Membaca Ulang Pemikiran Gandhi Tentang Kemanusiaan: P-ISSN: 2303-2898 Vol. 7, No.1, April 2018

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 14

P-ISSN: 2303-2898 Vol. 7, No.

1, April 2018

MEMBACA ULANG PEMIKIRAN GANDHI TENTANG


KEMANUSIAAN
I Ketut Wisarja¹, I Ketut Sudarsana²

¹²Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

e-mail : ¹[email protected], ²[email protected]

Abstrak
Mohandas Karamchand Gandhi adalah sosok pejuang humanis dari negeri India. Pergulatan
kehidupannya baik di India maupun di Afrika Selatan telah mendorong dirinya untuk menjadi
pejuang kemanusiaan dengan “Gerakan Anti-Kekerasan” (non-violence). Gandhi, meski
orangnya sudah tiada ratusan tahun silam, tetapi pemikirannya masih menyisakan hal yang
menarik untuk dikaji pada massa kini dan pada massa-massa mendatang. Pemikiran Gandhi
tentang kemanusiaan sangat mendalam dan utopia, sehingga tetap memiliki daya tarik untuk
dikaji oleh penekun dan pemerhati anti-kekerasan. Setiap gerak langkah perjuangan Gandhi
selalu menekankan pentingnya menghargai kemanusiaan, karena manusia dapat
mengembangkan diri dan membina persatuan ke seluruh dunia dengan cinta. Kemampuan
untuk mencintai membuat manusia mampu berubah, berkembang menuju pada perbaikan dan
kesempurnaan. Pemikiran kemanusiaan Gandhi, kemudian bercabang dengan melihat
kekejaman Inggris di India terutama “Pembantaian Amritsar” dan kekejaman lainnya di Punyab
oleh kolonial Inggris, membawa dirinya hanyut ke dunia politik yang sesungguhnya tidak dia
kehendaki. Upaya Gandhi menentang penjajahan Inggris bukan berarti pemusnahan orang
Inggris, melainkan suatu gerakan menentang praktek kolonialisme dengan gerakan ahimsa,
satyagraha, swadesi, dan hartal (civil-disobedience, non-kooperasi, dan puasa). Artinya
perjuangan Gandhi melawan kolonial Inggris tetap pada penghargaan dan penghormatan
kemanusiaan, musuh harus dikalahkan tidak dengan mempermalukan, tetapi dengan
mengangkat derajatnya.

Kata Kunci: Pemikiran Gandhi, Kemanusiaan, Ahimsa, Satyagraha, Swadesi, dan Hartal.

Abstract
Mohandas Karamchand Gandhi is a humanist fighter from India. The struggles of his life both in
India and in South Africa have prompted him to become a humanitarian fighter with the
"Nonviolent Movement". Gandhi, even though his people were gone hundreds of years ago, but
his thoughts still leave interesting things to be studied in the present masses and in the
upcoming masses. Gandhi's thoughts about humanity are profound and utopian, so they still
have the appeal to be studied by the persecutors and observers of nonviolence. Every move
Gandhi struggle always stressed the importance of respecting humanity, because humans can
develop themselves and foster unity throughout the world with love. The ability to love enables
human beings to change, evolves toward improvement and perfection. Gandhi's humanitarian
thoughts, then branched out by seeing British atrocities in India, especially the "Amritsar
Massacre" and other atrocities in Punyab by British colonials, brought him into the realm of
politics he did not really want. Gandhi's efforts against British rule did not mean the destruction
of the English, but a movement against the practice of colonialism with the movements of
ahimsa, satyagraha, swadesi, and hartal (civil-disobedience, noncooperation and fasting). It
means that Gandhi's struggle against the British colonial remains on the respect and respect of
humanity, the enemy must be defeated not by humiliation, but by uplifting.

Keywords: Thought Gandhi, Humanity, Ahimsa, Satyagraha, Swadesi, and Hartal.

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 9


P-ISSN: 2303-2898 Vol. 7, No.1, April 2018

PENDAHULUAN Kathiawad India Barat pada tanggal 2


Kata ‘membaca ulang’ dalam Oktober 1869. Gandhi lahir dari
judul di atas mengandung arti keluarga yang cukup terpandang,
menelusuri jejak-jejak pemikiran dan sekaligus penganut Hindu yang saleh,
perjuangan Gandhi terhadap Ia dibesarkan dalam tradisi keagamaan
kemanusiaan, untuk dicermati dan yang ketat. Pada massa kanak-kanak,
disimak sebagai analisis untuk Gandhi masuk sekolah dasar, termasuk
memecahkan problem kemanusiaan anak yang berpikiran sedang, tidak
massa kini, seperti; kekerasan dalam menonjol bahkan sering mengalami
rumah tangga (KDRT), kekerasan kesulitan dalam belajar, terutama
terhadap anak, kekerasan sexualitas, pelajaran berhitung tentang perkalian.
konflik suku, agama dan ras (SARA), Kejujuran Gandhi sudah muncul ketika
dan lain sebagainya. Karena trend ia masih kanak-kanak. Meskipun
pemecahan masalah kemanusiaan di dikenal berpikiran sedang, tetapi
dalam masyarakat selalu berakhir Gandhi tidak pernah berbohong atau
dengan penyiksaan, kekerasan, dan mencontek dalam kelas ketika ujian.
pembunuhan. Maka dari itu pemikiran Kejujuran Gandhi semakin
Gandhi tentang kemanusiaan menjadi menemukan bentuknya, ketika ia
alternatif pilihan di dalam memecahkan membaca buku yang dibeli oleh
masalah massa kini. ayahnya berjudul “Shravana Pitribhakti
Mohandas Karamchand Gandhi Nataka”, buku ini mengisahkan tentang
atau yang lebih populer dengan nama pengabdian Shravana terhadap orang
Mahatma Gandhi adalah sosok yang tuanya, dilain waktu ia juga menonton
sangat peduli terhadap berbagai bentuk sandiwara dari buku tersebut dan
penindasan dan kekerasan dalam sandiwara lain yang terkenal, yakni
masyarakat. Pergulatan kehidupannya “Harischandra”. Gandhi sangat terkesan
baik di India maupun di Afrika Selatan dengan tokoh Harischandra yang
telah mendorongnya untuk menjadi bersifat jujur dan tekun, bahkan ia
pejuang kemanusiaan yang terkenal sampai bermimpi menjadi tokoh ini.
dengan ‘gerakan anti-kekerasan’ (nir- Sejak saat itulah rupanya bibit
kekerasan). Perjalanan hidupnya yang keutamaan, yaitu bhakti dan kejujuran
penuh dengan ‘derita’, dicaci-maki, mulai menjadi bagian dan cita-cita
dihina, dan dipenjara oleh kolonial Gandhi yang kemudian akan
ketika itu menjadi pemberi semangat diwujudkannya.
untuk tetap berjuang menegakkan Membaca setting sosial
peradaban yang penuh kedamaian, tersebut, Gandhi adalah seorang yang
tanpa kekerasan. Penderitaan orang paling mengagumkan dalam sejarah
lain, akibat perang dan konflik telah orang-orang besar di dunia. Ia tidak
mengusik nurani kemanusiaannya memiliki kelebihan tertentu, namun
bahwa semua itu harus dihentikan. pada usianya yang dini, Ia telah
Gandhi, mesti orangnya sudah membuat aturan bagi dirinya sendiri,
tiada ratusan tahun silam, tetapi bahwa Ia akan bertindak menurut
pemikirannya masih tetap relevan untuk kebenaran. Gandhi juga telah
dibaca, dikaji, dan bahkan dapat memutuskan untuk tidak menggunakan
dijadikan sebagai bahan analisis untuk kekerasan, meskipun orang lain berbuat
mencermati kehidupan kemasyarakatan demikian untuk melawannya. Dengan
pada masa kini. Gandhi dilahirkan di keyakinannya pada kebenaran dan
Porbandar (Sudamapuri), daerah pantang-kekerasan, serta dengan aktif

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 10


P-ISSN: 2303-2898 Vol. 7, No.1, April 2018

menentang ketidakadilan dan METODE


membangun kekuatan di dalam dirinya, Penelitian ini merupakan jenis
Ia mulai banyak mendapat pengikut. penelitian faktual mengenai tokoh,
Menurut Gandhi kebenaran itu dimana yang menjadi objek materialnya
adalah Tuhan itu sendiri, namun adalah pemikiran Gandhi tentang
demikian pemahaman Gandhi tentang kemanusiaan (masyarakat tanpa-
Tuhan, tidaklah dimaksudkan untuk kekerasan) yang ditinjau (objek formal)
menyebutkan konsepsi yang abstrak, menurut filsafat sosial (Bakker dan
karena Tuhan harus dihadirkan dalam Charis Zubair, 1990: 61-66). Sebagai
realitas yang kongkrit. Kebenaran penelitian faktual mengenai tokoh,
tersebut harus mengacu kepada maka penelitian ini lebih
kebenaran dalam pikiran, kebenaran mengutamakan studi atas pustaka
dalam ucapan, dan kebenaran dalam (referensi) yang berkaitan dengan tema
laksana (tindakan). Menurut Gandhi penelitian. Adapun metode
(1996: 10) menguraikan: “Bagiku pengumpulan data yang digunakan
kebenaran adalah asas yang tertinggi dalam penelitian ini antara lain; (1)
dimana segala pandangan lainnya Sumber data yakni data primer dan
berada dibawahnya. Kebenaran ini sekunder, (2) Teknik pengumpulan data
bukanlah hanya kebenaran dalam melalui wawancara, studi kepustakaan
ucapan, melainkan juga dalam pikiran dan studi dokumen, (3) Analisis data
dan bukan hanya kebenaran relatif menggunakan deskriptif kualitatif, dan
menurut kita, tetapi kebenaran mutlak, (4) Penarikan kesimpulan.
azas abadi itulah Tuhan. …aku
menyembah Tuhan hanya sebagai HASIL DAN PEMBAHASAN
kebenaran”. 1. Pemikiran Gandhi tentang
Tuhan merupakan peng-ada Kemanusiaan
tanpa keterbatasan, manusia hanya Menurut Gandhi manusia adalah
bisa melukiskan Tuhan dalam mahluk yang kompleks dan unik. Ia
rangkaian kata-kata yang tidak berpendirian bahwa tubuh manusia
memadai. Kekuatan yang disebut adalah bagian dari hukum alam, artinya
Tuhan sesungguhnya menantang bahwa tubuh manusia mengalami
manusia melukiskan sesuatu. Bagi proses perkembangan, yaitu dari himsa
Gandhi, Tuhan adalah sesuatu yang menuju ke ahimsa. Manusia berusaha
tidak tersentuh oleh bermacam-macam sekuat tenaga untuk tidak
pikiran manusia, karena Tuhan tidak memusnahkan mahluk-mahluk lain dan
membutuhkan manusia untuk berusaha sekuat tenaga untuk
melukiskan gambaran diri-Nya. Realitas membebaskan diri dari api himsa
Tuhan itu bersegi banyak, karenanya ia (Gandhi, 1988: 109).
menolak merumuskan kodrat Tuhan. Gandhi menganggap manusia
Baginya, Tuhan itu tidak sama untuk sebagai mahluk yang mulia dan unik
tiap-tiap orang. Secara jelas Gandhi karena manusia tidak hanya terdiri dari
mengatakan bahwa Tuhan itu jasmani, melainkan juga memiliki roh,
kebenaran dan kasih. Tuhan itu etika rasio dan perasaan, sehingga manusia
dan moralitas, ketidaktakutan, sumber mampu berbuat sesuatu berdasarkan
kehidupan, dan sekaligus kesadaran. kesadaran dan kehendak yang baik.
Manusia dipahami secara positif,
karena manusia memiliki kekuatan
besar yaitu cinta. Manusia dapat

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 11


P-ISSN: 2303-2898 Vol. 7, No.1, April 2018

mengembangkan diri dan membina daya tarik. Alam dapat menjadi lestari
persatuan antara seluruh dunia dengan berkat adanya rasa kasih sayang yang
cinta. Kemampuan untuk mencintai timbal-balik (Gandhi, 1988:138).
membuat manusia mampu berubah, Realitas timbal-balik antar mahluk hidup
berkembang menuju pada perbaikan yang demikian itu dirumuskan oleh
dan kesempurnaan. Menurut Gandhi Gandhi (1988: 139-140) sebagai
manusia yang sempurna adalah berikut: “Keterkaitan dan
manusia ‘satyagrahi’, artinya orang ketergantungan yang timbal balik
yang mampu mengatasi kekuatan- seharusnya dijadikan cita-cita umat
kekuatan jahat, tidak hanya yang manusia, selain dari hasrat untuk
datang dari luar tetapi juga yang ada di berswasembada. Manusia adalah
dalam dirinya, yang dilaksanakan mahluk sosial. Tanpa Keterkaitan
dengan sikap ahimsa dan pemurnian dengan masyarakat, tidak mungkin
diri, yaitu mencakup sikap lepas bebas akan disadarinya persatuan dengan
terhadap harta milik dan bebas seluruh alam semesta dan tidak
terhadap kelezatan serta kenikmatan mungkin ditindasnya nafsu kepentingan
makanan melalui pengekangan diri, sendiri. Keterkaitan timbal-balik dengan
puasa, dan brahmacharya (Wegig, masyarakat memungkinkan dia menguji
1986: 60). Menjadi satyagrahi berarti imannya pada batu ujian kenyataan.
menjadi orang yang mampu Ketergantungannya kepada masyarakat
menjalankan sikap kemanusiaan. membuat dirinya sadar akan sifat umat
Selain sebagai mahluk individu manusia”.
yang otonom, Gandhi juga memahami Kutipan di atas menunjukkan
manusia dari aspek sosialitas manusia. bahwa Gandhi sangat menekankan
Penekanan kepada mahluk sosial manusia sebagai mahluk yang bersifat
mengartikan bahwa manusia harus individu sekaligus sosial. Manusia
menjalin hubungan dengan Tuhan sebagai mahluk individu sekaligus
sebagai penciptanya dan dengan mahluk sosial saling menjalin korelasi
mahluk lain baik dengan sesama secara timbal balik di dalam
manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan masyarakat, bahkan di dalam menjalin
maupun alam semesta. Bagi Gandhi korelasi itu tidak jarang individu
jalan untuk menemukan Tuhan adalah berkorban demi kepentingan
melihat Dia dalam ciptaanNya dan masyarakat seperti yang dilakukan oleh
bersatu dengan ciptaan itu. Inilah Gandhi sendiri. Hal tersebut terungkap
kebenaran yang dimaksud Gandhi. dalam kutipan berikut; “Saya
Cara bersatu, berdamai dan selaras memutuskan bahwa saya tidak akan
dengan alam ciptaan itu disebut memiliki benda-benda ini. Saya
ahimsa. menyusun surat pernyataan mengenai
Ahimsa yang diajarkan Gandhi sesuatu trust untuk kepentingan
tidak hanya terbatas pada keyakinan masyarakat serta mengangkat Parsi
atau sikap saja, melainkan lebih jauh Rustomji dan beberapa orang lainnya
melingkupi pikiran, tindakan dan kata- sebagai anggotanya. Esoknya saya
kata. Ahimsa bukan hanya ditujukan berunding dengan istri dan anak-anak
kepada manusia saja, tetapi juga saya dan akhirnya membebaskan diri
ditujukan kepada binatang, tumbuh- dari hantu yang mengintai ini” (Gandhi,
tumbuhan dan alam. Menurut Gandhi 1982: 208).
sekalipun di dalam alam cukup terdapat Dalam konteks ini Gandhi
daya tolak, tetapi alam itu hidup berkat menganjurkan kepada semua orang

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 12


P-ISSN: 2303-2898 Vol. 7, No.1, April 2018

untuk berkorban demi kepentingan dibuktikan oleh Gandhi melalui prinsip


umum. Hidup bermasyarakat dan ajarannya bahwa berbakti kepada
sesungguhnya adalah pengorbanan India sekaligus harus berbakti kepada
individu dan berani menanggung seluruh umat manusia, dan berbakti
penderitaan pribadi seperti apa yang kepada bangsa sendiri tidaklah
dilakukan Gandhi sendiri, bahkan bertentangan dengan berbakti kepada
secara total ia mengorbankan dirinya seluruh dunia (Gandhi, 1988: 139).
dan seluruh hidupnya demi kepentingan Manusia di dalam komunikasi-
umum sampai akhir hayatnya. partisipasi saling mengandaikan dan
Kodrat manusia yang demikian, saling menyebabkan sesuatu dengan
mengharuskan manusia arus dapat kekhasannya masing-masing seperti
berkomunikasi dengan Tuhan, sesama dikatakan oleh Gandhi (1988: 159);
manusia, alam sekitarnya, tumbuh- “Saya tidak percaya bahwa semua
tumbuhan, dan binatang. Di dalam kaum pemilik modal dan tuan tanah
komunikasi dan partisipasi itu justru mutlak menjadi penindas, ataupun
terjadi interaksi antar manusia yang bahwa mutlak harus ada pertentangan
bersifat positif dan saling kepentingan pokok yang tidak
mempengaruhi. Realitas tersebut terhindarkan antara kaum pemilik modal
didukung oleh pernyataan Gandhi dan tuan tanah dengan rakyat banyak.
(1988: 140); “Manusia adalah mahluk Semua penindasan sebenarnya
sosial, tanpa keterkaitan dengan didasarkan atas kerjasama, -secara
masyarakat tidak mungkin akan sukarela atau dipaksakan- dengan
disadarinya persatuan dengan seluruh kaum yang tertindas. Sekalipun kita
alam semesta dan tidak mungkin tidak mau mengakui kebenarannya,
ditindasnya nafsu kepentingan sendiri. kenyataannya adalah bahwa tidak
Sekalipun di dalam alam cukup terdapat mungkin akan dilakukan penindasan
daya tolak, tetapi alam itu hidup berkat bila orang banyak yang membangkang
daya tarik. Alam dapat menjadi lestari itu tidak bersedia mematuhi kaum
berkat adanya rasa sayang timbal-balik. penindas”.
Manusia bukan hidup karena Gandhi berpandangan bahwa
penghancuran. Rasa cinta diri sikap pantang-kekerasan bukanlah
mendorongnya untuk mementingkan “penghindaran diri dari perkelahian
orang lain pula. Bangsa-bangsa hidup melawan kejahatan”, melainkan
rukun karena terdapat rasa saling sebaliknya sikap pantang-kekerasan
mengindahkan dikalangan warganya. merupakan perkelahian yang lebih aktif
Pada suatu saat hukum sebangsa itu dan lebih nyata melawan kejahatan,
harus kita perluas agar mencakup dibanding dengan pembalasan dendam
seluruh alam semesta, seperti kita yang hanya menambah kejahatan itu
memperluas hukum kekeluargaan untuk sendiri. Gandhi merenungkan suatu
membentuk suatu bangsa yaitu perlawanan mental, yang berarti
keluarga dalam lingkungan yang luas”. perlawanan moral terhadap kesusilaan.
Komunikasi memungkinkan Melalui perlawanan tersebut, Gandhi
adanya pemberian diri manusia, baik semata-mata berupaya menumpulkan
bersifat imanent yaitu pemberian diri mata pedang para penindas bukan
oleh diri untuk diri, maupun bersifat dengan menahannya untuk
transcendent, yaitu pemberian diri oleh menggunakan pedang yang lebih tajam
diri dalam rangka untuk diri sekaligus matanya, melainkan dengan
terhadap peng-ada lain. Hal ini mengecewakan harapan-harapan para

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 13


P-ISSN: 2303-2898 Vol. 7, No.1, April 2018

penindas akan balasan perlawanan dengan hukuman yang menderitakan


secara fisik. Perlawanan batin dari lawan, namun dengan hukuman
pihak Gandhi akan membingungkan terhadap diri sendiri. Satyagraha
hati para penindas dan akhirnya Gandhi menghendaki mawas diri, karena lawan
menuntut pengakuan dari pihak harus dihentikan dari perbuatan salah
mereka, namun pengakuan itu tidak melalui kesadaran dan simpati.
menghina melainkan akan mengangkat Satyagraha lebih dari sekedar
semangat mereka. “perlawanan pasif”, karena
Sikap yang tepat untuk menghendaki hubungan positif yang
mengadakan komunikasi bagi Gandhi terus menerus diantara lawan, dengan
adalah dengan kasih atau ahimsa. satu pandangan menuju perdamaian
Ahimsa merupakan sarana komunikasi yang sesungguhnya. Model perjuangan
antar peribadi, dan sungguh-sungguh kemanusiaan Gandhi seperti ini, pada
dapat menghargai dan menjunjung masa kekinian oleh bangsa-bangsa di
tinggi kodrat dan harkat kemanusiaan dunia, utamanya bangsa Indonesia
orang lain. Melalui sikap yang demikian sangat relevan dipertahankan untuk
umat manusia bersama-sama dapat menekan angka kekerasan yang
membina persatuan dan hidup semakin menjadi, yang pada akhirnya
bermasyarakat yang lebih manusiawi, hanya akan menimbulkan piramida
damai dan diwarnai oleh rasa korbar manusia yang semakin
persaudaraan. Banyak pihak mengakui meninggi.
baik kawan maupun lawan, Gandhi 2. Pemikiran Gandhi tentang Politik
dalam perjuangannya selalu Pemikiran Gandhi yang semula
mengkampanyekan pentingnya tentang kemanusiaan akhirnya berubah
perlawanan atas imperialisme dengan menjadi perjuangan politik, manakala
nir-kekerasan atau tanpa-kekerasan. Ia kekejaman yang dilakukan oleh
selalu mengedepankan kepentingan pemerintah kolonial Inggris di India,
kemanusiaan secara lebih luas terutama yang dilakukan oleh Jendral
daripada melakukan perlawanan Dyer, yang terkenal dengan tragedi
dengan jatuhnya korban-korban “Pembantaian Amritsar” berakibat
manusia. Perlawanan tanpa kekerasan menguatnya perlawanan terhadap
ini menjadi model gerakan sekaligus pemerintah Inggris. Perlawanan inipun
pemikiran Gandhi dalam kemudian membuat Gandhi memasuki
memperjuangkan ide-ide kemanusiaan. dunia politik dalam cara yang
Ketika berada di Afrika Selatan, sebelumnya tak pernah ia cari atau
Gandhi pernah menggagas gerakan inginkan, “Aku setia kepada Inggris—
yang disebut “Asosiasi Perlawanan sampai tahun 1919, namun
Pasif”, yang dikemudian hari dikenal pembantaian Amritsar dan kekejian lain
dengan “Asosiasi Gerakan Satyagraha”. di Punyab telah mengubah hatiku”
Perlawanan pasif dalam konteks ini (Nicholson, 1994: 42). Untuk pertama
adalah upaya Gandhi untuk melawan kali, Gandhi mulai melihat kekuasaan
kesewenang-wenangan tanpa Inggris harus dienyahkan dari India,
mengangkat senjata atau tanpa sebagaimana diungkapkan Gandhi
gerakan kekerasan, melainkan lebih (1988: 171) berikut ini: “Tidak ada
menekankan pada pengorbanan dan keberanian yang melebihi penolakan
penderitaan peribadi. Gerakan tegas untuk bertekuk lutut terhadap
Satyagraha merupakan usaha suatu kekuasaan duniawi, betapa
mempertahankan kebenaran bukan hebatnya, tanpa rasa sakit hati dan

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 14


P-ISSN: 2303-2898 Vol. 7, No.1, April 2018

dengan keyakinan bahwa hanya pemusnahan semua orang Inggris,


semangatlah yang hidup abadi, dan melainkan suatu gerakan menentang
tiada yang lain. Kebebasan lahiriah praktek kolonialisme dengan gerakan;
yang dapat kita raih, hanya akan pertama; non-kooperasi—menolak
sebanding dengan kebebasan batin bekerjasama, kedua; civil
yang telah berhasil kita bina pada suatu disobedience—ketidakpatuhan sipil
saat. Inilah pandangan yang tepat yang berdasarkan paham pantang-
mengenai kebebasan atau kekerasan, dan ketiga; ahimsa—
kemerdekaan, dan energi utama kita menolak keinginan untuk membunuh
haruslah ditujukan kepada penciptaan dan tidak menyakiti hati orang lain, tidak
pembaruan dalam batin”. membenci, tidak mencari keuntungan
Ketidakadilan yang dimainkan diri sendiri dengan memperalat serta
oleh Pemerintah Inggris mengharuskan mengorbankan orang lain.
Gandhi untuk mengembalikan dua Ketidakpatuhan sipil tidak menimbulkan
medali perangnya yang ia peroleh anarkhi atau kekacauan tata tertib dan
selama perjuangannya melawan tindakan itu merupakan hak asasi
diskriminasi ras dan ketidakadilan di setiap warga negara.
Afrika Selatan. Gandhi mengambil Bagi Gandhi kekuatan politik
kepeminpinan pergerakan nasional bukanlah tujuan akhir, melainkan salah
India. Ia sadar bahwa “pemerintahan satu sarana yang memungkinkan rakyat
sendiri” dan “keadilan” belaka adalah memperbaiki nasibnya dalam setiap
tidak cukup, kini tuntutannya adalah bidang kehidupan. Kekuasaan politik
Inggris harus meninggalkan India. berarti kemampuan untuk mengatur
Meskipun tuntutan Gandhi ingin kehidupan nasional melalui para wakil
mengenyahkan kekuasaan Inggris dari rakyat, sebagaimana diungkapkan
India, dengan membentuk Gandhi (1988: 162-163) berikut ini;
pemerintahan sendiri (swaraj) dan “Swapraja atau pemerintahan-sendiri
keadilan, namun wujud perjuangannya semata-mata tergantung pada kekuatan
tetap dalam frame nir-kekerasan, batin kita bersama, ditentukan oleh
seperti diungkapkan Gandhi (1988: kesanggupan kita untuk melawan
161-162) berikut; “Demokrasi yang kekuatan yang sebesar-besarnya.
sejati atau swaraj bagi rakyat banyak Bahkan pada kenyataannya swapraja
tidak pernah akan dicapai, melalui yang tidak memerlukan ikhtiar terus
usaha yang semu atau melalui usaha menerus untuk memperolah atau
kekerasan, karena alasan yang layak mempertahankannya, tidak pantas
bahwa imbangan alami dari disebut swapraja. Karena itu saya telah
penggunaan upaya semacam itu akan berikhtiar menunjukkan dengan kata
berarti menyingkirkan segala dan perbuatan bahwa swapraja politik—
penentangnya melalui penindasan atau yaitu swapraja untuk sejumlah besar
pemusnahan semua pihak lawan. pria dan wanita—tidaklah lebih besar
Dengan demikian tidaklah akan dapat nilainya daripada swapraja perorangan,
diciptakan kebebasan perorangan. dan karena itu swapraja politik itu harus
Kebebasan perorangan hanya dapat dicapai dengan upaya sungguh-
berlaku dengan leluasa di bawah sungguh sama dengan yang diperlukan
pemerintahan yang didasarkan kepada untuk swapraja perorangan atau
ahimsa yang sungguh-sungguh sejati”. penertiban diri”.
Upaya Gandhi menentang Dengan demikian pemikiran
penjajahan Inggris, bukan berarti Gandhi tentang kekuasaan politik

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 15


P-ISSN: 2303-2898 Vol. 7, No.1, April 2018

adalah kemampuan untuk mengatur diri yang lemah. Asal saja bangsa India
sendiri dalam kehidupan nasional menjaga wataknya sendiri ia akan
melalui para wakil rakyat. Jika mampu untuk mengurus dirinya sendiri
kehidupan nasional sudah menjadi (membentuk pemerintahan sendiri).
sempurna sehingga seakan-akan Seseorang tidak boleh terus menerus
seperti mengatur diri sendiri, maka tidak ikut serta dalam kelaliman, karena takut
perlu lagi wakil rakyat. Ini berarti telah menjadi menderita. Bahkan sebaliknya
tercapainya keadaan anarkhi yang arif- seseorang harus menentang kelaliman
bijaksana, artinya setiap penduduk itu dengan menghentikan dukungan
bertindak selaku penguasanya sendiri, langsung atau tidak langsung kepada
dengan menguasai dirinya sendiri pihak yang melakukan kelaliman itu.
sedemikian rupa sehingga tidak Dengan demikian setiap warga negara
menjadi pengganggu bagi sesamanya. turut bertanggungjawab atas setiap
Dalam satu negara yang ideal, tidak tindakan pemerintah itu, dan sungguh
perlu ada kekuasaan politik, karena layak tindakan pemerintah itu didukung
sesungguhnya sudah tidak ada negara. selama tindakan-tindakan itu wajar.
Namun negara ideal itu tidak mungkin Namun apabila tindakan pemerintah itu
tercapai dengan sempurna dalam merugikan warga negara dan bahkan
kehidupan nyata. Seperti yang terhadap bangsa sendiri, maka wajib
diintrodusir Thoreau bahwa pemerintah pula mereka mencabut dukungannya,
yang sempurna adalah pemerintah sebagaimana diungkapkan Gandhi
yang memerintah sesedikit mungkin (1988: 171), sebagai berikut;
(Kustiniyati-Mochtar, 1988: 163). “Demokrasi tidak berjalan seiring
Gagasan Gandhi tentang dengan kekerasan. Berbagai negara
kemanusiaan, demokrasi, kejujuran, yang menyebut dirinya demokratis ada
dan pantang-kekerasan sesungguhnya yang terang-terangan berubah sifatnya
telah menyatu dalam dirinya dan menjadi totaliter, ataupun jika sungguh-
bangsa India, sebagaimana yang sungguh bersifat demokratis, haruslah
diterjemahkan Kustiniyati-Mochtar dengan terpaksa mendukung paham
(1988: 171) berikut: “Seorang demokrat pantang-kekerasan. Menyatakan
sejati adalah dia yang mempertahankan bahwa paham pantang-kekerasan
kemerdekaannya dengan menerapkan hanya mungkin diterapkan oleh
paham pantang-kekerasan, serta perorangan, dan tidak mungkin
sekaligus mempertahankan diterapkan oleh suatu bangsa yang
kemerdekaan bangsanya dan akhirnya berdiri atas sejumlah perorangan
pula kemerdekaan seluruh umat sungguh naïf”.
manusia. Demokrasi yang berdisiplin Menurut Gandhi, satu-satunya
dan bijaksana adalah suatu yang cara untuk mencapai swaraj adalah
bernilai sangat tinggi di dunia ini. kemampuannya membela diri terhadap
Demokrasi yang berdasarkan seluruh dunia dan menempuh
prasangka, kebodohan, dan takhayul kehidupan dalam kebebasan yang
pasti akan menjadi kacau-balau dan sempurna, sekalipun banyak sekali
menghancurkan diri sendiri”. cacadnya. Pemerintahan sendiri jauh
Jadi seorang demokrat sejati lebih baik daripada pemerintahan
adalah orang yang berdisiplin tinggi dan kolonial. Seseorang tidak boleh dengan
bijaksana, tindakan teror dan tipu daya sabar menantikan penghapusan
bukanlah senjata bagi yang kuat untuk penganiayaan itu sampai suatu saat
membenarkan tindakannya menindas pelaku kelaliman itu akan menyadari

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 16


P-ISSN: 2303-2898 Vol. 7, No.1, April 2018

kesalahannya. Bila pimpinan perusahan membayar pajak, akhirnya pada bulan


bertindak korup, seluruh pegawai Desember 1921 sekitar 20.000 orang
perusahaan wajib menghindarinya ditahan, karena pembangkangan sipil.
untuk ikut serta dalam tindakan korupsi, Pada tahap awal perjuangan Gandhi
yaitu dengan jalan menarik diri mereka sudah terlihat banyak orang yang
dari perusahaan itu. Dalam konteks ini mendukung dan siap berkorban
pembangkangan yang dilakukan menanggung resiko dipenjara demi
bukanlah pemberontakan dengan kebebasan. Pemerintah Inggris di India
kekerasan, seperti yang diungkapkan menyadari bahwa Kongres tidak dapat
Gandhi (1988: 173) berikut; di abaikan (Nicholson, 1994: 44-45).
“Ketidakpatuhan sipil selengkapnya Pemikiran Gandhi tentang
adalah pemberontakan, namun tanpa “Pembangkangan Sipil” dilaksanakan
mengandung sifat kekerasan. Orang lagi oleh rakyat India pada tahun 1929.
yang melakukan ketidakpatuhan sipil Aksi tersebut berusaha mendorong
sempurna sama sekali mengabaikan rakyat untuk melawan hukum, yaitu
kekuasaan negara. Ia menjadi orang di dengan menentang pembayaran pajak
luar lindungan hukum dan dengan yang dilanjutkan dengan tindakan
tegas menolak setiap hukum negara “Perjalanan Garam”. Mereka
yang asusila. Dia akan menolak untuk menentang pajak garam karena terlalu
membayar pajak dan mengingkari pihak menyengsarakan rakyat miskin.
kekuasaan dalam kegiatannya sehari- Sebagian besar rakyat miskin India
hari. Dia tidak mengindahkan larangan mengambil dan membuat garam
untuk memasuki daerah tertentu dan sendiri, sehingga kurang lebih sekitar
akan memasuki tangsi untuk bergaul 60.000 orang ditahan. Kecaman Gandhi
dengan kaum prajurit. Dia tidak terhadap peraturan pajak garam
mengindahkan setiap pembatasan memikat imajinasi rakyat, sehingga
terhadap tindakan unjuk rasa, dan ia pembangkangan sipil berkobar di
melakukan unjuk rasa di daerah yang seluruh India.
terlarang. Namun dalam setiap Pemikiran-pemikiran Gandhi
kegiatannya ia tidak akan melakukan dalam bidang kemanusiaan,
kekerasan dan tidak melawan setiap keagamaan, dan sosial politik
kekerasan terhadap dirinya”. (meskipun tidak dikehendakinya)
Pemikiran Gandhi tentang seperti misalnya; memintal menuju
metode perlawanan tanpa-kekerasan kemenangan, pembangkangan sipil,
yang didasarkan pada keyakinan sejumput garam, perlawanan pasif
spiritualnya sangat berpengaruh bagi satyagraha, ahimsa, swadesi, hartal,
kehidupan bangsa India ketika itu. persamaan hak antara kaum berkasta
Gandhi mengawali perjuangannya dengan kaum paria, dan lain
bersama rakyatnya untuk menentang sebagainya, telah banyak
Pemerintahan Kolonial Inggris dengan mempengaruhi serta menyiapkan
melakukan hartal, yaitu pemogokan rakyat India untuk menuju
umum. Kelompok pekerja Kongres kemerdekaan, dan pada akhirnya
mengajak tentara dan pegawai sipil rakyat India mencapai kemerdekaannya
untuk meninggalkan tempat kerja pada tanggal 15 Agustus 1947.
mereka. Pengacara diajak 3. Gerakan Sosial Gandhi Melawan
menghentikan prakteknya, sekolah- Penindasan (Ketidakadilan)
sekolah dan kampus menghentikan Kemerdekaan India atas
kegiatannya, banyak desa menolak penjajahan Inggris tidak lepas dari

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 17


P-ISSN: 2303-2898 Vol. 7, No.1, April 2018

peran perjuangan Gandhi. Bangsa India menerapkan ahimsa dalam kehidupan


dapat mencapai kemerdekaannya pada sehari-hari tidaklah mudah. Gandhi
tanggal 15 Agustus 1947 dengan cara mengandaikan bahwa ahimsa sebagai
damai dan pantang-kekerasan. sarana, tak ubahnya seperti orang yang
Perjuangan Gandhi untuk meraih berjalan pada seutas tali, yakni
kemerdekaan India tidak lepas dari dibutuhkan pemusatan pikiran secara
ajaran-ajarannya yang ia praktekkan penuh agar dapat melintasinya.
dalam hidupnya. Gandhi dalam Demikian pula untuk menyadari
menjalankan aksi perlawanannya selalu kebenaran melalui ahimsa dibutuhkan
mengedepankan nilai-nilai upaya yang tak henti-hentinya (Gandhi,
kemanusiaan sebagai basis dasar 1951: 40). Jadi ahimsa adalah dasar
gerakannya. Beberapa gerakan dan pedoman bertindak untuk mencari
tersebut antara lain sebagai berikut; kebenaran. Bagi pencinta dan pembela
a. Ahimsa kebenaran harus bersifat dinamis,
Secara harafiah ahimsa berarti artinya; tidak boleh cepat puas dengan
“tidak menyakiti”, tetapi menurut Gandhi hasil yang dicapainya.
pengertian seperti itu belum cukup, b. Satyagraha
menurutnya ahimsa berarti menolak Satyagraha berasal dari bahasa
keinginan untuk membunuh dan tidak Sanskerta yang merupakan gabungan
membahayakan jiwa orang lain, tidak dari kata “satya” dan “agraha” (yang
menyakiti hati, tidak membenci, tidak berasal dari kata “grah” yang berarti
membuat marah, tidak mencari menangkap, mencengkram,
keuntungan diri sendiri dengan memegang, bergulat dengan). Secara
memperalat serta mengorbankan orang harafiah satyagraha berarti suatu
lain (Wegig, 1986: 34). Gandhi pencarian kebenaran dengan tidak
memandang ahimsa dan kebenaran kenal lelah dan suatu ketetapan hati
ibarat saudara kembar yang sangat untuk mencapai kebenaran. Berpegang
erat, namun membedakannya dengan teguh pada kebenaran, artinya
jelas bahwa ahimsa merupakan sarana satyagraha merupakan jalan hidup
mencapai kebenaran, sedangkan seseorang yang berpegang teguh pada
kebenaran sebagai tujuannya (Gandhi, Allah dan mengabdikan seluruh
1951: 39). Pengertian ahimsa sebagai hidupnya pada Allah. Karena jalan satu-
suatu sarana, berarti tidak mengenal satunya untuk mencapai tujuan ini
kekerasan untuk mencapai kebenaran, adalah cinta, atau ahimsa, maka
baik dalam wujud pikiran, ucapan, satyagraha juga berarti “mengejar
maupun tindakan. Justru kebalikannya tujuan yang benar dengan sarana
ahimsa harus dapat menciptakan ahimsa” (Wegig, 1986: 49). Satyagraha
suasana membangun, cinta kasih dan mengambil bentuk tindakan dengan
berbuat baik kepada orang lain sikap non-violence berdasarkan
meskipun orang tersebut pernah ahimsa. Tindakan tersebut secara
menyakitinya, bahkan musuhnya praktis dapat dilaksanakan dengan:
sekalipun. Pertama; Civil Disobedience
Dalam konsep ahimsa, (ketidakpatuhan sipil), berarti
tampaknya Gandhi menuntut adanya melanggar hukum yang dipandang tidak
suatu keperibadian utuh yang tidak adil, misalnya hukum pajak yang
hanya dilakukan pada satu bagian saja, pernah diterabas Gandhi dan para
artinya; satunya pikiran, ucapan, dan pengikutnya pada tahun 1919.
tindakan harus berjalan seirama. Untuk Ketidakpatuhan sipil ini membutuhkan

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 18


P-ISSN: 2303-2898 Vol. 7, No.1, April 2018

keberanian untuk menanggung segala Gandhi agar swadesi ditaati adalah


sanksi hukum, meskipun dipenjara, untuk menciptakan ketentraman dunia,
sebagai akibat ketidakpatuhannya sedangkan pengingkaran terhadapnya
harus diterima dengan senang hati dan mengakibatkan kekacauan.
gembira. Pelaksanaan swadesi ini antara lain;
Kedua; Non-Cooperation, berarti sebisa-bisanya agar membeli segala
menolak mengambil bagian dalam keperluan dari dalam negeri dan tidak
sistem yang tidak adil. Gerakan ini lebih membeli barang-barang import, bila
bersifat terbuka bagi umum yang dapat barang-barang tersebut dapat dibuat
dilaksanakan oleh semua lapisan dalam negeri sendiri (Nicholson, 1994:
masyarakat, karena mencakup pada 44).
pemogokan sekolah-sekolah, Melihat situasi dan kondisi waktu
perusahaan-perusahaan, dan juga itu memungkinkan untuk melaksanakan
tugas-tugas pemerintahan umum anti import barang-barang asing
lainnya. Non-Cooperation tidak sebagai protes dan boikot terhadap
ditujukan pada seseorang, melainkan kolonialisme/kaum penjajah. Situasi dan
ditujukan kepada sistem yang tidak adil, kondisi sekarang sudah jauh berbeda.
yang menyebabkan banyak orang Sekarang era globalisasi dimana antara
menderita. Pada dasarnya, tujuan satu negara dengan negara lain sudah
perlawanan seperti itu untuk meminta tidak ada batas dalam berbagai macam
perubahan struktur yang menindas. bidang, termasuk bidang ekonomi dan
Ketiga; Puasa, yakni perdagangan. Suatu negara yang
pengendalian diri agar menghasilkan menutup diri terhadap negara lain maka
kewaspadaan dan sikap hormat pada akan diisolir atau dikucilkan oleh dunia.
orang lain. Puasa membuat seseorang Jadi kerjasama antar negara tidak bisa
tidak hanya mengenali kecenderungan- dihindarkan lagi. Unsur positif dari
kecenderungan batinnya sampai yang swadesi yang bisa dipetik oleh
paling lembut sekalipun, dengan puasa masyarakat Indonesia adalah agar
seseorang juga dapat semakin suatu negara/bangsa tidak bergantung
memurnikan intensi-intensinya. Puasa sepenuhnya pada negara/bangsa lain
dimaksudkan untuk menyadarkan atau pada suatu badan dunia seperti
orang-orang yang melakukan IMF misalnya, karena masing-masing
kesalahan, hal itu pernah dilakukan negara mempunyai kedaulatan untuk
Gandhi dalam masalah penyelesaian menentukan kesejahteraan bangsanya
pertikaian antara pemilik perusahaan sendiri.
tenun dengan para buruhnya di d. Hartal
Ahmedabad. Hartal adalah semacam
c. Swadesi pemogokan nasional, toko-toko dan
Pengertian swadesi adalah cinta urusan dagang ditutup sebagai protes
tanah air sendiri, cara mengabdi politik, para pekerja melakukan
kepada masyarakat yang sebaik- pemogokan. Pertama kalinya Gandhi
baiknya adalah mengabdi kepada memutuskan untuk menentang
lingkungannya sendiri lebih dahulu. pemerintahan kolonial Inggris di India,
Gandhi secara tegas memberikan ia memutuskan melanggar dengan
urutan swadesi ini, yaitu pengabdian diri hartal. Ia mengatakannya suatu hari
untuk keluarga, pengorbanan keluarga agar kegiatan dagang dihentikan, toko-
untuk desa, desa untuk negara dan toko ditutup, dan para pekerja/buruh
negara untuk kemanusiaan. Maksud mogok kerja. Hartal ini merupakan

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 19


P-ISSN: 2303-2898 Vol. 7, No.1, April 2018

permulaan dari perjuangan selama 28 timbal balik di dalam masyarakat, di


tahun, yang akhirnya dapat mengakhiri dalam berkorelasi itulah manusia
penjajahan Inggris atas bangsa India. sebagai mahluk individu harus rela
Hartal dilakukan oleh rakyat India berkorban untuk kepentingn
sebagai sebuah protes politik, namun masyarakat, karena hidup
hari-hari mogok itu dihabiskan dengan bermasyarakat sesungguhnya adalah
berpuasa dan kegiatan keagamaan pengorbanan individu dan berani
lainnya (Nicholson, 1994: 38). menanggung penderitaan peribadi
Situasi dan kondisi waktu itu untuk kepentingan umum.
memungkinkan dilakukan hartal secara Kemerdekaan India pada tanggal
efektif, untuk memboikot tindakan 15 Agustus 1947 diperoleh dengan cara
sewenang-wenang kaum penjajah. damai dan pantang-kekerasan adalah
Pada situasi dan kondisi sekarang, andil perjuangan Gandhi. Kemerdekaan
dampak hartal akan berbeda. yang diraih oleh Bangsa India tidak
Pemogokan di bidang ekonomi akan terlepas dari perinsip perjuangan
membuat perekonomian suatu negara Gandhi, yakni menjalankan aksi
menjadi lumpuh total, dan merugikan perlawanan dengan tetap
negara itu sendiri. Demikian pula mengedepankan nilai-nilai
pemogokan dibidang kesehatan yang kemanusiaan sebagai basis dasar
dilakukan oleh para pegawai/dokter gerakan. Beberapa gerakan tersebut
rumah sakit akan sangat yaitu; Pertama: ahimsa, yaitu menolak
membahayakan nyawa banyak keinginan untuk membunuh dan tidak
orang/pasien yang sedang dirawat dan membahayakan jiwa orang lain, tidak
membutuhkan pertolongan segera di menyakiti hati, tidak membenci, tidak
rumah sakit. membuat marah, tidak mencari
keuntungan diri sendiri dengan
SIMPULAN DAN SARAN memperalat serta mengorbankan orang
Pandangan Gandhi terhadap lain. Ahimsa adalah sarana untuk
kemanusiaan, yakni manusia adalah mencapai kebenaran, sedangkan
mahluk yang kompleks dan unik, kebenaran adalah tujuannya. Artinya
karena tidak hanya terdiri dari jasmani ahimsa sebagai sarana, tidak mengenal
saja, melainkan memiliki roh/jiwa, rasio, kekerasan untuk mencapai kebenaran,
dan perasaan, sehingga manusia baik dalam pikiran, perkataan, maupun
mampu berbuat sesuatu berdasarkan dalam tindakan. Justru kebalikannya
kesadaran dan kehendak yang baik. ahimsa harus dapat menciptakan
Bagi Gandhi manusia yang sempurna suasana membangun, cinta kasih, dan
adalah manusia ‘satyagrahi’, yaitu berbuat baik kepada alam semesta dan
manusia yang mampu mengatasi dan sesama manusia, meski orang tersebut
menguasai kekuatan-kekuatan jahat pernah menyakitinya dan bahkan
baik yang datang dari luar maupun terhadap musuhnya sekalipun. Kedua;
yang datang dari dalam dirinya dengan satyagraha, yaitu suatu pencarian
melaksanakan sikap ahimsa dan kebenaran dengan tidak kenal lelah dan
pemurnian diri. Menjadi satyagrahi suatu ketetapan hati untuk mencapai
berarti menjadi manusia yang mampu kebenaran. Tindakan ini dapat
menjalankan sikap kemanusiaannya. dilakukan dengan: (1) Civil
Bagi Gandhi, manusia adalah disobedience; ketidakpatuhan sipil,
mahluk individu dan sekaligus mahluk melawan hukum yang dipandang tidak
sosial yang saling berkorelasi secara adil ketika itu yang diterapkan oleh

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 20


P-ISSN: 2303-2898 Vol. 7, No.1, April 2018

kolonial Inggris di India, (2) Non- Bagoes Oka. Yayasan Bali Santi
cooperation; menolak mengambil Sena: Denpasar.
bagian dalam sistem yang tidak adil Gandhi, M.K., 1979. From Yeravda
dengan cara mogok, dan (3) Puasa; Mandir. terj. Gedong Bagoes
pengendalian diri agar menghasilkan Oka. Yayasan Bali santi Sena:
kewaspadaan dan sikap hormat pada Bali.
orang lain. Puasa membuat seseorang Gandhi, M.K.,1982. Gandhi Sebuah
tidak hanya mengenali kecenderungan- Otobiografi, Kisah Ekspremen-
kecenderungan batinnya sampai yang Ekspremenku Dalam Mencari
paling lembut sekalipun, dengan puasa Kebenaran. terj. Gedong
juga diharapkan dapat memurnikan Bagoes Oka. Sinar Harapan:
intensi-intensinya. Ketiga; swadesi, Jakarta.
yaitu cinta akan tanah air. Gandhi Gandhi, M.K., 1950. Religi Susila. terj.
secara gamblang memberikan urutan Sumirat. Balai Pustaka: Jakarta.
swadesi sebagai berikut; pengabdian Gandhi, M.K., 1951. Satyagraha.
diri untuk keluarga, pengorbanan Navajivan Publishing House:
keluarga untuk desa, desa untuk Ahmedabad.
negara, dan negara untuk Gandhi, M.K., 1958. Satyagraha (ed.
kemanusiaan. Pelaksanaan swadesi Bharatan Kamurappa).
sebisa mungkin membeli/menggunakan Navajivan Publishing House:
segala keperluan dari dalam negeri, Ahmedabad.
tidak membeli barang-barang import, Gandhi, M.K., 1988. Semua Manusia
apabila barang-barang tersebut dapat Bersaudara, Kehidupan dan
dibuat dalam negeri sendiri. Keempat; Gagasan Mahatma Gandhi
hartal, yaitu semacam pemogokan Sebagaimana Diceritakannya
nasional (massal), toko-toko dan urusan Sendiri. terj. Kustiniyati Mochtar;
dagang ditutup, para pekerja/buruh kata pengantar Mochtar Lubis.
mogok, sekolah-sekolah dan kantor- Obor dan Gramedia: Jakarta.
kantor ditutup, sebagai protes politik Gandhi, M.K., 1953. Toward New
terhadap pemerintah kolonial Inggris. Education. Navajivan Publishing
Namun, hari-hari mogok itu dilakukan House: Ahmedabad.
dengan berpuasa dan kegiatan Gandhi, M.K., 1982. Tuhanku (oh My
keagamaan lainnya. Gandhi). Ashram Gandhi: Bali.
Lubis, Mochtar, 1988. Menggapai Dunia
DAFTAR PUSTAKA Damai. Yayasan Obor
Bakker, A. dan A. Charis Zubair, 1990. Indonesia: Jakarta.
Metodologi Penelitian Filsafat. Nicholson, Michael, 1994. Mahatma
Kanisius: Yogyakarta. Gandhi, Pahlawan yang
Gandhi, M.K., 1959. Ashram Membebaskan India dan
Observances Action. Navajivan Memimpin Dunia dalam
Publishing House: Ahmedabad. Perubahan Tanpa Kekerasan.
Gandhi, M.K.,1981. Ashram terj. Hilman Farid Seiadi.
Observance in Action. terj. Gramedia Pustaka Utama:
Gedong Bagoes Oka. Yayasan Jakarta.
Bali Santi Sena: Bali. Pleyser, 1992. Gandhi Pelopor
Gandhi, M.K., 1978. A Story of My Kemerdekaan India. Jambatan:
Experiments with Truth. terj. Gd. Yogyakarta.

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 21


P-ISSN: 2303-2898 Vol. 7, No.1, April 2018

Richards, Glyn, 1982. The Filosophy of Studi Sosiologis Mengenai


Gandhi, A Study of his basic Toleransi Umat Beragama).
ideas. Curzon Press, Barnes & Skripsi S1, Fakultas Ushuluddin
Noble Books: London. IAIN Sunan Kalijaga: Yogyakarta
Sen, Ela, 1948. Gandhi Biographical Wisarja, I. K., & Sudarsana, I. K. (2017).
Study. Valian Publications Ltd.: Praksis Pendidikan Menurut
London. Habermas (Rekonstruksi Teori
Thekkenedath, J., 1978. Love of Evolusi Sosial Melalui Proses
Neighbour in Mahatma Gandhi. Belajar Masyarakat). Indonesian
St. Paul’s Press Trainning Journal of Educational
School: Bangalore. Research, 2(1), 18-26.
Veeger, K.J., 1993. Realitas Sosial, Wisarja, I. K., & Sudarsana, I. K. (2017).
Refleksi Filsafat Sosial atas REFLEKSI KRITIS IDEOLOGI
Hubungan Individu-Masyarakat PENDIDIKAN
dalam Cakrawala Sejarah KONSERVATISME DAN
Sosiologi. Gramedia Pustaka LIBRALISME MENUJU
Utama: Jakarta. PARADIGMA BARU
Wegig, R. Wahana, 1986. Dimensi Etis PENDIDIKAN. Journal of
Ajaran Gandhi. Kanisius: Education Research and
Yogyakarta. Evaluation, 1(4), 283-291.
Wibowo, Toto Wasis, 1989. Ajaran
Gandhi tentang Ashram (Suatu

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 22

Anda mungkin juga menyukai