Pertemuan 15SN0060606
Pertemuan 15SN0060606
Pertemuan 15SN0060606
MOHAMAD RANA
DEFINISI
Terminologi Etimologi
Secara etimologis, kata naskh yang • Nasikh adalah mengangkat hukum
bentuk isim failnya “nasikh” dan isim syara’ dengan dalil syara’ yang
maf’ulnya “mansukh”, mempunyai arti
yang beragam, antara lain : datang kemudian dengan
menghilangkan (al-Izalah), menghilangkan ‘amal pada hukum-
menggantikan ( at-Tabdil), at-tahwil ( hukumnya atau menetapkannya.
peralihan), dan al-naql“ Pemindahan.
Jadi “nasikh” adalah sesuatu yang
• Dalam terminologi hukum Islam
membatalkan, menghapus, (fiqih) hukum yang dibatalkan
memindahkan dan mengubah, sedang namanya mansukh, sedangkan
“mansukh” adalah sesuatu yang hukum yang datang kemudian
dibatalkan. dihapus. dipindahkan. (menghapus)disebut nasikh.
dirubah dan lain sebagainya.
Syarat-syarat Nasikh
Nasikh-Mansukh
ُاج َأ ْه ِل ِه ِم ْن ُه َأ ْك َبر
ُ اَّلل َو ُك ْف ٌر به َو ْاْلَ ْسجد ْال َح َرام َوإ ْخ َر
ِ ِ ِِ
َّ َ ْ َ ٌّ َ َ ٌ َ ٌ َ ْ ُ َ َ َ ْ ْ َّ َ َ َ َُ ْ َ
ِ يسألونك ع ِن الشه ِر الحر ِام ِقت ٍال ِف ِيه ۖ قل ِقتال ِف ِيه ك ِبير ۖ وصد عن س ِب ِيل
ِ ِ
ْ َ ْ َ ُ َ ْ َ ُ َ ْ ْ َ َّ َ ْ
ۗ اَّلل ۚ وال ِفتنة أكبر ِمن القت ِل
ِ ِعند
“Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa
besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir
penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada
membunuh...” (QS. Al-Baqarah: 217)
ketidakbolehan berperang pada bulan-bulan tertentu (Muharram, Rajab, Dzul Qa’dah dan Dzul Hijjah) di naskh
oleh QS. at-Taubah :36 tentang kebolehan memerangi orang Musyrik yang mengadakan peperangan di bulan
tersebut
ََ ُ َ ْ ُ َ ََٰ ٌ ُ ُ ٌ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ َّ َ َ َ َ ْ َ َّ َ اَّلل ْاث َنا َع َش َر َش ْه ًرا في كَّ َ ْ َّ َّ َ ُّ ُ ر
الدين الق ِيم ۚ فَل
ِ ك لِ ذ ۚ مرح ة ع ب أ ا
ِ ر ِ ره نم ض اْلو ات او مالس ق لخ م و ي اَّلل
ِ ِ ِ ِاب ت ِ إ ِِن ِعدة الشهو ِ ِعند
ُ ْ َ َ َ َّ َّ َ ُ َ ْ َ ً َّ َ ْ ُ َ ُ َ ُ َ َ ً َّ َ َ ْ ُ ْ ُ َ َ ْ ُ َ ُ ْ َ َّ
َاْل َّتقين ُ ْ َ
ِ م اَّلل ن أ وا مل اعو ۚ ة اف ك م كون ل ت
ِ اق ي ام ك ة اف ك ين كر
ِِ ش اْل وا لتِ اق و ۚ م كس ف نأ نيهف وا
ِِ ِ تم لظ
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan
langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya
diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi
kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS. at-Taubah : 36 )
Naskh al-Qur’an dengan Hadits
Jenis ini ada dua model yaitu: Pertama, al-Qur’an dinaskh oleh hadits ahad
yang dalam hal ini jumhur ulama menolak. Kedua, al-Qur’an di naskh oleh
hadis mutawatir, hal ini diterima oleh Jumhur, kecuali Imam Syafi’i. Seperti
QS. aI-Baqarah: 180:
َ َّ ُ ْ َ َ ًّ َ ُ ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ ُ َّ َ ْ ً ْ َ َ َ َ ْ ُ ْ َ ْ ُ ُ َ َ َ َ َ َ َ ْ ُ ْ َ َ َ ُ
)١٨٠( ك ِتب عليكم ِإذا حضر أحدكم اْلوت ِإن ترك خيرا الو ِصية ِللو ِالدي ِن واْلقرِبين ِباْلعرو ِف حقا عَل اْلت ِقين
“Diwajibkan atas kamu, apabila seorang diantara kamu kedatangan (tanda-
tanda) kematian, jika ia meninggalkan harta banyak, berwasiat untuk ibu,
bapak, dan kerabatnya secara baik, (ini adalah kewajiban orang yang
bertaqwa.”
Ayat di atas, dimansukh oleh hadits Nabi, Saw:
“Sesungguhnya Allah telah memberikan kepada setiap orang yang memiliki
hak akan haknya, maka tidak ada wasiat bagi seorag waris.” (HR. Abu
Dawud)
Al-Sunnah di Naskh al-Qur’an
Terkait nasikh jenis ini, alam hal ini jumhur ulama’ menerima dan
sepakat. Contoh:
Berdasarkan ketentuan hadist Nabi, Saw., tentang keharaman
menggauli istri pada malam bulan Ramadhan.
Ketentuan tersebut, kemudian di naskh dengan ayat:
ْالر َف ُث إ َل ن َسائ ُكم
َّ َ َ َ ْ َ ْ ُ َ َّ ُ
ِ ِ ِ الصي ِام
ِ أ ِحل لكم ليلة
“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur
dengan istri-istri kamu.
Al-Sunnah di Naskh Sunnah
Al-Sunnah di naskh oleh al-Sunnah, yang dalam hal ini ada 4 model :
pertama, hadits mutawatir dinaskh oleh hadits mutawatir; kedua,
hadis ahad dinaskh oleh hadis ahad; ketiga, hadis ahad dinaskh dengan
hadis mutawatir dan keempat hadis mutawatir dinaskh dengan hadis
ahad. Pola pertama, kedua dan ketiga diterima oleh jumhur ulama’
sedang pola terahir ditolak oleh jumhur.
Contoh sabda Nabi yang diriwayatkan Ibnu Majah tentang Ziarah kubur
yang dulunya dilarang kemudian diperbolehkan.
كنت نهيتكم عن زيارةالقبور أال فزوروها
“”Saya telah melarang kalian untuk berziarah qubur. Ingatlah!
Berziarah kuburlah kalian semua.”
Cara Mengetahui Naskh
1. Petunjuk dari al-Qur’an , tentang adanya petunjuk naskh;
2. Penjelasan dari Nabi Saw., mengenai pen-naskh-an;
3. Perbuatan Nabi, Saw., seperti perajaman yang dilakukan kepada sahabat Ma’iz
dan tidak menderanya. Hal ini me-naskh pernyataan Nabi Saw., sendiri, yang
mengatakan:
“Apabila seorang lelaki yang telah beristri (menikah) berzinah dengan wanita
yang telah menikah maka didera seratus kali dan dirajam dengan batu.”
4. Kesepakatan (ijma) para sahabat bahwa ayat atau dalil ini adalah al-nasikh dan
dalil itu al-mansukh, seperti halnya pe-naskh-an puasa tanggal 10 muharram
(assyura) dengan puasa ramadan dan pe-naskh-an hak-hak yang berkaitan
dengan harta benda dengan kewajiban zakat.
5. Penukilan yang dilakukan oleh seorang rawi dari sahabat bahwa salah satu
dari dua hukum tentang sebuah permaslahan lebuh didahulukan dari pada
hukum yang lainnya, karena tidak memiliki peluang untuk melalukan ijtihad
dalam masalah tersebut.
6. Keberadaan salah satu hukum dari dua buah hukum merupakan hukum
syariat, sedangkan hukum yang lainnya lebih mirip atau cocok dengan adat
pada zaman dulu. Maka hukum syariat me-naskh adat tersebut.
Polemik di Sekitar Nasikh - mansukh
2. Syariat Islam ternyata memerintahkan
Ulama yang menerima sesuatu perbuatan yang dibatasi dengan
Naskh-Mansukh waktu tertentu, seperti puasa Ramadlan,
sehingga dengan datangnya bulan syawal
Argumentasi Rasional: berarti perintah puasa terhapus;
1. Kehendak Allah SWT 3. Risalah yang dibawa Nabi Muhammad
SAW diperuntukkan kepada umat manusia
bersifat mutlak, absolut, secara keseluruhan (kafah). Sedang
sehingga Allah SWT sebelumnya telah ada syariat para Rasul
bebas menyuruh yang terdahulu. Dengan datangnya Islam
syariat agama terdahulu terhapus
hambanya untuk (mansukh);
melakukan sesuatu atau 4. Tidak ada dalil naqli (Nash) yang jelas
melarangnya. melarang. Oleh sebab itu logis
dimungkinkannya adanya nasakh dan
mansukh.
Polemik di Sekitar Nasikh - mansukh