Surat Perjanjian Borongan Pekerjaan Land Clearing
Surat Perjanjian Borongan Pekerjaan Land Clearing
Surat Perjanjian Borongan Pekerjaan Land Clearing
Nomor: 01/SPK/BBJ-NTS/XII/2021
Surat Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Land clearing ini (untuk selanjutnya disebut "Perjanjian")
dibuat pada hari ini Senin, 15 November 2021, oleh dan antara :
I. Tuan Bayu Tri Admojo pemegang kartu tanda penduduk (KTP) NIK 6271031605880006
Tempat tanggal lahir Palangkaraya 16-05-1988,Jenis kelamin Laki-Laki,Alamat Jln Cilik
riwut Km 10,5 Rt/Rw 007/014 Kel Bukit tunggal,Kec Jekan Raya,Kota Palangkaraya,untuk
selanjutnya disebut sebagai "Pihak Pertama", dan
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Para Pihak dengan ini sepakat untuk mengikatkan diri dalam
Perjanjian ini dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
Pasal 1
1. Pihak Pertama dengan ini memberikan pekerjaan kepada Pihak Kedua sebagai sub-kontraktor Pihak
Pertama, dan Pihak Kedua dengan ini menerima dan menyanggupi pekerjaan yang diberikan oleh
Pihak Pertama untuk melaksanakan rangkaian pekerjaan Borongan Land clearing (untuk selanjutnya
disebut sebagai "Pekerjaan"), pada lokasi kerja Pihak Pertama, di Estate PT Global Bara Mandiri,
di wilayah Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah (untuk selanjutnya disebut sebagai
"Lokasi Kerja").
2. Pekerjaan yang diberikan oleh Pihak Pertama kepada Pihak Kedua meliputi sebagai berikut:
a. Land clearimg bersih
3. Setiap Pekerjaan yang dicadangkan Pihak Pertama untuk dikerjakan Pihak Kedua akan ditentukan
dalam Surat Perintah Kerja (Work Order) yang diterbitkan oleh Pihak Pertama dan ditandatangani
oleh Para Pihak sebelum dimulainya Pekerjaan.
4. Pihak Pertama memberikan Down Payment kepada Pihak Kedua sebesar Rp 500.000.000,- (Lima
Ratus Juta Rupiah, dimana akan dilakukan pemotongan di akhir tagihan pekerjaan.
5. Pihak kedua bertanggung jawab atas seluruh biaya mobilisasi alat Pihak Kedua hingga sampai
kedalam Estate PT Global Bara Mandiri.
Pasal 2
Jangka Waktu
1. Perjanjian ini berlaku efektif terhitung sejak tanggal 01 januari 2022 sampai dengan selesainya
Pekerjaan (Masa Pekerjaan 30 Hari untuk selanjutnya disebut sebagai "Jangka Waktu")
2. Kehendak salah satu Pihak untuk memperpanjang atau tidaknya Jangka Waktu Perjanjian ini wajib
diberitahukan kepada Pihak yang lainnya paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum berakhirnya
Jangka Waktu Perjanjian ini.
3. Apabila Para Pihak sepakat untuk memperpanjang Jangka Waktu Perjanjian ini, maka Perjanjian ini
akan diperpanjang dengan mempergunakan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang akan diatur
kemudian.
4. Dalam hal syarat dan ketentuan mengenai perpanjangan Perjanjian ini belum disepakati, maka segala
ketentuan dan syarat dalam Perjanjian yang sebelumnya tetap berlaku.
5. Apabila tidak ada pemberitahuan apapun dari Para Pihak dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari
sebelum berakhirnya Perjanjian, maka Perjanjian ini secara otomatis berakhir.
1. Pihak Pertama dan Pihak Kedua telah saling setuju dan mufakat bahwa harga Pekerjaan dalam
pelaksaan Pekerjaan ini sesuai dengan ketentuan yang sebagaimana terlampir dalam Perjanjian ini
dan/atau mengikuti rate sebagai berikut (untuk selanjutnya disebut sebagai "Harga Pekerjaan").
Pasal 4
Pajak dan Retribusi
1. Pajak dan/atau retribusi yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan Perjanjian ini termasuk tapi
tidak terbatas pada Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai wajib ditanggung dan dibayar atau
disetor oleh Pihak yang dibebankan kewajiban tersebut menurut peraturan perpajakan yang berlaku
secara nasional di wilayah Republik Indonesia dan atau peraturan daerah yang mengatur mengatur
mengenai retribusi daerah.
2. Atas pembayaran pajak tersebut, Pihak Pertama menyerahkan bukti pemotongan PPh kepada pihak
Kedua dan Pihak Kedua menyerahkan bukti faktur Pajak kepada Pihak Pertama.
3. Terhadap kelalaian salah satu pihak untuk membayarkan pajak dan atau retribusi tersebut maka pihak
yang lain dibebaskan dari seluruh tuntutan hukum yang akan timbul, dan pihak yang melakukan
kelalaian tersebut wajib untuk mengganti kerugian terhadap pihak lainnya.
Pasal 5
Cara Pembayaran
1. Pihak Pertama akan melakukan pembayaran atas hasil Pekerjaan Pihak Kedua setelah bagian
keuangan Pihak Pertama menerima Nota Tagihan (Invoice) secara benar, dimana Pihak Kedua telah
menyelesaikan Pekerjaan berdasarkan Berita Acara Pengukuran yang ditandatangani oleh Para
Pihak, yang menunjukkan hasil Pekerjaan Pihak Kedua.
2. Pembayaran atas hasil Pekerjaan Pihak Kedua akan dilakukan Pihak Pertama dengan cara
pemindahbukuan ke rekening bank yang ditunjuk Pihak Kedua, berdasarkan Surat Konfirmasi yang
ditandatangani oleh Pihak Kedua, yaitu:
Dalam melaksanakan Perjanjian ini, Pihak Kedua wajib dan tenaga kerja Pihak Kedua wajib memenuhi
syarat umum pelaksanaan pekerjaan yang meliputi sebagai berikut:
1. Seluruh Pekerjaan harus dilakukan Pihak Kedua sesuai dengan Petunjuk Teknis dan/atau petunjuk/
perintah tertulis Pihak Pertama
2. Memenuhi Standart Operating Procedure (SOP), Sistem Manajemen Lingkungan (SML) ISO
14001:2015 mengenai Lingkungan, Sistem Manajemen K3 (SMK3), Pengolalaan Hutan Produksi
Lestari (PHPL) dan Program Penilaian Kerja (PROPER) dibidang lingkungan.
3. Memenuhi ketentuan umum Fire & Safety yang berlaku di perusahaan Pihak Pertama dan ketentuan
khusus mengenai pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan di Lokasi Kerja sebagaimana
yang terlampir dalam Perjanjian ini.
4. Memenuhi seluruh peraturan, baik yang berlaku nasional maupun yang berlaku di daerah dalam
bidang kehutanan, kelalaian Pihak Kedua dalam mematuhi peraturan kehutanan yang berlaku
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pihak Kedua, dan Pihak Pertama dibebaskan dari seluruh
permasalahan, termasuk namun tidak terbatas pada permasalahan hukum yang mungkin timbul dari
kelalaian tersebut.
5. Memenuhi Contractor Safety Management System Pihak Pertama dan menjalankan Peraturan
Pemerintahan No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
6. Dilarang mengalihkan Pekerjaan yang diberikan Pihak Pertama baik sebagian maupun seluruh
Pekerjaan yang diberikan dalam Perjanjian ini kepada pihak lain tanpa persetujuan tertulis Pihak
Pertama sebelumnya.
7. Dalam hal Pihak Kedua mengalihkan sebagian dan/atau seluruh Pekerjaan maka Pihak Kedua wajib
memastikan bahwa pihak yang menerima Pekerjaan tersebut memiliki kualifikasi dan persyaratan
yang ditentukan peraturan perundang-undangan untuk melaksanakan Pekerjaan tersebut. Kelalaian
Pihak Kedua dalam memenuhi hal tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pihak Kedua,
termasuk tapi tidak terbatas pada kerugian materi Pihak Pertama dan timbulnya masalah hukum.
8. Dalam hal sebagian atau seluruh Pekerjaan dialihkan oleh Pihak Kedua kepada pihak lain maka Pihak
Pertama dengan ini dibebaskan dari segala tuntutan termasuk namun tidak terbatas pada tuntutan
hukum yang timbul karena pengalihan Pekerjaan oleh Pihak Kedua.
10. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang berupa sepatu safety, sarung tangan, helm, chainsaw
cup, kacamata safety, dan masker untuk pelaksanaan Pekerjaan di lapangan, serta perlengkapan sesuai
dengan spesifikasi Pekerjaan dan standar yang ditetapkan Pihak Pertama.
11. Tenaga kerja Pihak Kedua harus mematuhi peraturan dan tata tertib yang berlaku di Lokasi Kerja
Pihak Pertama.
12. Mematuhi segala ketentuan dan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia terhadap tenaga
kerja Pihak Kedua.
13. Areal kerja ditentukan oleh Pihak Pertama dan Pihak Kedua tidak diperbolehkan untuk memilih areal
kerja.
14. Pengukuran Hasil Produksi Kayu dilakukan oleh petugas Scaller/Pengukur kayu Pihak Pertama dan
harus diverifikasi oleh Satuan Pengawas Internal Pihak Pertama atau wakil Pihak Pertama di
lapangan yang diberi wewenang dan kuasa serta diserahi tugas dan tanggung jawab sesuai dengan
lingkup Perjanjian ini.
15. Dalam pelaksanaan Pekerjaan di lapangan, tenaga kerja Pihak Kedua harus mematuhi arahan atau
instruksi Pihak Pertama. Apabila menurut penilaian tenaga kerja Pihak Kedua, arahan atau instruksi
Pihak Pertama dapat menimbulkan bahaya baik bagi tenaga kerja dan/atau alat Pihak Kedua, maka
tenaga kerja Pihak Kedua berhak menolak arahan atau instruksi Pihak Pertama tersebut. Dalam hal
terjadi kelalaian tenaga kerja Pihak Kedua sehubungan dengan hak menolak arahan atau instruksi
tersebut, maka segala resiko yang timbul terhadap tenaga kerja dan/atau alat Pihak Kedua menjadi
beban tanggung jawab Pihak Kedua sepenuhnya.
16. Pihak Pertama terlebih dahulu akan menilai hasil Pekerjaan Pihak Kedua dan menentukan selesai
tidaknya areal kerja yang dikerjakan Pihak Kedua sebelum diperbolehkan untuk mengerjakan areal
kerja yang baru.
17. Dengan disaksikan Pihak Kedua, Pihak Pertama akan melakukan pemeriksaan dan/atau pengukuran
atas hasil Pekerjaan yang dilaksanakan Pihak Kedua. Dari hasil pemeriksaan dan/atau pengukuran
tersebut akan dibuat Berita Acara Pengukuran, yang ditandatangani oleh Para Pihak yang
menunjukkan hasil Pekerjaan Pihak Kedua.
19. Pihak Kedua diwajibkan menggunakan jalan standar seefektif mungkin untuk menghindari kerusakan
tanah atau diwajibkan mengupayakan terjadinya kerusakan seminimal mungkin.
20. Pihak Kedua diharuskan tidak menumpuk sampah di pinggir alur sewaktu penarikan kayu .
21. Untuk kayu-kayu yang berada di Lokasi Kerja yang merupakan kayu yang dilindungi secara Undang
undang, tidak dibenarkan untuk ditebang oleh Pihak Kedua.
22. Mematuhi dan mengikuti ketentuan yang diberikan oleh Pihak Pertama, dalam penentuan tempat dan
lamanya waktu yang harus dilaksanakan.
23. Khusus di alur yang basah dan rendah serta areal yang rawan tergenang air maka Pihak Kedua harus
melaksanakan Pekerjaan sesuai pertimbangan Pihak Pertama.
Pasal 7
Kewajiban dan Hak Para Pihak
Pasal 8
Larangan dan Pembatasan
Pasal 9
Pengakhiran Perjanjian
1. Para Pihak sepakat bahwa pengakhiran atas Perjanjian ini dapat dilakukan dikarenakan hal-hal
sebagal berikut:
a. Jika pernyataan dan/atau jaminan yang diberikan oleh Pihak Kedua dalam Perjanjian ini tidak
benar atau tidak sesuai dengan kenyataannya; atau
b. Pihak Kedua tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana ditentukan dalam Perjanjian ini;
atau
c. Diakhiri secara sepihak tanpa keberatan apapun dari Pihak Kedua dalam hal Pihak Kedua
mengalihkan sebagian atau seluruh pelaksanaan Perjanjian ini kepada pihak lain tanpa
persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Pihak Pertama.
Pihak Pertama dapat mengakhiri Perjanjian ini apabila Pihak Kedua tidak memenuhi salah satu sebab
sebagaimana tersebut di atas, dengan terlebih dahulu menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada
Pihak Kedua paling lambat 14 (empat belas) hari setelah Surat Pemberitahuan pengakhiran Perjanjian
diterima oleh Pihak Kedua.
2. Hak Pihak Pertama untuk secara sepihak mengakhiri Perjanjian ini tidak mengurangi hak Pihak
Pertama untuk mendapatkan penggantian dari Pihak Kedua atas kelalaian dan/atau tindakan-tindakan
lain yang merugikan Pihak Pertama.
3. Untuk kepentingan pengakhiran Perjanjian ini, Para Pihak sepakat untuk mengesampingkan dan
menyatakan tidak berlaku ketentuan yang terdapat dalam Pasal 1266 Kitab Undang-undang Hukum
Perdata Indonesia.
1. Keadaan memaksa adalah suatu peristiwa atau keadaan yang terjadi diluar kekuasaan Para Pihak yang
dapat menyebabkan salah satu Pihak tidak dapat melaksanakan kewajiban berdasarkan Perjanjian ini.
Yang tercakup dalam pengertian keadaan memaksa antara lain tetapi tidak terbatas pada gempa bumi,
topan, banjir, tanah longsor dan bencana alam lain serta peristiwa atau kondisi lain diluar kekuasaan
Para Pihak untuk mengendalikannya. Keadaan Memaksa juga termasuk peristiwa dan/atau kejadian
yang oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dinyatakan sebagai keadaan luar biasa yang
berpengaruh langsung terhadap pelaksanaan perjanjian.
2. Pihak yang mengalami keadaan memaksa wajib memberitahukan secara tertulis kepada Pihak lainnya
dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak terjadinya keadaan memaksa mengenai terjadinya
keadaan memaksa. Apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari tidak ada pemeberitahuan apapun dari pihak
yang terkena keadaan memaksa, maka keadaan memaksa tersebut dianggap tidak pernah terjadi.
3. Pihak yang mengalami peristiwa atau keadaan memaksa akan berusaha sebaik mungkin mengatasi
atau memperbaiki akibat-akibat yang timbul dari adanya peristiwa keadaan memaksa untuk
meminimalkan kerugian-kerugian yang ditimbulkan oleh keadaan tersebut.
4. Dalam hal salah satu Pihak gagal melaksanakan kewajibannya sesuai dengan Perjanjian ini yang
disebabkan karena keadaan memaksa, maka Pihak yang bersangkutan tidak dapat dipersalahkan
namun bukan berarti menjadi hilang kewajibannya dan akan tetap dilaksanakan sesudah keadaan
memaksa berakhir.
5. Apabila akibat dari keadaan memaksa ini, berlangsung secara terus-menerus selama lebih dari 45
(empat puluh lima) hari, maka Pihak yang tidak mengalami keadaan memaksa tersebut dapat
mengakhiri Perjanjian ini dengan terlebih dahulu mengadakan pembebasan dan perhitungan selesai
(acquit et de charge).
Pasal 11
Hukum Yang Berlaku dan Penyelesaian Perselisihan
1. Perjanjian ini tunduk dan diartikan menurut hukum Negara Republik Indonesia.
2. Segala perselisihan yang mungkin timbul antara Para Pihak sehubungan dengan pelaksanaan
Perjanjian ini akan diselesaikan melalui musyawarah untuk mencapai mufakat.
Pasal 12
Lain-Lain
1. Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Perjanjian ini akan diatur dan ditetapkan kemudian atas
persetujuan bersama Para Pihak yang berlaku sebagai addendum yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Perjanjian ini.
2. Dengan ditandatanganinya Perjanjian ini maka Perjanjian yang telah ada sebelumnya baik lisan
maupun tertulis menjadi tidak berlaku dan Perjanjian ini merupakan satu-satunya Perjanjian yang
berlaku dan mengikat bagi Para Pihak.
Demikian Perjanjian ini dibuat pada hari dan tanggal tersebut di atas, dalam rangkap 2 (dua), masing-
masing bermaterai cukup serta mempunyai kekuatan hukum yang sama setelah ditandatangani oleh Para
Pihak.