LP - Erni Widiastutik

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 14

1

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMATOCHEZIA

DI RUANG TERATAI RSUD DR. SOEGIRI

ERNI WIDIASTUTIK
(2302032504)

PEMBIMBIMBING :
Virgianti Nur Faridah, S.Kep., Ns., M.Kep

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN

TAHUN 2022/2023
2

BAB I

KONSEP MEDIS

1.1 DEFINISI
Hematochezia adalah BAB berdarah yang menyebabkan tinja menjadi
berwarna merah terang akibat darah. Pendarahan dari anus dengan warna
merah segar di namakan hematochezia. Berak darah atau sering juga disebut
dengan Hematochezia di tandai dengan keluarnya darah berwarna merah
terang di anus, dapat berbentuk gumpalan atau telah bercampur dengan tinja.
Hematochezia adalah feses yang berwarna hitam dan berbau busuk karena
bercampur produk darah dari saluran cerna. (Febrina, 2019).
1.2 ETIOLOGI
Penyebab dari hematochezia adalah trauma yang berasal dari saluran
cerna bagian bawah, dan benda asing yang dimasukkan ke dalam lekukan
rektum dapat menimbulkan perforasi di samping perdarahan rektum yang
akut. Penyakit yang mendasarinya adalah hemoroid (wasir), infeksi kuman
seperti amuba, tifus, disentri yang berat, kanker usus besar, radang usus besar
menahun oleh sebab penyakit autoimun (inflammatory bowel disease).
a. Upper GI saluran (biasanya kotoran hitam):
1. Pendarahan lambung atau ulkus duodenum
2. Gastritis
3. Varises esophageal
4. Mallory-Weiss air mata (air mata di kerongkongan dari muntah
kekerasan)
5. Trauma atau asing tubuh
6. Usus iskemia (kurangnya aliran darah yang tepat ke usus)
7. Vascular malformasi
b. GI rendah saluran (biasanya merah atau bangku merah, berdarah):
1. Wasir
2. Anal fissures
3. Divertikular pendarahan
3

4. Infeksi usus (seperti enterokolitis bakteri)


5. Vascular malformasi
6. Radang usus
7. Tumor
8. Colon polip atau kanker usus besar
9. Trauma atau asing tubuh
(Sachdeva, 2019 dalam Kristiyansari, 2020)
1.3 PATOFISIOLOGI
Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan
peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral
dalam submukosa esopagus dan rektum serta pada dinding abdomen anterior
untuk mengalihkan darah dari sirkulasi splenik menjauhi hepar. Dengan
meningkatnya teklanan dalam vena ini, maka vena tersebut menjadi
mengembang dan membesar (dilatasi) oleh darah (disebut varises). Varises
dapat pecah, mengakibatkan perdarahan gastrointestinal masif. Selanjutnya
dapat mengakibatkan kehilangan darah tiba-tiba, penurunan arus balik vena ke
jantung, dan penurunan curah jantung. Jika perdarahan menjadi berlebihan,
maka akan mengakibatkan penurunan perfusi jaringan. Dalam berespon
terhadap penurunan curah jantung, tubuh melakukan mekanisme kompensasi
untuk mencoba mempertahankan perfusi. Mekanisme ini merangsang tanda-
tanda dan gejala-gejala utama yang terlihat pada saat pengkajian awal. Jika
volume darah tidak digantikan , penurunan perfusi jaringan mengakibatkan
disfungsi seluler. Sel-sel akan berubah menjadi metabolsime anaerobi, dan
terbentuk asam laktat. Penurunan aliran darah akan memberikan efek pada
seluruh sistem tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang mencukupi sistem
tersebut akan mengalami kegagalan. (Febrina, 2019).
4

1.4 WOC (NANDA 2013)

Proses regenerasi sel hati dalam bentuk yang terganggu

Kegagalan perikim Hipertensi Portal Enselfalopati Asites


hati
Varise Esofagus Penekanan
diafragma Mual-Muntah

Tekanan Ruang paru


Nafsu makan
Pembuluh darah pecah Sesak Napas
Cepat lelah
Hematemis Melena Gangguan
Pola Napas
Defisit
Nurtisi Merangsang nosi reseptor
Volume intravaskuler

Hemoglobin
Agen cidera biologis
Transpot O2

Nyeri
Cepat Lelah

Intoleransi
Aktivitas
5

1.5 MANIFESTASI KLINIS


1. Syok (denyut Jantung, Suhu Tubuh),
2. Penyakit hati kronis (sirosis hepatis),
3. Demam ringan 38-39°C,
4. Nyeri di perut,
5. Hiperperistaltik
6. Penurunan Hb dan Hmt yang terlihat setelah beberapa jam,
7. Peningkatan kadar urea darah setelah 24-48 jam karena pemecahan protein
darah oleh bakteri usus.
(Mansjoer, Arif, 2018)
1.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang pada kasus ini meliputi yakni:
1. Pemeriksaan Tinja
Makroskopis dan mikroskopis, ph dan kadar gula jika diduga ada
intoleransi gula,biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji
resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada diare persisten).
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan yaitu pemeriksaan darah rutin
berupa hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit, pemeriksaan
hemostasis lengkap untuk mengetahui adanya kelainan hemostasis,
pemeriksaan fungsi hati untuk menunjang adanya sirosis hati, pemeriksaan
fungsi ginjal untuk menyingkirkan adanya penyakit gagal ginjal kronis,
pemeriksaan adanya infeksi Helicobacter pylori.
3. Pemeriksaan Esofagogastroduodenoskopi
Merupakan pemeriksaan penunjang yang paling penting karena dapat
memastikan diagnosis pecahnya varises esofagus atau penyebab
perdarahan lainnya dari esofagus, lambung dan duodenum.
4. Kontras Barium (radiografi)
Bermanfaat untuk menentukan lesi penyebab perdarahan. Ini dilakukan
atas dasar urgensinya dan keadaan kegawatan.
5. Ongiografi
6

Bermanfaat untuk pasien-pasien dengan perdarahan saluran cerna yang


tersembunyi
dari visual endoskopik. (Dongoes, 2019)
1.7 PENATALAKSANAAN
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini
mungkin dan sebaiknya diraat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan
yang teliti dan pertolongan yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan
saluran makan bagian atas meliputi
1. Pengawasan dan pengobatan umum :
a. Penderita harus diistirahatkan mutlak, obat-obat yang menimbulkan
efek sedative morfin, meperidin dan paraldehid sebaiknya dihindarkan.
Penderita dipuasakan selama perdarahan masih berlangsung dan bila
perdarahan berhenti dapat diberikan makanan cair.
b. Infus cairan langsung dipasang dan diberikan larutan garam fisiologis
selama belum tersedia darah.
c. Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan
bila perlu dipasang CVP monitor.
d. Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit perlu dilakukan untuk
mengikuti keadaan perdarahan.
e. Transfusi darah diperlukan untuk menggati darah yang hilang dan
mempertahankan kadar hemoglobin 50-70 % harga normal.
f. Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4 x 10 mg/hari,
karbasokrom(Adona AC), antasida dan golongan H2 reseptor
antagonis (simetidin atau ranitidin) berguna untuk menanggulangi
perdarahan.
g. Dilakukan klisma atau lavemen dengan air biasa disertai pemberian
antibiotic yang tidak diserap oleh usus, sebagai tindadakan sterilisasi
usus. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya peningkatan
produksi amoniak oleh bakteri usus, dan ini dapat menimbulkan
ensefalopati hepatik.
(Hocenberry, 2014 dikutip oleh Hamdan, 2019)
7

1.8 KOMPLIKASI
2. Encelofati
3. Asites
4. Sirosis Hepatis (Febrina, 2019).
8

BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 PENGKAJIAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses
keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang
masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantuang pada
tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
a. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan
darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus nyeri,muntah,bila
kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat
badan menurun. tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut
dan bibir kering, rekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi
encer.
1) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang
menjadi faktor presipitasi nyeri.
2) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau
menusuk.
3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa
sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
4) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan
klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan
seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
9

5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah


buruk pada malam hari atau siang hari.
c. Riwayat Kesehatan
Riwayat mengidap :Penyakit Hepatitis kronis, cirrochis hepatis,
hepatoma, ulkuspeptikum.
d. Kebiasaan/gaya hidup :Alkoholisme, kebiasaan makan.
e. Pengkajian Umum :
a. Intake : anorexia, mual, muntah, penurunan berat badan.
b. Eliminasi : BAB konstipasi atau diare, adakah melena (warna darah
hitam,
konsistensi pekat, jumlahnya), BAK : warna gelap, konsistensi pekat.
c. Neurosensori : Adanya penurunan kesadaran (bingung, halusinasi,
koma).
d. Respirasi : sesak, dyspnoe, hypoxia.
e. Aktifitas : lemah, lelah, letargi, penurunan tonus otot.
2. Pengkajian Fisik
Kesadaran, tekanan darah, nadi, temperatur, respirasib.
1) Inspeksi :
a. Mata : Conjungtiva (ada tidaknya anemis).
b. Mulut : Adanya isi lambung yang bercampur darah.
c. Ekstremitas : Ujung-ujung jari pucat.
d. Kulit : Dingin.
2) Auskultasi :
a. Jantung : Irama cepat atau lambat
b. Usus : Peristaltik menurun
3) Perkusi :
a. Abdomen : Terdengar sonor, kembung atau tidak
b. Reflek patela : Menurun
3. Studi diagnostic
a. Pemeriksaan darah : Hb, Ht, RBC, Protrombin, Fibrinogen, BUN,
serum, amonoiak,albumin.
b. Pemeriksaan urin : BJ, warna, kepekatan
10

c. Pemeriksaan penunjang : Esophagoscopy, endoscopy, USG, CT Scan.


2.2 DIAGNOSIS KEPERAWATAN (SESUAI SDKI)
1. Nyeri akut b/d Agen Pencederaan Fisiologis (D.0077)
2. Defisit Nutrisi b/d kedidakmampuan mencerna makanan (D.0018)
3. Rsiko pendarahan d.d trauma (D0011)
2.3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (SESUAI SLKI DAN SIKI)
Diagnosis Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan (SIKI)
Keperawatan Hasil (SLKI)
(SDKI)
Nyeri akut b/d Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I.08238)
Agen Intervensi selama 3x24 Observasi
Pencederaan fisik jam, di harapkan tingkat 1. Identifikasi lokasi,
nyeri Menurun: karakteristik, durasi, frekuensi,
Kriteria hasil kualitas, intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
menurun (5) 3. Identifikasi faktor yang
2. Meringis menurun (5) memperberat nyeri dan
3. Sikap protektif memperingn nyeri
menurun (5) 4. Identifikasi pengetahuan dan
4. Gelisah menurun (5) keyakinan nyeri
5. Kesulitan tidur 5. Identifikasi respon nyeri non
menurun (5) verbal
6. Berfokus pada diri 6. Identifikasi Pengaruh nyeri
sendiri menurun (5) pada kualitas hidup
7. Monitor efek samping
pengunaan analgesik
Terapeutik
1. Berikan teknik non
famakologi untuk
menggurangi rasa nyeri
destraksi relaksasi
Edukasi
11

1. Anjurkan teknik non


farmakologi untuk mengurangi
rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri
3. Fasilitas istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, priode dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan monior yeri secara
mandarin
4. Anjurkan teknik non
farmakologi untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgesik

Defisit Nutrisi Setelah di lakukan Manajemen Nutrisi (I. 03119)


b/d tindakan Asuhan Observasi
kedidakmampuan Keperawatan selama 1. Monitor Status Nutrisi
mencerna 3x24 jam di harapkan 2. Identifikasi Alergi atau
makanan tingkat nyeri menurun Intoleransi makanan
(D.0018) : 3. Identifikasi makanan yang
Kriteriahasil di sukai
1. Keluhan nyeri 4. Monitor Asupan makanan
menurun (5) 5. Monitor berat badan
2. Meringis menurun 6. Monitor
12

(5) hasilpemeriksaanlaboratoriu
3. Sikap protektif m
menurun (5) Terapiutik
4. Gelisah menurun (5) 1. Lakukan oral Hygine
5. Kesulitan tidur sebelum makan, jika perlu
menurun (5) 2. Sajikan makanan secara
6. Berfokus pada diri menarik dan suhu yang sesuai
sendiri menurun(5) 7. Berikan nutrisi sediki
ttapisering
8. Berikan makanan tinggi serat
9. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
10. Berikan suplemen makanan
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi
Rsiko Setelah di lakukan Pencegahan Pendarahan
pendarahan d.d tindakan Asuhan (I.102067)
trauma (D0011) Keperawatan selama Observasi
3x24 jam di harapkan 1. Tanda gan gejala
tingkat pendaharan pendarahan
menurun: 2. Monitor kehilangan
(L. 02017) hemoglobin sebelum dan
1. Membra sesuda kehilangan darah
mukosa 3. Monitor tanda tanda vital
meningkat (5) Terapiutik
2. Distensi 1. Pertahankan bed stress
Abdomen selama pendarahan
menurun (5) Edukasi
3. Hemoglobin 1. Jelaskan tanda dan gejala
13

membaik (5) pendarahan


4. Tekanan darah 2. Anjurkan meningkatkan
membaik (5) asupan cairan untuk
5. Pendarahan menghindara konstipasi
pasca operasi 3. Anjurkan menghindari
membaik (5) aspirin dan anti kogulasi
4. Ajurkan meningkatkan
asupan makan dan vitamin
K
5. Anjurkan melapor jika
terjadi pendarahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
produk darah
2. Kolaorasi pemberian obat
pengontrol pendarahan

2.4 EVALUASI
Setela tindakan keperawatan di laksanakan evaluasi proses dan hasil
mengacuh pada kriteria evaluasi yang telah di tentukan pada masing masing
diagnoa keperawatan sehingga:
1. Masalah teratasi atau tujuan tercapai (intervnsi di hentikan)
2. Masalah teratasi atau tercapai sebagian (intervensi di lanjutkan )
3. Maalah teratasi atau tujuan tidak tercapai (perlu di lakukan pengkajian
ulang dan intervensi dirubah)
14

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 12. Jakarta: EGC

Gloria M. Bulechek, et al. 2013. Nursing Interventions Classifications (NIC),


Edisi Keenam. Missouri: Mosby Elsevier.

Morhedd, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi Kelima.


Missouri: Mosby Elsevier.

Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular Dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.

Anda mungkin juga menyukai