Teori Gaya
Teori Gaya
Teori Gaya
Source : http://www.academia.edu/8118666/Kepemimpinan_Mahatma_Gandhi
MAHATMA GANDHI
Mohandas Karamchand Gandhi lahir pada tangga 2 Oktober 1869 dan wafat pada tanggal 30 Januari
1948 juga dipanggil Mahatma Gandhi dalam bahasa Sansekerta artinya “jiwa agung”. Ia adalah seorang
pemimpin spiritual dan politikus dari India. Pada masa kehidupan Gandhi, banyak negara yang
merupakan koloni Britania Raya. Penduduk di koloni-koloni tersebut mendambakan kemerdekaan agar
dapat memerintah negaranya sendiri. Gandhi adalah salah seorang yang paling penting yang terlibat
dalam Gerakan Kemerdekaan India. Dia adalah aktivis yang tidak menggunakan kekerasan, yang
mengusung gerakan kemerdekaan melalui aksi demonstrasi damai. Gandhi sebagai pelopor perdamaian
dunia yang menciptakan paham ahimsa atau pantang kekerasan, yang diyakini adalah kekuatan paling
ampuh yang tersedia bagi umat manusia. Gerakan ahimsa ini berhasil menyalakan inspirasi dalam
berjuta sanubari orang India yang mendambakan kemerdekaan. Prinsipnya adalah Ahimsa atau tanpa
kekerasan telah menginspirasi kebebasan dan hak asasi warga negara di dunia. Maka pantaslah Beliau
dikenang sebagai Pejuang perdamaian.
Berkaitan penjelasan di atas, dalam hal ini gaya kepemimpinan Mahatma Gandhi tersebut dapat
dikatakan sebagai gaya kepemimpinan karismatik. Gaya kepemimpinan karismatik Mahatma Gandhi
ditunjukkan dengan adanya pengaruh ajaran Satya dan Ahimsa yang kuat terhadap rakyat India dan
orang-orang di luar India, sehingga mampu memotivasi dan menginspirasi mereka untuk
memperjuangkan kemerdekaannya dengan menerapkan prinsip-prinsip yang telah diajarkannya. Gandhi
menyelipkan visi misi dan filosofi hidup ke dalam tujuan-tujuan ideologisnya dengan menggunakan daya
tarik pribadinya (kekuatan karismatik), sehingga Gandhi mampu menghubungkan visi kelompok dengan
nilai-nilai, cita-cita dan aspirasi rakyat India yang mengakar kuat ke dalam komitmen dan identitas
emosional para pengikutnya.
Berdasarkan ciri dan perilaku kepemimpinan karismatik yang diuraikan oleh Yukl (2005), maka
penerapan gaya kepemimpinan terhadap Mahatma Gandhi adalah:
1. Menyampaikan sebuah visi yang menarik.
Gandhi mengajukan visi yang mampu menginspirasi pengikut dan orang lain yang mengenalnya. Selama
perjuangan kemerdekaan India, Gandhi memiliki visi “Menegakkan Kebenaran Tanpa Kekerasan”
(Prinsip Satyagraha-Ahimsa). Pada dasarnya, tipe pemimpin karismatik dibedakan menjadi dua tipe yaitu
karismatik visioner dan karismatik di masa krisis (Ivancevich, Konopaske, & Matteson, 2008).
Berdasarkan visi tersebut, Mahatma Gandhi cenderung memiliki gaya kepemimpinan karismatik
visioner, dimana dirinya memiliki pandangan yang jauh ke depan untuk bangsanya dan mencapai tujuan
tersebut melalui penerapan prinsip Satyagraha-Ahimsa.
2. Menggunakan bentuk komunikasi yang kuat dan ekspresif saat mencapai visi itu.
Bentuk komunikasi Gandhi memiliki daya tarik pribadi (kekuatan karismatik) tersendiri bagi orang yang
dipimpinnya. Para pengikutnya memandang Gandhi berani mengekspresikan karakter pribadinya yang
sangat inspiratif dan mampu menciptakan pengaruh yang kuat saat mengajarkan prinsip-prinsip
hidupnya kepada para pengikutnya. Gaya komunikasi tersebut pun mampu mengantarkan Gandhi
mencapai visinya, misalnya saat Gandhi menulis surat kepada pemerintahan Inggris di Afrika Selatan dan
menulis di surat kabar dengan menggunakan gaya bahasa yang komunikatif, sehingga para pembaca
(penguasa) tersentuh dengan tulisan Gandhi.
3. Mengambil resiko pribadi dan membuat pengorbanan diri untuk mencapai visi itu.
Pengorbanan diri dan pengambilan resiko yang dilakukan Gandhi untuk mencapai visi ditunjukkan
dengan keberanian untuk melawan penguasa melalui gerakan perlawanan pasif-nonkooperatif melawan
hukum diskriminatif, serta melakukan aksi “demonstrasi damai” dan mogok kerja yang diikuti oleh
ribuan rakyat India.
5. Pembuatan role model dari perilaku yang konsisten dari visi tersebut.
Gandhi pun menjadi role model bagi para pengikutnya, apapun yang dikatakan dan dilakukan akan ditiru
dan dilaksanakan oleh para pengikutnya. Para pengikut tersebut memandang perilaku dan ucapan
Gandhi sebagai bentuk perilaku yang konsisten akan visi mereka. Salah satu contohnya adalah saat
Gandhi menerapkan ajarannya untuk melawan penjajah Inggris dengan cara menggabungkan prinsip
Satyagraha dan Ahimsa, sehingga terbentuklah perang tanpa kekerasan.
Perilaku dan ajaran yang disampaikan oleh Gandhi tersebut mampu mendorong para pengikutnya
tergabung dalam gerakannya secara sukarela. Bahkan seorang Mahatma Gandhi pun mampu mengubah
Motilal Nehru yang terbiasa dengan kemegahan menuju sifat kesederhanaan. Karisma yang diberikan
Gandhi tersebutlah yang mampu membuat para pengikutnya merasa terkesan sehingga mengikuti
setiap ajarannya. Hal tersebut juga ditegaskan dalam tulisan Copley (1987) yang mengatakan, “Pengaruh
moral Gandhi terhadap para pengikutnya sangat menakjubkan.”
Gandhi membangun identifikasi kelompok melalui sikap nasionalisme dan patriotis kepada para
pengikutnya melalui pandangannya tentang kemerdekaan India. Gandhi menyatakan bahwa
kemerdekaan tersebut merupakan milik semua orang India, terlepas dari ras, agama, kasta atau warna
yang berbeda, karena semua rakyat India hidup dalam persahabatan yang sempurna serta berhak
memperjuangkan dan menikmati kemerdekaan tersebut. Alhasil, hal tersebut pun mampu menyatukan
rakyat India.