Tugas 2 Perilaku Organisasi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

Tugas 2 Perilaku Organisasi

Usaha , Usaha Milik Negara & Daerah (Universitas Terbuka)

Studocu is not sponsored or endorsed by any college or university


Downloaded by Sutriani Mbano ([email protected])
NAMA : Kristia Alviora
NIM 041119503
PRODI : Ilmu Administrasi Negara
UPBJJ : Palembang

TUGAS 2 PERILAKU ORGANISASI

1. Kekuasaan dan Wewenang


a. Apa yang Saudara pahami tentang kekuasaan dan sumber kekuasaan
serta hubungannya dengan perilaku kepemimpinan. Jelaskan !
b. Dalam konteks Good Public Governance, bagaimana Saudara dapat menjelaskan
hubungan antara pola kekuasaan dengan Perilaku
KepemimpinanTransformasional.

2. Hubungan Antarmanusia
a. Apa yang Saudara ketahui tentang Hubungan Manusiawi dan jelaskan dua
pilar utama dalam hubungan manusiawi.
b. Adakah keterkaitan antara Hubungan manusiawi dengan upaya perwujudan
Good Public Governance. Jelaskan pandangan Saudara.
JAWAB :
1. A. Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna
menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan
tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang
atau kelompok untuk memengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan
keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002). Hubungan Kekuasaan dan Kepemimpinan
dapat di ibaratkan seperti gula dengan manisnya tak terpisahkan atau bisa juga di ibaratkan
seperti gula dan semut dimana ada gula disitu ada semut. Seorang pemimpin yang efektif
merupakan pemimpin yang dapat mengelola kekuasaannya, sehingga pemimpin dapat
menggunakan kekuasaannya dengan benar untuk meningkatkan kinerja para bawahannya.
Jika kepemimpinan tanpa kekuasaan tidak ada artinya dan tidak dan hal tersebut
menyebabkan tidak dapat untuk mengambil keputusan karena pemimpin yang tidak
mempunyai kekuasaan. Jika sebaliknya, kepemimpinan dengan kekuasaan organisasi akan
berjalan dengan efektif.

Ada 4 sumber kekuasaan dalam diri seorang pemimpin yang berasal dari:
1. Mempunyai kemampuan untuk dapat mempengaruhi orang lain
2. Mempunyai sikap dan sifat yang unggul atau dominan yang menjadikannya
mempunyai wibawa terhadap para bawahannya;

Downloaded by Sutriani Mbano ([email protected])


3. Memiliki pengetahuan yang luas, serta informasi dan pengalaman yang luas;
4. Memiliki kepandaian untuk bergaul dan berkomunikasi kepada siapapun.
Banyak atau hampir semua orang membutuhkan kekuasaan. Karena dengan kekuasaan
seseorang dapat mengatur kepatuhan orang lain serta memberikan perintah atas kemauannya.
Serta dengan kekuasaaan dapat memberikan perubahan dan menciptakan perubahan yang
akan mewujudkan visi dan misi yang telah dibuat.
Menjadi pemimpin yang berhasil tidak hanya dengan menggunakan aspek yang semata-mata
saja. melainkan keberhasilan tersebut berasal dari perpaduan antara sikap, sifat, serta
kekuasaan dan pengaruh yang dapat saling menentukan sesuai dengan situasi yang
mendukungnya. Karena kekuasaan dan pengaruh dapat menjadi energi pendorong atau daya
dorong seorang pemimpin untuk mempengaruhi, menggerakkan, dan mengubah perilaku para
bawahannya untuk meningkatkan kinerja serta pencapaian tujuan organisasi tersebut. Menjadi
pemimpin yang efektif dan berhasil juga harus dapat menggunakan salah satu yang dominan
dari 5 jenis power (kekuasaan) yaitu Legitimate power, Coersive Power, Expert Power,
Reward Power, dan Reverent Power. Dengan begitu pemimpin akan dapat mengatur para
bawahannya dengan baik.

B. Menurut Bass (1998) dalam Swandari (2003) mendefinisikan bahwa kepemimpinan


transformasional sebagai pemimpin yang mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi bawahan
dengan cara-cara tertentu (Yukl,1989 : 224). Dengan penerapan kepemimpinan
transformasional bawahan akan merasa dipercaya, dihargai, loyal dan respek kepada
pimpinannya. Pada akhirnya bawahan akan termotivasi untuk melakukan lebih dari yang
diharapkan. Sedangkan menurut O’Leary (2001) kepemimpinan transformasional adalah gaya
kepemimpinan yang digunakan oleh seseorang manajer bila ia ingin suatu kelompok
melebarkan batas dan memiliki kinerja melampaui status quo atau mencapai serangkaian
sasaran organisasi yang sepenuhnya baru. kepemimpinan transformasional pada prinsipnya
memotivasi bawahan untuk berbuat lebih baik dari apa yang bisa dilakukan, dengan kata lain
dapat meningkatkan kepercayaan atau keyakinan diri bawahan yang akan berpengaruh
terhadap peningkatan kinerja.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan transformasional yang
mencakup upaya perubahan terhadap bawahan untuk berbuat lebih positif atau lebih baik
dari apa yang biasa dikerjakan yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja.

2. A. Hubungan manusiawi merupakan terjemahan dari human relation. Adapula


Yang mengartikan hubungan manusia dan hubungan antar manusia, namun dalam
kaitannya hubungan manusia
tidak hanya dalam hal berkomunikasi saja, namun didalam pelaksanaannya terkandung nilai

Downloaded by Sutriani Mbano ([email protected])


kemanusiaan serta unsur-unsur kejiwaan yang amat mendalam. Seperti halnya mengubah
sifat, pendapat, atau perilau seseorang. Jika ditinjau dari sisi ilmu komunikasi hubungan
manusia ini termasuk kedalam komunikasi interpersonal, pasalnya komunikasi yang
berlangsung antara dua orang atau lebih dan bersifat dialogis. Dikatakan bahwa hubunngan
manusiawi itu komunikasi karena sifatnya action oriented, mengandung kegiatan untuk
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang.
2 pilar hubungan manusiawi
Ada enam unsur yang dapat disingkat menjadi dua pilar utama dalam hubungan manusiawi
atau insane, agar pelaksanaannya dapat terjadi secara efektif. Kedua pilar utama tersebut,
adalah sebagian dari inti kepemimpinan, yaitu komunikasi dan motivasi.

B. United Nations Development Programme (UNDP) mendefinisikan Governance


sebagai “pelaksanaan kewenangan politik, ekonomi, dan administrasi dalam mengelola
masalah-masalah bangsa”. Governance dikatakan baik (good atau sound) apabila sumber daya
dan masalah - masalah publik dikelola secara efektif, efisien yang merupakan respon terhadap
kebutuhan masyarakat Pada dasarnya konsep Good Governance memberikan rekomendasi
pada sistem pemerintahan yang menekankan kesetaraan antara lembaga-lembaga negara baik
di tingkat pusat maupun daerah, sektor swasta, dan masyarakat madani (Civil Society). Good
Governance berdasar pandangan ini berarti suatu kesepakatan menyangkut pengaturan negara
yang diciptakan bersama oleh pemerintah, masyarakat madani, dan sektor swasta.
Kesepakatan tersebut mencakup keseluruhan bentuk mekanisme, proses dan lembaga-
lembaga di mana warga " dan kelompok masyarakat mengutarakan kepentingannya,
menggunakan hak hukum, memenuhi
kewajiban dan menjembatani perbedaan di antara mereka[2].
Good Governance sebagai sebuah paradigma dapat terwujud bila ketiga pilar pendukungnya
dapat berfungsi secara baik, yaitu negara, masyarakat madani, dan sektor swasta. Negara
dengan
birokrasi pemerintahannya dituntut untuk merubah pola pelayanan dari birokrasi elitis menjadi
birokrasi populis. Sektor swasta sebagai pengelola sumber daya di luar negara dan birokrasi
pemerintahan pun harus memberikan kontribusi dalam usaha pengelolaan sumber daya
tersebut.
Penerapan cita Good Governance pada akhirnya mensyaratkan keterlibatan organisasi
kemasyarakatan sebagai kekuatan penyeimbang negara[3].
Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI) sebagaimana dikutip oleh Koesnadi
mengemukakan,
bahwa prinsip-prinsip Good Governance terdiri atas:

Downloaded by Sutriani Mbano ([email protected])


1. Participation (partisipasi). Semua pria dan wanita mempunyai suara dalam
pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga
perwakilan sah yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut
dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta
kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif

2. Rule of La. Kerangka hukum harus adil dan diperlakukan tanpa pandang bulu, terutama
hukum-hukum yang menyangkut hak asasi manusia. Menurut Santosa, setidaknya konsep
rule of law harus memenuhi karakter-karakter, yaitu:
1) Supremasi hukum;
2) Kepastian hukum;
3) Hukum yang responsif;
4) Penegakan hukum yang konsisten dan nondiskriminatif;
5) Keberadaan independensi peradilan

3. Tranparancy (transparansi). Transparansi dibangun atas arus informasi yang bebas.


Seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga, dan informasi perlu dapat diakses oleh
pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat
dimengerti dan dipantau.

4. Responsiveness. Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus


berusaha melayani semua pihak yang berkepentingan (masyarakat).

5. Consensus Orientation. Tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-


kepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dalam hal apa
yang terbaik bagi kelompok-kelompok masyarakat, dan bila mungkin, konsensus dalam hal
kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur. Contohnya melalui forum musyawarah.

6. Equity (kesetaraan atau keadilan). Semua pria dan wanita mempunyai


kesempatan memperbaiki atau mempertahankan kesejahteraan mereka.

7. Effektiveness and Efficiency. Proses-proses pemerintahan dan lembaga-lembaga


membuahkan hasil sesuai kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan
sumber- sumber daya yang ada seoptimal mungkin.

8. Accountability. Para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan organisasi-


organisasi masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun kepada
lembaga-

Downloaded by Sutriani Mbano ([email protected])


lembaga yang berkepentingan. Bentuk pertanggung-jawaban tersebut berbeda satu dengan
lainnya tergantung dari jenis organisasi yang bersangkutan dan dari apakah bagi organisasi itu,
keputusan tersebut, bersifat kedalam atau keluar.

9. Strategic Visions. Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh
ke depan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta kepekaan akan
apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan tersebut. Selain itu mereka
juga harus memiliki pemahaman akan kompleksitas kesejahteraan, budaya dan sosial yang
menjadi dasar bagi perspektif tersebut

SUMBER REFERENSI: ADPU4431 MODUL 5,6 PERILAKU ORGANISASI"

Downloaded by Sutriani Mbano ([email protected])

Anda mungkin juga menyukai