Proposal Lala

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Islam merupakan agama yang mengajarkan kepada pemeluknya untuk

senantiasa berbuat baik kepada segenap makhluk ciptaan Tuhan, demi terciptanya

kedamaian dalam kehidupan sosial bermasyarakat.

Ajaran agama Islam dalam beribadah mempunyai aspek sosial sebagai

landasan membangun suatu sistem untuk mewujudkan kesejahteraan dunia dan

akhirat yang di harapkan mampu memberikan manfaat pada orang yang beribadah

bersama yang ada disekelilingnya. Maka dari itu wajar apabila Islam memandang

bahwa muslim terbaik adalah yang bermanfaat bagi sesamanya. Salah satu ibadah

yang menunjukkan manfaat pada kehidupan sekitarnya adalah zakat. Zakat adalah

salah satu pilar agama dan strategi Islam yang paling penting. Sementara shalat

mewakili keadilan dalam sudut pandang pribadi, seperti mencegah diri melakukan

perbuatan maksiat dan munkar, sedangkan zakat berfungsi sebagai wujud keadilan

dalam sosial masyarakat, seperti menghilangkan kemiskinan, kegelisahan, dan

kecintaan terhadap kelompok lain yang serba kekurangan.1

Zakat ialah salah satu rukun islam yang merupakan ibadah pada Allah

SWT sekaligus amal sosial kemasyarakatan dan humanisme, tujuan zakat

mensucikan jiwa untuk para wajib zakat, mengurangi beban yang kurang mampu,

memelihara keimanan dan bisa menaikan pembangunan. Secara Bahasa zakat

mempunyai poly kegunaannya di antaranya bisa menyucikan jiwa, membawa

berkah dan membentuk ketenangan Bagi siapa pun yang mengeluarkan zakat,

1
Abi Muhammad Azhar, Risalah Zakat, (Kediri: Santri cCreative Press & Publishing,
2016), 11-12

1
2

maka zakat akan hilang jika makna yang ada tidak layak untuk digunakan. Zakat

berarti hak wajib untuk keluar dari kekayaan.

Jenis-jenis zakat bisa dibedakan menjadi dua ialah sebagai berikut:

a. Zakat fitrah merupakan pengeluaran yang wajib dikeluarkan oleh setiap

muslim yang mempunyai kelebihan pada malam dan hari raya Idul Fitri

sepanjang kebutuhan keluarga masih dapat diterima.

b. Zakat maal adalah bagian awal dari harta seseorang (termasuk badan hukum),

yang wajib diberikan kepada kelompok orang tertentu yang mempunyai hak

eksklusif untuk jangka waktu tertentu.2

Maal berasa dari kata bahasa arab artinya harta atau kekayaan ( al-amwal,

jamak dari kata maal ) adalah “ segala hal yang diinginkan manusia untuk di

simpan dan dimilki”, menurut Islam sendiri, harta merupakan sesuatu yang boleh

atau dapat dimiliki dan digunakan (dimanfaatkan) sesuai kebutuhan. Oleh karena

itu dalam pengertian zakat maal berarti zakat yang di kenakan atas segala jenis

harta yang secara zat maupun subtansi perolehannya tidak bertentangan dengan

ketentuan agama.sebagai contoh, zakat maal terdiri atas simpanan kekayaan

seperti uang, emas, surat berharga, penghasilan profesi aset perdagangan, hasil

barang tambang atau hasil laut, hasil sewa aset dan lain sebagainya. Adapun

syarat zakat maal ialah:

1. Milik penuh.

2. Berkembang. artinya harta itu sudah bertambah dan menghasilakn

keuntungan yang lebih.

3. Jumlah Batasan kepemilikan seseorang muslim selama setahun.

4. Sudah melebihi kebutuhan sehari-hari,

5. Bebas atau tidak punya kaitan apapun.


2
Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf, Cet, ke 2(Jakarta : UI
Press, 2005),h.42
3

Ketika waktunya untuk mengumpulkan zakat maka, melalui panitia zakat bisa

memberikan pada orang yang berhak menerima zakat maal. Amil zakat berhak

bersikap adil pada pembagian zakat maal ini karena pada Islampun

menyampaikan 8 syarat yang berhak menerima zakat, di antaranya :

1. Orang miskin, yang hidupnya sangat miskin, tidak mempunyai harta dan

tenaga yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

2. Masyarakat miskin yang tidak berkecukupan untuk hidup dan membutuhkan

pertolongan

3. Pengelola zakat, yaitu orang yang diserahi tugas mengumpulkan dan

menyalurkan zakat. Menurut Undang-Undang Administrasi Zakat, Amil zakat

adalah lembaga zakat-amil yang dibentuk oleh pemerintah yang tugas

pokoknya menghimpun, menyalurkan, dan memanfaatkan zakat menurut

aturan agama. dari.

4. Mualaf.

5. Memerdekakan budak.

6. Orang berhutang.

7. Pada jalan Allah.

8. Orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami

kesengsaraan dalam perjalanannya.3

Pelaksanaan pendistribusian zakat seharusnya di bagikan kepada seluruh

kepala keluarga yang memenuhi syarat penerima zakat maal, melalui data yang di

buat oleh amil tentang penerimaan zakat maal. Tentu saja penerima zakat harus

mengetahui kelompok-kelompok yang berhak atas zakat agar terdistribusi secara

merata tanpa adanya kesenjangan sosial di masyarakat.Regulasi zakat cukup

memadai dalam pengelolaan zakat.dalam pasal 3 Undang-undang nomor 23 tahun

3
Muhammad amin suma, Himpunan Undang-Undang, perdata islam dan peraturan
pelaksaan lainnya di indonesia, (Jakarta ::Raja Grafindo Persada 2010), h. 713
4

2011 tentang pengelolaan zakat bahwa zakat . 4Menegaskan tujuan pengelolaan

zakat di antaranya: (a) meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan dalam

pengelolaan zakat: dan (b) meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan

kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan. Penyerapan dana

zakat untuk mensejahterakan umat yang masuk dalam garis kemiskinan.

Peningkatan pengelolaan zakat sebagai wujud dalam mengefektifkan pelayanan

zakat yang bisa memberikan dampak positif di tengah masyarakat. Tujuan zakat

sebagaimana di jelaskan dalam UU zakat menjadi hal yang di anggap masyarakat

tidak sejalan dengan tujuan zakat. Zakat yang sejatinya dinikmati masyarakat di

anggap tidak tepat sasaran, hal itu mengakibatkan kepercayaan masyarakat

terhadap pengelolaan zakat atau amil menuai ketidak percayaan. Efeknya

melahirkan budaya baru dengan menunaikan zakat secara langsung kepada

mustahik.

Di kabupaten tolitoli kelurahan panasakan,pada perkembangannya ada

masalah tentang pencerahan masyarakat untuk berzakat. Salah satunya minimnya

pengetahuan masyarakat terhadap pembayaran zakat melalui forum zakat,

masyarakat cenderung lebih membayar pribadi zakat maal melalui forum yang

tidak jelas serta orang terdekat dibanding Lembaga zakat resmi.

Di negara indonesia lembaga yang mengurus zakat harus memiliki izin dari

pemerintah yaitu berdasarkan Undang-undang no 23 tahun 2011 tentang

pengelolaan zakat pasal 18 ayat 1 dan 2 yang berbunyi (1) pembentukan LAZ

harus mendapatkan ijin pemerintah di tunjuk langsung oleh menteri, (2) ijin

dimaksud dalam ayat 1 tersebut dapat diberikan jika memenuhi syarat paling

sedikit : a. Terdaftar di organisasi kemasyarakatan Islam dalam mengelola

dibidang dakwah, pendidikan serta sosial: b. Berbentuk lembaga yang

berlandaskan hukum; c. Memperoleh rekomendasi BAZNAS; d. Mempunyai


4
Pasal 1 (ayat 2) UU No.23 tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.
5

pengawas syariat; e. Mempunyai keahlian di administratif,teknis dan keuangan

dalam melaksanakan kegiatannya; f.memiliki sifat nirlaba; g. Mempunyai

program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan masyarakat; dan h.

Bersedia diaudit keuangan dan syariat secara berkala.5

Berdasarkan hasil observasi awal di Kota Tolitoli khususnya di kelurahan

panasakan mengenai pengelolaan zakat maal,dalam mengetahui lebih detai

tentang kesadaran hukum masyarakat terhadap mekanisme pembagiaan zakat

maal dan faktor tantangan dan peluang apa saja yang mempengaruhi tingkat

kesadaran hukum masyarakat, maka penulis tertarik meneliti dan mencari tahu

lebih jauh tentang “kesadaran hukum masyarakat terhadap mekanisme

pembagian zakat maal”, di Kabupaten Tolitoli, Kelurahan Panasakan.

B. Rumusan Masalah

Sehubungan dengan materi di atas, masalah utamanya adalah sebagai

berikut.:

1. Bagaimana kesadaran hukum masyarakat terhadap pembagian zakat maal?

2. Bagaimana faktor peluang dan tantangan masyarakat terhadap mekanisme

pembagian zakat maal?

C. Tinjauan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini ialah mengetahui Kesadaran Hukum Mayarakat

Terhadap Mekanisme Pembagian Zakat maal dan mengetahui apa saja faktor

peluang dan tantangan serta kesadaran di Kelurahan Panasakan, Kecamatan

Baolan, Kabupaten ToliToli.

2. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini ada 2 signifikansi yang akan dicapai yaitu aspek

keilmuwan yang bersifat teoritis dan aspek praktis yang bersifat fungsional:
5
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011, Pasal 18 ayat 1 dan 2
6

a. Secara teoritis

Secara teori, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan

terhadap perkembangan dan pengetahuan, khususnya hukum Islam.

b. Secara praktis

Secara praktis, hasil dari ini sangat di harapkan dapat membuat ide

pemikiran pada masyarakat luas tentang pengelolaan zakat maal agar

memberika keterbukaan tentang pengelolaan zakat maal sesuai ketentuan

dan syariat Islam.

D. Penegasan Istilah (Definisi Operasional)

Untuk membahas permasalahn dalam penelitian ini, perlu penegasan

beberapa kata kunci yang pengertian dan pembatasannya perlu dijelaskan.

1. Kesadaran hukum

merupakan kesadaran seseorang atau kelompok terhadap peraturan atau

hukum yang berlaku. Kesadaran hukum ini sangat diperlukan dalam

masyarakat, tujuannya untuk menjamin terwujudnya ketertiban, kedamaian

dan keadilan dalam pergaulan sosial.

2. Masyarakat

adalah sekumpulan manusia yang saling “bergaul” atau dengan istilah ilmiah

saling “berinteraksi” suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana

agar dapat saling berinteraksi

3. Mekanisme

adalah seperangkat alat untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang

berkaitan dengan suatu proses kerja guna mengurangi kegagalan sehingga

mencapai hasil yang maksimal.

4. Pembagian

adalah proses atau cara perbuatan membagi atau membagikan.


7

5. Peluang

ialah probablitas yang merupakan angka untuk menunjukkan seberapa besar

kemungkinan dalam peristiwa atau kejadian yang terjadi,

6. Tantangan

ialah hal yang menggugah tekad untuk menaikan kemampuan mengatasi

masalah atau kesulitan yang menjadi rangsangan buat bekerja lebih giat dan

sebagainya.

E. Garis-Garis besar isi

Guna memberikan kemudahan bagi pembaca dalam memahami penelitian

ini, penulis berusaha mengklasifikasi penyusunan pembahasan dengan

memisahkan antara ide pokok dengan subtansi pembahasan, hal ini dilakukan agar

di dalam upaya menyusun kerangka pembahasan lebih teratur namun saling

bertautan antara bab yang pertama sampai bab yang terakhir. Adapun sistem

pembahasan kali ini akan disajikan dalam lima bab dengan susunan sebagaimana

berikut ini:

Bab pertama, merupakan bab yang menjelaskan tentang latar belakang,

rumusan masalah, serta tujuan dan manfaat penelitian, serta istilah atau definisi

yang digunakan dan garis garis penting.

Bab kedua, ialah bab yang memjelaskan tentang peneliti terdahulu, kajian

teori yang meliputi teori pengertian zakat menurut istilah dan bahasa. Dasar-dasar

hukum zakat maal (alquran, al hadis, dan pendapat para ulama) serta pengelolaan

dan distribusi zakat.

Bab ketiga merupakan bab yang menjelaskan tentang metode penelitian

yang digunakan, meliputi pendekatan dan desain penelitian, lokasi penelitian,

kehadiran peneliti, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik data

dan pemeriksaan keabsahan data.


8
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian terdahulu

Tinjauan terhadap penelitian terdahulu atau biasa disebut tinjauan pustaka

dilakukan untuk memperdalam ruang lingkup penelitian yang ditulis oleh orang

lain. Penelitian terdahulu ini berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti-peneliti sebelumnya dan diuji validitasnya berdasarkan metode yang

digunakan dalam penelitian ini. Penelitian-penelitian terdahulu menjadi dokumen

data yang dapat digunakan untuk membandingkan penelitian saat ini dengan

penelitian-penelitian terdahulu terkait kajian kesadaran hukum masyarakat

terhadap mekanisme pembagian zakat berwarna. Berikut beberapa penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini sebagai tinjauan literatur.

Pertama, Peneliti yang di lakukan oleh umi salama dengan judul

“Mekanisme Pendistribusian Zakat Fitrah di Desa sukoharjo” bahwa mekanisme

penyaluran zakat fitrah tidak sinkron dengan ketentuan syariat Islam karena

penyalurannya merata, sehingga tidak sesuai standar, bertentangan dengan nash

yaitu zakat fitrah harus dibagikan kepada fakir miskin dan lainnya. kesempatan

yang diberikan kepada golongan lain berdasarkan kebutuhan dan kepentingan,

zakat fitrah, zakat yang wajib dikeluarkan oleh umat Islam sesuai dengan

keyakinan Islam. Tujuan zakat ini adalah untuk menyamakan kedudukan agar

tidak ada kesenjangan antara si kaya dan si miskin.6

Kedua, peneliti yang di lakukan oleh andi riswan ritongan dengan judul

“analisis faktor-faktor pendorong masyarakat membayar zakat,infaq dan

sedekah(ZIS) melalui baznas sumatra utaraMasyarakat sudah sadar akan

kewajiban membayar zakat bagi umat Islam. Selain itu, masyarakat sudah
6
Umi salama”Mekanisme Pendisitribusian Zakat Fitrah di Desa sukoharjo”

9
10

mengetahui hukum, syarat dan ketentuan ZIS, serta mekanisme

pendistribusiannya. Ada pula yang mengikuti penelitian. Mereka mulai merasa

mempunyai kewajiban melaksanakan ZIS dalam kehidupannya Salah satu cara

mengeluarkan zakat yang tujuannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

bagi mereka yang belum mengetahui pelaksanaan ZIS, hal ini sangat diperlukan

karena meningkatkan kesejahteraan masyarakat. , khususnya di Sumatera Utara.7

Ketiga, Peneliti yang di lakukan oleh Nursyamsiah dan sri wahyunti dengan

judul “pengelolaan dan pemberdayaan masyarakat melalui zakat dan wakaf di

desa ngali. Pengelolaan zakat di desa ngali kecamatan belo masih belum optimal

dimana dari sisi pengumpulan zakat maal yang masih minimnya kesadaran

masyarakat untuk mengeluarkan zakatnya sudah mencapai haul dan nisabnya dan

dari segi pendayagunaan masih di lakukan secara konumtif, begitupun dengan

pengelolaan wakaf masih kurang maksimal karena tanah wakaf haya di gunakan

untuk pembangunan sosial yang tidak bernilai ekonomi.8

Berdasarkan penelitian skipsi dapat dipahami bahwa tesis Umi Salama

membahas tentang mekanisme penyaluran zakat fitrah di desa Sukoharjo. Oleh

karena itu pembahasan kali ini mengenai mekanisme pelaksanaan zakat fitrah bagi

umat islam pada hari raya idul fitri dan disalurkan kepada seluruh umat islam di

desa sukoharjo menurut delapan golongan seperti fakir miskin, pengelola zakat,

pengurus masjid dan umat beragama lainnya. kelompok lalu mencari skipsi Andi

Riswan Ritonga yang mengkaji faktor-faktor yang memotivasi masyarakat

membayar zakat, infak, dan sedekah (ZIS) di Baznas Sumut. Dari hasil penelitian

ini yang menjadi fokus hanyalah pada faktor-faktor apa yang memotivasi atau

mendorong masyarakat muslim untuk mengeluarkan zakat, infaq dan sedekah,

7
Andi Riswan Ritongan “Analisis Faktor-Faktor Pendorong Masyarakat Membayar
Zakat Infaq Dan Sedekah (ZIS) Melalui Baznas di Sumatera Utara”
8
Nursyamsyiah dan sri wahyunti “Pengelolaan Dan Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Zakat Di Desa Ngali”
11

yaitu umat Islam sadar akan tanggung jawabnya untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat lainnya, berusaha menghindari kesenjangan. Sedangkan

yang di teliti oleh nursyamsyiah dan sri wahyunti tentang pengelolaan dan

pemberdayaan zakat dan wakaf di desa ngali kecamatan belo, terdapat

permasalahan yaitu pengelolaan zakat yang belum cukup optimal serta minimnya

kesadaran masyarakat untuk mengeluarkan zakat.

Berdasarkan pembahasan skripsi yang peneliti lakukan dapat di ketahui

bahwa masing masing penelitian terdapat kesamaan yaitu masing-masing peneliti

membahas distribusi tentang zakat fitrah namun masing masing penelitian

terdapat perbedaan yaitu penelusuran skripisi di atas tidak membahas tentang

kesadaran hukum masyarakat terhadap mekanisme pembagian zakat maal, agar

mampu mensejahterakan masyarakat yang kurang mampu sehingga tidak terjadi

kesenjangan.

B. Kajian Teori

1. Pengertian Zakat

Zakat berasal dari kata Zaka yang berarti berkah, bertambah dan baik.

Menurut bahasa Arab, kata zakat mengandung makna suci yaitu pertambahan,

keberkahan, dan pujian. Zakat merupakan suatu fikih dan merupakan sejumlah

harta yang wajib diberikan kepada orang yang berhak menurut hukum Allah

SWT. Kata zakat dalam terminologi Al-Qur’an bersesuaian dengan kata sadaqah. 9

Pengertian zakat dapat tinjau dari segi bahasa yaitu:

a) Pertumbuhan, yang menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan objek zakat

adalah pertumbuhan dan reproduksi (baik dengan sendirinya atau dengan

usaha, apalagi sebagai campuran keduanya).

9
Mursyidi, akutansi zakat kontenporer, (Bandung: Rozdakarya,2011),h.75
12

b) Baik, artinya menjelaskan bahwa harta yang dizakati adalah barang yang

kualitasnya baik, dan jika dizakatkan maka kebaikan kualitas itu akan

meningkat dan kualitas muzzaki dan mustahiq akan meningkat.

c) Berkah menunjukkan bahwa objek zakat adalah benda yang mengandung

keberkahan (dalam arti yang memungkinkan). Potensi bagi perekonomian dan

membawa keberkahan bagi semua pihak ketika zakat dikeluarkan atas suatu

barang.

d) Suci, artinya benda yang dikenakan zakat adalah benda suci. Mensucikan dari

perkelahian yang haram dan menghilangkan hama dan penyakit, dan bila

disumbangkan kepada penerima zakat, dapat membersihkan pikiran muzzaki

dari akhlak yang buruk, perilaku yang tidak pantas dan dosa, termasuk yang

diharamkan

e) Kelebihan, adalah benda yang di zakati merupakan benda yang melebihi dari

kebutuhan pokok muzzaki, serta diharapkan bisa memenuhi kebutuhan utama

mustahiknya. Tidak layak dikeluarkan zakatnya jika menimbulkan kesusahan

bagi muzzak. Zakat tidak membagi atau menyamakan kesengsaraan,

melainkan menyamakan kesejahteraan dan kebahagiaan orang lain. Zakat

adalah pengeluaran sebagian harta dengan syarat-syarat yang ditetapkan oleh

Allah SWT dan mewajibkan pemiliknya untuk mengalihkannya kepada orang

yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu. Zakat merupakan

salah satu bentuk ibadah yang mengungkapkan gotong royong antara si kaya

dan si miskin

Pembahasan masalah zakat sangat luas, antara lain tentang wajib zakat,

aturan tentang siapa yang bertanggung jawab atas zakat, harta yang wajib

dizakatkan, kadar harta yang wajib dizakatkan, kelompok yang berwenang

menerimanya, serta pengumpulan dan pendistribusiannya. Zakat secara harafiah


13

berarti berkah, suci, baik dan tinggi. Zakat juga berarti penyucian diri, yang

diperoleh setelah menunaikan kewajiban membayar zakat. Oleh karena itu,

kekayaan yang dibagikan melalui zakat membantu menyucikan jiwa manusia dari

sifat egois, keserakahan, dan cinta harta. Zakat adalah ibadah dan kewajiban sosial

para aghniya (orang kaya) ketika hartanya mencapai batas minimal nisab dan

jangka waktu satu tahun (transportasi), dengan tujuan mencapai pemerataan

keadilan dalam perekonomian. Zakat merupakan kewajiban ruhani bagi seorang

muslim yang mempunyai makna yang sangat mendasar, selain berkaitan erat

dengan pemanfaatan aspek ketuhanan juga mempunyai aspek keadilan. Penjelasan

di atas dapat dipahami bahwa membawa zakat merupakan suatu kewajiban bagi

seorang muslim yang memiliki harta dan menunaikan nishob.

Adapun fikihnya adalah harta benda yang wajib zakat, seperti hewan,

tumbuhan, dan barang dagangan. Zakat menjadi kajian yang menarik seiring

berjalannya waktu dan mendapat perhatian paling besar di kalangan ahli hukum

dan pemerhati ekonomi saat ini karena zakat merupakan sistem ekonomi Islam

yang menganut prinsip kesetaraan.10

Zakat yang berarti tumbuh (numuww). bertambah (ziyadah), karena dana

yang dikeluarkan zakat tidak berkurang, malah bertambah dan berubah dari dana

menjadi sumber keberkahan. Memberi zakat bukan berarti mengurangi harta,

bahkan bisa ditingkatkan dan dikembangkan, dan pada dasarnya harta bertambah

dengan adanya zakat.11

Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang merupakan ibadah kepada

Allah SWT dan sekaligus ialah amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan,

tujuan zakat buat mensucikan jiwa pribadi para wajib zakat, mengurangi beban

10
Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, cet ke-2 (Jakarta : UI
Pres 2005),h.9
11
Adiwarna Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Yogyakarta :Pustaka
Belajar,2001),23
14

yang kurang mampu, memelihara keimanan serta dapat menaikkan pembangunan.

Secara bahasa zakat berarti nama/kesuburan, thaharah (kesucian), barakah

(berkah) dan juga tazkiyatul tathir (mensucikan). Zakat mempunyai banyak

manfaat antara lain : Dapat mensucikan jiwa, mendatangkan keberkahan dan

menciptakan kedamaian bagi setiap orang yang mengeluarkan zakat, zakat akan

kehilangan eksistensinya jika tidak sesuai dengan maknanya yang sekarang. Zakat

artinya harus dikeluarkan dari harta. Bersihkan orang yang mengambilnya dan itu

akan diberi pahala. Dikatakan bahwa seseorang mempunyai hati yang suci dan

mulia jika ia tidak menghitung dan tidak mencintai harta demi kepentingannya

sendiri.

Ada 2 jenis zakat sebagai berikut

a) Zakar Fitrah

Zakat fitrah ialah pengeluaran yang harus dilakukan oleh setiap muslim

yang memiliki kelebihan keperluan keluarga yang masuk akal pada malam dan

hari raya idul fitri.

b) Zakat maal

Zakat maal adalah bagian awal dari harta benda seseorang (juga badan

hukum), yang harus diberikan kepada kelompok orang tertentu yang mempunyai

kelebihan harta dalam jumlah tertentu selama jangka waktu tertentu.

a. syarat zakat

Syarat Zakat Zakat dikatakan sah bila memenuhi syarat-syarat menunaikan

zakat. Syarat-syarat mengeluarkan zakat adalah sebagai berikut:

1) Tidak ada kewajiban dalam Islam untuk membayar zakat kepada orang-orang

kafir menurut ijma’ orang yang “berilmu”. Karena itu adalah ibadah yang

suci dan orang kafir tidak termasuk dalam kategori suci selama mereka kafir.
15

2) Bagaimanapun juga, seorang hamba tidak wajib mengeluarkan zakat dan

tidak dapat dikatakan memilikinya, karena pada hakikatnya orang tuanyalah

yang memiliki apa yang ada ditangannya.

3) zakat yang dikeluarkan adalah kewajiban yang harus di keluarkan untuk

berzakat.

Kriterian ini ada lima yaitu:

a. Perhiasan yang berharga

b. Barang- barang yang berharga

c. Sapi,kambing dan lain-lain

d. Barang sembako dan jenis lainnya

e. Sayur-sayuran dan buah.

4) Mencapai nisab.

5) Seluruh harta zakatnya bukanlah hutang.

6) Harta zakatnya sudah berumur lebih dari setahun.

7) Harta zakat melebihi kebutuhan harian.12

Harta yang dikenai zakat adalah harta yang dimiliki oleh seorang muslim

yang sudah dewasa dan berakal serta dapat mempergunakan penghasilan atau

manfaat yang diterimanya. Kewajiban zakat harus memenuhi syarat-syarat

sebagai berikut:.

a. Kepemilikan aset pribadi

b. meningkat pesat

c. terpenuhinya kebutuhan pokok.

d. tidak memiliki hutang.

e. kondisi harta yang mencapai batas minimal.

f. harta yang di dapat sudah genap 12 bulan

12
Ismail Nawawi,Manajemen Zakat dan Wakaf,(Jakarta :VIV Pres, 2013),h.37
16

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa yang harus

diperhatikan dalam mengeluarkan zakat adalah kepemilikan harta secara pasti dan

kepemilikan penuh, artinya harta yang akan dizakatkan ada dalam penguasaan dan

dimiliki oleh pemberi zakat.

b. Rukun Zakat

Rukun zakat adalah pemberian sebagian nisab (harta) dengan membebaskan

pemiliknya, menjadikan sebagiannya kepada fakir miskin dan mengalihkan

kepadanya, atau mengalihkan harta tersebut kepada wakilnya. Kesadaran zakat

dapat dipahami sebagai suatu sistem terpadu dalam mencapai kesejahteraan sosial

ekonomi dan sosial. Zakat diharapkan dapat mengurangi kesenjangan antara si

kaya dan si miskin, karena salah satu tujuan zakat adalah untuk mengentaskan

kemiskinan.

Zakat adalah bantuan kepada orang miskin yang benar-benar membutuhkan

pertolongan. Zakat dapat memotivasi mereka untuk semangat bekerja

semampunya dan memotivasi mereka untuk mencapai kehidupan yang

bermartabat. Dengan tindakan ini masyarakat terlindungi dari penyakit

kemiskinan dan negara terlindungi dari penganiayaan dan kelemahan. Setiap

kelompok bertanggung jawab atas kehidupan masyarakat miskin. Sebenarnya

disebut zakat bukan karena menghasilkan kesuburan karena kekayaan, tetapi

karena mensucikan masyarakat dan menjadikannya bermanfaat. Karena zakat

merupakan bentuk gotong royong antara kaya dan miskin

2. Dasar Hukum Zakat

Hikmah mengeluarkan zakat adalah menyucikan jiwa dari kesucian,

keburukan, dan ketamakan harta. Dasar hukum zakat adalah sebagai berikut..

a. Al-Qur’an
17

Zakat bersifat fardhu'ain bagi setiap umat muslim, yang memenuhi syarat-

syarat yang ditentukan agama dalam Al-Qur'an, As-Sunnah dan pendapat para

ulama. Kewajiban yang telah ditetapkannya berlaku bagi dirinya sendiri dan tidak

dapat dibebankan kepada orang lain .Sebagaimana firman Allah sebagai berikut.

‫َو َاِقْيُم وا الَّص ٰل وَة َو ٰا ُتوا الَّز ٰك وَة َو اْر َك ُعْو ا َم َع الَّراِكِع ْيَن‬
Terjemahannya: laksanakanlah sholat, tunaikanlah zakat dan rukuklah

beserta orang yang rukuk (QS.A-Baqarah : 43.13

t ‫ُخ ْذ ِم ْن َاْم َو اِلِه ْم َص َد َقًة ُتَطِّهُر ُهْم َو ُتَز ِّك ْيِه ْم ِبَها َو َص ِّل َع َلْيِهْۗم ِاَّن َص ٰل وَتَك َس َكٌن َّلُهْۗم َو ُهّٰللا َسِم ْيٌع َع ِلْيٌم‬

Terjemahannya: ambillah zakat dari sebagian harta mereka dengan zakat

itu kamu mensucikan dan membersihkan mereka serta mendoalah untuk

mereka sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi

mereka dan Allah maha mendengar lagi maha Mengetahui . (QS. At-

Taubah: 103).14

Dengan demikian, zakat merupakan konsekuensi logis dari prinsip

kepemilikan dalam ajaran fundamental Islam, yaitu pembagian haqqullah (harta

Allah yang dititipkan kepada manusia) secara adil, dan zakat merupakan bentuk

ibadah yang tidak hanya berkaitan dengan hubungan ketuhanan. . , tetapi juga

mencakup nilai-nilai sosial. kemanusiaan.

b. Al-hadis

Islam menetapkan hadis sebagai dasar hukum kedua setelah alquran. Al

hadis juga menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an pembahasannya masih bersifat global

sehingga terlihat secara pembahasan masih bersifat global sehingga terlihat secara

perintah zakat, kewajiban mengeluarkan zakat. Adapun dalil-dalil yang membahas

tentang zakat yang artinya sebagai berikut “diriwayatkan dari ibnu umar r.a bahwa

Rasullulah SAW bersabda Islam itu di bangun atas lima perkara : bersaksi bahwa

13
QS.Al-baqarah(2):43
14
QS.At-taubah(9):103
18

tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan

sholat, menunaikan zakat, berhaji ke Baitullah dan berpuasa di bulan ramadhan.

(HR bukhari).15

Hadits di atas menjelaskan tentang kewajiban membayar zakat, bahwa zakat

merupakan salah satu rukun (kerangka penting) rukun Islam.

c. Pendapat Para Ulama

Ulama berbeda dalam mendefinisikan zakat. Ulama Mazhab Maliki

mendefinisikannya dengan: mengeluarkan bagian tertentu dari harta tertentu yang

telah mencapai satu nisab bagi orang yang berhak menerimanya, dengan

ketentuan harta itu milk sempurna, telah mencapai haul (satu tahun), dan bukan

merupakan barang tambang. Ulama Mazhab Hanafi mendefinisikannya dengan :

pemlik bagian tertentu dari harta tertentu yang di miliki seseorang berdasarkan

ketetapan Allah. Definisi inipun hanya untuk zakat harta, karena pengertian ‘harta

tertentu’ di maksudkan sebagai harta yang telah mencapai nisab.

Ulama Mazhab Syafi’i mendefinisikan zakat sebagai sesuatu yang di

keluarkan dari harta atau jiwa dengan cara tertentu. Dalam definisi ini jelas bahwa

zakat mereka maksud adalah zakat harta dan zakat fitrah, karena pencantuman

kata ‘harta’ dan jiwa dalam definisi ini mengandung pengertian zakat harta dan

zakat fitrah (jiwa).

Ulama Mazhab Hanbali mendefinisikannya dengan: hak wajib pada harta

tertentu bagi (merupakan hak) kelompok orang tertentu pada waktu tertentu pula.

Definisi ini hanya mencakup zakat harta saja, tidak termasuk zakat fitrah, karena

ungkapan ‘harta tertentu’mengandung pengertian bahwa harta itu telah mencapai

satu nisab, sedangkan satu nisab adalah salah satu syarat wajib zakat harta.16

3. Pengelolaan dan Pendistribusian Zakat


15
Diriwayatkan oleh imam al bukhari (8 dan 4514) dan muslim (16)
16
Dr.H. Moh. Thoriquddin, Lc., M.HI, Pengelolaan Zakat Produktif Perspektif Maqasid Al-
Syari’ah Ibnu ‘Asyur (Cet, I; Malang: UI-Maliki Pres, 2015),h.29
19

a. Pengelolaan zakat

Pengelolaan zakat yang dilakukan oleh suatu lembaga pengelola zakat,

khususnya yang mempunyai kewenangan hukum formal, akan mempunyai

beberapa keuntungan antara lain:

1) Untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayaran zakat.

2) Untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakat apabila berhadapan

langsung untuk menerima zakat dari para muzzaki.

3) Untuk mencapai efisien dan efektivitas, serta sasaran tepat dalam

penggunaaan harta zakat menutur skala prioritas yang ada pada suatu tempat.

4) Untuk memperlihatkan syiar Islam dalam semangat penyelenggaraan

pemerintah yang Islam.

Petugas zakat mengatur masalah zakat baik pengambilan maupun

pendistribusiannya. Diambilnya zakat dari muzakki (orang yang memiliki

kewajiban berzakat) melalui amil zakat untuk kemudian di salurkan kepada

mustahiq. Menunjukkan kewajiban zakat itu bukanlah semata-mata bersifat amal

karitarif (kedermawanan), tetapi juga kewajiban yang bersifat otoritatif (ijabari).

Mustahik adalah orang yang berhak menerima zakat, menurut undang-

undang no. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat pasal 1, mustahiq adalah

orang atau badan yang berhak menerima zakat. Allah SWT telah menentukan

kelompok tertentu yang berhak menerima zakat, dan pemerintah tidak berhak

menyalurkannya sesuai keinginannya.

Ketika zakat sudah terkumpul melalui panitia zakat maka,panitia zakat dapat

membagikan kepada yang berhak menerima zakat maal tersebut.amil zakat harus

adil dalam pembagian zakat maal hal ini dikarenakan dalam Islam pun

memberikan 8 golongan yang berhak menerima zakat.


20

Pembagian zakatnya dibagikan kepada seluruh kepala keluarga secara

merata artinya seluruh kepala keluarga menerima zakat, namun mengenai besaran

zakat yang diterima terdapat perbedaan antara satu kepala dengan kepala lainnya,

sesuai dengan data yang telah dibuat oleh amil. mengenai penerimaan dan jumlah

zakat yang diterima. menerima. Masyarakat sebagai panitia pendukung amil

hanya menyampaikan kepada penerima dengan mengacu pada data yang dibuat

oleh amil. Tentunya para amil harus mengetahui beberapa kelompok yang berhak

menerima zakat agar zakat dapat terdistribusi secara merata tanpa adanya

kesenjangan sosial di masyarakat.

Zakat bisa digunakan sebagai salah satu bentuk modal usaha kecil. Dengan

demikian, zakat memiliki pengaruh yang begitu bermanfaat dalam berbagai aspek

kehidupan masyarakat, termasuk pemerataan pendapatan di kalangan umat Islam..

b. Distribusi Zakat

Distribusi adalah penyaluran barang atau jasa dari produsen ke konsumen

atau pengguna barang dan jasa. Pandangan Islam tentang konsep distribusi adalah

peningkatan dan pendistribusian kekayaan agar perputaran kekayaan dapat

ditingkatkan sehingga kekayaan dapat melimpah secara merata dan tidak hanya

beredar pada kelompok tertentu saja.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Hasyr ayat 7 yang artinya :

Apa saja yang diberikan Rasulullah, maka terimalah. Dan apa yang diharamkan

bagimu, maka tinggalkanlah, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah

sangat keras hukumannya. Pendistribusian zakat dikenal dengan istilah mustahiq

al-zakat atau asnaf, yaitu kategori kelompok yang berhak menerima zakat.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Kualitatif adalah penelitian yang memecahkan masalah dengan

mengumpulkan data empiris. Penelitian ini dirancang dengan

menggunakan metode penelitian lapangan. Dengan teknik pengumpulan

data yang intensif, pemantauan dan analisis surat tertulis dan bahan yang

ingin di bedah dan dikaji secara kualitatif-deskriptif. Maka akan dilakukan

riset tersebut adalah mengumpulkan informasi yang dibutuhkan yaitu teori

tentang kesadaran hukum masyarakat terhadap mekanisme penyaluran

zakat maal di Desa Panasakan Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli.

Pendekatan dan struktur peneliti ini digunakan sebagai alur dalam

pemecahan masalah agar penelitian ini lebih fokus dan memudahkan

penyelesaian masalah penelitian itu sendiri.

B. Lokasi penelitian

Tempat penelitian yang di pilih oleh peneliti yaitu Kelurahan

Panasakan, Kecamatan Baolan, Kabupaten ToliToli. Tempat penelitian ini

merupakan tempat penelitian dimana dicari informasi mengenai objek

penelitian, sehingga dapat mengumpulkan informasi-informasi yang

diperlukan untuk kebutuhan peneliti.

C. Kehadiran Peneliti

Studi lapangan dengan pendekatan kualitatif sangat memerlukan

kehadiran peneliti sebagai alat utama dalam konteks penelitian lapangan

yang mendalam atau setidaknya pengumpulan data. Oleh karena itu,

21
22

kehadiran peneliti ini diketahui oleh para informan. Peneliti merencanakan

penelitian penelitian, mencari dan mengumpulkan informasi tentang hasil

penelitian dalam suatu laporan penelitian.

D. Data dan Sumber Data

Sumber informasi terpenting dalam penelitian kualitatif adalah kata-

kata dan tindakan, selebihnya merupakan informasi tambahan seperti

dokumen dan sejenisnya. Pandangan lain mengatakan bahwa sumber data

adalah subjek dari mana data itu diterima. Untuk informasi yang berkaitan

dengan penelitian ini, sumber informasi diperoleh dari dua sumber yaitu:

a. Data primer merupakan bahan terpenting yang dibutuhkan oleh peneliti. Yang

diperoleh langsung dari sumber atau dengan mewawancarai responden.warga

atau pengelola amil zakat di kecamatan Panasakan kecamatan Baolan

kabupaten Tolitoli.

b. Data skunder, yaitu bahan pendukung yang diperlukan dari penganalisis. Data

skunder ini memerlukan laporan atau buku catatan pembayaran zakat maal di

Kelurahan Panasakan,Kecamatan Baolan, kabupaten ToliToli.

1. Sumber data dalam penelitian ini adalah :

a. Narasumber (responden), yaitu seseorang yang dapat memberikan jawaban

secara langsung. lisan dari pertanyaan yang ingin di gali oleh peneliti

mengenai permasalahan peneliti ini berupa kesadaran hukum masyarakat

terhadap mekanisme pembagian zakat, muzzaki dan mustahiq.

b. Lingkungan yang menjadi wilayah penelitian, yaitu tempat dimana peneliti

dapat menemukan informasi yang akurat secara langsung mengenai

permasalahan penelitian serta mengamati aktivitas yang menjadi faktor

penghambat di lokasi tersebut. Tempat atau lokasi penelitian dari peneliti

adalah Kelurahan Panasakan, Kecamatan Baolan, Kabupaten ToliToli.


23

c. Dokumen yaitu bahan tertulis yang dapat berupa laporan, data juga bisa

berupa vidio dan foto. Dokumen dalam penelitian ini adalah berupa buku

pencatatan zakat maal siapa yang menerima zakat maal.

E. Teknik pengumpulan data

Untuk memperoleh informasi yang obyektif dan valid terkait

pemahaman hukum kesadaran masyarakat tentang mekanisme penyaluran

Zakat maal di Desa Panasakan Kabupaten Baolan Wilayah ToliToli,

digunakan beberapa metode ilmiah untuk menyelesaikan permasalahan

tersebut. Adapun teknik pengumpulan data yang di gunakan adalah:

1. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan antara dua orang dimana informasi

dan ide dipertukarkan melalui tanya jawab untuk menciptakan makna

tentang suatu topik tertentu. Oleh karena itu, wawancara dapat dijelaskan

sebagai tanya jawab antara dua orang atau lebih, yang satu sebagai

pewawancara dan yang lainnya sebagai sumber informasi. Penelitian ini

menggunakan wawancara terstruktur, yaitu wawancara dengan

pewawancara yang mengajukan serangkaian pertanyaan secara lengkap

dan rinci. Wawancara yang dilakukan penulis dengan Amil mengenai

penyaluran zakat mala menurut syariat Islam dan penerima zakat maal

2. Dokumentasi

Penyimpanan ini berbentuk tulisan, misalnya buku harian, surat

kabar, dokumen, risalah rapat, dll. Berdasarkan pengertian tersebut dapat

dipahami bahwa dokumentasi adalah kumpulan informasi yang diperoleh

melalui berbagai rekaman. Metode dokumenter ini digunakan untuk

memperoleh informasi tentang sejarah, visi dan misi pembentukan struktur


24

kepengurusan kantor amil zakat dan daftar kegiatan Baznas di Kabupaten

Toli-Toli.

3. Observasi

Proses yang ketiga adalah observasi, yaitu. pengamatan langsung

terhadap objek penelitian. Menurut rencana penelitian yang sistematis,

sangat mudah bagi peneliti untuk menggunakan metode ini. Setidaknya

berdasarkan bagaimana peneliti berpartisipasi dalam interaksi dengan

objek penelitian, dibedakan dua jenis observasi, yaitu observasi. observasi

partisipan dan observasi non partisipan. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan jenis observasi partisipan, yaitu peneliti melakukan

penelitian dengan melibatkan langsung dalam interaksi dengan subjek.

F. Teknik analisis data

Penelitian menggunakan teknik analisis data antara lain berupa:

1. Reduksi

Data adalah proses menganalisis informasi yang dikumpulkan di

lapangan dan kemudian menyederhanakan atau memadatkan informasi

tersebut. Reduksi data ini meliputi peringkasan data, pengkodean,

eksplorasi tema, dan pembuatan cluster. Seiring kemajuan penelitian,

proses ini berlanjut bahkan sebelum semua data dikumpulkan. Jadi reduksi

data tidak dilakukan sekali saja, bolak-balik. Hal ini dilakukan untuk

memudahkan peneliti dalam memilih dan memilah atau mengkategorikan

data yang tidak diperlukan untuk penelitian.17

2. Penyajian data

Penyajian data terjadi setelah data terkumpul sehingga dapat diambil

kesimpulan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, sehingga

materi disajikan dalam bentuk narasi..


17
Ahmad Rijali “ Analisis Data Kualitatif” Alhadharah: Jurnal Ilmu Data no.33 (2019):81.
25

3. Penarikan kesimpulan

Kesimpulan diambil setelah informasi disajikan secara naratif dan

kemudian diambil kesimpulan dari data tersebut. Temuan-temuan ini

diverifikasi sepanjang penelitian dengan menulis, menilai,

mengembangkan kesepakatan intersubjektif, dan upaya ekstensif untuk

mereplikasi temuan-temuan di kumpulan data lain.18

G. Pengecekkan dan keabsahan data

Pengujian validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

uji kredibilitas data. Kredibilitas data digunakan untuk menguji kebenaran

data yang telah ditranskrip untuk dibaca kembali oleh partisipan. Jadi

kredibilitas ditunjukkan ketika peserta menyatakan bahwa transkrip

penelitian tersebut memang merupakan pengalamannya sendiri. Jadi uji

kredibilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan triangulasi. Triangulasi

adalah pemeriksaan keabsahan dengan cara membandingkan berbagai

sumber dengan berbagai cara dan waktu yang berbeda-beda.19

18
Ibin.
19
Dr.sudaryono, “metodologi penelitian”
DAFTAR PUSTAKA

Ali Muhammad daud, Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf, Jakarta : UI Press,

2005

Ash-Shiddiegy Hasbi, Pedoman Zakat, semarang : pusaka Rizki putra,2005

Buqhari Muhammad Bin Ismail, Shahih Bukhari, Juz 1 Dar Al Fikr, 1981, Bairut

Hafhiduddin Didin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, Jakarta Gema Insani,

2002

Karim Azwar Adiwarman, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Yogyakarta:

Pustaka Belajar, 2001

Mas’ud Muhammad ridwan, Zakat dan Kemiskinan, Yogyakarta UII Press, 2005

Mashyhuri dan zainuddin, metodologi penelitian pendekatan praktis dan aplikatif.

Bandung : refika aditama, 2011

Moleong Lexy.j, metode penelitian kualitatif, bandung : remaja rosdakarya, 2009

Muhammad, Metode Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif, Jakarta :

Raja Grafindo Persada, 2008

Munawir Ahmad Warson, Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap,

Surabaya : Pustaka Progresif, 1997

Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontenporer, Bandung Remaja Rosdakarya, 2006

Nawawi Ismail, Manajemen Zakat Dan Wakaf, Jakarta : VIV Press, 2013

Nazir Moh, Metode Penelitian, Bogor : Ghalia Indonesia, 2011

Rafiq Ahmad fiqh kontestual : dari normatif ke pemaknaan sosial,yogyokarta

:pustaka pelajar 2004

Rahman Fazlur, Economics Dokstrines Of Islam, Terj. Suroyo Nastangin Doktrin

Ekonomi Islam, Yogyakarta : Dana Bakti Wakaf 1996

26
27

Ridwan Muhammad, Manajamen Baitul Mall Wa Tamwil, Yogyakarta UII Press,

2004

Sugiono, Metode Kuantitatif,Kualitatif dan R&D, bandung alfabeta, 2009

Suna Muhammad Amin, Humpunan Undang Undang Perdata Islama Dan

Peraturan Pelaksanaan Lainnya Diindonesia, Jakarta : Raja Grafindo

Persada, 2010

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 38 tahun 1999 Tentang Pengelolaan

Zakat, kudus : bazis 2001

Anda mungkin juga menyukai