LP Ileus Obstruktif

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15

Laporan Pendahuluan pada Ny.

N dengan Ileus Obstruksi


Di ruang As Safi’i Rumah Sakit Ibnu Sina

Disusun dalam rangka memenuhi tugas

keperawatan medikal bedah I

OLEH:
INDAH DEWI J.LUSING
14420212186

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Ileus adalah penurunan atau hilangnya fungsi usus akibat paralisis
atau obstruksi mekanis yang dapat menyebabkan penumpukan atau
penyumbatan zat makanan (Rasmilia Retno, 2017).
Ileus obstruktif atau obstruksi usus adalah suatu gangguan (apapun
penyebabnya) aliran usus normal isi usus sepanjang saluran isi
usus.(Medline plus,2018)
Ileus obstruktif merupakan suatu keadaan yang menyebabkan isi usus
tidak bisa melewati lumen usus sebagai akibat adanya sumbatan atau
hambatan mekanik ( Indrayani, 2013)
2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, obstruksi usus dibagi menjadi dua
jenis,yaitu mekanik dan nonmekanik. Berikut ini adalah penjelasan
lengkapnya.
a. Obstruksi usus mekanik
Obstruksi usus mekanik terjadi ketika usus kecil tersumbat. Hal ini
bisa dipicu oleh adhesi atau perlengketan usus, yang biasanya muncul
setelah operasi perut atau panggul. Kondisi lain yang dapat memicu
obstruksi usus mekanik adalah:
1) Hernia yang mengakibatkan usus menonjol ke dinding perut. Hernia
(interna dan eksterna). Hernia bisa menyebabkan obstruksi apabila
hernia mengalami strangulasi dari kompresi sehingga bagian tersebut
tidak menerima suply darah yang cukup. Bagian tersebut akan
menjadi edematosus kemudian timbul necrosis.
2) Radang usus, seperti penyakit Crohn.
3) Benda asing yang tertelan (terutama pada anak-anak).
4) Batu empedu 5) Diverkulitis.
6) Instususepsi atau usus yang melipat ke dalam. Intussusepsi adalah
invaginasi atau masuknya sebagian dari usus ke dalam lumen usus
yang berikutnya. Intussusepsi sering terjadi antara ileum bagian
distal dan cecum, dimana bagian terminal dari ileum masuk kedalam
lumen cecum.
7) Meconium plug (feses pertama bayi yang tidak keluar).
8) Kanker usus besar atau ovarium (indung telur).
9) Penyempitan kolon akibat peradangan atau jaringan parut, misalnya
karena penyakit TBC usus.
10) Penumpukan tinja.
11) Volvulus atau kondisi usus yang terpelintir. Volvulus. Merupakan
usus yang terpuntir sedikitnya sampai dengan 180 derajat sehingga
menyebabkan obstruksi usus dan iskemia, yang pada akhirnya bisa
menyebabkan gangrene dan perforasi jika tidak segera ditangani
karena terjadi gangguan supply darah yang kurang .
12) Tumor. Tumor yang ada pada dinding usus meluas ke lumen usus
atau tumor diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus
sehingga menyebabkan obstruksi usus.
13) Limfoma, limfoma adalah sejenis kanker yang menyerang limfosit
sel T pada bagian usus yang erfungsi melawan infeksi.
14) Bezoar, bezoar adalah massa padat bahan yang tidak bisa dicerna
sehingga menumpuk di saluran pencernaan yang menyebabkan
penyumbatan. Benzoate ini terdiri dari bahan nabati (contohnya,
buah kezemek), rambut, oabt-obatan, protein susu bayi ysng diberi
susu.
b. Obstruksi usus non mekanik
Obstruksi usus nonmekanik terjadi ketika muncul gangguan pada
kontraksi usus besar dan usus kecil. Gangguan dapat terjadi sementara
(ileus), dan dapat terjadi dalam jangka panjang (pseudo-obstruction).
Obstruksi usus nonmekanik dipicu oleh sejumlah kondisi, seperti:
1) Operasi daerah perut atau panggul. Adhesi atau perlengketan
pascabedah. Adhesi bisa terjadi setelah pembedahan abdominal
sebagai respon peradangan intra abdominal. Jaringan parut bisa
melilit pada sebuah segmen dari usus, dan membuat segmen itu
kusut atau menekan segmen itu sehingga bisa terjadi segmen tersebut
mengalami supply darah yang kurang.

2) Gastroenteritis atau peradangan pada lambung dan usus.


3) Apendisitis atau radang usus buntu.
4) Gangguan elektrolit.
5) Penyakit Hirschsprung.
6) Gangguan saraf, misalnya penyakit Parkinson atau multiple
sclerosis.
7) Hipotiroidisme
8) Penggunaan obat-obatan yang memengaruhi otot dan saraf.
Misalnya obat golongan antidepresan trisiklik, seperti amitriptyline,
atau obat nyeri oxycodone (Padilah 2019)

3. Patofisiologi
Semua peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus
adalah sama, tanpa memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh
penyebab mekanik atau non mekanik. Perbedaan utama adalah pada
obstruksi paralitik peristaltik dihambat dari permulaan, sedangkan pada
obstruksi mekanik peristaltik mula-mula diperkuat, kemudian intermitten,
dan akhirnya hilang. Sekitar 6-8 liter cairan diekskresikan ke dalam
saluran cerna setiap hari. Sebagian besar cairan diasorbsi sebelum
mendekati kolon.

Perubahan patofisiologi utama pada obstruksi usus adalah adanya


lumen usus yang tersumbat, ini menjadi tempat perkembangan bakteri
sehingga terjadi akumulasi gas dan cairan (70% dari gas yang tertelan).
Akumulasi gas dan cairan dapat terjadi di bagian proksimal atau distal
usus. Apabila akumulasi terjadi di daerah distal mengakibatkan terjadinya
peningkatan tekanan intra abdomen dan intra lumen. Hal ini dapat
meningkatkan terjadinya peningkatan permeabilitas kapiler dan
ekstravasasi air dan elektrolit di peritoneal. Dengan peningkatan
permeabilitas dan ekstravasasi menimbulkan retensi cairan di usus dan
rongg a peritoneum mengakibatakan terjadi penurunan sirkulasi dan
volume darah.
Akumulasi gas dan cairan di bagian proksimal mengakibatkan
kolapsnya usus sehingga terjadi distensi abdomen. Terjadi penekanan pada
vena mesenterika yang mengakibatkan kegagalan oksigenasi dinding usus
sehingga aliran darah ke usus menurun, terjadilah iskemi dan kemudian
nekrotik usus. Pada usus yang mengalami nekrotik terjadi peningkatan
permeabilitas kapiler dan pelepasan bakteri dan toksin sehingga terjadi
perforasi. Dengan adanya perforasi akan menyebabkan bakteri masuk ke
dalam sirkulasi sehingga terjadi sepsis dan peritonitis.
Masalah lain yang timbul dari distensi abdomen adalah penurunan
fungsi usus dan peningkatan sekresi sehingga terjadi peminbunan di intra
lumen secara progresif yang akan menyebabkan terjadinya retrograde
peristaltic sehingga terjadi kehilangan cairan dan elektrolit. Bila hal ini
tidak ditangani dapat menyebabkan syok hipovolemik. Kehilangan cairan
dan elektrolit yang berlebih berdampak pada penurunanan curah jantung
sehingga darah yang dipompakan tidak dapat memenuhi kebutuhan
seluruh tubuh sehingga terjadi gangguan perfusi jaringan pada otak, sel
dan ginjal. Penurunan perfusi dalam sel menyebabkan terjadinya
metabolisme anaerob yang akan meningkatkan asam laktat dan
menyebabkan asidosis metabolic. Bila terjadi pada otak akan
menyebabkan hipoksia jaringan otak, iskemik dan infark. Bila terjadi pada
ginjal akan merangsang pertukaran natrium dan hydrogen di tubulus
prksimal dan pelepasan aldosteron, merangsang sekresi hidrogen di nefron
bagian distal sehingga terjadi peningaktan reabsorbsi HCO3- dan
penurunan kemampuan ginjal untuk membuang HCO3. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya alkalosis metabolic (Smeltzer 2017)
Penyempitan lumen usus: (Isi Lumen : benda
Hernia,inkarserata,ad asing,skibala,ascariasis. Dinding usus :
hesi intususepsi, stenosis (radang kronik), keganasan. Estra
4. Phatway volvuluv,tumor, batu lumen: tumor intra abdomen.)
empedu Ileus obstruksi Ileus paralitik

Distensi Akumulasi gas dan cairan intra lumen


abdomen disebelah proksimal dari letak obstrukti Kerja usus melemah

Gelembung Gangguan peristaltic


Poliferasi bakteri Tekanan intra usus
peristaltic
cepat lumen menurun
berbalik arah,isi
usus terdorong Sulit dicerna usus
Pelepasan bakteri Tekanan vena kelambung
dan toksin dari usus dan arteri
yang infark menurun Sulit BAB
Kehilangan Asam lambung
Iskemik dinding cairan menuju meningkat
Bakteri melepas Konstipasi
usus ruang
endotoksin
peritonium
Mual muntah
Metabolisme
Melepas zat pirogen
anaerob Pelepasan
bakteri dan Defisit nutrisi
Impuls hipotalamus Merangsang toksin dari
bagian pengeluaran usus yang
termoregulasi mediator kimia nekrotik ke
melalui toracicus dalam
Merangsang peritonium
Hipertermi reseptor nyeri
Resiko infeksi
Nyeri akut
5. Manifestasi Klinis
Terdapat beberapa tanda dan gejala pada pasien ileus obstru ktif
diantaranya adalah:
a. Nyeri abdomen
b. Muntah
c. Distensi abdomen
d. Kegagalan buang air besar atau gas (konstipasi).
e. Hipotensi
f. Takikardia
g. Dehidrasi dan hilangnya turgor kulit
h. Distensi abdomen dan peningkatan bising usus
i. Hilang nafsu makan
Gejala ileus obstruktif tersebut bervariasi tergantung kepada:
a. Lokasi obstruksi
b. Lamanya obstruksi
c. Penyebabnya
d. Ada atau tidaknya iskemia usus (Smeltzer 2017)

6. Komplikasi
Komplikasi dari ileus obstruksi adalah perforasi. Adanya peningkatan
tekanan dapat menyebabkan iskemia pada dinding intestinal yang dapat
menyebabkan perforasi intestinal dan menyebabkan peritonitis.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan sinar X: akan menunjukkan kuantitas abnormal dari gas
dan cairan dalam usus.
b. Pemeriksaan simtologi
c. Hb dan PCV: meningkat akibat dehidrasi
d. Leukosit: normal atau sedikit meningkat
e. Ureum dan eletrolit: ureum meningkat, Na+ dan Cl- rendah
f. Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi abdomen
g. Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab (batu
empedu, volvulus, hernia)
h. Sigmoidoskopi: menunjukkan tempat obstruktif. (Dongoes 2017)

8. Penatalaksanaan
Dasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan cairan
dan elektrolit, menghilangkan peregangan dan muntah dengan kompresi,
memperbaiki peritonitis dan syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi
untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
a. Perawatan koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit, menghilangkan
peregangan dan muntah dengan kompresi, memperbaiki peritonitis dan
syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki
kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
b. Farmakologi Obat antibiotik dapat diberikan untuk membantu
mengobati atau mencegah infeksi dalam perut, obat analgesic untuk
mengurangi rasa nyeri.
c. Tindakan Bedah :
1) Kolostomi : kolostomi adalah prosedur untuk membuat stoma
(pembukaan) antara usus dan dinding perut. Ini mungkin dilakukan
sebelum memiliki operasi untuk menghapus usus yang tersumbat.
Kolostomi dapat digunakan untuk menghilangkan udara atau cairan
dari usus. Hal ini juga dapat membantu memeriksa kondisi
perawatan sebelum operasi. Dengan kolostomi, tinja keluar dari
stoma ke dalam kantong tertutup. Tinja mungkin berair, tergantung
pada bagian mana dari usus besar digunakan untuk kolostomi
tersebut. Stoma mungkin ditutup beberapa hari setelah operasi usus
setelah sembuh.
2) Stent : stent adalah suatu tabung logam kecil yang memperluas
daerah usus yang tersumbat. Dengan Menyisipkan stent ke dalam
usus menggunakan ruang lingkup (tabung, panjang ditekuk tipis).
Stent dapat membuka usus untuk membiarkan udara dan makanan
lewat. Menggunakan stent juga untuk membantu mengurangi gejala
sebelum operasi. (Yusuf, Fitryasari, and Nihayati 2017)
9. Komplikasi
Komplikasi pada pasien ileus obstruktif dapat meliputi gangguan
keseimbangan elektrolit dan cairan, serta iskemia dan perforasi usus yang
dapat menyebabkan peritonitis, sepsis, dan kematian. (Padilah 2018)
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Identitas pasien terdiri dari: nama, umur, jenis kelamin, status
perkawinan, agama, suku/ bangsa, pendidikan, perkerjaan dan alamat.
b. Indentitas penanggung jawab terdiri dari: nama, hubungan dengan
klien, pendidikan, prkerjaan dan alamat.
c. Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelelahan dan ngantuk.
Tanda : Kesulitan ambulasi
d. Sirkulasi
Gejala : Takikardia, pucat, hipotensi ( tanda syok)
e. Eliminasi
Gejala : Distensi abdomen, ketidakmampuan defekasi dan Flatus
Tanda : Perubahan warna urine dan feces
f. Makanan/cairan
Gejala : anoreksia,mual/muntah dan haus terus menerus.
Tanda : muntah berwarna hitam dan fekal. Membran mukosa
pecahpecah, serta kulit buruk.
g. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat kolik.
Tanda : Distensi abdomen dan nyeri tekan
h. Pernapasan
Gejala : Peningkatan frekuensi pernafasan,
Tanda : Napas pendek dan dangkal. (Dongoes 2017)
2. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis di tandai
dengan tanpak meringis
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan ditandai dengan berat badan menurun

c. Resiko infeksi ditandai dengan peningkatan paparan organisme patogen


lingkungan
3. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi


Dx keperawatan hasil
1. Nyeri Setelah dilakukan Manajemen nyeri
berhubungan tindakan keperawatan Observasi:
dengan agen selama 3x24 jam 1. Identifikasi skala
pencedera nyeri
diharapkan tingkat nyeri 2. Identifikasi respon
fisiologis di tandai
menurun dengan kriteria nyeri nonverbal
dengan nampak
hasil: Terapeutik
meringis
1. Keluhan nyeri 3. Berikan tehnik
menurun Nonfarmakologis :
2. Meringis relaksasi (Genggam jari
menurun dan tarik napas dalam)
3. Gelisah menurun 4. Kontrol lingkungan
4. Kesulitan tidur yang memperberat rasa
menurun nyeri
Edukasi
5. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik
No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi
Dx keperawatan hasil
2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi

Berhubungan intervensi keperawatan Observasi


selama 3 x 24 jam maka
Dengan 1. Identifikasi status nutrisi
status nutrisi membaik
ketidakmampuan 2. Monitor asupan makanan
dengan kriteria hasil :
mencerna Terapeutik
1. Porsi makan yang
makanan 3. Anjurkan makanan tinggi kalori
dihabiskan mening-
ditandai dengan dan tingi protein
kat
berat badan Kolaborasi
2. Berat badan mem-
menurun 4. Kolaborasi dengan ahli gizi
baik
3. Indeks Masa Tubuh
membaik
4. Nafsu makan mem-
baik
Membrane mukosa
membaik
No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi
Dx keperawatan hasil
3. Resiko infeksi Setelah dilakukan intervensi Pencegahan infeksi
ditandai dengan keperawatan selama 3 x 24 Observasi
peningkatan jam diharapkan tidak terjadi
1. Monitor tanda dan gejala
paparan penyebaran infeksi dengan
infeksi lokal dan sistematik
organisme kriteria hasil :
Terapiutik
patogen
1. Tidak terjadi infeksi
lingkungan 2. Batasi jumlah pengujung
2. Kemerahan menurun
3. Nyeri menurun 3. Cuci tangan sebelum dan

4. Bengkak menurun sesudah kontak dengan


pasien dan lingkungan pasien

4. Pertahankan teknik aseptik


pada pasien beresiko tinggi
Edukasi

1. Jelaskan tanda dan gejala


infeksi

2. Ajarkan cara memeriksa


kondisi luka atau luka operasi
Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian
imunisasi,jika perlu
4. Implemenstasi

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan seluruh intervensi


keperawatan yang telah di rencanakan oleh perawat kepada pasien. Dalam
melakukan pengimplementasikan dilaksanakan sesuai dengan validasi
penugasan, keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal.

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan


untuk mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan dan
kemajuan respon klien kearah pencapaian tujuan (Potter & Perry, 2017).
Menurut Dinarti, Aryani, R, Nurhaeni, H., Chairani (2018), evaluasi
asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif,
objektif, assesment, planning). Komponen SOAP yaitu S (subjektif)
dimana perawat menemukan keluhan klien yang masih dirasakan setelah
dilakukan tindakan. O (objektif) adalah data yang berdasarkan hasil
pengukuran atau observasi klien secara langsung dan dirasakan setelah
selesai tindakan keperawatan. A (assesment) adalah kesimpulan dari data
subjektif dan objektif (biasanya ditulis dalam bentuk masalah
keperawatan). P (planning) adalah perencanaan keperawatan yang akan
dilanjutkan dihentikan, dimodifikasi atau ditambah dengan rencana
kegiatan yang sudah ditentukan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, M. 2017. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta: Diva Press.

Brunner, and Suddarth. 2018. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Dongoes, Marilynn E. 2017. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk


Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC Penerbit
buku Kedokteran.

Padilah. 2017. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.

Smeltzer, S.C. 2016. Keperawatan Medikal Bedah ( Handbook For Brunner &
Suddarth’s Textbook Of Medical-Surgical Nursing ) Edisi 12. Jakarta: EGC.

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

Yusuf, Ah, RizKy Fitryasari, and Hanik Endang Nihayati. 2017. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai