Contoh Jurnal Ririn

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

Uji Bioaktivitas Rf<0,5 Ekstrak Metanol Daun Mangrove Rhizophora

mucronata L. (Rhizophoraceae) Terhadap Bakteri Resisten Escherichia


coli

Bioactivity Test Rf<0,5 of Methanol Extract From Mangrove Leaf Rhizophora


mucronata L. (Rhizophoracea) for Bacteria Resistent Escherichia coli

Ririn Indriani *, Sri Agustina, Viqqi Kurnianda

Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Syiah
Kuala. Darussalam, Banda Aceh.
*Email korespondensi: [email protected]

ABSTRACT

The research of Methanol Extract Bioactivity R f<0.5 of Mangrove Leaf Rhizophora


mucronata L. (Rhizophoracea) for Bacteria Resistent Escherichia coli had been done at
Marine Chemistry Laboratory, Faculty of Marine and Fisheries and Microbiology
Laboratory, Medical Faculty, Syiah Kuala University in January 2018. This study aims to
determine the bioactivity of the compound from Rhizophora mucronata leaf extract R f<0.5
against Escherichia coli resistant bacteria. The bioactive compound was isolated based on
bioassay-guided separation with thin layer chromatography method. The phytochemical
test of Rf<0.5 compound indicates active metabolite as the secondary metabolite of
alkaloid group in the hydrocarbon system. The result of active metabolite showed diameter
of inhibitory zone at 7.10 -8.25 mm as a potential antibiotic toward resisten Escherichia
coli.

Keywords : R. mucronata leaf, E. coli, alkaloid, inhibit zone.

ABSTRAK

Penelitian yang berjudul Bioaktivitas Rf<0,5 Ekstrak Metanol Daun Mangrove Rhizophora
mucronata L. (Rhizophoracea) terhadap Bakteri Escherichia coli telah selesai dilakukan di
Laboratorium Kimia Laut, Fakultas Kelautan dan Perikanan dan Laboratorium
Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala pada bulan Januari 2018.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bioaktivitas senyawa dari ekstrak daun
Rhizophora mucronata terhadap bakteri resisten Escherichia coli. Senyawa bioaktif
diisolasi berdasarkan bioaktivitas melalui tahap kromatografi lapis tipis. Hasil uji fitokimia
senyawa Rf<0,5 mengindikasikan metabolit aktif memiliki struktur bangun hidrokarbon
yang mempunyai gugus alkaloid. Hasil uji bioaktivitas menunjukkan diameter zona
hambat pada 7,10-8,25 mm yang menunjukkan bahwa metabolit sekunder Rhizophora
mucronata berpotensi sebagai antibiotik terhadap bakteri resisten Escherichia coli.

Kata Kunci : Daun R. mucronata, E. coli, alkaloid dan zona hambat.

PENDAHULUAN
Umumnya bakteri Escherichia coli dapat hidup dan berkembang di saluran
pencernaan dan bermutualisme dengan tubuh inangnya serta dapat membantu melancarkan
sistem pencernaan (Kompiang, 2009). Namun, jika jumlah bakteri di dalam tubuh > 10.000
CFU/mL sel bakteri akan menyebabkan Escherichia coli yang tadinya probiotik menjadi
patogen yang dapat menimbulkan berbagai penyakit diantaranya menyebabkan infeksi
saluran kencing dan diare (Brook, 2001). Cara yang dapat dilakukan untuk menghambat
pertumbuhan bakteri tersebut adalah melakukan suatu pengendalian dengan memberikan
suatu senyawa antibakteri yang berasal dari bahan-bahan sintetik maupun alami.
Seiring dengan majunya teknologi dan kehidupan manusia yang serba instan,
umumnya masyarakat lebih memilih antibiotik yang berasal dari bahan sintetik seperti
kloramfenikol karena lebih praktis, lebih murah dan bersifat komersil. Nanin (2011)
menyatakan bahwa penggunaan antibiotik yang bersifat komersil dapat menyebabkan
penambahan strain pada Escherichia coli dan menjadikannya sebagai bakteri yang tadinya
bersifat probiotik menjadi patogen serta berpeluang menjadi bakteri resisten terhadap
antibiotik komersil tersebut. Bakteri resisten sangat berbahaya bagi manusia, karena dapat
melakukan pemutasian gen yang dapat mengubah komposisi mereka serta menyebarkan
gen-gen yang bersifat resisten ke makhluk hidup lainnya dan lambat laun akan
menyebabkan kematian.
Tindakan yang efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri tersebut yaitu
dengan mengisolasi antibiotik yang berasal dari tumbuhan karena lebih mudah didegradasi
oleh tubuh (Wardani dkk, 2012; Trianto, 2004; Musnelina, 2004). Rhizophora mucronata
merupakan salah satu tumbuhan yang memiliki sifat antibakteri, antijamur dan antivirus
(Jawetz et al., 2001). Beberapa penelitian melaporkan bahwa daun Rhizophora mucronata
mempunyai kandungan metabolit sekunder berupa tanin yang dapat menghambat enzim
ekstraseluler bakteri sehingga mengakibatkan kematian pada bakteri dan senyawa alkaloid,
flavonoid, terpenoid serta saponin dapat merusak membran bakteri (Kusuma et al., 2011).

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian mengenai uji aktivitas antibakteri dilakukan pada bulan November 2017
hingga Januari 2018. Proses isolasi senyawa hasil ekstrak dilakukan di Laboratorium
Kimia Laut Fakultas Kelautan dan Perikanan. Selanjutnya dilakukan uji bioaktivitas yang
bertempat di Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala.

Alat dan Metode


Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik Kern,
rotary evaporator Eyela N-1000, hot plate, autoclave Tommy SX-300/500/700, laminar
air flow Safe Fast Elite 212 SD, aerator, cotton swapth, inkubator Memmert Type INB
500, oven Jouan, lemari es LG, jarum ose, spiritus, perangkat tabung reaksi pyrex, gelas
ukur pyrex, spatula, erlenmeyer pyrex, beaker glass pyrex, mikropipet Pipettemant P20
F123563 (vol 2-20 µL), mikropipet Eppendorf (vol 100-1000 µL), lampu UV UVL-25,
pipet tetes, kapas, kasa, aluminium foil, kertas layang, benang, kertas label, perangkat
kro0000000000000 matografi lapis tipis, pipet kapiler, corong pisah pyrex, corong pyrex,
petridisk pyrex, pipet volume pyrex, cakram dan botol sampel.

Persiapan Sampel Uji


1). Spesimen Rhizophora mucronata
Daun Rhizophora mucronata diperoleh dari kawasan pesisir Alue Naga, Banda
Aceh yang diambil pada bulan November 2017, kemudian diidentifikasi di Laboratorium
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam serta diuji bioaktivitasnya di
Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala.

2). Ekstraksi Isolasi


Daun Rhizophora mucronata dipotong kecil-kecil untuk memudahkan kontak
dengan pelarut sehingga banyak zat bioaktif yang dapat terekstrak (Sari, 2008). Daun
dikering-anginkan selama±3-5 hari dan kemudian diekstrak dengan menggunakan metanol
70% selama 3x24 jam. Maserasi yang telah dihasilkan disaring dengan menggunakan alat
Rotary evaporator dengan suhu 60oC.
Isolasi daun Rhizophora mucronata selanjutnya dipartisi dengan menggunakan
campuran pelarut diklorometana:metanol:air (1:1:1 v/v). Dipisahkan antara fraksi polar dan
fraksi semi polar, kemudian diambil golongan senyawa yang aktif untuk dilakukan
pemekatan dengan menggunakan rotary evaporator. Fraksi yang telah dipekatkan akan
dipisahkan kembali dengan menggunakan teknik KLT.
Fraksi yang telah dipekatkan, kemudian dianalisa dengan menggunakan
kromatografi lapis tipis dengan cara ditotol menggunakan pipet kapiler dan dielusi
menggunakan eluen berupa pelarut organik. Noda yang memiliki R f<0,5 diambil dan
diberi pereaksi serium sulfat, ninhidrin dan dragendroff. Hasil uji fitokimia yang diperoleh
kemudian dipisahkan berdasarkan kandungan senyawa yang terdapat pada sampel
(Harborne, 1984).

Persiapan Sampel Uji


1). Spesimen Bakteri
Escherichia coli diperoleh dari pasien RSUD dr. Zainal Abidin, Banda Aceh,
selanjutnya dilakukan proses kultur bakteri di Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah
Kuala.

2). Sub Kultur Bakteri


Sub kultur bakteri dilakukan dengan mengambil 1 koloni tunggal bakteri dengan
menggunakan ose steril pada plat kultur, selanjutnya digores pada media NA dengan
menggunakan metode goresan zig-zag membentuk 4 kuadran. Diseal mulut cawan petri
menggunakan wrapping plastic dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 18-24 jam (Mbah et
al., 2012).

Prosedur Uji
Uji bioaktif dilakukan dengan mengambil cakram menggunakan pinset steril dan
letakkan dipermukaan media NA. Dipipet DMSO 2% sebagai kontrol negatif, ekstrak
sampel dalam konsentrasi 20, 40, 60, 80 dan 100 µg/mL dan kloramfenikol 35 µg/mL
sebagai kontrol positif kemudian diteteskan kepermukaan cakram yang telah disediakan.
Selanjutnya, Petri dish dimasukkan kedalam inkubator selama 18-24 jam dengan suhu
37oC dan diukur zona hambat yang terbentuk (Mbah et al., 2012; Kurnianda and Setiawan,
2015).

HASIL DAN PEMBAHASAN

a). Ekstraksi Isolasi


Daun mangrove yang dikoleksi dari pesisir Alue Naga yang kemudian diberi kode
A17A01, selanjutnya diidentifikasi di Fakultas MIPA Biologi, Universitas Syiah Kuala.
Hasil identifikasi memperlihatkan karakteristik jenis Rhizophora mucronata Lamarck
diantaranya daun yang berbentuk lonjong, ujung meruncing, berukuran 10-16 cm,
permukaan bawah tulang daun berwarna kehijauan dan berbintik hitam (Grin, 2006).
Sampel A17A01 sebanyak 250 gram selanjutnya direndam dengan menggunakan
metanol 70% sebanyak 250 mL dengan perbandingan 1:2 (v/v) menghasilkan crude
ekstrak berwarna cokelat kehitaman dengan berat ±29,65 gram. Crude ekstrak yang
diperoleh selanjutnya dilakukan uji bioaktivitas dengan menggunakan kloramfenikol
sebagai kontrol positif dan DMSO 2% sebagai kontrol negatif.

b). Uji Bioaktivitas Sampel A17A01


Hasil uji bioaktivitas menunjukkan bahwa sampel A17A01 memiliki zona hambat
sebesar 7,25 mm, kontrol positif (+) berupa kloramfenikol memiliki zona hambat sebesar
7,25 mm dan kontrol negatif (-) berupa DMSO 2% tidak memiliki zona hambat. Hasil
pengukuran diameter zona hambat ekstrak sampel A17A01 akan disajikan pada Tabel 1
berikut ini.
Tabel 1. Hasil Uji Bioaktivitas Ekstrak Sampel A17A01

No. Sampel Konsentrasi Diameter zonahambat (mm)


1. Kloramfenikol 30 µg/mL 7,25
2. DMSO 2% 0
3. A17A01 100µg/ mL 7,25
berdasarkan kategori penghambatan bakteri menurut NCCLS (2005), pengaruh
antibiotik terhadap bakteri dikategorikan lemah (resisten) jika berdiameter <12 mm,
dikategorikan sedang (intermediat) jika berdiameter (13-17 mm) dan dikategorikan kuat
(sensitif) jika berdiameter (>18 mm). Berdasarkan hal tersebut maka diindikasikan bahwa
antibiotik kloramfenikol masih tergolong lemah (resisten) karena memiliki diameter zona
hambat sebesar 7,50 mm.

c) Partisi
Ekstrak sampel A17A01 selanjutnya dilakukan ekstrasi cair-cair (partisi)
menggunakan pelarut kloroform:metanol:aquadest (1:1:1 v/v).Hasil yang diperoleh yaitu
terbentuk dua fraksi yang terdiri dari fraksi semi polar yang kemudian diberi kode R1B16
dan fraksi polar yang kemudian diberi kode R1B17. Masing-masing dari fraksi selanjutnya
diuji bioaktivitas untuk melihat fraksi mana yang lebih aktif dalam menghambat
pertumbuhan bakteri.

d). Uji bioaktivitas Fraksi R1B16 dan R1B17


Uji bioaktivitas dilakukan dengan menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol
positif (+) dan DMSO 2% sebagai kontrol negatif (-). Hasil pengukuran diameter zona
hambat disajikan pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Hasil Perbandingan Uji Bioaktivitas Ekstrak Sampel A17A01 Terhadap Fraksi
R1B16 dan Fraksi R1B17
Diameter ZonaHambat
No. Sampel Konsentrasi
(mm)
1. Kloramfenikol 30 µg/ mL 8,25
2. DMSO 2% 0
3. A17A01 100 µg/ mL 7,25
4. R1B16 100 µg/ mL 7,75
5. R1B17 100 µg/ mL 8,25

Berdasarkan hasil yang diperoleh, fraksi R1B16 memiliki zona hambat sebesar 7,75
mm, sampel A17A01 memiliki zona hambat sebesar 7,25 mm, fraksi R1B17 memiliki
zona hambat sebesar 8,25 mm, kontrol positif memiliki zona hambat sebesar 8,25 mm dan
kontrol negatif tidak memiliki zona hambat. Fraksi hasil dari partisi memiliki zona
hambat lebih besar dibandingkan dengan crude extract. Hal tersebut karena pada crude
extract belum merupakan senyawa murni, sehingga masih banyak senyawa-senyawa
pengotor yang dapat menghambat terbentuknya zona hambat.
Hasil uji bioaktivitas menunjukkan bahwasanya fraksi R1B17memiliki zona
hambat lebih besar dibandingkan dengan fraksi R1B16, sehingga dilanjutkan isolasinya
menggunakan teknik kromatografi lapis tipis.

e). Kromatografi Lapis Tipis


Berdasarkan hasil yang diperoleh dari uji bioaktivitas, fraksi R1B17 mempunyai
aktivitas antibakteri lebih besar dibandingkan dengan fraksi R1B16. Oleh karena itu, fraksi
R1B17 dilakukan uji lanjut dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis untuk
mempertegas golongan senyawa yang terdapat pada ekstrak. Berdasarkan perbandingan
beberapa pelarut yang digunakan diketahui bahwa fase gerak dengan menggunakan
komposisi pelarut metanol:etil asetat (10:90) memiliki pemisahan yang lebih baik
dibandingkan dengan komposi pelarut lainnya. Selanjutnya, hasil pengerokan plat KLT
dengan Rf<0,5 dipartisi menggunakan pelarut metanol:diklorometana (1:1 v/v). Dari hasil
partisi diperoleh dua fraksi, diantaranya fraksi polar yang kemudian diberi kode R2B22
dan fraksi semipolar yang diberi kode R2B12. Masing-masing fraksi dilakukan uji
fitokimia. Hasil uji fitokimia akan disajikan pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Hasil Uji Fitokimia Fraksi R2B12 dan Fraksi R2B22


Konstituen
No. Senyawa Pereaksi
R2B12 R2B22
1. Hidrokarbon Serium sulfat + +
2. Alkaloid Dragendroff + +++
Keterangan: (+++): Respon kuat, (++) : Respon sedang, (+): Respon lemah, (-): Tidak
memiliki respon

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel 3, fraksi R2B12 dan fraksi R2B22
sama-sama memiliki senyawa hidrokarbon dengan respon yang lemah, sedangkan untuk
senyawa alkaloid, fraksi R2B22 memiliki respon yang sangat kuat dibandingkan dengan
fraksi R2B12. Pada tahap ini, hanya dilakukan uji senyawa hidrokarbon dan alkaloid. Hal
tersebut karena senyawa alkaloid lebih mampu dalam menghambat bakteri dibandingkan
dengan senyawa yang lain serta lebih umum didapatkan pada tumbuhan yang biasanya
digunakan untuk mempertahankan diri. Sedangkan uji serium sulfat dilakukan hanya untuk
identifikasi awal senyawa organik pada tumbuhan.
Fraksi R2B12 dan Fraksi R2B22 selanjutnya dilakukan uji bioaktivitas. Hasil yang
diperoleh yaitu fraksi R2B22 memiliki zona hambat lebih besar dibandingkan dengan
fraksi R2B12 yaitu sebesar 8,25 mm. Oleh karena itu, fraksi R2B22 dilakukan uji
bioaktivitas kembali dengan menggunakan variasi konsentrasi.
f). Uji Bioaktivitas Fraksi R2B22
Uji bioaktivitas fraksi R2B22 dilakukan dengan variasi konsentrasi 20 µg/mL
sampai dengan 100 µg/mL. Menurut Asmardi et al., (2014), diameter zona hambat
berbanding lurus dengan tingginya konsentrasi, yang berarti semakin tinggi konsentrasi
yang digunakan maka akan semakin besar pula zona hambat yang terbentuk. Hasil
pengukuran zona hambat dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Uji bioaktivitas fraksi R2B22 menggunakan perbedaan konsentrasi
No. Kode Sampel Konsentrasi Diameter Zona Hambat (mm)
1. Kloramfenikol 35 µg/mL 7,50
2. DMSO 2% 0
3. R2B22 20 µg/mL 7
4. R2B22 40 µg/mL 7,10
5. R2B22 60 µg/mL 7,25
6. R2B22 80 µg/mL 7,25
7. R2B22 100 µg/mL 8,25
8. A17A01 100 µg/mL 7,25

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Tabel 4, konsentrasi 20 µg/mL berdiameter


7 mm, konsentrasi 40 µg/mL berdiameter 7,10 mm, konsentrasi 60 µg/mL berdiameter
7,25 mm, konsentrasi 80 µg/mL berdiameter 7,25 mm, konsentrasi 100 µg/mL berdiameter
8,25 mm, kontrol positif berdiameter 7,50 mm dan kontrol negatif tidak memiliki zona
hambat. Senyawa aktif berupa alkaloid yang terdapat pada fraksi R2B22 berfungsi sebagai
interkelator DNA dan dapat menghambat enzim topoisomerase sel bakteri dengan
mekanisme kerja mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri
sehingga dinding sel pada bakteri tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian
(Karou et al., 2005).
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Tabel 4 dapat diindikasikan bahwa fraksi
belum mampu membunuh bakteri resisten secara maksimal melainkan hanya mampu
menghambat sebagian dari bakteri karena berdiameter 8,25 mm. Suatu fraksi dikatakan
lebih efektif dalam menghambat bakteri jika diameter dari fraksi lebih besar dari
kloramfenikol yaitu > 12mm.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah Ekstrak daun mangrove
Rhizophora mucronata memiliki potensi sebagai antibakteri resisten Escherichia coli.
Hasil penapisan fitokimia daun Rhizophora mucronata Rf<0,5 mengindikasikan metabolit
aktif memiliki struktur bangun hidrokarbon yang mempunyai gugus nitrogen (golongan
alkaloid). Metabolit bioaktif Rf<0,5 memiliki aktivitas terhadap bakteri resisten
Escherichia coli dengan diameter zona hambat 7,10-8,25 mm, sedangkan konsentrasi
kloramfenikol pada 35 µg/mL menghasilkan diameter zona hambat 7,50 mm. Senyawa
metabolit aktif daun Rhizophora mucronata Rf<0,5 memiliki potensi sebagai antibakteri
resisten Escherichia coli.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis berterimakasih kepada berbagai pihak diantaranya Laboratorium
Mikrobiologi RSUD dr. Zainal Abidin, Banda Aceh, Laboratorium Biologi
Dasar,Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Kepala Laboratorium Kimia
Laut Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Syiah Kuala, yang telah memberikan
fasilitas kepada penulis dalam melakukan penelitian guna untuk menyelesaikan skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Brook G.F, Butel S.J, Morse A.S. 2001. Medical Microbiology.International Edition 22nd.
New York: Mc Grow-Hill.

Brown AE. Benson’s Microbiological Applications: Laboratory Manual Ingeneral


Microbiology. 9thed. New york: McGraw-Hill, 2005. P. 73, 96.Hadioetomo
RS.Mikrobiologi Dasar dalam Praktek: Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium.
Jakarta: Gramedia, 1985. Hal. 32.

Cannel, R.J.P. 1998. Natural Produk Isolation. Humana Press: Totowa.

Grin. 2006. Grin Taxonomy for Plants. Germplasm Resources Information


Network.USDA. ARS, National Genetic Resources Progam. National Gemplasm
Resources Laboratory, Betsville, Maryland.

Harborne JB. 1984. Phytochemical methods. Ed ke-2. New York: Chapman andHall.

Jawetz, 2001. Mikrobiologi Kedokteran . Edisi XXII. Diterjemahakan Oleh Bagian


Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Salenba Medika: Jakarta.

Kompiang, I.P. 2009. Pemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Probiotik Untuk


Meningkatkan Produksi Ternak Unggas di Indonesia. J. Pengembangan Inovasi
Pertanian 2(3), 2009: 177-191.

Kurnianda, V and A. Setiawan. 2015. Bioactivity a Poly Hydroxil Isocoplane.


Internasional Journal of Pharmacetical Biological and Chemical Sciences, 4(2):
30-33 pp.

Kusuma, S, Anil KP, and Kamala B. 2011. Potent Antimicrobial Activity of Rhizophora
mucronata. J. Ecobiotechnol 3(11), 2011: 40-41.

Marlinda, M., Sangi, M.S., dan Wuntu, A.D. 2012.Analisis Senyawa Metabolit Sekunder
dan Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.).
Jurnal MIPA Unsrat Online. 1 (1) 24-28.

Mbah, J.A. Ngemennya, M.N. Abawah, A.L. Babiaka, S.B. Nubed, L.N. Nyongbela, K.D.
Lemuh, N.D. And S.M.N. Efange.Journal Annalis of Climical Microbiology and
Antimicrobials, 11, 10 (2012).

Musman, Musri. 2013. Kimia Bahan Alam Laut. Banda Aceh: Syiah Kuala University
Press.
Musnelina, L, dkk. 2004. Analisis Efektivitas Biaya Pengobatann Demam Tifoid Anak
Menggunakan Kloramfenikol dan Saftriakson di Rumah Sakit Fatmawati Jakarta
Tahun 2001-2001. Diakses Tanggal 22 April 2010. Makara Kesehatan Volume 8,
No.2. Universitas Indonesia, Depok. http://repository.ui.ac.id

Nanin. 2011. Daya Antibakteri Tumbuhan Majapahit (Cresentia cujete L.) Terhadap
Bakteri Vibrio algynolyticus. Surabaya: ITS.

National Committe for Clinical Laboratory Standards. 2005. Performance Standards for
Antimicrobial Disk Susceptibility Testing. Penssylvania: NCCLS.

Pratiwi, S.T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Edisi VI, Hal 191-216,
Diterjemahkan Oleh Kosasih Padmawinata. ITB: Bandung.

Sangi, M., Runtuwene, M.R.J., Simbala, H.E.I., Makang, V.M.A. 2008. Analisis
Fitokimia.

Sari, dkk.2008. Penapisan Antibakteri dan Inhibitor Topoisomerase I Dari Xylocarpus


granatum.[Tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Trianto, A.E., Wibowo, Suryono, dan R. Sapta. 2004. Ekstrak Daun Mangrove Aigiceras
Corniculatum Sebagai Antibakteri Vibrio Harveei dan Vibrio Parahaemolyticus. J.
Ilmu Kelautan. 9 (4): 187.

Wardani, R.K., Tjahjaningsih, W., dan Rahardja, B.S. 2012. Uji Efektivitas Ekstrak Daun
Sirih Merah (Piper rocatum) Terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila Secara In
Vitro. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 4 (!), 59-64.

Anda mungkin juga menyukai