Tugas Besar 1, Kelompok 1 Komunikator Politik

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

KOMUNIKATOR POLITIK

Disusun oleh :
Nida Wardah Aqila
(44120010081)
Muhamad Rivaldo
(44522010081)

Dosen Pengampu :
Bapak A Rahman H.I.,,Dr.
M.Si

PRODI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS MERCU BUANA TAHUN 2023

BAB I
A. Latar Belakang Masalah

Dalam perspektif panggung politik, komunikator politik memainkan peran sosial yang
utama, khususnya dalam proses pembentukan opini publik. Komunikator politik sebagai
pelaku atau diidentifikasi sebagai pemimpin yang memiliki potensi dan kompetensi di atas
rata-rata dibandingkan warga negara pada umumnya dalam hal menyampaikan pikiran atau
gagasan di mana pun dia berada. Upaya untuk menyatakan dirinya sebagai komunikator
politik, meliputi; politisi, komunikator profesional, dan aktivis, maka yang dituntut adalah
mempunyai kemampuan berkomunikasi. Kemampuan berkomunikasi mempunyai makna
bahwa seorang yang mampu dan cerdas dalam menyampaikan argumen, gagasan, dan
pemikiran kepada publik, di mana pun dia berada. Artinya, di mana pun dia berada setiap
statement mampu mempengaruhi dalam setiap apa yang diucapkan.

Komunikator politik sebaiknya memiliki kapasitas sebagai pemimpin. Orang yang


mengidentifikasi dirinya berkemampuan sebagai komunikator politik adalah orang yang
memiliki leadership. Bagi orang yang masuk kedalam panggung politik dan kekuasaan, hal
yang tak bisa ditawarkan adalah memiliki kemampuan dalam memimpin. Pemimpin itu tak
lahir seketika atau instant. Pemimpin sejak lahir sudah terlihat bakatnya sebagai pemimpin di
mana pun dia berada.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud Komunikator Politik ?


2. Mengapa Komunikator Politik sebagai pemimpin politik ?
3. Seperti apa komponen-komponen komunikator politik ?
4. Siapa contoh tokoh politik sebagai komunikator politik ?

BAB II

C. Kajian Teori
Politik merupakan aspek penting dalam ilmu komunikasi politik. Beberapa teori
dan konsep utama yang berkaitan dengan komunikator politik meliputi:
1. Model Komunikasi Politik: Teori ini menjelaskan bagaimana komunikator politik
mengirimkan pesan politik kepada publik atau pemilih. Model-model ini
mencakup komponen seperti pengirim (komunikator), pesan, saluran komunikasi,
penerima (publik), serta umpan balik.
2. Teori Agendasetting: Teori ini mengklaim bahwa komunikator politik, melalui
media massa, memiliki kekuatan untuk mempengaruhi agenda isu-isu politik yang
diangkat dalam masyarakat. Mereka dapat menentukan perhatian publik terhadap
topik-topik tertentu.
3. Teori Framing: Teori ini fokus pada bagaimana komunikator politik membingkai
atau mengemas pesan mereka untuk memengaruhi cara pemirsa memahami isu
politik. Framing dapat mengarahkan persepsi publik terhadap suatu masalah.
4. Teori Persuasi: Ini adalah teori yang mengeksplorasi cara komunikator politik
menggunakan retorika, argumentasi, dan pendekatan persuasif untuk
mempengaruhi sikap dan perilaku pemilih.
5. Teori Kredibilitas: Mencakup konsep bahwa komunikator politik perlu
membangun kredibilitas agar pesan mereka diterima dengan baik oleh publik.
Kredibilitas dapat berdampak pada keberhasilan komunikator politik dalam
memengaruhi orang lain.
6. Teori Reprasentasi: Fokus pada bagaimana komunikator politik mewakili dan
mengartikan kepentingan pemilih atau kelompok tertentu dalam proses politik. Ini
berkaitan dengan representasi yang baik dan adil.
7. Teori Media Massa: Memeriksa hubungan antara komunikator politik dan media
massa, serta bagaimana media memainkan peran penting dalam menyampaikan
pesan politik.
8. Teori Pemberitaan Politik: Membahas bagaimana komunikator politik
memanfaatkan media untuk mendapatkan cakupan berita yang positif dan
memengaruhi cara berita politik disusun dan disajikan kepada publik.

Pengklasifikasian Komunikator Politik

Meskipun setiap orang boleh berkomunikasi tentang politik, namun yang melakukannya
secara tetap dan berkesinambungan jumlahnya relatif sedikit. Walaupun sedikit, para
komunikator politik ini memainkan peran sosial yang utama, terutama dalam proses opini
publik. Dan Nimmo (1989) mengklasifikasikan komunikator utama dalam politik yaitu
sebagai berikut :
1. Politikus, Politikus adalah orang yang bercita-cita untuk dan atau memegang jabatan
pemerintah, tidak peduli apakah mereka dipilih, ditunjuk, atau pejabat karier, dan
tidak mengindahkan apakah jabatan itu eksekutif, legislatif, atau yudukatif. Daniel
Katz (dalam Nimmo, 1989) membedakan politikus ke dalam dua hal yang berbeda
berkenaan dengan sumber kejuangan kepentingan politikus pada proses politik. Yaitu:
politikus ideolog (negarawan); serta politikus partisan.
a. Politikus ideolog adalah orang-orang yang dalam proses politik lebih
memperjuangkan kepentingan bersama/publik. Mereka tidak begitu terpusat
perhatiannya kepada mendesakkan tuntutan seorang langganan atau kelompoknya.
Mereka lebih menyibukkan dirinya untuk menetapkan tujuan kebijakan yang lebih
luas, mengusahkan reformasi, bahkan mendukung perubahan revolusioner-jika hal
ini mendatangkan kebaikan lebih bagi bangsa dan negara.
b. Politikus partisan adalah orang-orang yang dalam proses politik lebih
memperjuangan kepentingan seorang langganan atau kelompoknya.
Dengan demikian, politikus utama yang bertindak sebagai komunikator politik
yang menentukan dalam pemerintah Indonesia adalah: para pejabat eksekutif
(presiden, menteri, gubernur, dsb.); para pejabat eksekutif (ketua MPR, Ketua
DPR/DPD, Ketua Fraksi, Anggota DPR/DPD, dsb.); para pejabat yudikatif
(Ketua/anggota Mahkamah Agung, Ketua/anggota Mahkamah Konstitusi, Jaksa
Agung, jaksa, dsb.).
2. Profesional, Profesional adalah orang-orang yang mencari nafkahnya dengan
berkomunikasi, karena keahliannya berkomunikasi. Komunikator profesional adalah
peranan sosial yang relatif baru, suatu hasil sampingan dari revolusi komunikasi yang
sedikitnya mempunyai dua dimensi utama: munculnya media massa; dan
perkembangan serta merta media khusus (seperti majalah untuk khalayak khusus,
stasiun radio, dsb.) yang menciptakan publik baru untuk menjadi konsumen informasi
dan hiburan. Baik media massa maupun media khusus mengandalkan pembentukan
dan pengelolaan lambang-lambang dan khalayak khusus. Di sini masuklah
komunikator profesional ”yang mengendalikan keterampilan yang khas dalam
mengolah simbol-simbol dan yang memanfaatkan keterampilan ini untuk menempa
mata rantai yang menghubungkan orang-orang yang jelas perbedaannya atau
kelompo-kelompok yang dibedakan”. James Carey (dalam Nimmo, 1989)
mengatakan bahwa komunikator profesional adalah makelar simbol, orang yang
menerjemahkan sikap, pengetahuan, dan minat suatu komunitas bahasa ke dalam
istilah-istilah komunitas bahasa yang lain ang berbeda tetapi menarik dan dapat
dimengerti. Komunikator profesional beroperasi (menjalankan kegiatannya) di bawah
desakan atau tuntutan yang, di satu pihak, dibebabnkan oleh khalayak akhir dan, di
lain pihak , oleh sumber asal. Seperti politikus yang dapat dibedakan politikus ideolog
dan partisan, profesional mencakup para jurnalis pada satu sisi, dan para promotor
pada sisi lain.
a. Kita membicarakan jurnalis sebagai siapun yang berkaitan dengan media berita
dalam pengumpulan, persiapan, penyajian, dan penyerahan laporan mengenai
peristiwa-peristiwa. Ini meliputi reporter yang bekerja pada koran, majalah, radio,
televisi, atay media lain; koordinator berita televisi; penerbit; pengarah berita;
eksekutif stasiun atau jaringan televisi dan radio; dan sebagainya. Sebagai
komunikator profesional, jurnalis secara khas adalah karyawan organisasi berita
yang menghubungkan sumber berita dengan khalayak. Mereka bisa mengatur para
politikus untuk berbicara satu sama lain, menghubungkan politikus dengan publik
umum, menghubungkan publik umum dengan para pemimpin, dan membantu
menempatkan masalah dan peristiwa pada agenda diskusi publik.
b. Promotor adalah orang yang dibayar untuk mengajukan kepentingan langganan
tertentu. Yang termasuk ke dalam promotor adalah agen publisitas tokoh
masyarakat yang penting, personel hubungan masyarakat pada organisasi swasta
atau pemerintah, pejabat informasi publik pada jawatan pemerintah, skretaris pers
kepresidenan, personel periklanan perusahaan, manajer kampanye dan pengarah
publisitas kandidat politik, spesialis teknis (kameraman, produser dan sutradara
film, pelatih pidato, dsb.) yang bekerja untuk kepentingan kandidat politik dan
tokoh masyarakat lainnya, dan semua jenis makelar simbol yang serupa.
3. Aktivis, Aktivis adalah komunikator politik utama yang bertindak sebagai saluran
organisasional dan interpersonal. Pertama, terdapat jurubicara bagi kepentingan yang
terorganisasi. Pada umumnya orang ini tidak memegang ataupun mencita-citakan
jabatan pada pemerintah; dalam hal ini komunikator tersebut tidak seperti politikus
yang membuat politik menjadi lapangan kerjanya. Jurubicara ini biasanya juga bukan
profesional dalam komunikasi. namun, ia cukup terlibat baik dalam politik dan
semiprofesional dalam komunikasi politik. Berbicara untuk kepentingan yang
terorganisasi merupakan peran yang serupa dengan peran politikus partisan, yakni
mewakili tuntutan keanggotaan suatu organisasi. dalam hal lain jurubicara ini sama
dengan jurnalis, yakni melaporkan keputusan dan kebijakan pemerintah kepada
anggota suatu organisasi. Kedua, terdapat pemuka pendapat yang bergerak dalam
jaringan interpersonal. Sebuah badan penelitian yang besar menunjukkan bahwa
banyak warga negara yang dihadapkan pada pembuatan keputusan yang bersifat
politis, meminta petunjuk dari orang-orang yang dihormati mereka. Apakah untuk
mengetahui apa yang harus dilakukannya atau memperkuat putusan yang telah
dibuatnya. Orang yang dimintai petunjuk dan informasinya itu adalah pemuka
pendapat. Mereka tampil dalam dua bidang:
a. Mereka sangat mempengaruhi keputusan orang lain; artinya, seperti politikus
ideologis dan promotor profesional, mereka meyakinkan orang lain kepada cara
berpikir mereka.
b. Mereka meneruskan informasi politik dari media berita kepada masyarakat umum.
Dalam arus komunikasi dua tahap gagasan sering mengalir dari media massa kepada
pemuka pendapat dan dari mereka kepada bagian penduduk yang kurang aktif .
banyak studi yang membenarkan pentingnya kepemimpinan pendapat melalui
komunikasi interpersonal sebagai alat untuk mengetahui peristiwa-peristiwa yang
penting.

BAB III
D. PEMBAHASAN
A. Komunikator Politik
Komunikator politik adalah seseorang atau sekelompok individu yang
bertanggung jawab untuk menyampaikan pesan dan informasi politik kepada
masyarakat atau pemilih. Mereka dapat berperan sebagai politisi, penasihat politik,
juru bicara, atau pejabat pemerintah yang berkomunikasi dengan tujuan memengaruhi
opini publik, mempromosikan kebijakan, atau memenangkan dukungan dalam
konteks politik. Komunikator politik sering menggunakan berbagai media dan strategi
komunikasi untuk mencapai tujuan mereka, termasuk pidato, media sosial,
wawancara, dan kampanye politik.
Sosiolog J.D Halloran, seorang pengamat komunikasi massa, berpendapat
bahwa banyak studi komunikasi mengabaikan satu karakteristik proses yang penting,
yakni komunikasi terjadi di dalam suatu matriks sosial. Situasi tempat dimana
komunikasi bermula, berkembang, dan berlangsung terus-menerus. Situasi sosial
yaitu hubungan antara komunikator dengan khalayaknya, yang merupakan bagian
integral dari sistem sosial ini. Meskipun anggapan ini sederhana, tulis Halloran,
ketidak pekaan banyak ahli teori komunikasi telah mengakibatkan
“ketidakseimbangan”, mereka lebih banyak mencurahkan kepada penelitian akibat
komunikasi ketimbang kepada komunikator. Para perumus teori terlalu mudah
mengabaikan “komunikator masssa sebagai orang yang menduduki posisi penting
yang peka di dalam jaringan sosial, menanggapi berbagai tekanan dengan menolak
dan memilih informasi yang semuanya terjadi di dalam sistem sosial yang
bersangkutan”.
Apa yang dikatakan oleh Halloran tentang komunikator massa, berlaku juga bagi
komunikator politik. Komunikator politik ini memainkan peran sosial yang utama,
terutama dalam proses pembentukan suatu opini publik. Salah satu teori opini publik
yang seluruhnya dibangun di sekitar komunikator politik, yaitu teori pelopor
mengenai opini publik. Dalam hal ini menegaskan bahwa pemimpin menciptakan
opini publik karena mereka berhasil membuat beberapa gagasan yang mula-mula
ditolak, kemudian dipertimbangkan, dan akhirnya diterima. Karena itu opini publik
disini dipahami sebagai sejenis tanggapan publik terhadap pemikiran dan usaha para
aristokrat (pemuka pendapat) pikiran itu menciptakan pemikiran-pemikiran baru,
gagasan-gagasan baru, dan argumen-argumen baru.

B. Komunikator Politik Sebagai Pemimpin Politik


Komunikator politik, baik sebagai pemimpin politik maupun sebagai figur
yang memengaruhi proses politik, memiliki peran penting dalam dunia politik
dengan alasan berikut:
1. Mengartikulasikan Visi dan Tujuan: Seorang komunikator politik yang
memegang jabatan pemimpin harus mampu dengan jelas mengartikulasikan
visi, nilai-nilai, dan tujuan politiknya kepada masyarakat. Ini membantu dalam
merumuskan arah kebijakan dan tindakan yang akan diambil.
2. Membangun Dukungan Publik: Pemimpin politik perlu memiliki kemampuan
untuk membangun dukungan dan kepercayaan dari masyarakat. Mereka harus
dapat berkomunikasi secara efektif untuk meyakinkan pemilih dan pemangku
kepentingan tentang kebijakan dan program yang mereka usulkan.
3. Mengambil Keputusan yang Informatif: Pemimpin politik harus
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, dan komunikator politik yang
baik memiliki keterampilan untuk menganalisis dan menyajikan informasi
tersebut secara informatif sehingga keputusan yang tepat dapat diambil.
4. Kepemimpinan dalam Krisis: Selama situasi krisis, baik dalam bidang
ekonomi, keamanan, atau kesehatan, komunikator politik sebagai pemimpin
harus memberikan arahan yang jelas, memberikan kepastian, dan menjelaskan
tindakan yang diambil pemerintah.
5. Berperan Sebagai Wajah Publik: Pemimpin politik sering menjadi wajah
publik negara atau pemerintahan. Mereka menghadiri acara-acara penting,
berbicara di hadapan masyarakat internasional, dan menjadi perwakilan resmi
negara dalam hubungan internasional.
6. Memotivasi dan Menginspirasi: Komunikator politik sebagai pemimpin
memiliki peran dalam memotivasi dan menginspirasi masyarakat untuk
berpartisipasi dalam proses politik, berkontribusi untuk mewujudkan visi
bersama, dan berperan dalam mencapai tujuan politik.
7. Mengelola Isu-isu Sensitif: Pemimpin politik seringkali harus menghadapi isu-
isu kontroversial dan sensitif. Kemampuan untuk mengelola isu-isu ini dengan
bijaksana dan komunikasi yang efektif sangat penting.
8. Menjaga Stabilitas Politik: Pemimpin politik memiliki tanggung jawab untuk
menjaga stabilitas politik negara, dan komunikator politik berperan dalam
meredakan ketegangan politik, konflik, dan ketidaksetaraan.
Dengan kemampuan komunikasi yang kuat, seorang komunikator politik yang menjadi
pemimpin politik dapat membantu membentuk opini publik, memimpin negara, dan
memengaruhi arah politik dan kebijakan yang diambil dalam masyarakat dan pemerintah.

Perbedaan tugas dan emosi dalam kepemimpinan:


Menurut seorang ilmuwan bernama Lewis Froman, terdapat enam kecenderungan yang
membedakan seorang pemimpin dengan bukan seorang pemimpin di dalam suatu kelompok,
di mana ke enam kecenderungan tersebut dapat dijelaskan melalui kecenderungan yang
dimiliki seorang pemimpin sebagai berikut ini.
a. Memperoleh kepuasan yang lebih beragam karena menjadi anggota kelompok.
b. Lebih kuat dalam memegang nilai – nilai mereka.
c. Memiliki kepercayaan yang lebih besar tentang kelompok itu dan hubungannya
dengan kelompok lain, seperti mengenai pemerintah, masalah politik dan sebagainya.
d. Kurang kemungkinannya untuk berubah kepercayaan, nilai, dan pengharapannya
karena tekanan yang diberikan kepadanya.
e. Lebih mungkin membuat keputusan mengenai kelompok berdasarkan kepercayaan,
nilai, dan pengharapan sebelumnya.
f. Lebih berorientasi kepada masalah, terutama mengenai masalah yang menyangkut
perolehan material, alih – alih kepuasan yang kurang nyata atau pertanyaan yang
penuh emosi.
Adapun kecenderungan – kecenderungan yang membedakan antara seorang pemimpin
dan bukan seorang pemimpin di atas tersebut secara jelas lebih menunjukkan perbedaan
antara seorang pemimpin dan seorang yang tak acuh daripada antara seorang pemimpin dan
seorang pengikut, karena penjelasa pemimpin dan pengikut bukan merupakan tanda yang
berlawanan.
C. Komponen-Komponen Komunikator Politik
Komponen-komponen utama dari seorang komunikator politik mencakup
berbagai aspek yang memengaruhi perannya dalam dunia politik. Berikut adalah
beberapa komponen kunci:
1. Kepemimpinan: Kemampuan untuk memimpin, mengambil keputusan, dan
memberikan arah dalam konteks politik.
2. Komunikasi Efektif: Kemampuan untuk berkomunikasi secara jelas, persuasif,
dan efektif dengan berbagai khalayak, termasuk pemilih, pemangku
kepentingan, dan media.
3. Integritas dan Kredibilitas: Mempunyai integritas pribadi yang kuat dan
kredibilitas di mata publik, sehingga pesan dan tindakan politiknya dipercayai.
4. Kemampuan Berbicara di Depan Umum: Kemampuan untuk berbicara di
depan umum, memberikan pidato yang memotivasi, dan merangkul berbagai
kelompok masyarakat.
5. Kemampuan Manajemen Waktu: Kemampuan untuk mengelola waktu dengan
baik, menghadiri berbagai acara dan pertemuan, serta menjalankan tugas-tugas
politik dengan efisien.
6. Pemahaman Politik: Memahami secara mendalam isu-isu politik, kebijakan,
dan dinamika politik di tingkat lokal, nasional, atau internasional.
7. Empati dan Keterlibatan Masyarakat: Kemampuan untuk mendengarkan dan
memahami kebutuhan, aspirasi, dan keprihatinan masyarakat, serta terlibat
dalam dialog dengan mereka.
8. Kemampuan Beradaptasi: Dalam politik yang dinamis, komunikator politik
perlu mampu beradaptasi dengan perubahan situasi dan mengambil tindakan
yang sesuai.
9. Manajemen Citra: Menjaga citra publik yang positif, baik melalui strategi
komunikasi, tindakan, atau perilaku yang mendukung tujuan politiknya.
10. Negosiasi dan Keterampilan Diplomasi: Kemampuan untuk berunding dan
bernegosiasi dengan berbagai pihak, baik dalam konteks politik nasional
maupun internasional.
11. Pengetahuan Media dan Teknologi: Memahami cara media beroperasi dan
bagaimana teknologi komunikasi, seperti media sosial, dapat digunakan untuk
mencapai berbagai khalayak.
12. Pengelolaan Krisis: Kemampuan untuk merespons dengan baik dalam situasi
krisis politik, memberikan ketenangan kepada masyarakat, dan mengambil
tindakan yang sesuai.
13. Berpengaruh dan Menginspirasi: Kemampuan untuk memengaruhi,
menginspirasi, dan memotivasi orang lain untuk mendukung visi dan tujuan
politiknya.
Semua komponen ini dapat berinteraksi dan saling memperkuat dalam peran seorang
komunikator politik, baik sebagai pemimpin politik, penasihat, atau figur penting dalam
proses politik. Keberhasilan komunikator politik seringkali bergantung pada bagaimana
mereka menggabungkan dan mengelola elemen-elemen ini dalam pekerjaan politik mereka.
Beberapa studi mengidentifikasi sejumlah karakteristik yang mempengaruhi
kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain. Richard E. Petty dan John T.
Cacioppo dalam bukunya Attitudes and Persuasion: Classic and Contemporary Approaches,
dikatakan bahwa ada empat komponen yang harus ada pada komunikator politik, yaitu
communicator credibility, communicator attractiveness, communicator similarity dan
communicator power (Petty, 1996).
1. Kredibilitas (Kepercayaan)
Kredibilitas sumber mengacu pada sejauh mana sumber dipandang memiliki keahlian
dan dipercaya. Semakin ahli dan dipercaya sumber informasi, semakin efektif pesan yang
disampaikan. Kredibilitas mencakup keahlian sumber (source expertise) dan kepercayaan
sumber (source trustworthiness).
a. Keahlian sumber adalah tingkat pengetahuan yang dimiliki sumber terhadap subjek di
mana ia berkomunikasi. Sementara kepercayaan sumber adalah sejauh mana sumber
dapat memberikan informasi yang tidak memihak dan jujur. Para peneliti telah
menemukan bahwa keahlian dan kepercayaan memberikan kontribusi independen
terhadap efektivitas sumber. Dibuktikan oleh Petty bahwa, “expertise was therefore
important in inducing attitude change, especially when that advocated position was
quite different from the recipients’ initial attitude.” Karena sumber yang sangat
kredibel menghalangi pengembangan argumen tandingan, maka sumber yang kredibel
menjadi lebih persuasif dibanding sumber yang kurang kredibel. Sebagaimana
dikemukakan Lorge dari hasil penelitiannya, bahwa “a high credibility source was
more persuasive than a low credibility source if attitudes were measured immediately
after the message” (Petty, 1996).
b. Sementara, aspek kepercayaan itu sendiri memiliki indikator-indikator antara lain
tidak memihak, jujur, memiliki integritas, mampu, bijaksana, mempunyai
kesungguhan dan simpatik.
2. Daya tarik
Daya tarik seorang komunikator bisa terjadi karena penampilan fisik, gaya bicara, sifat
pribadi, keakraban, kinerja, keterampilan komunikasi dan perilakunya. Sebagaimana
dikemukakan Petty (1996): “Two communicators may be trusted experts on some issue, but
one may be more liked or more physicallyattractive than the other… in part because of his
physical appearance, style of speaking and mannerism, …the attractiveness is due to the
performance, communication skills, self evaluation … by verbal and by the behavioral
measure.” Daya tarik fisik sumber (source physical attractiveness) merupakan syarat
kepribadian . Daya tarik fisik komunikator yang menarik umumnya lebih sukses daripada
yang tidak menarik dalam mengubah kepercayaan. Beberapa item yang menggambarkan
daya tarik seseorang adalah tampan atau cantik, sensitif, hangat, rendah hati, gembira, dan
lain-lain.
3. Kesamaan
Sumber disukai oleh audience bisa jadi karena sumber tersebut mempunyai kesamaan
dalam hal kebutuhan, harapan dan perasaan. Dari kacamata audience maka sumber tersebut
adalah sumber yang menyenangkan (source likability), yang maksudnya adalah perasaan
positif yang dimiliki konsumen (audience) terhadap sumber informasi. Mendefinisikan
menyenangkan memang agak sulit karena sangat bervariasi antara satu orang dan orang lain.
Namun secara umum, sumber yang menyenangkan mengacu pada sejauh mana sumber
tersebut dilihat berperilaku sesuai dengan hasrat mereka yang mengobservasi. Jadi, sumber
dapat menyenangkan karena mereka bertindak atau mendukung kepercayaan yang hampir
sama dengan komunikan.
Sumber yang menyenangkan (sesuai kebutuhan, harapan, perasaan komunikan) akan
mengkontribusi efektivitas komunikasi, bahkan lebih memberikan dampak pada perubahan
perilaku. Bila itu terjadi, sumber tersebut akan menjadi penuh arti bagi penerima, artinya
adalah bahwa sumber tersebut mampu mentransfer arti ke produk atau jasa yang mereka
komunikasikan.
4. Power
Power, menurut Petty (1996) adalah “the extent to which the source can administer
rewards or punishment.” Sumber yang mempunyai power, menurutnya, akan lebih efektif
dalam penyampaian pesan dan penerimaannya daripada sumber yang kurang atau tidak
mempunyai power. Pada dasarnya, orang akan mencari sebanyak mungkin penghargaan dan
menghindari hukuman. Sebagaimana dikemukakan oleh Kelman (dalam Petty, 1996) bahwa,
“people simply report more agreement with the powerful source to maximize their rewards
and minimize their punishment.”
Jadi pada dasarnya harus ada tiga syarat untuk menjadi seorang powerful communicator,
yaitu: (1) the recipients of the communication must believe that the source can indeed
administer rewards or punishments to them; (2) recipients must decide that the source will
use theses rewards or punishments to bring about their compliance; (3) the recipients must
believe that the source will find out whether or not they comply (Petty, 1996). Dengan
dihasilkan dan terpeliharanya kepatuhan, artinya komunikator dapat mempengaruhi atau
mempersuasi perilaku komunikan. Dalam upayanya mempersuasi komunikan, biasanya ada
dua faktor penunjang yang harus diperhatikan pula oleh komunikator. Dua faktor tersebut
adalah keterlibatan sumber dan kepentingan isu bagi penerima. Keterlibatan yang tinggi
menghasilkan efektivitas pesan yang tinggi pula, dan isu yang semakin dekat dengan
kepentingan penerima biasanya akan lebih mendorong efektivitas pesan.

D. Tokoh Politik Sebagai Komunikator Politik


“Analisa Seorang Tokoh Politik Sebagai Komunikator Politik”
Komunikator adalah seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain.
Bila dikaitkan dengan politik, dapat dipahami komunikator politik merupakan
orang yang menyampaikan pesan politik kepada orang lain atau bisa jadi
masyarakat. Tanpa kita sadari bahwa banyak diantara pejabat-pejabat Indonesia
merupakan seorang komunikator politik. Mereka bisa berada di badan legislatif,
eksekutif, dan yudikatif yang ikut terhadap jalannya proses politik di negara kita.
Dalam analisa ini, tokoh politik yang diambil adalah Joko Widodo yang
merupakan Mantan Walikota Solo. Sosok beliau merupakan sosok yang rendah
hati, ramah, dan tidak banyak omongan belaka talk less do more, sedikit bicara
banyak bekerja. Hal itulah yang membuatnya kemarin diajukan untuk menjadi
calon Gubernur pada Pemilu Gubernur Jakarta tahun 2012. Dan beliau juga
memiliki kedekatan yang sangat kuat dengan masyarakat Solo.
Jokowi adalah seorang pengusaha mebel kayu sebelum dirinya mengajukan diri
untuk maju pada pemilihan Walikota Solo saat itu. Dan dari riwayat
pendidikannya beliau adalah seorang lulusan Fakultas Kehutanan di Universitas
Gajah Mada (UGM). Sangat bertolak belakang sekali antara kehutanan dan
politik. Tetapi dalam kaca mata teman-temannya pada masa itu, Jokowi dianggap
mampu dalam membawa kemajuan bagi kota Solo kedepannya. Dan ternyata hal
tersebut terbukti, setelah naiknya Jokowi menjadi Walikota Solo membawa
perubahan yang sangat besar bagi kota tersebut. Branding untuk kota Solo
dilakukan dengan menyetujui slogan Kota Solo yaitu "Solo: The Spirit of Java".
Langkah yang dilakukannya cukup progresif untuk ukuran kota-kota di
Jawa,Jokowi mampu merelokasi pedagang barang bekas di Taman Banjarsari
hampir tanpa gejolak untuk merevitalisasi fungsi lahan hijau terbuka, memberi
syarat pada investor untuk mau memikirkan kepentingan publik, melakukan
komunikasi langsung rutin dan terbuka (disiarkan oleh televisi lokal) dengan
masyarakat. Taman Balekambang, yang terlantar semenjak ditinggalkan oleh
pengelolanya, dijadikannya taman. Jokowi juga tak segan menampik investor
yang tidak setuju dengan prinsip kepemimpinannya.
Sebagai tindak lanjut branding ia mengajukan Solo untuk menjadi anggota
Organisasi Kota-kota Warisan Dunia dan diterima pada tahun 2006. Langkahnya
berlanjut dengan keberhasilan Surakarta menjadi tuan rumah Konferensi
organisasi tersebut pada bulan Oktober 2008 ini. Pada tahun 2007 Surakarta juga
telah menjadi tuan rumah Festival Musik Dunia (FMD) yang diadakan di
kompleks Benteng Vastenburg yang terancam digusur untuk dijadikan pusat
bisnis dan perbelanjaan.
Yang telah dijelaskan diatas adalah pembaharuan-pembaharuan yang telah
dilakukan oleh Jokowi sewaktu menjabat sebagai Walikota Solo. Tetapi apakah
dengan menjabatnya beliau sebagai birokrat dapat dikatakan bahwa beliau sebagai
komunikator politik? Jawabannya tentu saja iya. Politikus adalah seorang
komunikator politik. Walikota adalah badan eksekutif dalam tingkat daerahnya
sehingga Jokowi adalah seorang komunikator politik yang menyampaikan pesan
politik baik itu kebijakan yang harus dilakukan atau peraturan yang berhubungan
dengan politik kepada masyarakat luas. Tetapi yang sering terjadi di Indonesia
adalah ketika seorang politikus itu berlaku sebagai komunikator yang baik adalah
hanya untuk kepentingan tertentu saja, misalnya saja untuk kepentingannya maju
pada pemilihan kepala daerah.
Ada beberapa ciri seorang komunikator yang baik diantaranya adalah harus
punya capability yaitu kemampuan, pengetahuan, keahlian, serta pengalaman.
Untuk maju dalam Pilgub Jakarta 2012 waktu itu Jokowi sudah mempunyai
pengalaman yang tidak diragukan lagi. Mengingat ia telah dua kali terpilih sebagai
Walikota Solo. Dimana pada saat periode pertama 2005-2010 habis dan beliau
mengundurkan diri untuk menjadi seorang walikota kembali. Jokowi memutuskan
untuk kembali lagi menjadi tukang kayu (pengusaha mebel). Tetapi setelah
dilakukan survey terhadap dirinya hasil yang luar biasa terjadi yang diluar
anggapan beliau. Hasil survey menunjukkan bahwa 87% masyarakat Solo masih
menginginkan Jokowi untuk menjabat kembali sebagai Walikota Solo. Akhirnya
ia terpilih menjabat kembali sebagai Walikota Solo untuk periode 2010-2015.
Seorang komunikator politik untuk menyampaikan maksud harus
mempunyai apa yang dimiliki oleh Jokowi tadi. Sehingga pesan politik kita tadi
akan sampai dengan orang yang dimaksud. Dan tidak menimbulkan gangguan
dalam memahami apa yang disampaikan. Capability yang kita miliki akan sangat
persuasif sekali bila kita sampaikan kepada sasaran politik kita. Dan itulah yang
dimiliki oleh Jokowi saat ia ingin maju kembali pada Pemilihan walikota Solo
2010-2015.
Selain capability yang harus dimiliki seorang komunikator adalah harus
menarik. Secara fisik mungkin Jokowi bukan orang yang berparas ganteng
sehingga rakyat menyukai dan memaknai sama pesan yang ia sampaikan. Tetapi
secara personality ia berbeda. Itu terlihat saat wawancara yang dilakukan oleh
Republika dengan Jokowi beberapa waktu yang lalu. Dimana beliau menjawab
apa adanya saja, santai dan tidak dibuat-dibuat. Dengan medok jawa yang khas ia
menunjukkan dirinya yang sebenarnya dan ternyata rakyat suka, dimana mayoritas
masyarakat Solo adalah merupakan masyarakat Jawa. Inilah yang
membedakannya dengan kandidat lainnya.
Kesamaan dengan rakyat adalah hal yang harus dimiliki seorang
komunikator politik. Jokowi adalah elit politik di kota Solo sewaktu menjabat
sebagai Walikota, sedangkan masyarakat terletak dibawah pemerintahan Jokowi.
Agar pesan yang disampaikannya dapat ditangkap oleh masyarakat maka ia harus
juga menyesuaikan diri dengan keadaan itu. Contoh kecilnya adalah Waktu itu
Jokowi ingin maju pada Pilgub Jakarta tahun 2012, sebelumnya ia datang
kejakarta dan bersama-sama naik kopaja mengelilingi Jakarta. Ini adalah salah
satu cara Jokowi untuk menyampaikan maksud politiknya dengan bersosialisasi
dengan masyarakat.
Dan yang terakhir yang harus dimiliki komunikator politik adalah power
atau kekuatan. Yang dimaksud dengan kekuatan disini adalah mencakup materi
atau finansialnya ataupun pendidikannya. Gelar belakang yang dimiliki oleh
seseorang jaman sekarang tidak begitu mempengaruhi apakah ia terpilih atau
tidak. Karena kandidat lain juga memiliki gelar yang sama namun bidang yang
berbeda. Inilah yang harus dimiliki seorang komunikator. Status sosial yang
dimiliki oleh Jokowi yang menjabat sebagai Walikota Solo adalah modal besar
yang dimilikinya untuk maju pada Pilgub. Tetapi tetap masyarakatlah yang akan
menilai, dan memaknai pesan politiknya.

BAB IV
E. Kesimpulan
Dalam kesimpulan, komunikator politik adalah individu atau kelompok yang
memiliki peran penting dalam proses politik. Mereka menggunakan komunikasi
untuk memengaruhi opini publik, mempromosikan kebijakan politik, dan
memenangkan dukungan dalam konteks politik. Beberapa poin kunci tentang
komunikator politik meliputi:
1. Peran Sentral: Komunikator politik memainkan peran sentral dalam
membentuk opini publik, memobilisasi pemilih, dan mempengaruhi
pengambilan keputusan politik.
2. Keterampilan Komunikasi: Mereka harus memiliki keterampilan komunikasi
yang kuat, termasuk kemampuan berbicara di depan umum, menulis pesan
yang persuasif, dan menggunakan media dengan efektif.
3. Beragam Peran: Komunikator politik dapat mencakup politisi, penasehat
politik, juru bicara, pejabat pemerintah, konsultan kampanye, dan lainnya.
4. Pengaruh pada Agenda: Mereka memiliki kemampuan untuk memengaruhi
agenda isu-isu politik yang diangkat di masyarakat.
5. Kredibilitas dan Integritas: Kredibilitas dan integritas dalam komunikasi
sangat penting untuk mempertahankan dukungan publik.
6. Peran dalam Krisis: Mereka dapat memainkan peran penting dalam mengelola
dan mengkomunikasikan respon pemerintah selama situasi krisis.
7. Peran Internasional: Beberapa komunikator politik memiliki peran dalam
diplomasi dan hubungan internasional.
Kemampuan komunikasi yang baik adalah kunci keberhasilan komunikator politik dalam
mempengaruhi politik, masyarakat, dan perkembangan kebijakan. Dalam lingkungan politik
yang dinamis, komunikator politik memainkan peran penting dalam membentuk dunia
politik dan sosial

Anda mungkin juga menyukai