Khutbah Nika3
Khutbah Nika3
Khutbah Nika3
Lutfi Fauzan
Assalaamualaikum wr wb,
َاْلَح ْم ُد ِهلل َنْح َم ُد ُه َو َنْس َتِع ْيُنُه َو َنْس َتْغ ِفُرُه َو َنُعْو ُذ ِباِهلل ِم ْن
ُش ُر ْو ِر َاْنُفِس َنا َو ِم ْن َسِّيَئاِت َاْع َم اِلَنا
َم ْن َيْه ِد ُهللا َفَال ُم ِض َّل َلُه َو َم ْن ُيْض ِلْلُه َفَال َهاِدَى َلُه َاْش َهُد
َاْن َالالَه ِاَّال ُهللا َو َاْش َهُد َاَّن ُم َح َّم ًد ا َع ْبُد ُه َو َرُس ْو ُلُه َاْر َس َلُه
ِباْلُهَد ى َو ِد ْيِن اْلَح ِّق ِلُيْظِهَرُه َع َلى الِّد ْيِن ُك ِّلِه َو َلْو َك ِرَه
اْلَك اِفُر ْو َن
َالّلُهَّم َص ّل َو َس ّلْم َو َبا ِرْك َع لى ُم َح َّم ٍد َو َع لى
اِله َو َاْص َح اِبه
َياَاُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَّتُقوا َهللا َح َّق ُتَقاِتِه َو َال َتُم وُتَّن ِاَّال َو َاْنُتْم
ُم ْس ِلُم وَن
َياَاُّيَها الَّناُس اَّتُقوا َرَّبُك ْم اَّلِذ ي َخ َلَقُك ْم ِم ْن َنْفٍس َو اِح َد ٍة
َو َخ َلَق ِم ْنَها َز ْو َج َها َو َبَّث ِم ْنُهَم ا ِرَج اًال َك ِثيًر ا َو ِنَس اًء َو اَّتُقوا
َهللا اَّلِذ ي َتَتَس اَء ُلوَن ِبِه َو ْاَالْر َح اَم ِاَّن َهللا َك اَن َع َلْيُك ْم َر ِقيًبا
َياَاُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَّتُقوا َهللا َو ُقوُلوا َقْو ًال َسِد يًد ا
ُيْص ِلْح َلُك ْم َاْع َم اَلُك ْم َو َيْغ ِفْر َلُك ْم ُذ ُنوَبُك ْم َو َم ْن ُيِط ْع َهللا
َو َرُس وَلُه َفَقْد َفاَز َفْو ًز ا َع ِظ يًم ا
Pernikahan, secara syar’i adalah ibadah; dan secara ma’nawi merupakan
penyatuan dua potensi fitrah yang berbeda untuk diikat dan dihimpun dalam
kebersamaan menuju kesempurnaan penjadian selaku hamba yang serba-
serbi wajib menurut terhadap kehendak-Nya. Atas dasar ini, menjadi penting
dalam penyikapan, agar kiranya sejak dari niat, mempelai berdua selalu
meletakkan peristiwa ini sebagai wujud kecintaan dan pelaksanaan ketaatan
kepada Allah swt dan Rasul-Nya. Perni-kahan adalah sebuah amanah
langsung dari Allah dan RasulNya, dan setiap amanat menuntut tanggung
jawab. Betapa luar biasanya aqad nikah ini, sekalipun dengan ucapan yang
sederhana, dengan adanya aqad nikah, perbuatan yang semula diharamkan
menjadi halal, perbuatan yang semula bernilai maksiyat, berubah menjadi
ibadah. Dalam kaitan nikah ini Allah berfirman:
َو َانِك ُحوا ْاَالَياَم ى ِم ْنُك ْم َو الَّصاِلِح يَن ِم ْن ِع َباِد ُك ْم َوِاَم اِئُك ْم ِاْن َيُك وُنوا ُفَقَر اَء ُيْغ ِنِه ْم ُهللا ِم ْن َفْض ِلِه َو ُهللا َو اِس ٌع َع ِليٌم
َياآَد ُم اْس ُك ْن َاْنَت َو َز ْو ُجَك اْلَج َّنَة َو ُك َال ِم ْنَها َر َغًدا َح ْيُث ِش ْئُتَم ا َو َال َتْقَرَبا َهِذِه الَّش َجَر َة َفَتُك وَنا ِم ْن الَّظاِلِم يَن
“…. Hai Adam, diamilah dengan tenteram olehmu dan isterimu taman syurga
ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja
kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu
termasuk orang-orang yang zhalim.” (Q.S.2: 35)
Dari segi dimensi-dimensinya, pernikahan adalah ikatan kasih sayang. Al-
Qur’an mengajarkan kepada kita semua bahwa melalui pernikahan
seharusnyalah terwujud suasana kasih sayang, kebahagiaan, sebuah oase
surgawi di dunia. Keluarga adalah sebuah wahana untuk mewujudkan
kebahagiaan. Berkeluarga merupakan komitmen untuk mewujudkan
kebahagiaan itu. Sungguh tidak mudah mendefinisikan kebahagiaan namun
jelas bahwa ia berlawanan dengan kekecewaan, kesedihan, kegelisahan,
kelesuan, kegalauan dan sejenisnya.
َوِم ْن آَياِتِه َاْن َخ َلَق َلُك ْم ِم ْن َانُفِس ُك ْم َاْز َو اًجا ِلَتْس ُكُنوا ِاَلْيَها َوَجَعَل َبْيَنُك ْم َم َو َّدًة َوَر ْح َم ًة ِاَّن ِفي َذ ِلَك َالَياٍت ِلَقْو ٍم َيَتَفَّك ُروَن
“Nikah itu adalah sunnahku, karena itu barang siapa yang membenci
sunnahku, ia bukan sebahagian golonganku” (Hadits),
dan pada Sabdanya yang lain:
Ada tiga golongan manusia yang berhak Allah tolong mereka, yaitu seo–rang
mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka,
dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehor–matannya”. (H R
Ahmad, Nasa’i, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Hakim).
Dimensi yang lain dari pernikahan adalah rahmah. Agama Islam mengatur
tanggung jawab dan peran dari pasangan suami-isteri secara seimbang
dalam kehidupan berkeluarga. Sempurnakan dan tunaikanlah hal tersebut
dalam perjalanan kalian membangun rumah tangga yang semoga
dengan begitu kalian akan dirahmati dan diberkahi oleh Allah swt. Tanggung
jawab sebagai kepala keluarga berada di pundak suami dengan tanggung
jawab terbesar dan terberat menjaga agar bahtera keluarga selalu berjalan
menuju visi abadi: kebahagiaan dunia akhirat dan terhindar dari siksa neraka
dalam keadaan ridha dan diridhai.
Teladan mulia bagi istri tentunya adalah Ibunda Khadijatul Kubra, yang
selalu memberikan keteduhan, kelembutan, dan dorongan yang tiada henti
kepada suami untuk tetap istiqamah sehingga betapapun berat tantangan
dalam rangka menuju visi abadi itu selalu dapat diatasi dengan baik dan
penuh tanggung jawab.
Suatu ketika, seorang sahabat bertanya kepada Aisyah ra. Ia bertanya apa
yang paling berkesan dalam kehidupan keluarga Rasulullah saw. Aisyah diam
sejenak, kemudian berujar suatu ketika Rasulullah hendak Shalat Tahajud,
Beliau meminta izin kepada Aisyah untuk menghadap ke Allah. Demikian
santun Rasulullah terhadap isterinya sehingga untuk beribadah pun merasa
per lu meminta izin kepada isteri. Selanjutnya Aisyah ditanya bagaimana
akhlaq Rasulullah keseluruhannya? Aisyah menjawab, “semuanya
mengagumkan”. Mengambil teladan ini, maka sekiranya Allah mentaqdirkan
saudara Adi dipanggil Allah lebih dahulu, kemudian kami bertanya kepada
isteri saudara, “bagaimana perlakuan suamimu selama ini”? Berbahagialah
engkau saudara Adi apabila isteri saudara menjawab, “Semuanya
mengagumkan”. Rasulullah bersabda, “yang paling mulia diantara kalian
adalah yang paling baik akhlaqnya terhadap isterinya”.
Sampai kapanpun tidak akan terjadi hubungan cinta antara hamba dengan
Pencipta, jika penyatuan rasa antara sesama makhluq tidak bisa dicapai.
Itulah sebabnya salah satu rahasia agung dari pernikahan suci membawa-
menuntun manusia menuju penyatuan cinta dengan Allah, dalam hal ini yang
paling berperan dalam penyatuan rasa antarsesama maupun antara hamba
dengan Allah adalah kelembut-halusan rasa. Ketika seorang hamba mulai
merasakan atau memperoleh tetesan cinta dari Allah dengan sendirinya
terjadi saling-sapa dan saling memberi kepercayaan serta menjauhkan diri
dari kedustaan. Disinilah hati seorang hamba teruji keterbukaan dan
kejujurannya, akankah dirinya khianat ataukah amanah baik terhadap
sesama maupun terhadap Rabbnya. Apa jadinya bila dalam rumah tangga
masing-masing pihak saling berdusta, pertanda jalannya rumah tangga
dalam kendali Iblis menuju kehancuran, nyatalah betapa besarnya peran
keterbukaan dan kejujuran dalam kehidupan suami-istri. Yahudi dan
keterunannya terlaknat salah satunya suka berkhianat terhadap amanah dan
merubah-rubah dari pesan kebenaran. Oleh karena itu, pelihara dan pegung
teguh amanah yang dilekatkan di pundakmu ini.
َأُقوُل َقْو ِلي َهَذ ا َو َأْس َتْغ ِفُر َهللا ِلْي َو َلُك ْم َفاْس َتْغ ِفُرْو ُه ِاَّنُه ُهَو اْلَغُفوُر الَّرِح ْيُم