BAB 1 BAB 2. (4) New

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERUBAHAN EMOSI


PADA SISWA XI MA.HIDAYATUT
THALIBIN
(Di Desa Sumenep Madura)

ACH. ARIFIN
193210002

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2023
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja ini merupakan masa terpenting dan menarik untuk dibahas,

orangtua terkadang sedih dan bingung memikirkan anaknya yang menginjak

remaja yang menjadi keras kepala, ketika senang lupa dengan dirinya sendiri

karena tidak dapat mengendalikan luapan emosinya, bahkan remaja mudah

melakukan perbuatan asusila, seperti bertengkar, mengejek temannya dll. Remaja

yang lebih matang secara emosional masih akan mengalami kesedihan, marah,

dan takut tetapi mereka akan lebih mampu menenangkan diri mereka sendiri,

bangkit dari kemurungana dan dapat melanjutkan kegiatankegiatan produktif

dengan baik Emosi remaja lebih kuat dan mengendalikannya lebih dari

pemikiran realistis (Lestari, 2022). Perkembangan emosi anak merupakan ujung

tombak yang menentukan sikap, nilai dan perilaku di masa depan. Perkembangan

emosi merupakan salah satu perkembangan yang membutuhkan perhatian khusus.

Perkembangan emosi tidak lepas dari peran orang tua, karena orang tua

merupakan orang pertama yang berperan dalam membimbing dan mengasuh

seorang remaja untuk mencapai kematangan emosi yang baik (Andriani, 2020).

Pola asuh orangtua dengan pola asuh authoritative akan memiliki

kemampuan dapat menghindari permusuhan karena pola asuh orangtua yang

selalu menjelaskan mengenai dampak perbuatan baik dan buruk kepada dirinya,

remaja mudah mengalirkan cinta dan kasih sayang karena sikap responsif dan

“acceptance” yang diterima remaja dari kedua orangtuanya, serta remaja mampu

berfikir positif mengenai diri pribadinya.


DATA (WHO AMERIKA, 2020) Populasi dunia seperlima dari 1,2 miliar

adalah remaja, dan 85% para remaja tidak mendapatkan pola asuh dengan baik

khususnya di negara Amerika. Di Indonesia prevalensi masalah mental emosional

remaja mencapai sekitar 37.728 orang atau 6.0% dari jumlah yang dianalisis

sebanyak 703.946 orang. Prevalensi masalah mental emosional remaja di

menduduki nomor 12. Menurut Riskesdas tahun 2019 disebutkan bahwa estimasi

angka masalah mental emosional di Jawa Timur mencapai 0.19% dari jumlah total

penduduk Jawa Timur 39.872.395 juta jiwa (Riskesdas RI, 2019). Menurut Dinas

Kesehatan (RI, 2021) kabupaten sumenep prevalensi masalah Mental Emosional

sebesar 6,0 % atau secara Absolut lebih dari 10 juta jiwa.

Emosi adalah perasaan (kesan) yang mendorong orang untuk menanggapi

atau berperilaku sebagai tanggapan terhadap rangsangan di dalam dan di luar

dirinya. Mengelola emosi haruslah dimiliki oleh setiap orang, kemampuan

mengelola emosi adalah kemampuan untuk mengelola frustasi, optimisme dan

kemampuan berhubungan dengan orang lain atau empati (Lestari, 2022)

Telah banyak ditemukan kasus-kasus penyimpanganl Yang dialami olah kalangan

remaja. Pada tahun 2017 misalnya,Cenderung banyak terjadi kasus pada remaja di

Berbagai daerah di Indonesia termasuk juga di Sumenep.

Fenomena yang akhir-akhir ini sering terjadi salah satunya, kasus Video mesum

yang dilakukan oleh remaja di Samarinda dan Melibatkan lebih dari satu remaja.6

Bisa jadi, kasus video mesum Ini lebih banyak jumlahnya dari yang terungkap ke

permukaan. Ibarat fenomena gunung es, apabila ada satu kasus yang Terungkap,

ada sekitar 10 kasus yang biasanya sedang mengendap.Selanjutnya, fenomena


remaja yang meninggal dunia karena Terlibat dalam aksi tawuran pelajar di

Tangerang. 7 Peristiwa ini Melengkapi catatan kelam terkait perilaku tawuran

yang seringkali Dilakukan oleh kalangan pelajar yang pada umumnya masih

Berusia remaja. Selain peristiwa tawuran yang terjadi di tahun 2018 ini, pada

tahun 2012 Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) menunjukkan

angka yang memprihatinkan, yaitu Sebanyak 82 pelajar tewas sepanjang tahun

2012 karena terlibat Dalam aksi tawuran. 8 Selain itu, peristiwa yang miris juga

Dilakukan oleh remaja di Sumenep dengan melakukan pesta miras Di kamar kos.9

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap beberapa

siswa kelas MA hidayatut Thalibin Mengantarkan dapat dikatakan bahwa pola

asuh orang tua siswa sangat berbeda. Dari Jumlah siswa di kelas 37 orang, 19

perempuan dan 18 laki-laki, dari berbagai kalangan profesi orang tua adalah guru,

tukang kayu, buruh pabrik. Setiap orang tua menerapkan pola asuh yang berbeda

pada anak. Jadi setiap anak memiliki kematangan emosional yang berbeda..

Dalam hal ini, peran orang tua atau keluarga dalam membentuk

kematangan emosi pada remaja khususnya dalam pendidikan keluarga sangatlah

diperlukan. Pola asuh adalah interaksi umum antara orang tua dengan anaknya,

dimana orang tua mendorong anak untuk mengubah perilaku, pengetahuan dan

nilai-nilai yang paling sesuai dan penting bagi orang tua, agar anak dapat mandiri

dan berkembang. Orang tua yang mengasuh, membimbing dan mengarahkan anak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan emosi remaja, meskipun

dunia pendidikan atau sekolah, masyarakat dan teman sebaya juga berperan dalam

membentuk kematangan emosi remaja, namun pola asuh tetap yang paling utama

dalam perubahan emosi anak muda (Andriani, 2020).


Berdasarkan masalah perubahan emosi pada remaja yang didapat dari pola

asuh aorang tua, maka peneliti tertarik ingin mengkaji lebih lanjut tentang

“Hubungan pola asuh orang tua dengan perubahan emosi pada remaja” (Lestari,

2022).

1.2 Rumusan Masalah

Merujuk pada latar belakang yang menjelaskan tentang perbedaan cara pandang,

konsep teori dan metode yang digunakan maka peneliti memfokuskan penelitian

Apakah ada hubungan pola asuh orang tua dengan perubahan emosi pada remaja

di mts HIDAYATUT THALIBIN?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari penjelasan latar belakang dan masalah penelitian maka dapat dirumuskan

tujuan penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengkaji Tujuan penelitian

ini adalah mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan PERUBAHAN

emosi remaja mts HIDAYATUT THALIBIN.?

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan perubahan

emosional remaja

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk

penelitian selanjutnya dan sebagai sumber informasi dalam menambah


ilmu pengetahuan untuk pengembangan keperawatan komunitas,

khususnya orang tua untuk mengetahui pola asuh bagi remaja agar lebih

baik.

1.4.2 Manfaat Praktis

1) ) Bagi tempat penelitian

Sebagai masukan bagi masyarakat khususnya bagi orang tua dan remaja,

agar dapat memberikan informasi dan penyuluhan mengenai

perkembangan emosional pada remaja.

2) Bagi lembaga pendidika

Dari penelitian ini di harapkan lembaga pendidikan dapat meningkatkan

kualitas skolah, menambah referensi berupa hasil penelitian, dan

meningkatkan prestasi akademik siswa yang mana akan berpengaruh, serta

mendapatkan informasi tentang pola asuh orang tua terhadap kematangan

emosi pada remaja, serta dapat menjadi informasi tambahan dan literatur

review untuk pengembangan ilmu keperawatan khususnya keperawatan

keluarga.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Pola Asuh Orang Tua


Secara epistemologis, kata “pola” diartikan sebagai cara bekerja, dan

kata “asuh” berarti menjaga, mengasuh, mendidik, membimbing,

membantu, mendidik anak yang berorientasi pada kemandirian. Secara

terminologis, pola asuh adalah cara terbaik bagi orang tua dalam mendidik

anaknya untuk menunjukkan tanggung jawabnya kepada anak (Arjoni,

2017).

Pola asuh adalah pola asuh orang tua pada anak yaitu. bagaimana orang

tua memperlakukan, mendidik, membimbing dan mendisiplinkan anak

serta melindungi anak untuk mencapai proses pendewasaan, membentuk

perilaku anak menurut standar dan nilai yang baik dan sesuai dengan

kehidupan masyarakat. .

Berdasarkan pengertian pola asuh di atas, dapat disimpulkan bahwa

pola asuh adalah gambaran sikap dan perilaku orang tua terhadap anak

selama tindakan orang tua untuk membentuk perilaku yang baik pada

anak.

1. JENIS POLA ASUH ORANG TUA

Pola asuh pada orang tua berpengaruh padaperkembangan emosional

remaja, orang tua harus dapat menyesuaikan tindakan dan pola asuh yang

baik agarperkembangan emosional remaja semakin optimal (Fitri&Sasmita,

2019). Pola asuh orang tua ialah pola perilaku

yang diterapkan pada anak yang bersifat relative konsisten dari waktu

kewaktu. Pola asuh pada remaja ini dapatdilakukan oleh anak dari segi
negative maupun positif (Fitri&Sasmita, 2019). Terdapat empat macam pola

asuh orang tua, yaitu : pola asuh demokratis, pola asuh otoriter, pola asuh

permisif, dan pola asuh neglectful (Purwanto, 2017)

Dalam penelitian Diana Baumrind, (1971) beberapa pola asuh yang

ditunjukkan oleh orang tua (Santrock, 2011), yaitu:

a. Pola asuh otoritatif adalah gaya membatasi dan menghukum yang

mendorong remaja untuk mengikuti pola asuh otoritatif, menempatkan

batasan dan kontrol yang ketat pada remaja, dan memiliki sedikit

komunikasi verbal. Misalnya, orang tua yang otoriter mungkin berkata,

"Kamu harus melakukan apa yang saya katakan. Tidak ada kompromi."

Anak muda yang orang tuanya otoriter sering kali menderita kecemasan

dan gangguan keterampilan komunikasi

b. Pola asuh otoritatif adalah pola asuh yang mendorong remaja untuk bebas

tetapi menetapkan batasan dan mengontrol tindakan mereka. Komunikasi

verbal timbal balik biasanya berlangsung bebas, dan orang tua bersikap

hangat dan menyemangati remaja. Misalnya, seorang ayah yang otoriter

memberikan pelukan yang menghibur kepada seorang remaja dan berkata,

"Kamu tahu kamu seharusnya tidak melakukan itu. Mari kita bicara tentang

bagaimana kamu dapat menangani situasi ini dengan lebih baik di masa

depan." Orang muda yang orang tuanya berwibawa percaya diri dan

bertanggung jawab secara sosial.

c. Pola Asuh Permisif Ada dua jenis pola asuh permisif. adalah model di

mana orang tua tidak terlalu ikut campur dalam kehidupan anak muda. Pola
asuh permisif yang memanjakan adalah model di mana orang tua sangat

memperhatikan anak-anak mereka tetapi memiliki sedikit permintaan atau

kendali atas mereka. sebuah model di mana orang tua sangat terlibat dengan

anak-anak tetapi memiliki sedikit permintaan atau kendali atas mereka.

2. Konsep Remaja

a. pengertian

Remaja didfinisikan sebagai masa peralihan dari kanak kanak ke

dewasa. Hurlock (Widasuri et al., 2018) mengklasifikasikan usia anak

muda yaitu Remaja awal usia 13-17 tahun dan remaja akhir usia 17-21

tahun. Pada tahap perkembangan ini, remaja memiliki tugas

perkembangan yang harus diselesaikan. Ketika remaja mampu

menangani tugas-tugas perkembangan, kepuasan dan kepuasan tercapai,

yang menentukan keberhasilan dalam menangani tugas-tugas

perkembangan pada tingkat berikutnya, dan sebaliknya, ketika remaja

saat ini tidak mampu menangani tugas-tugas perkembangan dengan baik,

maka timbul konflik yang mencegah mereka. perkembangan Tugas pada

langkah selanjutnya kognitif, sosial dan emosional.

b. Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja

1) . Pertumbuhan Fisik

Pertumbuhan meningkat cepat dan mencapai puncak kecepatan.

Pada fase remaja awal (11-14 tahun)karakteristik seks sekunder mulai


tampak, seperti penonjolan payudara pada remaja perempuan,

pembesaran testis pada remaja laki-laki, pertumbuhan rambut ketiak, atau

rambut Jopubis. Karakteristik seks sekunder ini tercapai dengan baik

pada tahap remaja pertengahan (usia 14-17 tahun) dan pada tahap remaja

akhir (17-20 tahun) struktur dan pertumbuhan reproduktif hampir

komplit dan remaja telah matang secara fisik.

2. Kemampuan berpikir

Pada tahap awal remaja mencari-cari nilai dan energi baru serta

membandingkan normalitas dengan teman sebaya yang jenis kelaminnya

sama. Sedangkan pada remaja tahap akhir, mereka telah mampu

memandang masalah secara komprehensif dengan identitas intelektual

sudah terbentuk.

3. Identitas

Pada tahap awal,ketertarikan terhadap teman sebaya ditunjukkan

dengan penerimaan atau penolakan. Remaja mencoba berbagai peran,

mengubah citra diri, kecintaan pada diri sendri meningkat, mempunyai

banyak fantasi kehidupan,

1.2 Kematangan Emosi

motional Maturity (Kematangan emosi) merupakan kemampuan remaja


dalam menstabilkan emosi yang meliputikemampuan untuk perkembangan
emosional, kemandirian, penyesuaian sosial, stabilitas emosional, (Joy.M. &
Mathew.A.M, 2018)
Kematangan emosi dalam penjelasan Ghosh (2019) merupakan ekspresi
emosi yang konstruktif dan interaktif. Sejalan dengan Ghosh maka Jobson (2020)
mengemukakan jika kematangan emosi mengacu kepada kemampuan untuk
memahami dan mengelola emosi. Wedwick dalam Rahmawati (2017)
menjelaskan bahwa emotional maturity yaitu kemampuan individu untuk
melakukan penyesuaian emosi serta mampu memerkirakan tindakan apa yang
akan diambil dalam suatu kegiatan dalam lingkungan disekitarnya.

Remaja harus mengendalikan semua gejolak emosi yang muncul akan tetapi
diharapkan bisa memahami serta menguasai sehingga individu dengan tingkat
kematangan emosional tinggi mampu meredam dorongan agresi dan
mengendalikan emosinya, pandai membaca perasaan orang lain, serta dapat
memelihara hubungan baik dengan lingkungan yang ada disekitarnya (dalam
Annisavitry,dkk, 2017)

Menurut Goleman (Widasuri et al., 2018), emosi adalah keadaan yang bersifat
biologis, psikologis dan sekumpulan kecenderungan tindakan. Itu tidak berarti
remaja harus menghadapi semua gejolak emosi yang ada di luar sana. Untuk
mencapai keadaan emosi yang lebih adaptif, remaja diharapkan mampu
memahami dan mengelola emosi. Orang muda yang tidak lagi memiliki pola
emosi yang tidak tera merupakan salah satu tanda seseorang mencapai
kedewasaan dalam perkembangan emosi

.Menurut Bimo Walgito (Fitri, dkk., 2017), kematangan emosi yaitu. H. Individu
yang mengevaluasi situasi secara kritis sebelum merespons secara emosional tidak
lagi tanpa pemikiran sebelumnya seperti anak-anak atau orang yang belum
matang secara emosional. Remaja juga termasuk yang sering mengabaikan
berbagai rangsangan yang dapat memicu ledakan emosi. Kaum muda yang
matang secara emosional menawarkan respons emosional yang stabil yang tidak
berubah dari satu emosi atau suasana hati ke yang lain seperti musim
sebelumnya.
Adapun aspek kematangan emosi menurut Goleman (Gandadari,
2015)diantaranya sebagai berikut;

a. Pertama,mampu memotivasi diri sendiri.Seseorang yang memiliki


kematangan emosi akan mampu memotivasi diri untuk mencapai
tujuan yang dikehendaki.
b. Kedua, mampu mengenali perasaan diri sendiri dan orang lain.Seseorang
yang dapat mengenali emosi diri akan tahu emosi mana yang sedang
mereka rasakan,merekaakan mampu memahami berbagai perasaan
secara mendalam, dan dapat mengenali diri sendiri. Orang yang dapat
mengenali diri sendiri atau memiliki kesadaran diriakan mengetahui
keadaan suasana hati dan pikiran tentang suasana hati.
c. Ketiga, mampu mengelola emosi. Kemampuan mengelola emosi
merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar
dapat terungkap dengan tepat, sehingga tercapai keseimbangan dalam
diri

1.3.2 Aspek - aspek kematangan emosi menurut Singh dan


Bhargava (2005) adalah:
a. Emotional stability (Kestabilan emosi) Kestabilan emosi mengacu pada
karakteristik seseorang yang tidak memungkinkan untuk bereaksi
berlebihan atau perubahan mood secara mendadak yang disebabkan situasi
yang emosional. Orang dengan emosi yang stabil dapat melakukan apa
yang dituntut darinya dalam situasi tertentu.
b. Emotional Progression (Perkembangan emosi) Perkembangan emosi
adalah karakteristik orang yang mengacu kepada perasaan yang cukup dan
memiliki vitalitas emosional untuk berpikir positif tentang lingkungan.
c. Penyesuaian SosialPenyesuaian sosial mengacu pada suatu prosesInteraksi
antara kebutuhan manusia dantuntutan lingkungan sosial dalam situasi
tersebutpasti mereka bisamemelihara dan menyesuaikanlingkungan yang
diinginkan.
d. Integrasi kepribadian (IntegrationKepribadian)Integrasi kepribadian adalah
proses yang menentukanMenggabungkan berbagai elemententang individu
dan kecenderungannyasecara dinamis menciptakan hubungan
yangHarmoni dan mengurangi konflik internal.
e. kemerdekaan (kemerdekaan)Kebebasan adalah kapasitas
kecenderungansikap seseorang terhadap kemandirian ataumenolak
kontrolorang lain di mana dia bisa mengambilkeputusan atas kebijakannya
sendiriberdasarkan fakta dengan menggunakanpotensi mental dan
kreativitasterobsesi

Anda mungkin juga menyukai