Lembaga Amal Zakat

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

BUNGA RAMPAI

LEMBAGA AMIL ZAKAT

1
LEMBAGA AMIL ZAKAT
Oleh:
Muhammad Faiz Sabilillah, Wulandari, Yusril Hanbali, Fhadillah Dwiyanti,
Azizah Lyanti
Dosen Pengampu: Hartinah Aprilia, S.H M.H
Prodi Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam
Negeri Raden Fatah Palembang

PENDAHULUAN
Lembaga amil zakat atau disebut LAZ adalah lembaga yang dibentuk masyarakat
yang memiliki tugas membantu pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
Lembaga amil zakat punya satu tugas penting, yaitu mengajak masyarakat untuk menunaikan
kewajiban zakat, memberdayagunakan peran pranata keagamaan, serta meningkatkan
jangkauan zakat. Selain itu, LAZ juga memiliki sumber daya manusia yang profesional,
sehingga mereka punya program, campaign, peraturan, dan evaluasi yang sangat jelas.
Singkatnya, LAZ memastikan pengelolaan zakat yang dilakukan bisa berjalan dengan lancar,
profesional, dan juga transparan. Kehadiran LAZ membuat masyarakat lebih mudah untuk
menyalurkan zakatnya melalui pengelolaan profesional. Apalagi saat ini LAZ di Indonesia
sudah menyediakan layanan zakat online yang memungkinkan masyarakat menuntaskan
kewajiban zakatnya kapanpun dan di manapun. Prosesnya pun jauh lebih mudah dari zakat
konvensional pada umumnya.

RUMUSAN MASALAH

1. Apa makna lembaga amil zakat dan apa fungsinya ?


2. Apa saja perbedaan lembaga amil zakat dan badan amil zakat ?
3. Apa saja kendala yang dialami lembaga amil zakat sejak awal berdiri ?

2
Lembaga Amil Zakat

PEMBAHASAN

A. Definisi Zakat
Zakat secara etimologi mempunyai banyak arti, salah satunya adalah pengembangan. Harta yang
dizakati akan memberikan keberkahan terhadap harta yang tersisa sehingga mempunyai nilai yang
lebih tinggi dari segi kualitasnya walaupun dikurangi kuantitasnya, sebagaimana tersirat dalam
firman Allah SWT. (QS. Al-Baqarah (2): 276)

‫َيۡم َح ُق ُهّٰللا الِّر ٰب وا َو ُيۡر ِبى الَّص َد ٰق ِتؕ‌ َو ُهّٰللا اَل ُيِح ُّب ُك َّل َك َّفاٍر َاِثۡي ٍم‬
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan zakat” Definisi zakat sebagai madah (pujian)
tersirat dalam firman Allah SWT. QS. An-Najm (53) ayat 32.

‫َاَّلِذ ۡي َن َيۡج َتِنُبۡو َن َك ٰٓبِٕٮَر اِاۡل ۡث ِم َو اۡل فَو اِح َش ِااَّل الَّلَم َمؕ‌ ِاَّن َر َّبَك َو اِس ُع اۡل َم ۡغ ِفَر ِةؕ‌ ُهَو‬
‫َاۡع َلُم ِبُك ۡم ِاۡذ َاۡن َش َاُك ۡم ِّم َن اَاۡلۡر ِض َو ِاۡذ َاۡن ُتۡم َاِج َّنٌة ِفۡى ُبُطۡو ِن ُاَّم ٰه ِتُك ۡمۚ‌ َفاَل ُتَز ُّك ۤۡو ا‬
‫َاۡن ُفَس ُك ۡم‌ؕ ُهَو َاۡع َلُم ِبَمِن اَّتٰق ى‬
[Orang-orang yang akan mendapat anugerah dan kebaikan adalah mereka yang sungguh-
sungguh menjauhi dosa-dosa besar yang disebut secara khusus ancamannya, dan perbuatan keji
yang dicela oleh akal dan tabiat manusia. Semua itu ada hukumannya, kecuali kesalahan-
kesalahan kecil yang dilakukan sesekali dan tanpa sengaja. Sungguh, pengampunan atas dosa
kecil itu karena Tuhanmu Mahaluas ampunan-Nya. Dia pun akan mengampuni dosa besar bila
pelakunya bertobat dengan tulus. Janganlah kamu bangga karena telah berbuat baik.
Sesungguhnya Dia mengetahui tentang keadaan kamu, bahkan sejak Dia menjadikan kamu dari
tanah lalu ketika kamu masih janin dalam perut ibumu yang berproses sesuai tahapannya. Maka
dengan pengampunan dan pahala itu, janganlah kamu menganggap dirimu suci dengan memuji
diri dan membanggakan amalamalmu. Sungguh, Dia yang paling mengetahui tentang orang
yang bertakwa dan benar-benar suci.]

Zakat merupakan salah satu dari lima rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh umat
Islam. Zakat adalah salah satu barang yang dikeluarkan untuk dibagikan kepada orang-orang
yang berhak menerimanya, misalnya fakir miskin, mustahik, mualaf, hamba-hamba yang ingin
merdeka, orang-orang yang berjihad di jalan Allah, dan sebagainya. Zakat bertujuan untuk

3
mendorong terciptanya keadilan sosial dan mengurangi kesenjangan sosial ekonomi antara si
kaya dan si miskin.

Zakat juga dinamakan bersih (thaharah), karena dengan membayar zakat harta dari
seorang yang berzakat menjadi bersih dari kotoran dan dosa yang menyertainya, yang
disebabkan oleh harta yang dimiliki tersebut, adanya hak-hak orang lain menempel padanya.
Maka, apabila tidak dikeluarkan zakatnya, harta tersebut mengandung hak-hak orang lain, yang
apabila kita menggunakannya atau memakannya berarti telah memakan harta orang lain dan
demikian hukumnya haram.

B. Sejarah Zakat

Sejak Islam datang ke tanah air kita, zakat telah menjadi satu sumber dana untuk
kepentingan pengembangan agama Islam. Yang menjadi pendorong pengeluaran peraturan
tentang zakat itu adalah alasan klasik rezim kolonial yaitu mencegah terjadinya penyelewengan
keuangan zakat oleh para penghulu atau nasib bekerja untuk melaksanakan administrasi
kekuasaan pemerintah Belanda, tapi tidak diberi gaji atau tunjangan untuk membiayai hidup dan
kehidupan mereka beserta keluarganya. Kendatipun negara Republik Indonesia tidak didasarkan
pada ajaran suatu agama, namun falsafah negara kita dan pasal-pasal UUD negara Republik
Indonesia memberi kemungkinan kepada pejabat-pejabat negara untuk membantu pelaksanaan
pemungutan zakat dan pendayagunaannya. Seperti yang tercantum dalam Pasal 29 ayat 1 UUD
1945 antara lain adalah bahwa “Negara Republik Indonesia wajib menjalankan syariat Islam
bagi orang Islam, syariat Nasrani bagi orang Nasrani, dan syariat Hindu Bali bagi orang Hindu.
Karena syariat yang berasal dari agama yang dianut warga negara Republik Indonesia itu
adalahkebutuhan hidup para pemeluknya. Dalam negara Republik Indonesia ini, syariat Islam
yang merupakan kebutuhan hidup para pemeluk agama Islam dan norma abadi yang berasal dari
Allah itu dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu: 1. Syariat yang mengandung hukum dunia,
misalnya hukum perkawinan, hukum kewarisan, hukum zakat dan hukum pidana. Hukum-
hukum ini memerlukan bantuan kekuasaan negara untuk menjalankannya agar dapat berjalan
dengan sempurna. 2. Kategori yang kedua yaitu norma abadi yang memuat syariat yang
mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya seperti shalat, dan puasa. Pelaksanaan
syariat ini tidak memerlukan bantuan kekuasaan negara, karena ia merupakan kewajiban pribadi
pemeluk agama yang bersangkutan kepada Allah. 3. Kategori ketiga yaitu syariat yang
mengandung tuntunan hidup kerohanian (iman) dan kesusilaan (akhlak) yang seperti syariat
dalam kategori kedua tersebut di atas, tidak memerlukan bantuan kekuasaan negara yang
menjalankannya.
4
Dari bank zakat itu akan dapat disalurkan pinjaman-pinjaman jangka panjang yang tidak
berbunga untuk rakyat miskin guna membangun lapangan hidup yang produktif. Demikian sejak
Indonesia merdeka, di beberapa daerah di Tanah Air kita, pejabat pemerintah yang menjadi
penyelenggara negara telah ikut serta membantu pemungutan dan pendayagunaan zakat.
Kenyataan ini dapat dihubungkan pula dengan pelaksanaan Pasal 34 UUD 1945 yang
menyatakan bahwa fakir miskin dan anak-anak telantar dipelihara oleh negara. Setahun
sebelumnya, yakni pada tahun 1967, pemeritah telah pula menyiapkan RUU zakat yang akan
diajukan kepada DPR untuk disahkan menjadi undang-undang. Menteri Keuangan, pada waktu
itu, dalam jawabannya kepada Menteri Agama, menyatakan bahwa peraturan mengenai zakat
tidak perlu dituangkan dalam undang-undang, cukup dengan peraturan Menteri Agama saja.
Kemudian beberapa hari setelah itu, pada peringatan Isra’ dan Mi’raj di Istana negara tanggal 22
Oktober 1968, Presiden Soeharto manganjurkan untuk menghimpun zakat secara sistematis dan
terorganisasi seperti Badan Amil Zakat Nasional yang dipelopori oleh Pemerintah Daerah
khusus Ibukota Jakarta.

Dengan dipelopori Pemerintah Daerah DKI Jaya yang pada waktu itu dipimpin oleh
Gubernur Ali Sadikin, berdirilah di ibukota ini Badan Amil Zakat, Infak dan Sedekah (disingkat
BAZIS). Dari lembaga yang telah ada, yang disebut di atas dapat ditarik beberapa pola, pola
pertama adalah lembaga amil yang membatasi dirinya hanya mengumpulkan zakat fitrah saja
seperti yang terdapat di Jawa Barat.

C. Lembaga Pengelola Zakat

1. Badan Amil Zakat pada Awal Islam Pengelolaan zakat sejak kedatangan Islam dikelola oleh
negara. Pemerintah melalui amil zakat mempunyai tugas dan wewenang untuk memungut dan
mendistribusikan zakat.

2. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan
badan resmi dan satusatunya yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI
No. 8 Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat, infaq,
dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional. Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat semakin mengukuhkan peran BAZNAS sebagai lembaga filantropi
yang berwenang melakukan pengelolaan zakat, infak, sedekah secara nasional. Dalam UU
tersebut, BAZNAS dinyatakan sebagai lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri
dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Agama. Dengan demikian, BAZNAS

5
bersama Pemerintah bertanggung jawab untuk mengawal pengelolaan zakat yang berasaskan:
syariat Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas.

3. Lembaga Amil Zakat (LAZ) Berdasarkan Pasal 17 UU no. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan
Zakat bahwa untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan, pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk LAZ (Lembaga Amil Zakat). Lembaga
Amil Zakat merupakan lembaga pengelola zakat yang dibentuk oleh swasta ataudiluar
pemerintah. Lembaga amil zakat ini dikukuhkan, dibina dan dilindungi pemerintah. Dalam 43
Sebagaimana penjelasan dalam QS. AlA’raf Ayat 59, yang artinya: “....agar harta itu jangan
hanya beredar diantara orang-orang kaya diantara kamu...”. Rasulullah SAW. juga berpesan
bahwa harta benda (dalam hal ini, uang) hendaknya senantiasa bergeran (berputar) di kalangan
muslimin, baik dipergunakan untuk kepentingan konsumsi, untuk sedekah, untuk infaq, ataupun
untuk investasi yang bersifat produktif. Melaksanakan tugasnya LAZ memberikan laporan
kepada pemerintah sesuai dengan tingkatannya.

Dengan adanya payung hukum itu, maka keberadaan lembaga zakat sudah mendapat
jaminan dan perlindungan oleh pemerintah. Oleh karena itu, sekarang sudah banyak didirikan
lembaga-lembaga amil zakat oleh organisasi-organisasi agama dan sosial-kemasyarakatan.
Lembaga-lembaga itu seperti: LAZIS NU, Dompet Dhuafa Republika, dan masih banyak lagi.

D. Kendala Zakat

Zakat memiliki potensi yang besar dalam menanggulangi permasalahan di Indonesia


seperti kemiskinan, minimnya pendidikan dan kesenjangan ekonomi. Sudewo memaparkan hal-
hal yang secara umum menjadi problem dalam pengumpulan zakat yang maksimal, yakni:
regulasi dan political will yang kurang mendukung, ketidakpercayaan para muzakki terhadap
lembaga pengelola zakat yang ada baik swasta maupun terutama pemerintah, hingga masalah
internal organisasi pengelola zakat sendiri, seperti kurang accountable, lack of transparency dan
masalah manajerial. Hasil penetian Indrijatiningrum menyatakan bahwa beberapa persoalan
utama zakat adalah gap yang sangat besar antara potensi zakat dan realisasinya, hal ini
disebabkan masalah kelembagaan pengelola zakat dan masalah kesadaran masyarakat, serta
masalah sistem manajemen zakat yang belum terpadu. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu
dilakukan strategi yang dapat mengatasiancaman dan tantangan yang dihadapi dan memperbaiki
kelemahan OPZ secara keseluruhan. Prioritas kebijakan yang perlu dilakukan yaitu penerapan
sanksi bagi muzakki yang tidak berzakat, meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk

6
meningkatkan keprofesionalismean, kredibilitas, akuntabilitas dan transparansi. Skenario terbaik
dalam meningkatkan potensi zakat adalah melalui reformasi perundang-undangan.

1. Masalah Internal OPZ Masalah internal merupakan masalah yang dihadapi di internal
Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) atau Unit Pengumpul Zakat (UPZ) atau Mitra Pengelola
Zakat (MPZ) itu sendiri. Adapun masalah internal terdiri dari jumlah Lembaga Amil Zakat
(LAZ) yang terlalu banyak, mahalnya biaya promosi, rendahnya efektivitas program
pendayagunaan zakat, rendahnya sinergi antar-stakeholder zakat dan terbatasnya sumber daya
manusia amil zakat, kualitas sumber daya manusia yang masih rendah, tingkat keberhasilan
pengelolaan dana zakat, pegawai OPZ belum full time, lemahnya kepatuhan pengendalian IT
internal, pembayaran zakat melalui internet banking dan sejenisnya belum tersedia secara luas,
efektivitas, transparansi, profesional, akuntabilitas lembaga zakat, kemudahan membayar zakat,
pelayanan memuaskan, kepercayaan publik terhadap manajemen dan tata kelola zakat rendah,
belum adanya sertifikat amil, rendahnya insentif bagi wajib zakat untuk membayar zakat,
rendahnya ghiroh, distribusi zakat hanya untuk keperluan konsumtif masyarakat, profesi amil
kurang bonafide, kualitas dan kuantitas SDM masih rendah, database muzaki dan mustahik yang
tidak akurat, belum ada model promosi atau sosialisasi yang murah, keterbatasan SDM amil
yang profesional.

2. Masalah Eksternal OPZ Masalah eksternal merupakan masalah yang ada di luar Organisasi
Pengelola Zakat (OPZ) atau Unit Pengumpul Zakat (UPZ) atau Mitra Pengelola Zakat (MPZ)
yang berada di luar kendali mereka. Adapun masalaj eksternal OPZ terdiri dari perbedaan
pendapat mengenai fiqh zakat, rendahnya koordinasi antara regulator OPZ dan regulator,
rendahnya kesadaran muzakki dalam menunaikan zakat secara benar sesuai dengan syariat,
rendahnya pengetahuan muzakki/ masyarakat tentang fiqh zakat (literasi zakat), masyarakat
belum mengerti cara menghitung zakat, faktor keagamaan seperti iman, pemahaman agama,
tingkat kepercayaan masyarakat yang rendah terhadap lembaga zakat, peran stakeholder yang
belum optimal, masalah kesadaran muzakki membayar zakat masih rendah jika dibandingkan
dengan kepatuhan membayar pajak, literasi dan pendidikan zakat terhadap masyarakat,
rendahnya kesadaran wajib zakat (muzakki), program pemberdayaan antarOPZ belum teratur,
terbatasnya kemitraan OPZ, kebijakan pemerintah yang tidak sesuai dengan program
pendayagunaan zakat.

3. Masalah Sistem Masalah sistem merupakan masalah yang dihadapi oleh Organisasi Pengelola
Zakat yang ada di eksternal OPZ atau UPZ atau MPZ yang sudah tersistem yang berada di luar
kendali mereka. Adapun masalah sistem terdiri dari zakat yang belum menjadi obligatory
7
system, kurangnya dukungan regulasi dari negara untuk proaktif dalam menjalankan UU No. 23
tahun 2011 tentang zakat, objek zakat yang tergali masih terkonsentrasi pada zakat fitrah dan
profesi, zakat bersifat sukarela bukan kewajiban, amil tradisional melalui masjid kurang
profesional, lemahnya kerangka aturan dan institusional zakat, adanya dualisme otoritas Baznas
dan Kemenag, adanya dualisme fungsi Baznas sebagai regulator dan operator, ketidaksetaraan
kedudukan Baznas sebagai operator dengan LAZ, lemahnya kedudukan Baznas daerah,
timpangnya kedudukan UPZ dengan OPZ, belum berjalannnya penegakan aturan dan perangkat
pengawasan.

E. Strategi Pengembangan dalam Pengelolaan Zakat

Beberapa strategi pengembangan dalam pengelolaan zakat adalah:

1. Membudayakan Kebiasaan Membayar Zakat. Harus mulai dicanangkan gerakan membayar


zakat melalui tokoh-tokoh agama atau bahkan dengan cara memasang iklan di media massa baik
cetak maupun elektronik. Selain itu harus mulai membiasakan sedari dini kepada para pelajar
agar mau menyisihkan sebagian rezekinya untuk berbagi dengan sesama denganmelatih para
generasi muda sedari dini, maka akan mampu menjadi suatu budaya yang built in di dalam jiwa
mereka pada saat mereka telah memiliki kemampuan untuk mencari nafkah. Rasa empati dan
sosial pun akan timbul dari budaya membayar zakat ini. Sosialisasi kebiasaan membayar zakat
harus dilakukan secara serentak dan dengan koordinasi yang matang antar lembaga, agar dapat
menjadi budaya positif di masyarakat. Himbauan moral harus selalu dikumandangkan baik oleh
tokoh-tokoh formal di masyarakat maupun tokoh informal.

2. Penghimpunan yang cerdas Pada masa sekarang strategi penghimpunan yang tradisional
sudah tidak dapat dipergunakan lagi, yaitu strategi penghimpunan yang hanya tunggu bola,
menunggu datangnya muzaki yang datang ke tempat amil. Saat ini amil harus mau untuk lebih
bekerja keras dalam menghimpun dana masyarakat, stategi yang dipakai adalah strategi jemput
bola, yaitu amil harus mendatangi dan mendekati para muzakki agar mau menyisihkan sebagian
dananya untuk sesama.

3. Perluasan Bentuk Penyaluran. Pola-pola penyaluran tradisional yang selama ini banyak
diterapkan oleh lembaga pengelola zakat masjid atau tradisional harus diubah agar bentk
penyaluran yang ada mampu menjadikan manusia tersebut menjadi mandiri dan tidak tergantung
kepada pihak lain. Janganlah selalu memberi mereka ikan, akan tetapi mereka harus pula diberi
kail agar mereka pada akhirnya mampu memperoleh ikan mereka sendiri, bahkan mereka

8
mampu memberi ikan yang mereka peroleh kepada pihak lain. Hal ini menimbulkan implikasi
bahwa zakat akan mampu menciptakan kemaslahatan dan kemudharatn bagi umat.

4. Sumber Daya Manusia yang Berkualitas. Peningkatan kualitas sumber daya manusia
merupakan salah satu prasyarat agar suatu lembaga amil zakat untuk semakin berkembang dan
mampu mendayagunakan dana zakat yang mereka miliki agar berguna bagikemaslahatan umat.
Lembaga amil zakat harus mampu memberikan penghargaan yang seimbang sesuai dengan
prestasi kerja para staf pengelola, agar meeka mau menjadikan amil tersebut menjadi profesi
yang bergengsi dan menyenangkan. Profesi amil mempunyai dua dimensi yang berbeda uaitu di
satu sisi mereka mencari materi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan di sisi lain mereka
bekerja sambil beribadah mengamalkan ilmunya untuk kemaslahatan umat. Sehingga sungguh
tepat perubahan paradigma pengelolaan dana zakat, yaitu tidak berdasarkan manajemen Lillahi
ta’ala, melainkan manajemen yang profesional, akuntabel, amanah, dan memiliki integritas yang
tinggi dimana nilai-nilai tersebut telah built in di dalam jiwa setiap pengelola zakat. Sehingga
pengelolaan dana zakat akan menjadi semakin berdayaguna bagi masyarakat.

5. Fokus dalam Program. Seringkali kelemahan para lembaga pengelola zakat saat ini adalah
mereka memiliki ambisi untuk menjangkau seluruh aspek kehidupan, hal ini berakibat pada
tidak fokusnya program-program yang mereka lakukan. Sehingga dapat mengakibatkan tujuan
utama pendayagunaan zakat untuk mengentaskan mustahik dari jurang kemiskinan justru tidak
menjadi optimal. Lembaga amil zakat yang memiliki fokus utama terhadap suatu sektor tertentu
akan lebih efektif dalam pengelolaan.

6. Cetak Biru Pengembangan Zakat. Setiap elemen dan institusi yang terkait dengan
pengembangan dan pengelolaan zakat di Indonesia haruslah secara bersama-sama dengan
pemerintah merumuskan suatu arahan dan target-target jangka pendek, menengah maupun
panjang dari pengelolaan zakat di Indonesia agar zakat mampu berdayaguna dan dapat
mensejahterakan serta memakmurkan masyarakat. Apabila institusi keuangan lain sudah
memiliki suatu cetak biru pengembangan zakat, maka institusi zakat pun wajib memiliki cetak
biru pengembangan zakat. Namun untuk menyatukan semua elemen tersebut idealnya
pemerintah turut mengambil peranan yaitu dengan membentuk satu kementerian khusus yang
bertugas untuk mengelola zakat.

9
KESIMPULAN

Zakat merupakan kewajiban agama dan termasuk rukun islam yang ke tiga dan
wajib dikeluarkan oleh setiap muslim yang memiliki harta lebih. Zakat juga terd apat dalam
surat at-Taubah ayat 60 dan ayat 103. Dalam mengurus zakat diperlukan lembaga pengelola
zakat supaya zakat dapat disalurkan kepada orang yang berhak menerimanya. Lembaga
pengelola zakat terbagi menjadi dua yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil
Zakat (LAZ). Tujuan dari pembentukan lembaga tersebut yaitu untuk memudahkan
pendistribusian zakat.

Akan tetapi dalam lembaga pengelola zakat di Indonesia masih terdapat


beberapa kendala di antaranya yaitu banyaknya organisasi amil zakat yang berjalan sendiri-
sendiri sehingga potensi zakat yang sangat besar kurang dapat dimanfaatkan secara terarah
dan merata. Di sisi lain, hal itu juga disumbang oleh faktor angka kemiskinan dan tingkat
pengangguran yang dari hari ke hari semakin naik. Selain itu, pemahaman fiqih seorang amil
yang belum memadai, rendahnya kesadaran masyarakat akan pembayaran zakat, sistem
informasi zakat yang belum maksimal. Kendala inilah yang membuaat dana zakat kurang
terkumpul secara maksimal dan penyalurannya pun juga belum sesuai dengan yang
diharapkan.

Dari kendala tersebut dibutuhkan strategi yang tepat dalam memecahkan


masalah yang dihadapi dalam lembaga pengelola zakat. Di antaranya adalah, meningkatkan
pengawasan terhadap badan pengelola zakat, membentuk gerakan membayar zakat yang di
prakarsai oleh tokoh-tokoh agama setempat supaya masyarakat sadar betapa pentingnya
dalam membayar sistem informasi zakat, meperbaiki pola-pola penyaluran zakat, dan lain-
lain.

10
Profil Penulis

Nama : Muhammad Faiz Sabilillah


Tanggal lahir : 26 Juni 2002
Lulusan : SMA PUSRI
Kata mutiara : Jiwa yang bahagia adalah pelindung terbaik untuk dunia yang
kejam.

Nama : Wulandari
Tanggal lahir : 10 Februari 2001
Lulusan : SMA Negeri 01 Pampangan
Kata mutiara : Cobalah menjadi pelangi di awan orang lain.

Nama : Yusril Hanbali

Tanggal Lahir : 15 April 2001

Lulusan : SMA 01 Sungai Lilin Muba

Kata mutiara : Terima dan jangan sesali setiap pilihan dalam hidup,
Jadikan hal baik didalamnya sebagai pengingat
kepada sang pencipta dan jadikan hal buruk
didalamnya sebagai pelajaran agar menjadi lebih baik
esok hari.

Nama : Fhadillah Dwiyanti

Tanggal Lahir : 26 Desember 2002

Lulusan : SMK Negeri 02 Palembang

Kata mutiara : Kita tidak akan pernah meraih restu Allah jika kita tidak
mampu memperoleh restu orang tua.

Nama : Azizah Lyanti

Tanggal Lahir : 24 Mei 2002

Lulusan : SMK Muhammadiyah 03 Palembang

Kata mutiara : Berbuatlah baik meski tidak pernah diperlakukan baik.

11

Anda mungkin juga menyukai