LP Pengetahuan Kesehatan Yang Kurang
LP Pengetahuan Kesehatan Yang Kurang
LP Pengetahuan Kesehatan Yang Kurang
Oleh :
Kelompok 33
Pembimbing :
Murniati Muchtar, SKM. M.Biomed
a. Karakteristik Komunitas
Perilaku kesehatan warga Kesehatan Sumatera Barat dinilai masih buruk dan
perlu adanya kesadaran pada tiap individu untuk segera merubahnya. Kondisi
tersebut tidak terlepas dari budaya masyarakat yang mengkonsumsi makanan yang
enak.
2. Rencana Keperawatan
a. Diagnosa komunitas
b. Tujuan umum
Setelah di berikan penyuluhan mengenai gizi seimbang, dampak anemia pada saat
remaja dan ibu hamil, pentingnya memberikan ASI Ekslusif, cara merawat gigi
pada balita, dan PHBS di rumah tangga selama 60 menit, di harapkan keluarga
balita dan masyarakat dapat memahami dan mengerti sehingga dapat mengetahui
tentang pentingnya kesehatan bagi balita dan keluarga.
c. Tujuan khusus
Setelah dilakukan penyuluhan di harapkan pasien mampu :
1. Memahami tentang gizi seimbang
2. Memahami tentang dampak anemia pada remaja putri dan ibu hamil
3. Mengetahui tentang pentingnya ASI ekslusif pada bayi 0-6 bulan
4. Mengetahui tentang cara merawat gigi balita dengan baik dan benar
5. Mengetahui Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di rumah tangga.
3. Rancangan Kegiatan
b. Metoda :- Ceramah
- Tanya Jawab
- Diskusi
- Leaflet
Tempat : Posyandu
e. Pengorganisasian
4. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
b. Evaluasi Proses
A. GIZI SEIMBANG
2. Tingkatan Anemia
a. Anemia Ringan : Hb 9-10 gram/dl
b. Anemia Sedang : Hb 8 gram/dl
c. Anemia Berat : Hb kurang dari 8 gram/dl
3. Penyebab Anemia
a. Faktor Usia pada saat Hamil < 20 tahun dan > 35 tahun
b. Kurang gizi (malnutrisi).
c. Kurang zat besi dalam diit.
d. Malabsorpsi.
e. kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain.
f. Penyakit – penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain.
4. Gejala Anemia
a. 5L : Lemah, letih, lesu, lelah, lunglai.
b. Ibu mengeluh cepat lelah
c. Sering pusing
d. Mata berkunang-kunang
e. Malaise
f. Lidah luka
g. Nafsu makan turun ( anoreksia)
h. Konsentrasi hilang
i. Nafas pendek ( pada anemia parah )
j. Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda
5. Efek anemia pada Ibu Hamil
a. Ibu hamil trimester I akan dapat mengakibatkan keguguran (abortus )
b. Anemia pada kehamilan trimester II dapat menyebabkan persalinan premature (lahir
kurang bulan), pendarahan, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim,BBLR (Berat
Badan Lahir Rendah ), mudah terkena infeksi, bisa mengakibatkan kematian
c. Postpartum anemia dapat menyebabkan perlukaan sukar sembuh, mudah terjadi
peningkatan suhu tubuh.
2. Pencegahan Anemia
a. Makan sayur-sayuran hijau, dan kacang-kacangan
b. Mengkonsumsi tablet penambah darah (Fe) 60mg/hari selama kehamilan
c. Makan-makanan yang berprotein tinggi, seperti: ayam, daging, ikan, dll.
d. Hindari mengkonsumsi alcohol, kopi, dan merokok.
3. Pengertian Tablet Besi/ Fe
Zat besi adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah
(hemoglobin). Selain itu, mineral ini juga berperan sebagai komponen untuk
membentuk mioglobin (protein yang membawa oksigen ke otot), kolagen (protein
yang terdapat pada tulang, tulang rawan, dan jaringan penyambung), serta enzim. Zat
besi juga berfungsi dalam system pertahanan tubuh.
Saat hamil, kebutuhan zat besi meningkat mencapai dua kali lipat dari
kebutuhan sebelum hamil. Hal ini terjadi karena selama hamil volume darah
meningkat hingga 50%, sehingga perlu lebih banyak zat besi untuk membentuk
hemoglobin. Selain itu, pertumbuhan janin dan plasenta yang sangat pesat juga
memerlukan zat besi.
Dalam keadaan tidak hamil, kebutuhan zat besi biasanya dipengaruhi dari menu
makan yang sehat dan seimbang. Tetapi dalam kehamilan, suplai zat besi dari
makanan masih belum mencukupi sehingga diperlukan suplemen berupa tablet besi.
4. Manfaat Tablet Besi bagi Ibu Hamil
Tablet besi selama kehamilan sangat penting karena dapat membantu proses
pembentukan sel darah merah sehingga dapat mencegah terjadinya anemia/ penyakit
kekurangan darah
ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi
hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk,
madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang,
pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim (Roesli, 2005).
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif selama 6 bulan merupakan
hak setiapbayi karena dapat menyelamatkan kehidupan bayi dan memberikan
dampak yang baik bagi kesehatan ibu. Menyusui dapat menurunkan resiko infeksi
seperti diare, penumonia, infeksi telinga, , meningitis, infeksi saluran kemih serta
melindungi bayi terhadap penyakit kronis seperti diabetes tipe 1, ulseratif kolitis
dan penyakit Crohn.
2. Kandungan ASI
1. Tips yang dapat membantu membuat gigi balita menjadi lebih sehat
Penyakit yang paling sering terjadi pada gigi susu bayi adalah karies gigi. Karies
terhterjadi karena gigi susu dalam waktu cukup lama terkena zat asam yang
diproduksi oleh bakteri yang ada dalam mulut bayi. Susu, ASI, sari buah akan
diubah oleh enzim yang ada di dalam air liur bayi ke dalam bentuk yanf dapat
digunakan oleh bayi. Air liur bayi yang keluar dari mulut bayi akan mencegah
gigi susu kontak dengan zant asam dalam waktu yang berlebihan.
Gigi berlubang pada balita di sebut Early Childhood Caries (ECC) adalah
merupakan karies gigi pada 1 gigi atau lebih, atau hilang/rusaknya gigi dengan
kondisis parah karena karies gigi, atau adanya penambalan gigi susu ketiak anak
berusia 0-6 tahun. Deteksi adanya karies gigi pada anak balita dapat dilakukan
dengan cara memeriksa gigi anak (terutama 4 gigi seri atas yang paling rentan
karies), buka bibir bagian atas, bersihkan sisa-sisa makanan dengan kain kassa
dan air hangat lalu kita liat di bawah pencahayaan yang cukup.
Penyebab karies gigi pada balita sama dengan yang terjadi dengan orange
dewasa, yaitu terpaparnya gigi dalam waktu yang lama oleh asam sehingga
mineral-mineral email gigi larut. Bakteri dalam mulut merubah gula yang berasal
dari makanan/minumn menjadi asam. Namun, spesifik pada balita disebabkan
karena seringnya anak tertidur sambal mengkonsumsi minuman nutrisi dalam dot
seperti susu, jus buah, ASI, dll, sehingga sering juga disebut Karies Susu botol.
Terendamnya gigi dalam cairan tersebut merupakan tempat yang sangat ideal
untuk bakteri berkembang biak dan menghasilkan asam.
Kehilangan dini gigi susu pada anak akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan wajah, tulang rahang, dan oklusi gigi geligi, yang berarti
keseimbangan struktur, defisiensi pengunyahan dan keharmonisan wajah. Pada
umumnya kehilangan gigi pada anak terjadi karena karies yang tidak dirawat atau
dapat juga karena trauma.
a. Orang tua sudah harus membersihkan gigi anak sedini mungkin, bahkan
ketika masih berusia beberapa bulan satt gigi belum mulai muncul.
b. Jika anak masih terlalu kecil, ia dapat dibaringkan di meja bayi atau sofa
untuk menggosokkan gigi anak.
c. Jangan gunakan pasta gigi sampai anak bias belajar untuk meludahkan
busanya (kira-kira 18 bulan), setelah itu gunakan sedikit saja namun tetap
awasi penggunaannya.
d. Sikat gigi diganti setiap bulan atau bulu sikat sudah mekar dan rusak
e. Mulailah menyikat gigi dari bagian geraham bagian luar kemudian bagian
dalam dengan Gerakan ke depan dan ke belakang.
g. Perawatan gigi yang benar dan sehat sebenarnya dimulai saat anak belum
lahir. Bila ibu memiliki mulut penuh bakteri, maka sang ibu juga menulari
bayinya yang belum lahir.
2) Jangan biarkan bayi anda tidur sambal minum susu dengan menggunaka
botol susunya.
4) Jangan menambah rasa manis pada botol susu dengan madu atau sesuatu
yang manis
1) Tanyakan dokter gigi apakah bayi anda sudah mendapat cukup flour
4) Berikan air putih bila bayi ingin minum diluar jadwal minum susu
6) Saat gigi geraham mulai tumbuh mulai gunakan sikat gigi yang kecil
dengan permukaan lembut
7) Jangan gunakan pasta gigi
7) Biasakan balita memakan makanan ringan yang sehat, seperti buah segar
dan sayuran segar.
Salah satu tatanan PHBS yang utama adalah PHBS rumah tangga yang
bertujuan memberdayakan anggota sebuah rumah tangga untuk tahu, mau dan mampu
menjalankan perilaku kehidupan yang bersih dan sehat serta memiliki peran yang
aktif pada gerakan di tingkat masyarakat. Tujuan utama dari tatanan PHBS di tingkat
rumah tangga adalah tercapainya rumah tangga yang sehat.
Terdapat beberapa indikator PHBS pada tingkatan rumah tangga yang dapat
dijadikan acuan untuk mengenali keberhasilan dari praktek perilaku hidup bersih dan
sehat pada tingkatan rumah tangga. Berikut ini 10 indikator PHBS pada tingkatan
rumah tangga :
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilmu Kebidanan, editor Prof.dr. Hanifa Wiknjosastro, SpOG, edisi Ketiga cetakan
Kelima,Yayaan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 1999
2. Wiknjosastro H. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, edisi pertama. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
3. Aghamohammadi A and Noortarijor M., 2011, Maternal Age as a Risk Factor for
Pregnancy Out Comes: Maternal, Foetal and Neonatal Complication: 2011 African
Journal of Pharmacy and Pharmacology, Vol. 5(2), pp. 264269, February2011, Available
online http://www.accademicjournal.org/ajpp.
4. Allen H., , 2007, Anemia and Irron deficiency : Efect on pregnancy out come 2000
American Journal of clinical Nutritions.ol 71, No 5.1280S.1284s.Mei 2000, Available
from; http ://www.ajcn.org/content/71/5/1280S.full
5. Depkes RI, 2003, Program Penanggulangan gizi pada wanita Usia Subur (WUS)
Direktorat Gizi Masyarakat & Binkesmas , Jakarta ;Depkes RI
6. Depkes RI., 2007. Prioritas pada Angka Kematian Ibu dan Bayi, http:/www.tenaga-
kesehatan.or.id/publikasi.
7. Depkes RI., 2009. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008, Jakarta : Depkes RI
8. Ani, L., S.,I. M. Bakta, Suryadi INT.,Bagiada Agus IN.,, 2007 Pengaruh Pemberian Tablet
Besi Terhadap Kadar Feritin Serum Dan Haemoglobin Pada Wanita Pra Hamil Dengan
Anemia Defisinsi Besi Derajat Ringan Di Bali, 2007 journal.unud.ac.id.
9. http://promkes.kemkes.go.id/phbs
Direktorat Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Hari Hipertensi Dunia
2019 : “Know Your Number, Kendalikan Tekanan Darahmu dengan CERDIK”
diakses pada 20 Desember 2019
Loscalzo, Joseph. 2015. Harrison Kardiologi dan Pembuluh Darah Ed. 2. Jakarta : EGC
P2PTM. 2018. Kendalikan Hipertensi dengan PATUH. Diakses pada 10 Januari 2020
Pudiastuti, Ratna Dewi. 2011. Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakarta: Nuha Medika
Smeltzer. Susan C, 2013. Keperawatan Medikal – Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 12.
Jakarta: EGC