Manajemen Organisasi Pengelola Zakat

Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 28

BAB X

MANAJEMEN ORGANISASI PENGELOLA


ZAKAT
Tujuan Pembelajaran

 Mahasiswa dapat menjelaskan pengelolaan zakat masa


kenabian dan kekhalifahan serta pengelolaan zakat di
Indoensia
 Mahasiswa dapat menjelaskan dan mengaplikasikan
manajemen dana pada organisasi pengelola zakat di
Indoensia
 Mahasiswa dapat menjelaskan dan mengaplikasikan
penganggaran dan pengendalian dana ZISWAF pada
organisasi pengelola zakat
 Mahasiswa dapat menjelaskan strategi pengumpulan
dan distribusi dana Zakat secara efektif
Pengelolaan Zakat dan Infak/ Sedekah
di Masa Kenabian dan Kekhalifahan

 Masa Kenabian (Qardhawi, 2006: 557 – 559)


 Zakat mulai diwajibkan sejak tahun 2 H
 Pengelolaan tidak diserahkan individu
 Amilin ada badan atau wadah
 Pemerintah pusat yang mengontrol
 Pendirian Baitul Maal
 Pengutusan Pemungut Zakat, Umar Ibnul-Lutbiah
(Bukhori-Muslim)
 Hadits-Hadits, tentang pegangkatan amil,
pelaporan dan hukum menggelapkan dana sebesar jarum.
 Hadits Riwayat Tabrani, Nabi mengutus Ubadah bin
Shamit)
Pengelolaan Zakat dan Infak/ Sedekah
di Masa Kenabian dan Kekhalifahan

 Masa Kenabian (Qardhawi, 2006: 735 – 736)


- Dari Abu Daud, Nabi memerintah Abu Mas’ud menjadi
pemungut zakat
- Ahmad mengemukakan, Nabi telah mengutus Abu
Jahm bin Hudzaifah untuk memungu zakat, mengutus
Amir, mengutus Qais bin Saad, Wahid bin Uqbah.
- Pengutusan pemungut zakat sesuai dengan daerah
- Hadits-Hadits pengutusan para pemungut zakat
merupakan bukti zakat dikelola dan diawasi oleh Negara
Pengelolaan Zakat dan Infak/ Sedekah
di Masa Kenabian dan Kekhalifahan

 Masa Kekhalifahan
- Abu Bakar memerangi orang yang tidak membayar
zakat
- Pengutusan pemungut zakat juga dilakukan oleh Abu
Bakar dan Umar (Imam Baihaqi dari Imam Syafii)
- Era khalifah Umar (10 tahun) Muadz bin Jabal
mengabarkan tidak ada kemiskinan di Yaman
- kegemilangan pengelolaan zakat ketika zaman Umar
bin Abdul Aziz
Syarat-syarat menjadi amil
(Qardawi, 2002: 551-552)

Beragama Islam,
Mukallaf,
Memiliki sifat amanah dan jujur,
Mengerti dan memahami hukum-hukum,
 Memiliki kemampuan untuk melaksana-
kan tugas dengan sebaik-baiknya, dan
kesanggupan
Full time
Pengelolaan Zakat di Indonesia

 Badan Amil Zakat (BAZ) yaitu organisasi


pengelolaan zakat yang dibentuk oleh
pemerintah.
 Lembaga Amil Zakat (LAZ) yaitu
organisasi pengelolaan zakat yang
sepenuhnya dibentuk oleh masyarakat
dan dikukuhkan oleh pemerintah.
(Definisi berdasarkan UU 38 tahun 1999)
Organisasi Pengelola Zakat

Presiden RI

Menteri Agama

Unit
Pengumpul BAZNAS LAZ
Zakat

Baznas Baznas
Propinsi Kab/Kota

Unit Unit
Pengumpul Pengumpul
Zakat Zakat
Pengelolaan Zakat di Indonesia

Amil melaksanakan fungsi (UU No 23 Tahun 2011):


1. Perencanaan Pengumpulan, Pendistribusian, dan
Pendayagunaan zakat
2. Pelaksanaan Pengumpulan, Pendistribusian, dan
Pendayagunaan zakat
3. Pengendalian Pengumpulan, Pendistribusian,
dan Pendayagunaan zakat
4. Pelaporan dan pertanggungjawaban
pelaksanaan Pengelolaan zakat
Pengelolaan Zakat di Indonesia

 Kegiatan utama Amil Zakat: Mengumpulkan,


mendistribusikan, mendayagunakan Zakat,
Infak/Sedekah dan dana sosial keagamaan
lainnya.
 Pengelolaan Zakat adalah kegiatan perencana-
an, pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam
pengumpulan, pendistribusian dan pen-
dayagunaan zakat (UU no 23 2011, Psl 1)
Pengelolaan Zakat di Indonesia

 Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) adalah


lembaga yang melakukan pengelolaan zakat
secara nasional.
 Lembaga Amil Zakat (LAZ) adalah Lembaga
yang dibentuk masyarakat yang memiliki tugas
membantu pengumpulan, pendistribusian dan
pendayagunaan zakat.
 Unit Pengumpul Zakat yang selanjutnya disebut
UPZ adalah satuan organisasi yang dibentuk
oleh BAZNAS untuk membantu mengumpulkan
zakat.
Asas Pengelolaan Zakat (UU 23
2011, Pasal 2)

 Pengelolaan zakat berasaskan:


a. Syariat Islam;
b. Amanah;
c. Kemanfaatan;
d. Keadilan;
e. Kepastian hukum;
f. Terintegrasi
g. Akuntabilitas.
BAZNAS

 Pengeloaan zakat secara nasional


 Bertempat di Ibu Kota Negara
 Bertanggung jawab kepada presiden
melalui Menteri
 BAZNAS melaporkan hasil pelaksanaan
tugasnya secara tertulis kepada Presiden
melalui Menteri dan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
tahun.
BAZNAS

 Beranggotakan 11 orang, 8 dari unsur


masyarakat dan 3 dari unsur pemerintah
 Dipimpin oleh seorang ketua dan seorang
wakil ketua
 Masa kerja 5 tahun dan bisa dipilih
kembali 1 kali masa jabatan
BAZNAS

Anggota BAZNAS diangkat dan (1)


diberhentikan oleh Presiden atas usul
Menteri.
Anggota BAZNAS dari unsur masyarakat
diangkat oleh Presiden atas usul Menteri
setelah mendapat pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
Ketua dan Wakil Ketua BAZNAS dipilih
oleh anggota.
BAZNAS

Syarat Anggota:
a. Warga negara Indonesia;
b. Beragama Islam;
c. Bertakwa kepada Allah SWT;
d. Berakhlak mulia;
e. Berusia minimal 40 (empat puluh) tahun;
f. Sehat jasmani dan rohani;
g. Tidak menjadi anggota partai politik;
h. Memiliki kompetensi di bidang pengelolaan zakat; dan
i. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana
kejahatan yang diancam dengan pidana penjara paling
singkat 5 (lima) tahun.
BAZNAS Provinsi
Dan BAZNAS Kabupaten/Kota
 Dibentuk BAZNAS provinsi dan BAZNAS
kabupaten/kota.
 BAZNAS provinsi dibentuk oleh Menteri atas
usul gubernur setelah mendapat pertimbangan
BAZNAS.
 BAZNAS kabupaten/kota dibentuk oleh Menteri
atau pejabat yang ditunjuk atas usul
bupati/walikota setelah mendapat pertimbangan
BAZNAS.
 Membentuk UPZ
Lembaga Amil Zakat

 Untuk membantu BAZNAS dalam


pelaksanaan pengumpulan, pendistribusi-
an dan pendayagunaan zakat, masyarakat
dapat membentuk LAZ (Psl 17)
 Pendirian mendapat izin Menteri atau
Pejabat yang ditunjuk oleh Menteri
Lembaga Amil Zakat

 Untuk membantu BAZNAS dalam


pelaksanaan pengumpulan, pendistribusi-
an dan pendayagunaan zakat, masyarakat
dapat membentuk LAZ (Pasal 17)
 Pendirian mendapat izin Menteri atau
Pejabat yang ditunjuk oleh Menteri (Psl
18)
LAZ

Persyaratan (Psl 18):


1. Terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan
Islam yang mengelola bidang pendidikan,
dakwah, dan sosial;
2. Berbentuk lembaga berbadan hukum;
3. Mendapat rekomendasi dari BAZNAS;
4. Memiliki pengawas syariat;
5. Memiliki kemampuan teknis, administratif dan
keuangan untuk melaksanakan kegiatannya;
6. Bersifat nirlaba;
LAZ

 Persyaratan (Psl 18):


7. Memiliki program untuk mendayagunakan zakat
bagi kesejahteraan umat; dan
8. bersedia diaudit syariah dan diaudit keuangan
secara berkala.
 Pasal 19: LAZ wajib melaporkan pelaksanaan
pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat yang telah diaudit kepada
BAZNAS secara berkala.
Pengumpulan, pendistribusian,
pendayagunaan, dan pelaporan (UU 23 2011)

 Self Asessment, atau bisa konsultasi ke


BAZNAS
 Zakat yang diserahkan ke BAZNAS atau LAZ
dikurangkan dari penghasilan kena pajak
 Zakat wajib didistribusikan kepada mustahik
sesuai syariat Islam
 Pendistribusian zakat, dilakukan berdasarkan
skala prioritas dengan memperhatikan prinsip
pemerataan, keadilan, dan kewilayahan.
Pendayagunaan (27)

 Zakat dapat didayagunakan untuk (1)


usaha produktif dalam rangka penangan-
an fakir miskin dan peningkatan kualitas
umat.
Pendayagunaan zakat untuk usaha
produktif dilakukan apabila kebutuhan
dasar mustahik telah terpenuhi.
Pelaporan

BAZNAS kabupaten/kota wajib me-


nyampaikan kepada BAZNAS provinsi dan
pemerintah daerah secara berkala.
BAZNAS provinsi wajib menyampaikan
laporan BAZNAS dan pemerintah daerah
secara berkala.
LAZ wajib menyampaikan laporan kepada
BAZNAS dan pemerintah daerah secara
berkala.
BAZNAS wajib menyampaikan laporan
Pelaporan

 BAZNAS kabupaten/kota wajib menyampaikan


kepada BAZNAS provinsi dan pemerintah daerah
secara berkala.
 BAZNAS provinsi wajib menyampaikan laporan
BAZNAS dan pemerintah daerah secara berkala.
 LAZ wajib menyampaikan laporan kepada BAZNAS
dan pemerintah daerah secara berkala.
 BAZNAS wajib menyampaikan laporan kepada
Menteri
 Laporan diumumkan di media cetak atau media
elektronik
Perbedaan UU 38 & 23
(Juwaini, 2011, foz)
Pembeda UU 38 1999 UU 23 2011
Nama UU Tentang Pengelolaan UU Zakat, Infak dan Sedekah
Zakat
Posisi posisi pemerintah dan UU zakat baru posisi
Pemerintah masyarakat sejajar dalam pemerintah dan atau badan
pengelolaan zakat zakat pemerintah (BAZNAS)
lebih tinggi
Masyarakat masyarakat dibebaskan hanya yang diberi izin saja
untuk mengelola zakat yang boleh mengelola zakat.
LAZ dalam dua pasal LAZ diatur dalam 13 pasal.
Kelembaga LAZ dibentuk oleh LAZ dibentuk oleh organisasi
an LAZ masyarakat kemasyarakatan Islam. 
Lanjutan UU UU semuanya akan pada Peraturan Pemerintah
diatur dalam Peraturan
Menteri
Manajemen Dana pada
Organisasi Pengelola Zakat
 Pengumpulan: Zakat, Infak/ Sedekah,
Dana sosial keagamaan lainnya, (baik
muthlaq dan muqoyyad)
 Pendistribusian: 8 golongan
 Mendayagunakan
Referensi

 Hafidhuddin, Didin Dr, Panduan Zakat, Republika 2002


 Hafidhuddin, Didin Dr, Zakat dalam Perekonomian Modern, Gema
Insani Press, 2002
 Harahap, Sofya Syafri PhD, Menuju Perumusan Teori Akuntansi Islam,
Pustaka Quantum Jakarta, 2001
 Mufraini, M Arief Lc Msi, Akuntansi dan Manajemen Zakat, Kencana
Prenada Media Grup, 2006
 Mursyidi, Drs Akuntansi Zakat Kontemporer, Remaja Rosdakarya
2003
 Nurhayati, Sri dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, Salemba
Empat, 2008
 Qardawi Yusuf Dr, Hukum Zakat. MIZAN 1996
 Shahatah, Husain DR, Akuntansi Zakat, Pustaka Progresif 2004.
 Shahatah, Husain DR, Pokok-pokok Pikiran Akuntansi Islam, Akbar
Media Eka Aksara 2001.

Anda mungkin juga menyukai