KOMUNIKASI POLITIK DALAM PEMILU (Rehan)
KOMUNIKASI POLITIK DALAM PEMILU (Rehan)
KOMUNIKASI POLITIK DALAM PEMILU (Rehan)
PAPER
Untuk memenuhi syarat tugas Komunikasi Politik
Dosen Pengampu : Hatta Abdi Muhammad, S.IP.,M.IP.
Oleh :
PENDAHULUAN
1
Nurul Hasfi “Komunikasi Politik Era Digital ”, 2019, hlm 93
Kajian terhadap ilmu komunikasi tidak dapat mengisolasi dari pengaruh kajian
ilmu. sosial lainnya seperti, sosiologi, psikologi, antropologi, hukum dan ilmu
politik. Perpaduan kajian antara ilmu komunikasi dengan ilmu sosial lain
menghasilkan bentuk perkembangan baru yang menunjukkan pada karakteristik
bahwa ilmu ini dapat dipadukan. Suatu hal yang rasional apabila ilmu komunikasi
dapat melintasi batas wilayah disiplin ilmu sosial lain karena setiap ilmu pada
hakikatnya berkait dengan kehidupan umat manusia dan dipergunakan untuk
kemanfaatkan umat manusia juga. Komunikasi yang selalu berdampingan dengan
umat manusia tidak akan kaku apabila berpadu dengan ilmu lainnya. Karena setiap
ilmu pada hakikatnya merupakan seperangkat simbol komunikasi yang ditrasfer
dari individu, kelompok atau masyarakatnya kepada individu, kelompok atau
masyarakat lainnya.2
Komunikasi menjadi penting manakala ia harus mentransfer sejumlah informasi
untuk suatu kegunaan dari suatu pihak terhadap pihak lainnya. Tentu dengan skema
yang baik, komunikasi politik yang baik dapat terlaksana. Sebaliknya, apabila
komunikasi politik dijalankan tanpa memiliki landasan apa pun termasuk etika,
moral, dan tata cara penyampaian, maka sudah dapat dipastikan bahwa komunikasi
politik yang terjadi merupakan suatu komunikasi politik tidak sempurna yang
memiliki cacat dan memerlukan evaluasi untuk member implementasi lebih baik
sehingga dasar-dasar dilaksanakannya komunikasi politik dapat terwujud secara
terarah dan meminimalisasikan segala kemungkinan di luar hal-hal yang seharusnya
terjadi dalam proses pelaksanaan dari komunikasi politik itu sendiri. Oleh sebab
alasan di atas, penulis mengambil judul “Komunikasi Politik” guna membahas
secara spesifik beberapa permasalah dan aspek-aspek yang menyangkut komunikasi
politik.
PEMBAHASAN
Memilah keduanya sebagai dua suku kata yang berbeda, komunikasi dan politik.
Secara definitif, ada beberapa pendapat sarjana politik, diantaranya Nimmo (2000:8)
mengartikan politik sebagai kegiatan orang secara kolektif yang mengatur perbuatan
mereka di dalam kondisi konflik sosial. Dalam berbagai hal orang berbeda satu sama
lain—jasmani, bakat, emosi, kebutuhan, cita-cita, inisiatif, perilaku, dan sebagainya.
Lebih lanjut Nimmo menjelaskan, kadang-kadang perbedaan ini merangsang
argumen, perselisihan, dan percekcokan. Jika mereka menganggap perselisihan itu
serius, perhatian mereka dengan memperkenalkan masalah yang bertentangan itu, dan
selesaikan; inilah kegiatan politik.
Dengan demikian segala pola pemikiran, ide atau upaya untuk mencapai pengaruh,
hanya dengan komunikasi dapat tercapainya segala sesuatu yang diharapkan, karena
pada hakikatnya segala pikiran atau ide dan kebijakan (policy) harus ada yang
menyampaikan dan ada yang menerimanya, proses tersebut adalah proses
komunikasi. Dilihat dari tujuan politik “an sich”, maka hakikat komunikasi politik
adalah upaya kelompok manusia yang mempunyai orientasi pemikiran politik atau
ideology tertentu dalam rangka menguasai dan atau memperoleh kekuasaan, dengan
kekuatan mana tujuan pemikiran politik dan ideology tersebut dapat diwujudkan.
4. Power
Power, menurut Petty (1996) adalah “the extent to which the source can
administer rewards or punishment.” Sumber yang mempunyai power,
menurutnya, akan lebih efektif dalam penyampaian pesan dan penerimaannya
daripada sumber yang kurang atau tidak mempunyai power . Pada dasarnya,
orang akan mencari sebanyak mungkin penghargaan dan menghindari hukuman.
Sebagaimana dikemukakan oleh Kelman (dalam Petty, 1996) bahwa, “people
simply report more agreement with the powerful source to maximize their
rewards and minimize their punishment.” Jadi pada dasarnya harus ada tiga syarat
untuk menjadi seorang powerful communicator, yaitu: (1) the recipients of the
communication must believe that the source can indeed administer rewards or
punishments to them; (2) recipients must decide that the source will use theses
rewards or punishments to bring about their compliance; (3) the recipients must
believe that the source will find out whether or not they comply (Petty, 1996).
Dengan dihasilkan dan terpeliharanya kepatuhan, artinya komunikator dapat
mempengaruhi atau mempersuasi perilaku komunikan. Dalam upayanya
mempersuasi komunikan, biasanya ada dua faktor penunjang yang harus
diperhatikan pula oleh komunikator. Dua faktor tersebut adalah keterlibatan
sumber dan kepentingan isu bagi penerima. Keterlibatan yang tinggi
menghasilkan efektivitas pesan yang tinggi pula, dan isu yang semakin dekat
dengan kepentingan penerima biasanya akan lebih mendorong efektivitas pesan.
Adapun faktor-faktor yang juga mempengaruhi efektivitas komunikasi politik
antara lain :
1. Faktor fisik (alam)
2. Faktor teknologi
3. Faktor ekonomis
4. Faktor sosiokultural (pendidikan, budaya)
5. Faktor politis
4 Sumber: http://fisip.uajy.ac.id/2013/04/03/komunikasi-politik-dan-kecerdasan-publik/
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
A. Jurnal :
B. Buku:
C. Internet :
Sumber: http://fisip.uajy.ac.id/2013/04/03/komunikasi-politik-dan-kecerdasan-
publik/