Pendidikan Karakter Anak Usia Dini
Pendidikan Karakter Anak Usia Dini
Pendidikan Karakter Anak Usia Dini
Rosmawan Sibarani
ABSTRAK
A. PENDAHULUAN
Pada pendidikan anak usia dini sangat perlu untuk memperhatikan dan menerapkan
pendidikan karakter demi masa depan anak – anak Indonesia yang lebih baik. Dengan
pendidikan karakter itu diharapkan pula anak – anak tumbuh paripurna atau sempurna.
Pada usia 0 - 6 tahun, pada periode ini otak anak sedang berkembang dengan sangat pesat.
Mereka akan mampu menyerap dengan cepat segala sesuatu yang dilihat atau didengarnya.
Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan kurun waktu yang sangat penting dan
kritis dalam hal tumbuh kembang fisik, mental, dan fsiko sosial, yang berjalan sedemikian
cepatnya sehingga keberhasilan tahun-tahun pertama untuk sebagian besar menentukan
hari depan anak. Pemerintah telah menunjukkan kemauan politiknya dalam pembangunan
sumberdaya manusia sejak dini. Pendidikan anak usia dini merupakan penentu
pembentukan karakter manusia Indonesia di dalam kehidupan berbangsa.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar
merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia
6 tahun. Yang dilakukan melalui simulasi atau rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani rohani agar memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, informal dan non formal.
Pengertian karakter menurut pusat bahasa Depdiknas adalah bawaan, hati, jiwa,
kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak. Adapun
berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku , bersipat, dan berwatak. Menurut
Tadkiroatun Musfiroh (UNJ, 2008) karakter mengacu kepada serangkaian sikap, perilaku,
motivasi, dan keterampilan. Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau
menandai dan memfokuskan bagaimana mengaflikasikan nilai kebaikan dalam bentuk
tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus, dan perilaku jelek
lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya orang yang perilakunya sesuai dengan
kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia. Konsep pendidikan karakter dapat dilihat
pada contoh karakter mulia yang berarti memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang
ditandai dengan nilai nilai, seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif,
dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela
berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu
berbuat salah, perhati lembut , pemaap, setia, bekerja keras, tekun, ulet, gigih, teliti, berpikir
positip, disiplin, ansisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, betrsemangat, dinamis, hemat
efisisien, menghargai waktu, pengabdian, pengendalian diri, produktif, ramah ,estetis,
sportif, tabah, terbuka tertib. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positip sebagai
individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku). Individu yang memiliki karakter
baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap
Tuhan YME, dirinya, sesama lingkungan, bangsa dan negara serta dunia Internasional pada
umumnya dengan mengoptimalkan potensi pengetahuan dirinya disertai dengan kesadaran,
emosi dan motovasinya.
Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan Pendidikan nasional. Pasal 1 UUD
Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa diantara tujuan pendidikan nasional adalah
mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan ahlak
mulia.
Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk
insan Indonesia yang cerdas, namun juga kepribadian atau karakter, sehingga nantinya akan
lahir generasi bangsa yang tumbuh dan berkembang dengan karakter yang bernapas nilai-
nilai luhur bangsa serta agama. Selain itu, Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak dan Pasal 26 tentang Kewajiban & Tanggung Jawab Orangtua dan
Keluarga untuk Mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak serta
menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya.
Pendidikan bertujuan melahirkan insan cerdas dan berkarakter kuat itu, juga sejalan
dengan pendapat Dr. Martin Luther King, Yakni : “Intelligence pus character... that is the goal
of true educatio” (kecerdasan yang berkarakter adalah tujuan akhir pendidikan yang
sebenarnya).
Dorothy Law Nolte pernah menyatakan bahwa anak belajar dari kehidupan
lingkungannya. Lengkapnya adalah:
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyeasali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta
dalam kehidupan
Dasar pendidikan karakter ini, sebaiknya dimulai di usia kanak – kanak atau yang
biasa disebut oleh para ahli Psikologi sebagai usia emas (Golden Age), karena usia ini terbukti
sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sekitar 50% variabiitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika
anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20 %
sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa merupakan lingkungan pertama bagi
pertumbuhan karakter anak.
Selain itu, Saat usia dini, lebih mudah membentuk karakter anak. Sebab, ia lebih
cepat menyerap perilaku dari lingkungan sekitarnya. Pada usia ini, perkembangan mental
berlangsung sangat cepat. Oleh karena itu, lingkungan yang baik akan membentuk karakter
yang positif. Pengalaman anak pada tahun pertama kehidupannya sangat menentukan
apakah ia akan mampu menghadapi tantangan dalam kehidupannya dan apakah ia akan
menunjukkan semangat tinggi untuk belajar dan berhasil dalam pekerjaannya.
Akhir-akhir ini pendidikan karakter menjadi isue yang hangat dibicarakan. Apa sih
dampak dari pendidikan karakter terhadap keberhasilan akademik? Beberapa penelitian
bermunculan untuk menjawab pertanyaan ini. Sebagai hasil penelitian Dr Mavin Berkowitz
dan University Of Missouri dalam buletin Character Educator, menunjukkan peningkatan
motivasi siswa sekolah yang meraih prestasi akademik pada sekolah yang menerapkan
pendidikan karakter, kela-kelas yang secara komprehensip terlibat dalam pendidikan
karakter menunjukkan penurunan drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat
menghambat keberhasilan akademik.
Kunci sukses keberhasilan suatu Negara sangat ditentukan oleh sejauh mana
masyarakat mempunyai karakter yang kondusif untuk maju yang disebut “modal social“
(social capital). Jadi, bukan ditentukan oleh banyaknya sumber daya alam atau banyaknya
jumlah penduduk dan luas geoografisnya. Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan
dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter
seseorang, penanaman moral melalui pendidikan karakter sedini mungkin kepada anak-anak
adalah kunci utama membangun bangsa.
Banyak hal yang harus dilakukan untuk membangun karakter anak usia dini yang
diharapkan dapat mengubah perilaku negatif ke positif. Pertama kurangi jumlah mata
pelajaran berbasis kognitif dalam kurikulum-kurikulum pendidikan anak usia dini. Pendidikan
intelektual (kognitif) yang berlebihan akan memicu pada ketidak seimbangan aspek-asepk
perkembangannya.
Pembentukan karakter ada tiga hal yang berlangsung secara terintegrasi. Pertama,
anak mengerti baik dan buruk, mengerti tindakan apa yang harus diambil, mampu
memberikan prioritas hal-hal yang baik. Kedua, mempunyai kecintaan terhadap kebajikan,
dan membenci perbuatan buruk. Kecintaan ini merupakan obor atau semangat untuk
berbuat kebajikan. Misalnya, anak tak mau mencuri, karena tahu mencuri itu buruk, ia tidak
mau melakukannya karena mencintai kebajikan.
Ketiga, anak mampu melakukan kebajikan, dan terbiasa melakukannya. Lewat proses
sembilan pilar karakter yang penting ditanamkan pada anak. Ia memulainya dari cinta Tuhan
dan alam semesta beserta isinya; tanggung jawab, kedisiplinan, dan kemandirian; kejujuran;
hormat dan santun; kasih sayang, kepedulian, dan kerja sama; percaya diri, kreatif, kerja
keras, dan pantang menyerah; keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati; toleransi,
cinta damai, dan persatuan.
F. Peran Guru dan Orang Tua dalam Pendidikan Karakter Anak Usia Dini
Karakter terbentuk sebagai hasil pemahaman dari hubungan dengan diri sendiri, dengan
lingkungan (hubungan sosial dan alam sekitar), dan hubungan dengan Tuhan YME (triangle
relationship). Namun, pengembangan karakter anak yang paling banyak dipengaruhi oleh
lingkungan terutama dari orangtua. Dalam pengembangan karakter anak, peranan orangtua
dan guru sangatlah penting, terutama pada waktu anak usia dini.
Banyak hal yang harus dilakukan oleh guru dan orang tua untuk mengambangkan
karakter anak usia dini, berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh guru dan
orangtua dalam membangun karakter anak usia dini:
Selain itu, guru harus membuat aktivitas yang dapat membantu ketercapaian tujuan
pembentukan karakter yang baik yang dapat dilakukan melalui kegiatan yang bernilai dan
mengarah pada terangkatnya rasa keber-Tuhanan, penghargaan, cinta, tanggung-jawab,
kedisiplinan, kemandirian, kejujuran, kerendah-hatian, kepedulian, kebahagiaan, kerjasama,
percaya diri, kreatif, kerja keras, toleransi, kebebasan, kedamaian, dan rasa persatuan.
1. Pendidikan karakter sebaiknya diberikan sejak usia dini, sebab pada usia – 0 sampai 6
tahun merupakan usia emas di mana 80 % kecerdasan otak anak menentukan
kecerdasan usia dewasa dewasa dan selebihnya 20 % kecerdasan otak diperoleh pada
usia
2. Hasil penelitian menunjukkan anak dengan pendidikan karakter dapat terhindar dari
masalah – masalah yang tidak diharapkan dan motivasi belajarnya ada peningkatan.
DAFTAR PUSTAKA