruf dan kata.
6. Hayati Makna: Selain memperhatikan aturan-aturan tajwid, juga penting untuk
menghayati makna ayat-ayat Al-Qur'an yang dibaca. Renungkan makna yang
terkandung dalam setiap ayat dan pertimbangkan bagaimana kita dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
7. Berdoa sebelum dan Sesudah Membaca: Sebelum memulai membaca Al-Qur'an,
berdoalah kepada Allah SWT untuk memudahkan dan memberkahi bacaan kita.
10
Setelah selesai membaca, berdoalah untuk memohon ampunan, petunjuk, dan
keberkahan dari Allah SWT.
8. Mintalah Bimbingan: Jika memungkinkan, mintalah bimbingan dan arahan dari guru
atau ahli tajwid untuk membantu memperbaiki bacaan Anda.
Dengan memperhatikan tata cara ini, kita dapat membaca Al-Qur'an dengan benar,
menghormati kitab suci ini, dan mendapatkan manfaat spiritual yang maksimal dari bacaan
kita.
2.6 Asbabun Nuzul
Asbabun Nuzul" adalah istilah dalam bahasa Arab yang secara harfiah berarti "sebab-sebab
turunnya". Dalam konteks Al-Qur'an, istilah ini merujuk pada sebab atau kejadian tertentu
yang menyebabkan diturunkannya suatu ayat atau rangkaian ayat Al-Qur'an. Pengetahuan
tentang asbabun nuzul sangat penting untuk memahami konteks dan makna ayat-ayat Al-
Qur'an secara lebih mendalam.
Berikut beberapa hal yang perlu dipahami terkait dengan asbabun nuzul:
1. Konteks Sejarah: Asbabun nuzul membantu kita memahami konteks sejarah di mana
ayat-ayat Al-Qur'an diturunkan. Setiap ayat memiliki konteks historisnya sendiri, yang
dapat mencakup kejadian, peristiwa, pertanyaan, atau situasi tertentu yang dialami oleh
Nabi Muhammad SAW atau masyarakat pada saat itu.
2. Makna dan Pengertian Ayat: Dengan mengetahui asbabun nuzul, kita dapat memahami
maksud dan tujuan di balik diturunkannya suatu ayat. Ini membantu kita menggali
makna yang lebih dalam dari ayat-ayat tersebut.
3. Pentingnya Konteks: Memahami asbabun nuzul mengajarkan kita pentingnya
memperhatikan konteks dalam menafsirkan Al-Qur'an. Terlalu sering, ayat-ayat Al-
Qur'an dipahami tanpa memperhitungkan konteks sejarahnya, yang dapat
menyebabkan penafsiran yang tidak tepat.
4. Ilmu Tafsir: Studi tentang asbabun nuzul merupakan bagian dari ilmu tafsir Al-Qur'an.
Para ulama tafsir telah mengumpulkan dan menganalisis riwayat tentang asbabun
nuzul dari sumber-sumber yang sahih, seperti hadis dan riwayat sejarah Islam.
5. Menyampaikan Hikmah: Asbabun nuzul juga dapat mengandung hikmah dan
pelajaran yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui memahami
sebab-sebab turunnya ayat, kita dapat belajar dari peristiwa-peristiwa tersebut dan
mengambil pelajaran yang relevan untuk kehidupan kita.
11
Namun, perlu dicatat bahwa tidak semua ayat Al-Qur'an memiliki asbabun nuzul yang tercatat
secara jelas. Beberapa ayat mungkin turun dalam konteks umum atau karena alasan yang
lebih luas yang tidak secara khusus terkait dengan peristiwa tertentu. Oleh karena itu,
pemahaman tentang asbabun nuzul harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak selalu tersedia
dalam setiap kasus.
2.7 Makna Hadist
Hadis, dalam Islam, merujuk kepada perkataan, tindakan, atau persetujuan yang diucapkan
atau dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Hadis merupakan sumber kedua hukum Islam
setelah Al-Qur'an dan merupakan bagian penting dalam memahami ajaran Islam secara
menyeluruh. Makna hadis dapat bervariasi tergantung pada konteksnya, tetapi secara umum,
hadis memiliki beberapa makna yang penting:
1. Sumber Hukum: Hadis merupakan salah satu dari dua sumber utama hukum Islam,
bersama dengan Al-Qur'an. Hadis mengandung petunjuk dan pedoman bagi umat
Islam dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk ibadah, moralitas, perilaku, dan
hukum.
2. Penjelasan Al-Qur'an: Hadis sering kali digunakan untuk menjelaskan atau
mengklarifikasi ayat-ayat Al-Qur'an yang mungkin memerlukan penafsiran tambahan.
Hadis dapat memberikan wawasan tambahan tentang makna ayat-ayat Al-Qur'an dan
bagaimana mereka diterapkan dalam konteks kehidupan sehari-hari.
3. Tindakan dan Sunnah: Hadis juga mencakup tindakan-tindakan atau praktik-praktik
yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, yang dikenal sebagai sunnah. Sunnah
Nabi adalah contoh yang diikuti oleh umat Islam dalam menjalani kehidupan mereka,
dan hadis merupakan sumber utama informasi tentang sunnah tersebut.
4. Hikmah dan Pelajaran: Hadis sering kali mengandung hikmah dan pelajaran moral
yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hadis-hadis mengajarkan nilai-
nilai seperti kejujuran, keadilan, kasih sayang, dan kesabaran, yang merupakan
prinsip-prinsip penting dalam Islam.
5. Peringatan dan Larangan: Hadis juga dapat berisi peringatan dan larangan terhadap
perilaku atau tindakan tertentu yang dianggap tidak sesuai dengan ajaran Islam. Hadis-
hadis semacam ini memberikan panduan tentang apa yang dilarang atau dianjurkan
dalam agama Islam.
12
Makna hadis dapat dipahami melalui studi tafsir dan ilmu hadis, yang membantu
menguraikan konteks, keandalan, dan aplikasi praktis dari hadis-hadis tersebut dalam
kehidupan sehari-hari umat Islam.
2.8 Keutamaan Hadist
Fungsi hadits terhadap al-Qur’an dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu sebagai berikut.
1. Menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an yang masih bersifat umum
Contohnya adalah ayatal-Qur’an yang memerintahkan salat. Perintah salat dalam al-
Qur’an masih bersifat umum sehingga diperjelas dengan hadits-hadits Rasulullah saw.
tentang salat, baik tentang tata caranya maupun jumlah bilangan raka’at-nya. Untuk
menjelaskan perintah salat tersebut, misalnya keluarlah sebuah hadits yang berbunyi,
“salatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku salat”. (H.R. Bukhari)
2. Memperkuat pernyataan yang ada dalam al-Qur’an
Seperti dalam al-Qur’an terdapat ayat yang menyatakan, “Barangsiapa di antara kalian
melihat bulan, maka berpuasalah!” Kemudian ayat tersebut diperkuat oleh sebuah
hadits yang berbunyi, “... berpuasalah karena melihat bulan dan berbukalah karena
melihatnya ...” (H.R. Bukhari dan Muslim)
3. Menerangkan maksud dan tujuan ayat yang ada dalam al-Qur’an
Misal, dalam Q.S. at-Taubah/9:34 dikatakan, “Orang-orang yang menyimpan emas
dan perak, kemudian tidak membelanjakannya di jalan Allah Swt., gembirakanlah
mereka dengan azab yang pedih!” Ayat ini dijelaskan oleh hadits yang berbunyi,
“Allah Swt. tidak mewajibkan zakat kecuali supaya menjadi baik harta-hartamu yang
sudah dizakat.” (H.R. Baihaqi)
4. Menetapkan hukum baru yang tidak terdapat dalam al-Qur’an
Maksudnya adalah bahwa jika suatu masalah tidak terdapat hukumnya dalam al-Qur’an,
diambil dari hadits yang sesuai. Misalnya, bagaimana hukumnya seorang laki-laki yang
menikahi saudara perempuan istrinya. Hal tersebut dijelaskan dalam sebuah hadits Rasulullah
saw.:
13
Artnya: “Dari Abi Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda: “Dilarang seseorang
mengumpulkan (mengawini secara bersama) seorang perempuan dengan saudara dari
ayahnya serta seorang perempuan dengan saudara perempuan dari ibunya.” (H.R. Bukhari)
2.9 Kedudukan Hadist
Kedudukan hadis dalam Islam sangat penting dan diperlakukan dengan serius oleh umat
Islam. Berikut adalah beberapa poin yang menjelaskan kedudukan hadis dalam agama Islam:
1. Sebagai Sumber Kedua Hukum Islam: Setelah Al-Qur'an, hadis merupakan sumber
kedua hukum Islam. Al-Qur'an adalah firman Allah yang dianggap wahyu langsung,
sementara hadis adalah sunnah atau contoh yang ditetapkan oleh Nabi Muhammad
SAW. Kedua sumber ini bersama-sama membentuk landasan ajaran dan praktik umat
Islam.
2. Penjelasan dan Elaborasi Al-Qur'an: Hadis sering kali digunakan untuk menjelaskan,
mengklarifikasi, atau melengkapi ayat-ayat Al-Qur'an. Karena Al-Qur'an sering kali
ringkas dan tersusun secara berlapis-lapis, hadis membantu dalam memahami konteks
dan penerapan ajaran-ajaran Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari.
3. Pembentuk Sunnah: Hadis adalah sumber utama informasi tentang sunnah Nabi
Muhammad SAW. Sunnah adalah contoh yang ditetapkan oleh Nabi sebagai panduan
bagi umat Islam. Oleh karena itu, hadis membantu dalam memahami praktik-praktik
yang dianggap paling sesuai dengan ajaran Islam.
4. Kriteria Kebenaran: Kedudukan hadis juga melibatkan pemeriksaan kriteria
kebenarannya. Hadis yang dianggap sahih atau dapat dipercaya secara akurat merekam
ajaran dan praktik Nabi, sementara hadis yang lemah atau dipalsukan tidak dapat
diterima sebagai sumber ajaran Islam yang sah.
5. Penting dalam Pengambilan Keputusan Hukum: Dalam hukum Islam (fiqh), hadis
memiliki peran penting dalam menentukan keabsahan atau kebolehan suatu tindakan.
Para cendekiawan hukum Islam (fuqaha) menggunakan hadis sebagai salah satu
sumber utama untuk merumuskan hukum-hukum Islam.
6. Etika dan Akhlak: Hadis sering kali juga berisi ajaran-ajaran tentang etika, moralitas,
dan akhlak yang harus diperhatikan oleh umat Islam. Ajaran-ajaran ini membantu
dalam membentuk kepribadian dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Kedudukan hadis dalam Islam mencerminkan pentingnya tradisi lisan dan warisan
pengetahuan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Oleh karena itu, memahami,
14
mempelajari, dan menerapkan ajaran-ajaran hadis dengan benar merupakan bagian integral
dari praktik keagamaan umat Islam.
2.10 Macam-Macam Hadist
Ditnjau dari segi perawinya, hadits terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu seperti berikut.
1. Hadits Mutawatir
Hadits mutawatir adalah hadits yang diriwayatkan oleh banyak perawi, baik dari
kalangan para sahabat maupun generasi sesudahnya dan dipastkan di antara mereka
tidak bersepakat dusta. Contohnya adalah hadits yang berbunyi:
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: Barangsiapa
berdusta atas namaku dengan sengaja, maka tempatnya adalah neraka.” (H.R.
Bukhari, Muslim)
2. Hadits Masyhur
Hadits masyhur adalah hadits yang diriwayatkan oleh dua orang sahabat atau lebih
yang tidak mencapai derajat mutawatr, namun setelah itu tersebar dan diriwayatkan
oleh sekian banyak tabi’in sehingga tidak mungkin bersepakat dusta. Contoh hadits
jenis ini adalah hadits yang artnya, “Orang Islam adalah orang-orang yang tidak
mengganggu orang lain dengan lidah dan tangannya.” (H.R. Bukhari, Muslim dan
Tirmizi)
3. Hadits Ahad
Hadits ahad adalah hadits yang hanya diriwayatkan oleh satu atau dua orang perawi,
sehingga tidak mencapai derajat mutawatr. Dilihat dari segi kualitas orang yang
meriwayatkannya (perawi), hadits dibagi ke dalam tigabagian, yaitu sebagai berikut.
1) Hadits sahih, adalah hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, kuat
hafalannya, tajam penelitannya, sanadnya bersambung kepada Rasulullah
saw., tidak tercela, dan tidak bertentangan dengan riwayat orang yang lebih
terpercaya. Hadits ini dijadikan sebagai sumber hukum dalam beribadah
(hujjah).
2) Hadits hasan, adalah hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, tetapi
kurang kuat hafalannya, sanadnya bersambung, tidak cacat, dan tidak
15
bertentangan. Sama sepert hadits sahih, hadits ini dijadikan sebagai landasan
mengerjakan amal ibadah
3) Hadits da’if, yaitu hadits yang tidak memenuhi kualitas hadits sahih dan hadits
hasan. Para ulama mengatakan bahwa hadits ini tidak dapat dijadikan sebagai
hujjah, tetapi dapat dijadikan sebagai motivasi dalam beribadah.
4) Hadits Maudu’, yaitu hadits yang bukan bersumber kepada Rasulullah saw.
atau hadits palsu. Dikatakan hadits padahal sama sekali bukan hadits. Hadits
ini jelas tidak dapat dijadikan landasan hukum, hadits ini tertolak.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam al-Qur’an sendiri telah memberi isyarat bahwa permasalahan pendidikan sangat
penting, jika al-Qur’an dikaji lebih mendalam maka kita akan menemukan beberapa prinsip
dasar pendidikan, yang selanjutnya bisa kita jadikan inspirasi untuk dikembangkan dalam
rangka membangun pendidikan yang bermutu.
Adapun Keuntungannya baik mempelajari ataupun menghafaln Al-Qur’an itu sendiri
adalah Penghafal Qur’an adalah Shahibul Qur’an, Al Qur’an akan menjadi syafa’at bagi
shahibul Qur’an, Semakin banyak hafalan qur’annya semakin tinggi pula kedudukan kita di
surga, Termasuk sebaik-baik manusia, Allah mengangkat derajat shahibul Qur’an di dunia,
Penghafal Al Qur’an lebih diutamakan untuk menjadi imam, Meneladani Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam, Membaca Al Qur’an adalah ibadah yang agung, Modal utama
dalam mempelajari agama, Tadabbur danTafakkur, Kita di didik al-qur‘an untuk hidup sehat
baik jasmani maupun rohani dengan ayat-ayat yang terkandung di dalamnya.
Dari segi bahasa ilmu hadis terdiri dari dua kata, yaitu ilmu dan hadis. Secara sederhana
ilmu artinya pengetahuan, knowledge dan science. Atau ilmu hadis adalah ilmu yang
mempelajari tentang keterangan suatu hal yang dengan hal itu kita dapat mengetahui bahwa
hadis itu diterima atau tidak.
Pada dasarnya, penulisan ilmu hadis baru dimulai sejak abad ke 2 Hijriyah. Sejarah
perkembangan dari masa Nabi Muhammad telah ada dasar-dasar ilmu hadis serta pada masa
Nabi masih hidup penulisan hadis dilarang keras oleh Nabi, karena khawatir akan bercampur
dengan Al-Quran dengan hadis. Pada masa sahabat para sahabat sangat berhati-hati dalam
meriwayatkan hadis karena konsentrasi mereka kepada Alquran yang baru dikodifikasi pada
masa Abu Bakar tahap awal dan masa Utsman tahap kedua, pada masa sahabat ilmu hadis
timbul secara lisan atau secara eksplisit. Pada masaTabi’in (abad ke-4 H) telah timbul secara
tertulis, tetapi belum terpisah dengan ilmu lain. Pada masa Tabi’ Tabi’in, imu hadis telah
timbul secara terpisah dari ilmu-ilmu lain, tetapi belum menyatu. Sedangkan, pada masa
setelah Tabi’ Tabi’in ilmu hadis berdiri sendiri sebagai ilmu hadis.
Dengan hadits dirayah kita dapat mengetahui masalah-masalah untuk mengetahui layak
atau tidaknya seorang perawi dalam meriwayatkan sebuah hadits. Dengan dua ilmu tersebut
kita dapat mengetahui sejarah tentang turun temurunnya sebuah hadits.
17
DAFTAR PUSTAKA
Deparemen agara RI. 2000. Al-Qur’an dan sunnah. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.) Abuddin
nata, 1996. Al-Qur’an Dan Hadist, (Jakarta : PT Grafindo Persada. )
Hamid, A. 2016. Pengantar Studi Al-Qur’an. Jakarta: Kencana.
Konsep Pendidikan dalam Al-Qur’an. https://pintania.wordpress.com/konsep-pendidikan dalam-
al-qur%E2%80%99an-dan-pengembangannya/ diakses pada tanggal 25 maret 2024
M. Ali hasan, 2000 Studi Islam, Al-Qur’an Dan As-Sunnah, (Jakarta:PT Raja Grafindo persada)
Purnama,Yulian. Mengapa Perlu Menghapal Al-Qur’an. https://muslimah.or.id/6222-mengapa-
perlu-menghafal-al-quran-1.html Artikel Muslimah.Or.Id diakses pada tanggal 25 maret
2024
Siti Pramitha Retno Wardhani, 2015 Sukses Membaca Al-Qur’an Dengan Tartil, Diandra Kreatif
Zainuddin, Ahmad. KEUTAMAAN MEMBACA AL-QUR’AN https://muslim.or.id/8669-
keutamaan-membaca-al-quran.html Artikel Muslim.Or.Id diakses pada tanggal 25 maret
2024
18