Kiat-Kiat Menuju Keluarga Sakinah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

KIAT-KIAT MENUJU KELUARGA SAKINAH

Oleh Al Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Agama Islam telah memberikan petunjuk yang lengkap dan rinci terhadap persoalan
pernikahan. Mulai dari anjuran menikah, cara memilih pasangan yang ideal, melakukan
khitbah (peminangan), bagaimana mendidik anak, serta memberikan jalan keluar jika terjadi
kemelut dalam rumah tangga, sampai dalam proses nafaqah (memberi nafkah) dan harta
waris, semua diatur oleh Islam secara rinci, detail dan gamblang. Selanjutnya untuk
memahami konsep pernikahan dalam Islam, maka rujukan yang paling benar dan sah adalah
Al Qur’an dan As Sunnah Ash Shahihah yang sesuai dengan pemahaman Salafush Shalih.
Berdasar rujukan ini, kita akan memperoleh kejelasan tentang aspek-aspek pernikahan,
maupun beberapa penyimpangan dan pergeseran nilai pernikahan yang terjadi di dalam
masyarakat kita. Pernikahan adalah fitrah kemanusiaan, maka dari itu Islam menganjurkan
untuk menikah, karena nikah merupakan gharizah insaniyah (naluri kemanusiaan).

Allah Subhanhu wa Ta’ala berfirman :

‫َفَأِقْم َو ْج َهَك ِللِّد يِن َح ِنيًفا ِفْط َر َة ِهَّللا اَّلِتي َفَط َر الَّن اَس َع َلْي َه ا َال َت ْبِديَل ِلَخ ْلِق ِهَّللا َذ ِلَك الِّد يُن اْلَقِّي ُم َو َلِكَّن َأْكَث َر الَّن اِس َال َي ْع َلُموَن‬
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah
Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. [Ar Ruum :
30].

Islam Menganjurkan Nikah

Penghargaan Islam terhadap ikatan pernikahan besar sekali, Allah menyebutkan sebagai
ikatan yang kuat.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

… ‫َو َك ْي َف َت ْأُخ ُذ وَن ُه َو َقْد َأْف َض ى َب ْع ُض ُك ْم ِإَلى َب ْع ٍض َو َأَخ ْذ َن ِمنُك م ِّم يَث اًقا َغ ِليًظ ا‬

“Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat”. [An Nisaa :
21].

Sampai-sampai ikatan itu ditetapkan sebanding dengan separuh agama.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda :

‫ َفْلَي َّت ِق َهللا ِفْي َم ا َب ِقي‬، ‫ َفَقِد اْس َت ْك َمَل ِنْص َف الِّدْي ِن‬،ُ‫ِإَذ ا َتَز َّو َج ْالَع ْبد‬

“Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia
bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi”. [HR Ath-Thabrani]
Islam Tidak Menyukai Membujang
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk menikah dan melarang keras
kepada orang yang tidak mau menikah.

Anas bin Malik rahimahullah berkata :

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk menikah dan melarang
kami membujang dengan larangan yang keras.”

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‫ َفإِّن ي ُم َك اِثٌر ِبُك ُم اُألَم َم‬، ‫َتَز َّو ُجْو ا اْلَو ُدْو َد اْلَو ُلْو َد‬
“Nikahilah wanita yang subur dan penyayang. Karena aku akan berbanggga dengan
banyaknya umatku di hadapan umat-umat”. [HR. Abu Dawud]

Pernah suatu ketika, tiga orang sahabat datang bertanya kepada isteri-isteri Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam tentang peribadahan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian setelah
diterangkan, masing-masing ingin meningkatkan ibadah mereka.

Salah seorang dari mereka berkata :

“Adapun saya, akan puasa sepanjang masa tanpa putus”.

Sahabat yang lain berkata :

“Adapun saya akan menjauhi wanita, saya tidak akan nikah selamanya ….”.

Ketika hal itu didengar oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau keluar seraya
bersabda :

‫ َفَم ْن‬، ‫ َو َلِك ِّن ي َأُصْو ُم َو ُأْف ِط ُر َو ُأَص ِّلى َو َأْر ُق ُد َو َأَت َز َّو ُج الِّن َس اَء‬،‫َأْنُت ُم اَّلِذْي َن ُقْلُتْم َك َذ ا َو َك َذ ا ؟ َأَم ا َو ِهللا إِّن يَ َألْخ َش اُك ْم ِهَّلِل َو َأْت َقاُك ْم َلُه‬
‫َر ِغ َب َع ْن ُس َّن ِتي َفَلْي َس ِم ِّن ي‬

“Benarkah kalian telah berkata begini dan begitu? Sungguh demi Allah, sesungguhnya
akulah yang paling takut dan taqwa kepada Allah diantara kalian, akan tetapi aku berpuasa
dan aku berbuka, aku shalat dan aku juga tidur dan aku juga menikahi wanita. Maka
barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku”. [HR.
Bukhari]

Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan untuk menikah. Dan seandainya mereka fakir,
niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membantu dengan memberikan rezeki kepada
mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala menjanjikan suatu pertolongan kepada orang yang
menikah, dalam firmanNya :

‫َو َأنِكُحوا اَألَي اَم ى ِم ْنُك ْم َو الَّصاِلِحيَن ِمْن ِع َباِد ُك ْم َو ِإَماِئُك ْم ِإْن َي ُك ْو ُنْو ا ُفَقَر اَء ُيْغ ِنِه ْم ُهللا ِمْن َفْض ِلِه َو ُهللا َو اِس ٌع َع ِليٌم‬
“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak
(bernikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan wanita. Jika mereka miskin, Allah
akan memampukan mereka dengan karuniaNya. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) lagi
Maha Mengetahui”. [An Nuur:32].

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menguatkan janji Allah Subhanahu wa Ta’ala itu
dengan sabdanya :

‫ َو اْلُم َك اَت ُب اَّلِذي ُيِر ْيُد اَالَد اَء َو الَّن اِكُح اَّلِذي ُي ِر ْيُد اْلَع َفاَف‬،‫َث َالَثٌة َح ٌّق َع َلى ِهللا َع ْو ُنُهْم اْلُم َج اِه ُد ِفي َس ِبْي ِل ِهللا‬
“Ada tiga golongan manusia yang berhak mendapat pertolongan Allah. Yaitu, mujahid fi
sabilillah, budak yang menebus dirinya supaya merdeka, dan orang yang menikah karena
ingin memelihara kehormatannya”. [HR. Ahmad]
TUJUAN PERNIKAHAN DALAM ISLAM
1. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia Yang Asasi
Pernikahan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi kebutuhan ini
adalah dengan aqad nikah (melalui jenjang pernikahan), bukan dengan cara yang kotor dan
menjijikan, seperti cara-cara orang sekarang ini dengan berpacaran, kumpul kebo, melacur,
berzina, lesbi, homo, dan lain sebagainya yang telah menyimpang dan diharamkan oleh
Islam.
2. Untuk Membentengi Akhlaq Yang Mulia
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
‫َي ا َم ْع َش َر الَّش َباِب َم ِن اْس َت َط اَع ِم ْنُك ُم اْلَب اَء َة َف ْلَي َتَز َّو ْج َف ِإَّن ُه َأَغ ُّض ِلْلَبَص ِر َو َأْح َص ُن ِلْلَفْر ِج َو َم ْن َلْم َي ْس َت ِط ْع َفَع َلْيِه ِب ا لَّص ْو ِم َفِإَّن ُه‬
‫َلُه ِو َج اٌء‬
“Wahai, para pemuda! Barangsiapa diantara kalian berkemampuan untuk nikah, maka
nikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih membentengi farji
(kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa (shaum), karena
shaum itu dapat membentengi dirinya”. [HR. Ahmad]
3. Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami
Dalam Al Qur’an disebutkan, bahwa Islam membenarkan adanya thalaq (perceraian), jika
suami isteri sudah tidak sanggup lagi menegakkan batas-batas Allah Subhanahu wa Ta’ala,
sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam ayat berikut :
“Thalaq (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara ma’ruf atau
menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali dari sesuatu
yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat
menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami-isteri) tidak
dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang
bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka
janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, mereka
itulah orang-orang yang zhalim”. [Al Baqarah:229].
Jadi tujuan yang luhur dari pernikahan adalah agar suami isteri melaksanakan syari’at Islam
dalam rumah tangganya. Hukum ditegakkannya rumah tangga berdasarkan syari’at Islam
adalah wajib. Oleh karena itu, setiap muslim dan muslimah harus berusaha membina rumah
tangga yang Islami. Ajaran Islam telah memberikan beberapa kriteria tentang calon
pasangan yang ideal, agar terbentuk rumah tangga yang Islami. Di antara kriteria itu ialah
harus kafa’ah dan shalihah.

Kafa’ah Menurut Konsep Islam


Kafa’ah (setaraf, sederajat) menurut Islam hanya diukur dengan kualitas iman dan taqwa
serta akhlaq seseorang, bukan diukur dengan status sosial, keturunan dan lain-lainnya.
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
wanita dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah
orang-orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal. [Al Hujurat:13].
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‫ ِلَم اِلَه ا َو ِلَح َس ِبَه ا َو ِلَج َم اِلَه ا َو ِلِدْي ِنَه ا َفاْظ َفْر ِبَذ اِت الّدْي ِن َت ِر َب ْت َي َد اَك‬: ‫ُتْن َك ُح اْلَم ْر َأُة ِالَ ْر َب ٍِع‬
“Seorang wanita dinikahi karena empat hal. Karena hartanya, keturunannya, kecantikannya,
dan agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang taat agamanya (ke-Islamannya),
niscaya kamu akan beruntung”. [ HR. Bukhari]

Memilih Yang Shalihah


Orang yang hendak menikah, harus memilih wanita yang shalihah, demikian pula wanita
harus memilih laki-laki yang shalih.
Allah berfirman :
‫اْلَخ يَث اُت ِلْلَخ يِثيَن َو اْلَخ يُث وَن ِلْلَخ يَث اِت َو الَّط ِّي َب اُت ِللَّط ِّي يَن َو الَّط ِّيُبوَن ِللَّط ِّيَباِت ُأْو َالِئَك ُمَبَّر ُءوَن ِمَّما َي ُقوُلوَن َلُهم َّم ْغ ِفَر ٌة َو ْز ُُق‬
‫ِر‬ ‫ِب‬ ‫ِب‬ ‫ِب‬ ‫ِب‬ ‫ِب‬
… ‫َك ِر يُُم‬
“Dan wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk wanita-
wanita yang baik pula…” [An Nuur:26].
Menurut Al Qur’an, wanita yang shalihah adalah :

‫َف الَّصاِلَح اُت َقاِنَت اٌت َح اِفَظ اٌت ِلْلَغ ْيِب ِبَم ا َح ِفَظ ُهَّللا‬
“Wanita yang shalihah ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri bila suami tidak
ada, sebagaimana Allah telah memelihara (mereka)”. [An Nisaa:34].
Menurut Al Qur’an dan Al Hadits yang shahih, diantara ciri-ciri wanita yang shalihah ialah :
o Ta’at kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan ta’at kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam.
o Ta’at kepada suami dan menjaga kehormatannya di saat suami ada atau tidak ada, serta
menjaga harta suaminya.
o Menjaga shalat yang lima waktu tepat pada waktunya.
o Melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan.
o Banyak shadaqah dengan seizin suaminya.
o Memakai jilbab yang menutup seluruh auratnya dan tidak untuk pamer kecantikan
(tabarruj) seperti wanita jahiliyah (Al Ahzab:33).
o Tidak berbincang-bincang dan berdua-duaan dengan laki-laki yang bukan mahramnya,
karena yang ketiganya adalah syetan.
o Tidak menerima tamu yang tidak disukai oleh suaminya.
o Ta’at kepada kedua orang tua dalam kebaikan.
o Berbuat baik kepada tetangganya sesuai dengan syari’at.
o Mendidik anak-anaknya dengan pendidikan Islami. Bila kriteria ini dipenuhi, insya Allah
rumah tangga yang Islami akan terwujud.
4. Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
‫ َأَر َأْي ُتْم َل ْو َو َض َع َه ا ِفي‬: ‫ َأَي ْأِتي َأَح ُدَن ا َش ْه َو َت ُه َو َي ُك ْو ُن َل ُه ِفْي َه ا َأْج ٌر ؟ َق اَل‬،‫ َي ا َر ُسْو َل ِهللا‬:‫َو ِفي ُبْض ِع َأَح ِد ُك ْم َص َد َقٌة َق اُلْو ا‬..
‫ َأَك اَن َع َلْيِه ِفْي َه ا ِو ْز ٌر ؟ َفَك َذ ِلَك ِإَذ ا َو َضَع َه ا ِفي اْلَح َالِل َك اَن َلُه َأْج ًر ا‬، ‫اْلَح َر اِم‬
Dan di hubungan suami-isteri salah seorang diantara kalian adalah sedekah! Mendengar
sabda Rasulullah, para sahabat keheranan dan bertanya: “Wahai, Rasulullah. Apakah salah
seorang dari kita memuaskan syahwatnya (kebutuhan biologisnya) terhadap isterinya akan
mendapat pahala?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Bagaimana menurut
kalian, jika mereka (para suami) bersetubuh dengan selain isterinya, bukankah mereka
berdosa?” Jawab para sahabat: “Ya, benar”. Beliau bersabda lagi: “Begitu pula kalau mereka
bersetubuh dengan isterinya (di tempat yang halal), mereka akan memperoleh pahala!” [HR.
Muslim]
5. Untuk Memperoleh Keturunan Yang Shalih
Tujuan pernikahan diantaranya ialah untuk melestarikan dan mengembangkan Bani Adam,
sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

‫َو ُهَّللا َج َع َل َلُك ْم ِمْن َأنُفِس ُك ْم َأْز َو اًج ا َو َج َع َل َلُك ْم ِمْن َأْز َو اِجُك ْم َب ِنيَن َو َح َفَد ًة َو َر َز َقُك ْم ِمَن الَّط ِّي َب اِت َأَفِباْلَباِط ِل ُيْؤ ِم ُن وَن َو ِبِنْع َم ِة ِهَّللا‬
‫ُه ْم َي ْك ُفُروَن‬
“Allah telah menjadikan dari diri-diri kamu itu pasangan suami istri dan menjadikan bagimu
dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki yang baik-baik.
Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah? ”
[An Nahl:72].
Yang terpenting lagi dalam pernikahan bukan hanya sekedar memperoleh anak, tetapi
berusaha mencari dan membentuk generasi yang berkualitas, yaitu mencari anak yang
shalih dan bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
… ‫َو اْب َتُغ وا َم ا َكَت َب ُهَّللا َلُك ْم‬
“Dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untuk kalian (yaitu anak)”. [Al Baqarah:187].
Yang dimaksud dengan ayat ini, “Hendaklah kalian mencampuri isteri kalian dan berusaha
untuk memperoleh anak”.
TATA CARA PERNIKAHAN DALAM ISLAM
1. Khitbah (Peminangan)
Seorang muslim yang akan menikahi seorang muslimah, hendaknya ia meminang terlebih
dahulu, karena dimungkinkan ia sedang dipinang oleh orang lain. Dalam hal ini Islam
melarang seorang muslim meminang wanita yang sedang dipinang oleh orang lain.
2. Aqad Nikah
Dalam aqad nikah ada beberapa syarat, rukun dan kewajiban yang harus dipenuhi :
- Adanya suka sama suka dari kedua calon mempelai.
- Adanya ijab qabul.
- Adanya mahar
- Adanya wali.
- Adanya saksi-saksi.
3. Walimah
Walimatul ‘urusy (pesta pernikahan) hukumnya wajib dan diusahakan sesederhana mungkin
dan dalam walimah hendaknya diundang pula orang-orang miskin.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
‫…َأْو ِلْم َو َلْو ِبَش اٍة‬
“Selenggarakanlah walimah meskipun hanya dengan menyembelih seekor kambing”. [HR.
Bukhari]
SEBAGIAN PELANGGARAN YANG TERJADI DALAM PERNIKAHAN YANG WAJIB
DIHINDARKAN (DIHILANGKAN)
1. Pacaran.
2. Tukar cincin.
3. Menuntut mahar yang tinggi.
4. Mengikuti upacara adat.
5. Mencukur jenggot bagi laki-laki dan mencukur alis mata bagi wanita.
6. Kepercayaan terhadap hari baik dan sial dalam menentukan waktu pernikahan.
7. Mengucapkan ucapan selamat ala kaum jahiliyah.
8. Adanya ikhtilath (bercampurnya, berbaurnya antara laki-laki dan wanita).
9. Musik, nyanyi dan pelanggaran-pelanggaran lainnya. Marilah kita berupaya untuk
melaksanakan pernikahan secara Islami dan membina rumah tangga yang Islami, serta kita
berusaha meninggalkan aturan, tata-cara, upacara dan adat-istiadat yang bertentangan
dengan Islam. Jangan meniru cara-cara orang-orang kafir dan orang-orang yang banyak
berbuat dosa dan maksiat.
HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI-ISTERI
Anjuran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menikah mengandung berbagai
manfaat, sebagaimana yang dijelaskan oleh para ulama, diantaranya :
1. Dapat menundukkan pandangan
2. Akan terjaga kehormatan
3. Terpelihara kemaluan dari beragam maksiat
4. Akan ditolong dan dimudahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala
5. Dapat menjaga syahwat, yang merupakan salah satu sebab dijaminnya ia untuk masuk ke
dalam surga.
6. Mendatangkan ketenangan dalam hidup
7. Akan terwujud keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah, sebagaimana firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala :

‫َو ِمْن آَياِتِه َأْن َخ َلَق َلُك ْم ِمْن َأنُفِس ُك ْم َأْز َو اًج ا ِلَت ْس ُكُن وا ِإَلْي َه ا َو َج َع َل َب ْي َن ُك ْم َمَو َّد ًة َو َر ْح َم ًة ِإَّن ِفي َذ ِلَك آلَي اٍت ِلَقْو ٍم َي َتَفَّك ُروَن‬
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan Allah, ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya. Dan dijadikanNya
diantara kamu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”. [Ar Ruum:21]
8. Akan mendapatkan keturunan yang shalih
9. Menikah dapat menjadi sebab semakin banyaknya jumlah ummat Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ada sebagian kaum muslimin yang telah menikah dan dikaruniai oleh Allah seorang anak
atau dua orang anak, kemudian mereka membatasi kelahiran, tidak mau mempunyai anak
lagi dengan berbagai alasan yang tidak syar’i. Perbuatan mereka telah melanggar syari’at
Islam. Fatwa-fatwa ulama Ahlus Sunnah Wal Jama’ah telah menjelaskan dengan tegas,
bahwa membatasi kelahiran atau dengan istilah lainnya “keluarga berencana”, hukumnya
adalah haram. Sesungguhnya banyak anak itu banyak manfaatnya.

Diantara manfaat dengan banyaknya anak dan keturunan, adalah :


1. Di dunia mereka akan saling menolong dalam kebajikan.
2. Mereka akan membantu meringankan beban orang tuanya.
3. Do’a mereka akan menjadi amal yang bermanfaat ketika orang tuanya sudah tidak bisa
lagi beramal (telah meninggal dunia).
4. Jika ditaqdirkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala anaknya meninggal ketika masih kecil,
insya Allah, ia akan menjadi syafa’at (penolong) bagi orang tuanya nanti di akhirat.
5. Anak akan menjadi hijab (pembatas) dirinya dengan api neraka, manakala orang tuanya
mampu menjadikan anak-anaknya sebagai anak yang shalih dan shalihah.
6. Dengan banyaknya anak, akan menjadikan salah satu sebab bagi kemenangan kaum
muslimin ketika dikumandangkan jihad fi sabilillah, karena jumlahnya yang sangat banyak.
7. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bangga dengan jumlah umatnya yang banyak.
Apabila seorang muslim cinta kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka
hendaklah ia mengikuti keinginan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk
memperbanyak anak, karena Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bangga dengan banyaknya
ummatnya pada hari kiamat. Bila Belum Dikaruniai Anak Apabila ditaqdirkan Allah
Subhanahu wa Ta’ala, sepasang suami-isteri sudah menikah sekian lama, namun belum juga
dikaruniai anak, maka janganlah ia berputus asa dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Hendaknya ia terus berdo’a sebagaimana Nabi Ibrahim Alaihissallam dan Zakaria
Alaihissallam telah berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sampai Allah Subhanahu wa
Ta’ala mengabulkan do’a mereka. Dan hendaknya bersabar dan ridha dengan qadha’ dan
qadar yang Allah tentukan, serta meyakini bahwa semua itu ada hikmahnya.
Do’a mohon dikaruniai keturunan yang baik dan shalih terdapat dalam Al Qur’an, yaitu :

‫َر ِّب َه ْب ِلي ِمَن الَّصاِلِحيَن‬


“Ya Rabbku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang
shalih”. [Ash Shaafat : 100] .
‫َر َّب َن ا َه ْب َلَن ا ِمْن َأْز َو اِجَن ا َو ُذ ِّر َّياِتَن ا ُقَّر َة َأْع ُيٍن َو اْج َع ْلَن ا ِلْلُم َّت ِقيَن ِإَم اًما‬
“Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai
penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa”. [Al
Furqaan : 74].

‫َر ِّب َال َت َذ ْر ِني َفْر ًد ا َو َأْن َت َخ ْيُر اْلَو اِر ِثيَن‬
“Ya Rabbku, janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah warits
yang paling baik”. [Al Anbiyaa : 89].
Mudah-mudahan Allah memberikan keturunan yang shalih kepada pasangan suami-isteri
yang belum dikaruniai anak.
HAK ISTERI YANG HARUS DIPENUHI SUAMI
Diantara kewajiban-kewajiban dan hak-hak tersebut adalah seperti yang terdapat di dalam
sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari sahabat Muawiyah bin Haidah bin Mu’awiyah
bin Ka’ab Al Qusyairy Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata :
Saya telah bertanya,”Ya Rasulullah, apa hak seorang isteri yang harus dipenuhi oleh
suaminya?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab :
1. ‫َأْن ُت ْط ِعَمَه ا ِإَذ ا َط ِعْم َت َو َت ْك ُس َو َه ا ِإَذ ا اْك َت َس ْيَت َو َال َت ْض ِر ِب اْلَو ْج َه َو َال ُت َقِّبْح َو َال َت ْهُجْر ِإَّال ِفي اْلَبْيِت‬
Engkau memberinya makan apabila engkau makan,
2. Engkau memberinya pakaian apabila engkau berpakaian,
3. Janganlah engkau memukul wajahnya, dan
4. Janganlah engkau menjelek-jelekkannya, da
5. Janganlah engkau tinggalkan dia melainkan di dalam rumah (jangan berpisah tempat tidur
melainkan di dalam rumah). [HR. Abu Dawud]
Mengajarkan Ilmu Agama
Di samping hak di atas harus dipenuhi oleh seorang suami, seorang suami juga wajib
mengajarkan ajaran Islam kepada isterinya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

‫َي اَأُّيَه ا اَّلِذيَن آَم ُن وا ُقوا َأنُفَس ُك ْم َو َأْه ِليُك ْم َن اًر ا َو ُقوُد َه ا الَّن اُس َو اْلِحَج اَر ُة َع َلْي َه ا َم اَل ِئَك ٌة ِغ اَل ٌظ ِش َد اٌد َال َي ْع ُص وَن َهَّللا َم ا َأَم َر ُه ْم‬
‫َو َي ْف َع ُلوَن َم ا ُيْؤ َم ُروَن‬
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya (terbuat dari) manusia dan batu, penjaganya adalah malaikat-malaikat yang
kasar lagi keras, yang tidak mendurhakai (perintah) Allah terhadap apa yang
diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. [At
Tahrim : 6].
Untuk itulah, kewajiban sang suami untuk membekali dirinya dengan menuntut ilmu syar’i
(thalabul ‘ilmi) dengan menghadiri majelis-majelis ilmu yang mengajarkan Al Qur’an dan As
Sunnah sesuai dengan pemahaman Salafush Shalih generasi yang terbaik, yang mendapat
jaminan dari Allah, sehingga dengan bekal tersebut, serang suami mampu mengajarkannya
kepada isteri, anak dan keluarganya. Jika ia tidak sanggup mengajarkan mereka, seorang
suami harus mengajak isterinya menuntut ilmu syar’i dan menghadiri majelis-majelis taklim
yang mengajarkan tentang aqidah, tauhid mengikhlaskan agama kepada Allah, dan
mengajarkan tentang bersuci, berwudhu’, shalat, adab dan lainnya.
HAK SUAMI YANG HARUS DIPENUHI ISTERI
Ketaatan Istri Kepada Suaminya. Setelah wali (orang tua) sang isteri menyerahkan kepada
suaminya, maka kewajiban taat kepada sang suami menjadi hak yang tertinggi yang harus
dipenuhi, setelah kewajiban taatnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan RasulNya
Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
‫َلْو ُكْن ُت آِمًر ا َأَح ًد ا َأْن َي ْس ُجَد َِأل َح ٍد َألَم ْر ُت اْلَم ْر َأَة َأْن َت ْس ُجَد ِلَز ْو ِجَه ا‬
“Kalau seandainya aku boleh menyuruh seorang sujud kepada seseorang, maka aku akan
perintahkan seorang wanita sujud kepada suaminya”. [HR. Tirmidzi]
Sang isteri harus taat kepada suaminya, dalam hal-hal yang ma’ruf (mengandung kebaikan
dalam hal agama), misalnya ketika diperintahkan untuk shalat, berpuasa, mengenakan
busana muslimah, menghadiri majelis ilmu, dan bentuk-bentuk perintah lainnya sepanjang
tidak bertentangan dengan syari’at. Hal inilah yang justru akan mendatangkan surga bagi
dirinya,
sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
‫ َد َخ َلْت ِمْن َأِّي َأْب َو اِب اْلَج َن ِة َش اَء ْت‬،‫ َو َأَط اَع ْت َب ْع َلَه ا‬،‫ َو َح َّص َنْت َفْر َج َه ا‬،‫ َو َص اَم ْت َش ْه َر َه ا‬،‫ِإَذ ا َص َّلِت اْلَم ْر َأُة َخ ْم َسَه ا‬

“Apabila seorang wanita mengerjakan shalat yang lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan,
menjaga kemaluannya, menjaga kehormatannya dan dia taat kepada suaminya, niscaya ia
akan masuk surga dari pintu surga mana saja yang dia kehendaki”. [HR. Ibnu Hibban]
Istri Harus Banyak Bersyukur Dan Tidak Banyak Menuntut. Perintah ini sangat ditekankan
dalam Islam, bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan melihatnya pada hari kiamat,
manakala sang isteri banyak menuntut kepada suaminya dan tidak bersyukur kepadanya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
‫ َلْو َأْح َس ْن َت ِإَلى ِإْح َد اُهَّن‬، ‫ َو َي ْك ُفْر َن اِإلْح َس اَن‬، ‫ َأَي ْك ُفْر َن ِباِهلل ؟ َي ْك ُفْر َن اْلَع ِش ْي َر‬: ‫ ِقْي َل‬. ‫ َي ْك ُفْر َن‬.‫ َفِإَذ ا َأْك َث ُر َأْه ِلَه ا الِّن َس اُء‬، ‫ُأِر ْي ُت الَّن اَر‬
‫ َم ا َر َأْي ُت ِم ْن َك َخ ْيًر ا َق ٌّط‬: ‫ َقاَلْت‬،‫ ُث َّم َر َأْت ِم ْن َك َش ْيئًا‬، ‫الَّدْه َر‬

“Sesungguhnya aku diperlihatkan neraka dan melihat kebanyakan penghuni neraka adalah
wanita.” Sahabat bertanya: “Sebab apa yang menjadikan mereka paling banyak menghuni
neraka?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Dengan sebab kufur”. Sahabat
bertanya: “Apakah dengan sebab mereka kufur kepada Allah?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam menjawab: “(Tidak), mereka kufur kepada suaminya dan mereka kufur kepada
kebaikan. Seandainya seorang suami dari kalian berbuat kebaikan kepada isterinya selama
setahun, kemudian isterinya melihat sesuatu yang jelek pada diri suaminya, maka dia
mengatakan ‘Aku tidak pernah melihat kebaikan pada dirimu”. [HR. Bukhari]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
‫َالَي ْن ُظ ُر ُهللا ِإَلى اْم َر َأٍة َالَت ْشُك ُر ِلَز ْو ِجَه ا َو ِهَي َال َت ْس َتْغ ِني َع ْن ُه‬
“Sesungguhnya Allah tidak akan melihat kepada seorang wanita yang tidak bersyukur
kepada suaminya, dan dia selalu menuntut (tidak pernah merasa cukup)”.[HR. An Nasa-i]
Isteri Wajib Berbuat Baik Kepada Suaminya. Perbuatan ihsan (baik) seorang suami harus
ibalas pula dengan perbuatan yang serupa atau yang lebih baik. Isteri harus berkhidmat
kepada suaminya dan menunaikan amanah mengurus anak-anaknya menurut syari’at Islam
yang mulia. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mewajibkan kepada dirinya untuk mengurus
suaminya, mengurus rumah tangganya, mengurus anak-anaknya.
Nasihat Untuk Suami-Isteri
1. Bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam keadaan bersama maupun sendiri, di
rumahnya maupun di luar rumah.
2. Wajib menegakkan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menjaga batas-batas
Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam keluarga.
3. Melaksanakan kewajiban terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala dan minta tolong kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Laki-laki wajib mengerjakan shalat lima waktu di masjid secara
berjama’ah. Dan perintahkan anak-anak untuk shalat pada waktunya.
4. Menegakan shalat-shalat sunnah, terutama shalat malam.
5. Perbanyak berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bacalah Al Qur’an setiap hari,
terutama surat Al Baqarah. Bacalah pula do’a dan dzikir yang telah diajarkan oleh Rasululah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ingatlah, bahwa syetan tidak senang kepada keutuhan rumah
tangga dan syetan selalu berusaha mencerai-beraikan suami isteri. Dan ajarkan anak-anak
untuk membaca Al Qur’an dan dzikir.
6. Bersabar atas musibah yang menimpa dan bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
atas segala nikmatNya.
7. Terus-menerus berintropeksi antara suami-isteri. Saling menasihati, tolong menolong dan
mema’afkan serta mendo’akan. Jangan egois dan gengsi.
8. Berbakti kepada kedua orang tua.
9. Mendidik anak-anak agar menjadi anak-anak yang shalih, ajarkan tentang aqidah, ibadah
dan akhlak yang benar dan mulia.
10. Jagalah anak-anak dari media yang merusak aqidah dan akhlak.
NASIHAT KHUSUS UNTUK SUAMI
Wahai para Suami!!
1. Apa yang memberatkanmu wahai hamba Allah untuk tersenyum di hadapan isterimu
ketika engkau masuk menemuinya, agar engkau memperoleh ganjaran dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala ?!!
2. Apa yang membebanimu untuk bermuka cerah ketika engkau melihat isteri dan anak-
anakmu?!! Engkau akan dapat pahala?!!
3. Apa sulitnya apabila engkau masuk ke rumah sambil mengucapkan salam secara
sempurna: “Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh” agar engkau memperoleh tiga
puluh kebaikan?!!
4. Apa yang kira-kira akan menimpamu jika engkau berkata kepada isterimu dengan
perkataan yang baik, sehingga dia meridhaimu, sekalipun dalam perkataanmu tersebut agak
sedikit dipaksakan?!!
5. Apakah menyusahkanmu wahai hamba Allah jika engkau berdo’a: ”Ya Allah!! Perbaikilah
isteriku, dan curahkan keberkahan padanya.”
6. Tahukah engkau bahwa ucapan yang lembut merupakan shadaqah?!!
NASIHAT UNTUK ISTERI
Wahai para isteri !!
1. Apakah menyulitkanmu, jika engkau menemui suamimu ketika dia masuk ke rumahmu
dengan wajah yang cerah sambil tersenyum manis?!!
2. Berhiaslah untuk suamimu dan raihlah pahala di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala,
sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan, gunakanlah wangi-wangian!
Bercelaklah! Berpakaianlah dengan busana terindah yang kau miliki untuk menyambut
kedatangan suamimu. Ingat, janganlah sekali-kali engkau bermuka muram dan cemberut di
hadapannya.
3. Jadilah engkau seorang isteri yang memiliki sifat lapang dada, tenang dan selalu ingat
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam segala keadaan.
4. Didiklah anak-anakmu dengan baik, penuhilah rumahmu dengan tasbih, takbir, tahmid
dan tahlil serta perbanyaklah membaca Al Qur’an, khususnya surat Al Baqarah, karena surat
tersebut dapat mengusir syetan
5. Bangunkanlah suamimu untuk mengerjakan shalat malam, anjurkanlah dia untuk
berpuasa sunnah dan ingatkanlah dia kembali tentang keutamaan berinfak, serta janganlah
melarangnya untuk bersilaturahim.
6. Perbanyaklah istighfar untuk dirimu, suamimu, orang tuamu, dan semua kaum muslimin,
dan berdo’alah selalu agar diberikan keturunan yang shalih dan memperoleh kebaikan dunia
dan akhirat, dan ketahuilah bahwasannya Rabb-mu Maha Mendengar do’a.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

‫َو َقاَل َر ُّب ُك ْم ادُعْو ِني َأْس َت ِج ْب َلُك ْم‬


“Dan Rabb kalian berfirman ”Berdo’alah kepadaKu, niscaya Aku akan mengabulkan untuk
kalian”. [Al Mu’min:60].
Kepemimpinan Laki-laki Atas Wanita
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
‫الِّر َج اُل َقَّو اُموَن َع َلى الِّن َس اِء ِبَم ا َفَّضَل ُهَّللا َب ْع َض ُهْم َع َلى َب ْع ٍض َو ِبَم ا َأنَفُقوا ِمْن َأْم َو اِلِه ْم َف الَّص اِلَح اُت َقاِنَت اٌت َح اِفَظ اٌت ِلْلَغ ْيِب‬
‫ِبَم ا َح ِفَظ ُهَّللا َو الّالِتي َتَخ اُفوَن ُنُشوَز ُهَّن َفِع ُظ وُهَّن َو اْه ُجُروُهَّن ِفي اْلَمَض اِج َو اْض ِر ُبوُهَّن َفِإْن َأَط ْع َن ُك ْم َفَال َت ْب ُغ وا َع َلْي ِه َّن َس ِبيًال‬
‫ِع‬
‫ِإَّن َهَّللا َك اَن َع ِلًّي ا َك ِبيًر ا‬
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan
sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-
laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu, maka wanita yang shalih
ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena
Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka
nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.
Kemudian jika mereka menta’atimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk
menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi dan Maha Besar”. [An Nisaa:34].
KEWAJIBAN MENDIDIK ANAK
Sang suami sebagai kepala rumah tangga haruslah memberikan teladan yang baik dalam
mengemban tanggung-jawabnya, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala akan
mempertanyakannya di hari kelak Akhir.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
،‫ َو اْلَم ْر َأُة َر اِع َي ٌة َع َلى َبْيِت َز ْو ِجَه ا َو َو َلِدِه‬،‫ َو الَّر ُجُل َر اٍع َع َلى َأْه ِل َب ْيِتِه‬، ‫ َو اَألِمْيُر َر اٍع‬،‫ َو ُكُّلُك ْم َم ْس ُؤ وٌل َع ْن َر ِع َّيِتِه‬، ‫ُكُّلُك ْم َر اٍع‬
‫َأَال َفُكُّلُك ْم َر اٍع َو ُكُّلُك ْم َم ْس ُؤ وٌل َع ْن َر ِع َّيِتِه‬
“Kamu sekalian adalah pemimpin, dan kamu sekalian bertanggung-jawab atas orang yang
dipimpinnya. Seorang Amir (Raja) adalah pemimpin, laki-laki pun pemimpin atas
keluarganya, dan perempuan juga pemimpin bagi rumah suaminya dan anak-anaknya,
ingatlah bahwa kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu sekalian akan diminta
pertanggung-jawabannya atas kepemimpinannya”. [HR. Bukhari]
Seorang suami harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menjadi suami yang shalih,
dengan mengkaji ilmu-ilmu agama, memahaminya serta melaksanakan dan mengamalkan
apa-apa yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan RasulNya Shallallahu ‘alaihi
wa sallam, serta menjauhkan diri dari setiap yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala
dan RasulNya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian dia mengajak dan membimbing sang
isteri untuk berbuat demikian juga, sehingga anak-anaknya akan meneladani kedua orang
tuanya, karena tabiat anak memang cenderung untuk meniru apa-apa yang ada di
sekitarnya.
1. Mendidik anak dengan cara-cara yang baik dan sabar, agar mereka mengenal dan
mencintai Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang menciptakannya dan seluruh alam semesta,
mengenal dan mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang pada diri Beliau
terdapat suri tauladan yang mulia, serta agar mereka mengenal dan memahami Islam untuk
diamalkan.
2. Pada usia dini (sekitar 2-3 tahun), kita ajarkan kepada mereka kalimat-kalimat yang baik
serta bacaan Al Qur’an, sebagaimana yang dicontohkan oleh para sahabat dan generasi
tabi’in dan tabi’ut tabi’in, sehingga banyak dari mereka yang sudah hafal Al Qur’an pada usia
sangat belia.
3. Perhatian terhadap shalat juga harus menjadi prioritas utama bagi orang tua kepada
anaknya.
4. Perhatian orang tua kepada anaknya juga dalam hal akhlaqnya, dan yang harus menjadi
penekanan utama adalah akhlaq (berbakti) kepada orang tua.
5. Juga perlu diperhatikan teman pergaulan anaknya, karena sangat bisa jadi pengaruh jelek
temannya akan berimbas pada perilaku dan akhlaq anaknya.
6. Disamping ikhtiar yang dilakukan untuk menjadikan isterinya menjadi isteri yang shalihah,
hendaknya sang suami juga memanjatkan do’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala pada
waktu-waktu yang mustajab (waktu terkabulkannya do’a), seperti sepertiga malam yang
terakhir, agar keluarganya dijadikan keluarga yang shalih, dan rumah tangganya diberikan
sakinah, mawaddah wa rahmah, seperti do’a yang tercantum di dalam Al Qur’an :
‫َو اَّلِذيَن َي ُقوُلوَن َر َّب َن ا َه ْب َلَن ا ِمْن َأْز َو اِجَن ا َو ُذ ِّر َّياِتَن ا ُقَّر َة َأْع ُيٍن َو اْج َع ْلَن ا ِلْلُم َّت ِقيَن ِإَم اًما‬
Dan orang-orang yang berdo’a ”Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami, isteri-isteri kami,
keturunan-keturunan kami sebagai penyenang hati kami dan jadikanlah kami imam bagi
orang-orang yang bertaqwa”. [Al Furqan:74].
Paling tidak, seorang suami hendaknya bisa menjadi teladan dalam keluarganya, dihormati
oleh sang isteri dan anak-anaknya, kemudian mereka menjadi hamba-hamba Allah
Subhanahu wa Ta’ala yang shalih dan shalihah, bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala.
Inilah kiat-kiat yang hendaknya seorang muslim dan muslimah lakukan untuk mewujudkan
keluarga sakinah. Wallaahu a’lam bish shawab.

Anda mungkin juga menyukai