Laporan Praktikum Maulinda-1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MAKANAN

Dosen Pengampu : Bpk. Umar Hidayat, S.Si, M.Gizi

DISUSUN OLEH

Nama : Maulinda Fatimatuzzahro


NIM : 5220110002
Jurusan/Prodi : Ilmu Gizi
Tanggal Praktikum : 11 dan 14 Juni 2021
Tema Praktikum : Karbohidrat, Protein dan Lemak

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS SAINTEK

UNIVERSITAS IVET SEMARANG

TAHUN 2021
KARBOHIDRAT

I. TUJUAN

Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat :

1. Mengidentifikasi senyawa-senyawa karbohidrat.

2. Terampil melakukan uji sifat pereduksi senyawa-senyawa karbohidrat.

3. Membedakan senyawa-senyawa karbohidrat berdasar hasil pengamatan.

4. Menjelaskan peristiwa kimia dalam proses praktikumyang dilakukan.

II. DASAR TEORITIS

Karbohidrat merupakan salah satu sumber energi manusia. Selain sebagai


sumber

energi, karbohidrat juga dimanfaatkan sebagai pengental, penstabil, pemanis,


dan pemberi

tekstur bagi makanan. Masyarakat Indonesia menggunakan sekitar 80% – 90%


karbohidrat

sebagai sumber energi utama. Adapun beberapa makanan yang mengendung


karbohidrat,

yaitu jagung, sagu, ketela pohon, dll. Secara kimia, karbohidrat mencakup
komponen

seperti polohidroksi aldehid, keton, alkohol, dan asam, selama masih turunan
dari

karbohidrat.

Berdasarkan panjang rantai monomernya, karbohidrat diklasifikasikan

menjadi tiga, yaitu monosakarida (1 -2), oligosakarida (3 -9 monomer) dan


polisakarida

(≥10 monomer polisakarida). Gula juga dapat diklasifikasikan menurut daya


reduksinya,
berdasarkan reaksinya terhadap Tollens, Benedict, atau Fehling reagen. Jika
gula dapat

dioksidasi dengan reagen tersebut.

Monosakarida mempunyai rumus kimia (CH2O)n + m, dengan stuktur


kimia H

(CHOH)nC=O(CHOH)mH. Jika n atau m bernilai 0, maka monosakarida


tersebut termasuk

jenis aldosa, sebaliknya jika n atau m bukan 0 maka gula tersebut termasuk jenis
ketosa.

Monosakarida mengandung gugus keton atau aldehid, dan gugus hidroksil pada

molekulnya. Sebagian besar monosakarida berbentuk siklik dan dominan dalam


bentuk

cairan. Monosakarida juga ditemukan dalam bentuk hemiketal maupun


hemiasetal.

Monosakarida jenis aldosa, merupakan gula yang memiliki gugus aldehid


pada rantai ujungnya. Gugus aldehid sangat mudah dioksidasi menjadi suatu
gugus karbonil. Gula yang dapat dioksidasi oleh zat pengoksidasi seperti
Tollens (suatu basa dari Ag(NH3)2+ disebut gua reduksi karena zat pengoksidasi
anorganik direduksi dalam reaksi tersebut. Gula reduksi pada tumbuhan adalah
gula hasil sisa fotosintesis yang disimpan dalam jaringan.Adapun beberapa
contoh gula aldosa adalah glyseraldehid, eritrosa, arabinosa, ribosa,allosa,
galaktosa, glukosa, manosa, talosa, altrosa, threosa, dan xylosa. Beberapa reaksi
yang penting yang melibatkan gula aldehid adalah hidrasi dan pembentukan
hemiasetal,formasi asetal, dan pembentukan Imine dan komponen lainnya.
Karakteristik umum gula aldosa. Atom karbon dari gugus karbonil relativ
mudah teroksidasi.

Gula jenis ketosa merupakan karbohidrat yang memiliki gugus keton


pada ujung rantainya. Keton atau alkanon adalah suatu senyawa turunan alkana
dengan gugus fungi–C=O- dengan rumus molekul CnH2nO. Keton memiliki
gugus karbonil (C=O). Guguskarbonil pada keton berikatan dengan dua karbon
sehingga ciri ini dapat digunakan untukmembedakan keton dari senyawa –
senyawa dengan gugus karbonil lain, seperti asam karboksilat, aldehid, ester,
amida, dan senyawa – senyawa beroksigen lainnya. Adapunbeberapa sifat fisis
senyawa ini adalah bersifat polar dan lebih mudah menguap.

Sementara itu, sifat kimia dari senyawa ketosa, yaitu ketosa merupakan
jenis gula dengan daya reduksi lebih lemah dibandingkan aldosa. Hal inilah
yang mengakibatkan, gula jenis ketosa sulit dioksidasi. Adapun beberapa jenis
gula ketosa adalah dihidroksiaseton, ribulolosa, xylulosa, fruktosa, sorbosa,
tagatosa, mannoheptulosa, dan sialosa.

Polisakarida adalah golongan karbohidrat yang memiliki monomer lebih


dari sepuluh monomer melalui ikatan glikosisdik. Adapun beberapa contoh
polisakarida adalah pati,gum arab, dan agar –agar. Gum arab merupakan jenis
polisakarida yang dihasilkan olehgetah pohon Acacai senegal. Gum arab
biasanya digunakan sebagai pengental pada makanan. Pati merupakan
polisakarida yang ditemukan pada tubuh – tumbuhan. Pati memiliki molekul
linear dan tersusun atas a-D glukosa yang dihubungkan dengan ikatan α(1-4)
dan terkadang mempunyai cabang dengan penambahan ikatan α (1-6).

Agar –agar adalah salah satu jenis polisakarida yang banyak


dimanfaatkan sebagai pengental diindustri makanan maupun kosmetik. Agar –
agar merupakan salah satu jenis pektin yangtersusun atas monomer galaktosa.
Tujuan dari percobaan ini adalah menguji sifat fisik danstruktur karbohidrat
melalui uji kualitatif, dengan metode Selliwanof, Osazon, Tauber, dan Iod.

III. ALAT DAN BAHAN

Alat:

1. Tabung reaksi

2. Stopwatch

3. Kompor

4. Panci

5. Tabung reaksi

6. Sendok

7. Pipet tetes

8. Kertas lakmus
9. Gelas ukur

10. Timbangan digital

11. Rak tabung reaksi

12. Penjepit

Bahan:

1. Sari buah jeruk

2. Tepung tapioca

3. Larutan benedict

4. Air

5. Larutan iod

6. Larutan HCL

7. Larutan iodium

IV. CARA KERJA

1. UJI BENEDICT (SARI BUAH )

a). Masukkan 5 ml reagen benedict ke dalam tabung reaksi

b). Tambahkan dengan 0,5 gram sari buah .

c). Panaskan dalam air mendidih (penangas air) selama 5 menit atau di atas

api langsung selama dua menit.

d). Perhatikan perubahan warna dan munculnya endapan.

2. UJI ADANYA AMILUM (TEPUNG Tapioka)

 Ambilah sebanyak 1 ujung spatula sampel tepung, lalu tempatkan pada


wadah
 Kemudian tetesi dengan 1 tetes larutan iod
 Amatilah perubahan yang terjadi, prosedur percobaan yang sama juga
dilakukan pada sampel yang lain.

3. UJI HIDROLISIS AMILUM DENGAN ASAM (TEPUNG TAPIOKA)

 • Masukan kedalam tabung reaksi 5 ml amilum 1%


o -Cara membuat larutan 10mL lautan amilum 1% : (Ambil 0,1 gram
sempel amilum, lalu larutkan dalam 9mL air panas. Kemudian,
setelah semua sampel amilum larut tambahkan 1mL air hingga
volume tepat menjadi 10mL)
 • Tambahkan 2,5 ml HCL
 • Panaskan dalam penagas air mendidih
 • Setelah 3 menit kemudian di uji dengan iodium dengan mengambil 2
tetes
 larutan ditambah 2 tetes iodium dalam porselen tetes dan dicatat warna
yang terjadi
 Kemudian melakukan uji iodium setiap 3 menit sampai hasil berwarna
kuning pucat lalu melanjutkan hidrolisis selama 5 menit lagi
 Setelah mendinginkan ambil 2 ml larutan hasil hidrolisis, lalu netralkan
dengan NaOH 2%
 Kemudian uji dengan kertas lakmus.
 Lalu uji dengan Benedict dan menyimpulkan yang dihasilkan dari
hidrolisis pati.

4. UJI HIDROLISIS SUKROSA (SARI BUAH JERUK )

 Masukkan 5 ml sukrosa 1% ke dalam tabung reaksi dan tambahkan 5 ml


HCL pekat lalu campurkan.
o -Cara membuat larutan 10mL lautan sukrosa 1% : (Ambil 0,1 gram
sempel sukrosa, lalu larutkan dalam 9mL air panas. Kemudian,
setelah semua sampel sukrosa larut tambahkan 1mL air hingga
volume tepat menjadi 10mL).
 Setelah itu panaskan air selama 30 menit.
 Setelah didinginkan, netralkan dengan NaOH 2% dan uji dengan kertas
lakmus, Selanjutnya uji dengan Benedict.
 Menyimpulkan apa yang dihasilkan dari hidrolisis tersebut.

VI. DATA PENGAMATAN


Bahan yang di Hasil Kegiatan
NO Kegiatan
Uji Sebelum Sesudah
1. sari buah sari buah jeruk + benedict masih setelah
jeruk Panaskan dalam penangas berupa sari dipanaskan dan
5 menit lalu amati hasil. jeruk diberi larutan
berwarna benedict,maka
orange terjadi perubahan
warna pada
endapan yang
semula bewarna
oranye menjadi
berwarna lebih
gelap

2. Tepung Tepung tapioka + larutan putih tepung berwarna hitam


tapioka iod Amati hasil

3. Tepung Tepung tapioka+ HCl putih tepung setelah ditetesi


tapioka Panaskan dalam penagas iodium warna
air tetesi dengan menjadi kehitam
iodium amati hasil biruan
uji kembali selama 3
menit ditambah iodium setelah diambil 2
sampai warna kuning ml dan
diamkan 5menit dinetralkan
netralkan dengan dengan NaOH 2%
NAoH uji lakmus menjadi warna
amati jika PH sudah hitam kuning
netral tambah benedict pucat
amati hasil.
4.
sari buah sari buah kuning pucat Setelah
jeruk jeruk+HCl panaskan air dinetralkan
selama 30 menit, lalu dengan NaOH
dinginkan netralkan warna larutan
dengan NAoH uji jeruk tetap masih
lakmus tambah kuning pucat lalu
benedict amati hasil. saat diuji dengan
kertas lakmus
menunjukkan
nilai antara 7
hingga 8, dan
setelah
ditambahkan
dengan larutan
benedict
warnanya
berubah menjadi
hijau tosca bening
VI. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Praktikum ini membahas mengenai karbohidrat. Pengujian kualitatif


karbohidrat pada praktikum ini dilakukan dengan cara mereaksikan sampel
dengan beberapa jenis larutan uji. Sampel tersebut ialah pengujian secara
kualitatif yakni dengan uji benedict, uji amilum, uji hidrolisis amilum dan asam,
uji hidrolisis sukrosa. Kemudian dengan sampel Sari buah jeruk dan tepung
tapioka.

a. Uji pertama ialah uji benedict dengan sempel sari buah jeruk, dimana uji
benedict ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya gugus gula
pereduksi dalam karbohidrat. Larutan benedict ini berupa larutan yang
mengandung kuprisulfat, natrium karbonat,dan natrium sitrat. Adanya
natrium karbonat dan natrium sitrat membuat pereaksi benedict bersifat
asam lemah. Pengujian ini dilakukan dengan pengambilan larutan
benedict sebanyak 5 mL dan masukkan dalam tabung reaksi, serta
ditambahkan 0,5 gram sampel (sari buah jeruk) kemudian dipanaskan
selama 5 menit. Pemanasan reaksi bertujuan untuk mempercepat jalannya
reaksi yang terjadi karena energi aktivasi yang diperlukan hanya
sediki/kecil, dan diamati warna dan endapannya. Uji benedict ini
menghasilkan warna oranye sebelum di campur dengan reagen benedict,
setelah dipanaskan dan diberi larutan benedict, maka terjadi perubahan
warna pada endapan yang semula bewarna oranye menjadi berwarna
lebih gelap.
b. Uji kedua ialah uji amilum dengan sempel tepung tapioka, amilum
tersusun atas dua jenis karbohidrat, yaitu amilosa dan amilopektan
dengan komposisi yang berbeda-beda. Amilosa menyebabkan sifat keras,
sedangkan amilopektin akan memberikan sifat lengket. Larutan amilum
merupakan karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air yang
berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Amilum merupakan bahan
utama yang di hasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan Kelebihan
glukosa. Pengujian ini di lakukan dengan penganmbilan sebanyak 1 ujung
spatula sampel tepung, lalu tempatkan pada wadah Kemudian tetesi
dengan 1 tetes larutan iod. Uji amilum ini menghasilkan warna putih
sebelum di campur dengan iodin setelah di tetesi dengan iodin, maka
terjadi perubahan warna menjadi hitam.
c. Uji ketiga ialah uji hidrolisis amilum dengan Asam, menggunakan sempel
tepung tapioka.Mekasnisme hidrolisis suatu polisakarida mula mula
amilum mempunyai bentuk spiral yang mana spiral akan merenggang dan
melemah daya ikatnya karena adanya penambahan asam dan pemanasan .
Dengan pemanasan yang berkelanjutan maka akan terjadi degredisi warna
amilum yang di tunjukan oleh kl sebagai indikator warna dan akan
terbentuk senyawa antara yaitu dekrin yang mempunyai warna berbeda
beda. Hidrolisis adalah reaksi dimana terjadi pemutusan ikatan glikosidik
dari dua anhidroglukosa membentuk monosakarida bebas. Setiap
pemutusan 1 ikatan glikosidik akan di lakukan satu molekul. Pengujian
ini di lakukan dengan memasukkan ke dalam tabung reaksi 5 ml amilum
1%, ambil 0,1 gram sempel amilum, lalu larutkan dalam 9mL air panas.
Kemudian, setelah semua sampel amilum larut tambahkan 1mL air
hingga volume tepat menjadi 10mL, tambahkan 2,5 ml HCL, panaskan
dalam penagas air mendidih, setelah 3 menit kemudian di uji dengan
iodium dengan mengambil 2 tetes, larutan ditambah 2 tetes iodium dalam
porselen tetes dan dicatat warna yang terjadi, kemudian melakukan uji
iodium setiap 3 menit sampai hasil berwarna kuning pucat lalu
melanjutkan hidrolisis selama 5 menit lagi, setelah mendinginkan ambil 2
ml larutan hasil hidrolisis lalu netralkan dengan NaOH 2%, kemudian uji
dengan kertas lakmus, lalu uji dengan Benedict dan menyimpulkan yang
dihasilkan dari hidrolisis amilum.
Uji hidrolisis amilum dengan asam ini menghasilkan warna putih
sebelum di campur dengan reagent hidrolisis amilum setelah setelah
ditetesi iodium warna menjadi hitam kebiruan, setelah diambil 2 ml dan
dinetralkan dengan NaOH 2% menjadi warna hitam kuning pucat.
d. Uji keempat ialah hidrolisis sukrosa dengan sempel sari buah jeruk.
Pengujian ini di lakukan dengan memasukkan 5 ml sukrosa 1% ke dalam
tabung reaksi dan tambahkan 5 ml HCL pekat lalu campurkan, kemudian
Ambil 0,1 gram sempel sukrosa, lalu larutkan dalam 9mL air panas.
Kemudian, setelah semua sampel sukrosa larut tambahkan 1mL air
hingga volume tepat menjadi 10mL, setelah itu panaskan air selama 30
menit, setelah didinginkan, netralkan dengan NaOH 2% dan uji dengan
kertas lakmus, selanjutnya uji dengan Benedict.
Uji hidrolisis sukrosa ini menghasilkan warna kuning pucat sebelum di
campur dengan reagent hidrolisis sukrosa, setelah dinetralkan dengan
NaOH warna larutan jeruk tetap masih kuning pucat lalu saat diuji
dengan kertas lakmus yang pertama menunjukkan netral dan setelah
ditambahkan dengan larutan benedict warnanya berubah menjadi hijau
tosca bening.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan

Bedasarkan hasil pengamaTan dari pratikum ini dapat di simpulkan bahwa :

1. Benedict yang di campurkan dengan sari buah jeruk menghasilkan warna


oranye dan setelah di panaskan warna larutannya menjadi agak gelap.

2. Amilum yang di tetesi dengan imodin warnanya menjadi hitam.

3. Hidrolisis amilum dengan asam menghasilkan warna hitam kebiruan setelah


di tetesi dengan iodin dan di netralkan dengan NaOH 2% warna menjadi kucing
pucat.

4. Hidrolisis sukrosa di campur dengan NaOH warnanya masih tetap sama


dengan aslinya setelah di tambahkan dengan Benedict warna berubah menjadi
tosca bening.

b. Saran

Terimakasih buat teman teman yang sudah membantu berjalannya


praktikum dengan optimal, sehingga dapat berjalan dengan baik dan semoga
dapat di tingkatakan lagi
VIII. DAFTAR PUSTAKA

Kusnandar, Feri. 2010. KIMIA PANGAN : KOMPONEN MAKRO .

Jakarta: Dian Rakyat.

Modul, Praktikum. KIMIA MAkANAN.


LEMAK

I. TUJUAN

Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat:

1. Memahami komponen utama dari lipida sederhana

2. Memahami beberapa komponen lipida yang bukan asam lemak

3. Mengidentifikasi adanya komponen lipida melalui reaksi kimia

4. Terampil melaksanakan praktikum pengujian komponen utama lipida

dan sterol-sterol

II. DASAR TEORI

Lipid adalah sekelompok senyawa organic yang terdapat dalamtumbuhan,


hewan atau manusia dan memegang peranan penting dalamstruktur dan fungsi
sel. Senyawa lipid tidak mempunyai rumus empiristertentu dan struktur yang
serupa, tetapi terdiri atas beberapa golongan.

Berbeda dengan karbohidrat dan protein, lipid mempunyai sifat tidak


larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organic nonpolar seperti eter,
kloroform,aseton dan benzene. Berdasarkan sifat demikian, lipid dapat
diperoleh dengan cara ekstraksi dari jaringan hewan atau tumbuhan
menggunakan eter ataupelarut nonpolar lainnya.

Lipid merupakan komponen penting dalam membrane sel, termasuk


diantaranya fosfolipid, glikolipid, dan dalam sel hewan adalah kolesterol.

Fosfolipid mempunyai banyak kerangka gliserol( fosfogliserida) atau


sfingosina (sfingomyelin). Serebrosida mengandung glukosa dan galaktosa dan
dengan kerangka sfingosina termasuk dalam glikolipid. Kolesterol merupakan
senyawa induk bagi steroid lain yang disintesis dalam tubuh. Steroid tersebut
adalah hormone-hormon yang penting seperti hormone korteks adrenal serta
hormone seks, vitamin D, dan asam empedu.
Lemak dan minyak merupakan bagian terbesar dan terpenting kelompok
lipid, yaitu sebagai komponen makanan utama bagi organism hidup. Lemak dan
minyak penting bagimanusia karena adanya sam-asam lemak esensial yang
terkandung didalamnya. Fungsinya dapat melarutkan vitamin A,D,E, dan K
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Kemudian, lemak dan
minyak merupakan sumber energy yang lebih efisien dibandingakan
karbohidrat dan protein. Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9
kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 kkal setiap gram.
Secara kimiawi, lemak dan minyak adalah trigliserida yang merupakan ester
dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Senyawa terbentuk dari hasil
kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak. Lipid dapat
diklasifikasikan menjadi 3 golongan besar, yaitu:

1. Lipid sederhana : senyawa ester asam lemak dan berbagai alcohol. Contoh :
lemak atau minyak dan lilin (wax).

2. Lipid kompleks (gabungan) : senyawa ester asam lemak yang


mempunyaigugus lain disamping alcohol dan asam lemak, misalnya krbohidrat
atau protein. Contoh fosfolipid, glikolipid dan lipoprotein.

3. Derivat lipid : senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid.Contoh :


asam lemak, gliserol, aldehida lemak, keton, hodrokarbon, sterol,vitamin larut
lemak dan beberapa hormon.

Selain menurut penggolongan diatas berdasarkan sifat kimianya lipid


dapat pula dibedakan menjadi 2, yaitu lipid yang dapat disabunkan atau dapat
dihidrolisis dengan basa. Contohnya: lemak atau minyak, dan lipid yang tidak
dapat disabunkan, contohnya sterol dan terpena. Asam lemak dapat dibentuk
dari senyawa-senyawa yang mengandung karbon seperti asetat, asetaldehid, dan
etanol yang merupakan hasil respirasi tanaman.

Asam lemak dalam tanaman disintesis dalam keadaaan anaerob dengan


bantuan bakteri tertentu seperti Clostridium kluyver. Asam-asam lemak yang
ditemukan dialam umumnya merupakan asam-asam monokarboksilat dengan
rantai yang tidak bercabang dan mempunyai jumlah atom karbon genap. Asam
lemak dialam dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:

1. Asam lemak jenuh : asam lemak yang tidak mempunyai ikatan rangkap.
Contoh : asam palmitat, asam stearat, dan asam kaprat. Sumber sebagian besar
pada lemak hewani.
2. Asam lemak tidak jenuh : asam lemak yang mempunyai satu atau lebih ikatan
rangkap. Contoh : asam oleat, asam linoleat, dan asam linolenat.Sumber minyak
nabati pada biji-bijian atau kacang-kacangan.

III. ALAT DAN BAHAN

Alat:

1. Rak tabung reaksi

2. Pipet tetes

3. Gelas kimia

4. Penjepit

5. Tabung reaksi

6. Gelas ukur

7. Sendok

8. Kompor

Bahan:

1. Minyak ikan

2. Larutan Na2CO3

3. Larutan sabun

4. Putih telur puyuh

5. Minyak bekas

6. Kloroform

7. Iodin

8. Alkohol

9. Alumunium foil

10. Indikator PP
11. Larutan KOH

IV. CARA KERJA

1. UJI PEMBENTUKAN EMULSI (MINYAK IKAN)

a). Siapkan lima tabung reaksi yang sudah bersih dan kering.

• Tabung 1: tuangkan 2 ml air dan teteskan 2 tetes minyak ikan merk A


• Tabung 2: tuangkan 2 ml air, teteskan 2 tetes minyak ikan merk A dan 2
tetes Na2CO3 0,5%
• Tabung 3: tuangkan 2 ml air, 2 tetes minyak ikan merk A dan 2 tetes
larutan sabun
• Tabung 4: tuangkan 2 ml larutan protein 2% (putih telurpuyuh) dan 2
tetes minyak ikan.
b). Kocoklah setiap tabung dengan kuat lalu diamkan beberapa saat.

c). Amati terjadinya pembentukan emulsi

2. UJI KETIDAKJENUHAN (MINYAK BEKAS)

• Masukkan 4 tetes minyak bekas ke dalam tabung reaksi.


• Tambahkan 4 ml kloroform.
• Tambahkan setetes demi setetes iodin sambil dikocok hingga warna
merah
• iodin tidak berubah.
• Hitung jumlah tetesan yang dibutuhkan.
• Bandingkan jumlah tetesan yang dihasilkan.
• Catatlah hasilnya.

3. UJI BILANGAN ASAM

• Timbanglah 10 gram sampel minyak goreng bekas ke dalam Erlenmeyer


300ml
• Tambahkan 25ml alcohol 95%
• Hubungkan erlenmeyer dengan pendingin tegak atau ditutup dengan
alumunium foil.
• Didihkan diatas penangas air selama ±30 menit
• Tetesi dengan indicator PP, kocok pelan sampai tercampur rata,
kemudian titrasi dengan larutan KOH 0,1 N hingga timbul warna merah
muda. Ulangi percoban sampai 3x
- Analisis Bilangan Asam (AV) (AOCS1998)
Nilai keasaman dianalisis berdasarkan metode AOCS Ca 5a-40.
Penentuan derajat keasaman dilakukan dengan cara titrasi KOH terhadap
sampel, yang menggunakan prinsip jumlah KOH yang diperlukan (mg)
untuk menetralkan 1 g lemak. Persamaan untuk mendapatkan derajat
keasaman (mg KOH/ mL lemak) adalah:

Bilangan asam = V x N x K
10G
Keterangan:
N : Konsentrasi KOH (mg/mL)
V : Volume KOH untuk titrasi (mL)
K : Berat molekul KOH (56,1)
G : Berat sampel (g)

4. UJI KADAR ASAM LEMAK BEBAS

• Timbanglah 10 gram sampel minyak goreng bekas dalam Erlenmeyer


300ml
• Tambahkan 25ml alcohol 95%
• Hubungkan erlenmeyer dengan pendingin tegak tau ditutup dengan
alumunium foil.
• Didihkan diatas penangas air selama ±30 menit
• Tetesi dengan indicator PP, kosok pelan sampai tercampur rata,
kemudian titrasi dengan larutan KOH 0,1 N hingga timbul warna merah
muda. Ulangi percoban sampai 3x
Uji Kadar Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid/Ffa) :

%FFA = A x N x M
10G
Keterangan :
A : jumlah titrasi KOH (mL)
B : normalitas KOH
G : berat sampel (g)
M : bobot molekul asam lemak dominan (asam folat) (282,5).

VI. DATA PENGAMATAN


Bahan Hasil Kegiatan
N
yang di Kegiatan
O Sebelum Sesudah
Uji
1. Minyak -Tabung 1 : air + Tabung 1 : Setelah dikocok
ikan minyak ikan tidak dapat berwarna lebih
menyatu keruh dan tidak
dapat menyatu

-Tabung 2 : air + Tabung 2 : Setelah dikocok


minyak ikan + Na2CO3 tidak dapat berwarna bening
0,5%. menyatu dan menyatu

-Tabung 3: air + minyak Tabung 3 : air Setelah dikocok,


ikan + larutan sabun dan minyak tidak dapat menyatu
tidak dapat dan bewarna lebih
menyatu keruh

-Tabung 4 : putih telur Tabung 4 : Setelah dikocok


puyuh + minyak goreng dapat menyatu bewarna kuning dan
bekas kocoklah minyak berada di
setiap tabung dengan permukaan
kekuatan diamkan
beberapa saat amati
pembentukan emulsi.

2. Minyak Minyak bekas + Sebelum Setelah ditetesi


goreng kloroform ditetesi larutan dengan larutan iodin
bekas tambahkan setetes demi iodin warna maka warnanya
masih putih berubah menjadi
setetes iodin kocok
agak pucat merah dan juga
hingga warna merah membutuhkan 6
iodin tidak berubah tetes iodin untuk
hitung tetesan iodin berubah warna
yg dibutuhkan
bandingkan jumlah
tetesan amati hasil.
3. Minyak Percobaan I : Percobaan I : butuh
goreng Timbanglah minyak warna masih 6 ml dan warna yang
bekas goreng ke dalam kuning agak semula merah muda
Erlenmeyer + alcohol oranye berubah menjadi
95% hubungkan kuning pucat
dengan pendingin Percobaan II : Percobaan II : butuh
tegak/tutup dengan kuning agak 4,3ml dan warna
alumunium foil oranye yang semula merah
didihkan dipenagas muda berubah
air tetesi dengan menjadi kuning
indicator PP kocok Percobaan III : pucat
pelan sapai tercampur kuning agak Percobaan III: butuh
rata titrasi dengan oranye 0,9 ml dan warna
KOH timbul warna yang semula pink
merah muda ulangi cerah berubah
percobaan sampai 3x menjadi kuning
amati hasil agak oranye.

VI. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Praktikum ini membahas tentang lemak, lemak merupakan senyawa


organik yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam zat pelarut organik non
polar, seperti aseton, alkohol, eter, benzena, kloroform dan sebagainya. Lemak
tersusun dalam atas rantai hidrokarbon panjang berantai lurus, bercabang, atau
membentuk struktur sirklis. Lemak ensensial merupakan prekursor
pembentukan hormon tertentu seperti prostaglandin, lemak juga berperan
sebagai penyusun membran yang sangat penting untuk berbagai tugas
metabolisme, lemak juga dapat melarutkan.
Pengujian kualitatif Lemak pada praktikum ini dilakukan dengan cara
mereaksikan sampel dengan
beberapa jenis larutan uji. Sampel tersebut ialah pengujian secara kualitatif
yakni dengan uji pembentukan emulsi, uji ketidak jenuhan, dan uji kadar lemak
bebas. Kemudian dengan sampel minyak ikan dan minyak goreng bekas.
a. Uji pertama ialah uji pembentukan emulsi dengan sempel minyak ikan,
Emulsi adalah campuran dari dua cairan yang biasanya tidak
bergabung, seperti minyak dan air. Perlu ditambahkan zat tertentu
yang bertindak sebagai pengemulsi, yang dapat membantu dua cairan
dapat bercampur secara homogen dan stabil.
Pengujian ini di lakukan dengan menyiapkan lima tabung reaksi yang
sudah bersih dan kering. Tabung 1 tuangkan 2 ml air dan teteskan 2
tetes minyak ikan merk A. Tabung 2tuangkan 2 ml air, teteskan 2 tetes
minyak ikan merk A dan 2 tetes Na2CO3 0,5%. Tabung 3 tuangkan 2
ml air, 2 tetes minyak ikan merk A dan 2 tetes larutan sabun. Tabung 4
tuangkan 2 ml larutan protein 2% (putih telurpuyuh) dan 2 tetes
minyak ikan, Kocoklah setiap tabung dengan kuat lalu diamkan
beberapa saat, Amati terjadinya pembentukan emulsi.
Uji pembentukan emulsi menghasilkan Tabung 1 Sebelum dikocok
tidak dapat menyatu. Tabung 2 Sebelum dikocok tidak dapat menyatu.
Tabung 3 Sebelum dikocok air dan minyak tidak dapat menyatu.
Tabung 4 Sebelum dikocok dapat menyatu. Setelah di kocok Tabung
1 Setelah dikocok berwarna lebih keruh dan tidak dapat menyatu.
Tabung 2 Setelah dikocok berwarna bening dan menyatu. Tabung 3
Setelah dikocok, tidak dapat menyatu dan bewarna lebih keruh.
Tabung 4 Setelah dikocok bewarna kuning dan minyak berada di
permukaan.

b. Uji yang kedua ialah uji ketidakjenuhan dengan sempel minyak


goreng bekas, Uji ketidakjenuhan digunakan untuk mengetahui asam
lemak yang diuji merupakan asam lemak jenuh atau asam lemak tidak
jenuh. Iod Hubl digunakan sebagai indikator perubahan Warna yang
kembali ke warna asal menandakan bahwa banyak ikatan rangkap
pada rantai hidrokarbon asam lemak. Pengujian ini di lakukan dengan
memasukkan 4 tetes minyak bekas ke dalam tabung reaksi,
tambahkan 4 ml kloroform, tambahkan setetes demi setetes iodin
sambil dikocok hingga warna merah, iodin tidak berubah, hitung
jumlah tetesan yang dibutuhkan, bandingkan jumlah tetesan yang
dihasilkan, catatlah hasilnya.Uji ketidakjenuhan menghasilkan warna
masih putih agak pucat sebelum ditetesi larutan iodin, setelah ditetesi
dengan larutan iodin maka warnanya berubah menjadi merah dan juga
membutuhkan 6 tetes iodin untuk berubah warna.
c. Uji ketiga ialah uji kadar asam lemak bebas dengan sempel minyak
goreng bekas, Asam lemak bebas (ALB) atau free fatty acid (FFA)
adalah yang dibebaskan pada hidrolisa lemak.
Pengujian ini di lakukan dengan menimbang 10 gram sampel minyak
goreng bekas dalam Erlenmeyer 300ml, Tambahkan 25ml alcohol 95%,
Hubungkan erlenmeyer dengan pendingin tegak tau ditutup dengan
alumunium foil, Didihkan diatas penangas air selama ±30 menit,
Tetesi dengan indicator PP, kosok pelan sampai tercampur rata,
kemudian titrasi dengan larutan KOH 0,1 N hingga timbul warna
merah muda. Ulangi percoban sampai 3x
Uji Kadar Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid/Ffa) :

%FFA = A x N x M
10G

Keterangan :
A : jumlah titrasi KOH (mL)
B : normalitas KOH
G : berat sampel (g)
M : bobot molekul asam lemak dominan (asam folat) (282,5).

Uji kadar asam lemak bebas menghasilkan Sebelum di canpur reagent


kadar asam lemak bebas Percobaan I warna masih kuning agak oranye.
Percobaan II kuning agak oranye. Percobaan III kuning agak oranye.
Sesudah di campur dengan reagent kadar asam lemak. Percobaan I
butuh 6 ml dan warna yang semula merah muda berubah menjadi
kuning pucat. Percobaan II butuh 4,3ml dan warna yang semula merah
muda berubah menjadi kuning pucat. Percobaan III butuh 0,9 ml dan
warna yang semula pink cerah berubah menjadi kuning agak oranye.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan

Bedasarkan hasil pengamaTan dari pratikum ini dapat di simpulkan bahwa :

1. Pembentukan emulsi pada Tabung satu sebelum di kocok tidak bisa menyatu
dan setelah di kocok berwarna lebih keruh dan tidak bisa menyatu, tabung ke
dua sebelum di kocok tidak dalat menyatu dan setelah di kocok berwana bening
dan bisa menyatu, tabung ke tiga air dan minyak tidak bisa menyatu dan setelah
dikocok warnanya keruh dan tidak bisa menyatu, tabung ke empat sebelum di
kocok dapat menyatu dan setelah di kocok berwarna kuning dan minyak berada
di permukaan.

2. Ketidakjenuhan minyak goreng Bekas yang di campur dengan kloroform


warnanya putih pucat dan setelah di tetesi dengan 6 tetes iodin warnanya
menjadi merah.
3. Asam lemak bebas percobaan pertama warnanya yang semula merah muda
berubah menjadi kuning pucat dengan di tetesi KOH 6 ml, percobaan kedua
warnanya Semula merah menjadi kuning pucat dengan di tetesi 4,3 ml KOH,
percobaan ketiga warnanya semula pink menjadi kuning agak orenye dengan di
tetesi 0,9 KOH.

b. Saran

Terimakasih buat teman teman yang sudah membantu berjalannya


praktikum dengan optimal, sehingga dapat berjalan dengan baik dan semoga
dapat di tingkatakan lagi

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal. 89 ± 98, Juni 2016


MODUL PRATIKUM KIMIA MAKANAN
PROTEIN

I. TUJUAN

Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat:

1. Membuktikan adanya ikatan peptida

2. Memahami reaksi Xantoproteat dan uji biuret terhadap bermacam-macam


kandungan

dari protein

3. Memahami kelarutan dan sifat amfoter dari asam amino

II. DASAR TEORI

Protein merupakan komponen utama dalam semua sel hidup,baik


tumbuhan maupun hewan. Pada sebagian besar jaringan tubuh, protein
merupakan komponen terbesar setelah air. Kira-kira lebih dari 50% berat kering
sel terdiri atas protein.

Protein adalah senyawa organic kompleks yang terdiri atas unsur-unsur


Karbon (50-55%), Hidrogen (± 7%), Oksigen (±13%), dan Nitrogen (±16%).
Banyak pula protein yang mengandung Belerang (S) dan Fosfor (P) dalam
jumlah sedikit (1-2%). Ada beberapa protein lainnya mengandung unsure logam
seperti tembaga dan besi.

Di dalam tubuh, protein mempunyai peranan yang sangat penting. Fungsi


utamanya

sebagai zat pembangun atau pembentuk struktur sel, misalnya untuk


pembentukan kulit,

otot, rambut, membrane sel, jantung, hati, ginjal, dan beberapa organ penting
lainnya.

Kemudian, terdapat pula protein yang mempunyai fungsi khusus, yaitu protein
yang aktif.
Beberapa diantaranya enzim yang berperan sebagai biokatalisator,
hemoglobin sebagai pengangkut oksigen, hormone sebagai pengatur
metabolisme tubuh dan antibodi untuk mempertahankan tubuh dari serangan
penyakit. Kekurangan protein dalam jangka waktu lama dapat mengganggu
berbagai proses metabolism di dalam tubuh serta mengurangi daya tahan tubuh
terhadap serangan penyakit.

Protein dalam tubuh manusia diperoleh dari bahan makanan, baik yang
berasal dari

hewan maupun tumbuhan. Protein yang berasal drai hewan disebut protein
hewani,

sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati. Sumber protei
dari beberapa

bahan makanan adalah daging, telur, susu, ikan, beras, kacang, dan buah-buahan.
Protein

dalam makanan yang dikonsumsi manusia akan dipecah menjadi asam-asam


amino dalam

proses pencernaan dengan dibantu oleh enzim seperti pepsin dan tripsin. Asam-
asam

amino yang dihasilkan kemudian diserap oleh usus dan dibawa ke arah hati atau

didistribusikan ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Selain untuk


pembentukan sel-sel

tubuh protein dapat pula digunakan sebagai bhan bakar apabila keperluan
energy tubuh

tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak.

Secara kimiawi, prptein merupakan senyawa polimer yang tersusun atas


satuan-satuan asam-asam amino sebagai monomernya. Asam-asam amino
terikat satu sama lain melalui ikatan peptide, yaitu ikatan antara gugus karboksil
(-COOH) asam amino yang satu

dengan gugus amino (-NH2) dari asam amino yang lain dengan melepaskan satu
molekul
air. Peptide yang terbentuk atas dua asam amino disebut dipeptida. Sebaliknya
peptide

yang terdiri atas tiga, empat, atau lebih asam amino, masing-masing disebut,
tripeptida,

tetrapeptida, dan seterusnya.

Protein adalah suatu polipeptida yang memiliki kira-kira 100 sampai 1.800
atau lebih

residu asam amino. Protein alamiah memiliki 20 jenis asam amino. Untuk setiap
protein

tertentu, urutan dan jenis-jenis asam amino yang menyusunnya sangat spesifik.
Suatu

protein yang hanya tersusun atas asam amino dan tidak mengandung gugus
kimis lain

disebut protein sederhana. Contohnya enzim ribonuklease dan khimotripsinogen.


Namun,

banyak protein mengandung bahan lain selain asam amino seperti derivate
vitamin, lipid,

atau karbohidrat. Protein disebut protein konjugasi. Bagian yang bukan asam
amino dari

jenis protein ini disebut gugus prostetik. Contohnya, lipoprotein mengandung


lipid dan

glikoprotein mengandung gula. Berdasarkan struktur molekulnya, protein dapat


dibagi

menjadi dua golongan utama, yaitu:

• Protein globuler; yaitu protein berbentuk bulat atau elips dengan rantai
polipeptida

yang berlipat. Umumnya, protein globuler larut dalam air, asam, basa, atau
etanol.

Contoh: albumin, globulin, protamin, semua enzim dan antibody.


• Protein fiber; yaitu protein berbentuk serat atau serabut dengan rantai
polipeptida

memanjang pada satu sumbu. Hamper semua protein fiber memberikan peran

structural atau pelindung. Protein fiber tidak larut dalam air, asam, basa,
maupun

etanol. Contoh: keratin pada rambut, kolagen pad tulang rawan, dan fibroin
pada

sutera.

Pada umumnya, protein sangat peka terhadap pengaruh-pengaruh fisik


dan zat kimia, sehingga mudah mengalami perubahan bentuk. Perubahan atau
modifikasi pasa struktur molekul protein disebut denaturasi. Hal-hal yang dapat
menyebabkan terjadinya denaturasi adalah: panas, pH, tekanan, aliran listrik,
dan adanya bahan kimia seperti urea, alcoholatau sabun. Proses denaturasi
kadang berlangsung secara reversible, tetapi ada pula yang irreversible,
tergantung pada penyebabnya. Protein yang mengalami dentaurasi akan

menurunkan aktivitas biologinya dan berkurang kelarutannya, sehingga mudah

mengendap.

III. ALAT DAN BAHAN

Alat :

1. Tabung reaksi

2. Rak tabung reaksi

3. Pipet tetes

4. Enlenmeyer

5. Pipet gondok

6. Stopwatch

Bahan:

1. Putih telur puyuh

2. Air suling
3. Larutan HCL

4. Larutan NaOH

5. Alkohol

6. Larutan kloroform

7. Larutan CuSO4

8. Asam cuka

IV. CARA KERJA

1. UJI KELARUTAN PROTEIN (PUTIH TELUR PUYUH )

• Sediakan 5 tabung reaksi, masing-masing diisi dengan: air suling, HCl 10%,
NaOH 40%, alcohol 96%, dan kloroform sebanyak 1 ml.
• Tambahkan 2 ml larutan albumin telur pada setiap tabung.
• Kocoklah dengan kuat, kemudian amati sifat kelarutannya.
• Catatlah hasilnya.

2. UJI PENGENDAPAN PROTEIN

 Sediakan 3 tabung reaksi yang bersih, masing-masing diisi dengan 2 ml


larutan albumin telur.
 Pada tabung 1,2 dan 3 berturut-turut tambahkan larutan NaCl 5%, larutan
CuSO4 dan asam cuka/air perasan jeruk nipis.
 Kocoklah setiap tabung dan amati perubahan yang terjadi.
 Foto dan catatlah hasilnya.
3. UJI BIURET

• Sediakan 3 tabung reaksi yang bersih, lalu masing-masing diisi dengan:


1. 2mL Putih telur puyuh
2. 4ml Putih telur puyuh
3. 6ml Putih telur puyuh
• Tambahkan pada setiap tabung 1 ml NaOH 10% dan 3 tetes CuSO4 0,2%.
• Campur dengan baik dan benar
• Amatilah perubahan warna yang terjadi
• Foto dan catatlah hasilnya

VI. DATA PENGAMATAN

Bahan yang Hasil Kegiatan


NO Kegiatan
di Uji Sebelum Sesudah

1. Putih telur 5 tabung reaksi isi Tabung I air Tabung I air


puyuh msing-masing tabung biasa : biasa = bening
dengan air suling, bewarna dan
putih bening bergelembung
HCl, NaOH, alcohol
daan kloroform + tabung II tabung II HCl =
putih telur pada setiap HCl : keruh dan
tabung kocok bewarna bergelembung di
dengan kuat putih bening atas
amati hasil.
tabung III tabung III
NaOH : NaOH = bening
putih bening dan
bergelembung
tabung ke IV diatas
alkohol tabung ke IV
=putih alkohol = keruh
bening dan mengumpal

tabung V tabung V
kloroform : kloroform =
putih bening keruh, lumayan
jernih dan
mengendap

2. Putih telur 3 tabung reaksi isi tabung I: tabung I: NaCl


puyuh dengan putih telur NaCl 5% = 5% = bening dan
pada setiap bewarna ada gelembung
tabung isi dengan kuning agak tabung II CuSO4
NaCl, CuSO4 dan pucat = berubah
asam cuka/perasan berwarna biru
jeruk nipis kocok tabung II dan mengental
setiap tabung CuSO4 =
amati hasil. kuning agak tabung ke III
pucat asam cuka =
putih, keruh dan
tabung ke III ada
asam cuka = penggumpalan
kuning agak di bagian atas
pucat

Tabung I : Tabung I : 2 ml
3. Putih telur 3 tabung reaksi isi Kuning agak albumin
puyuh tabung dengan putih pucat. dicampurkan
telur (2mL, 4mL, berwarna ungu
6mL) + NaOH+CuSO diatas
campur dengan Tabung II: permukaan.
baik dan benar Kuning agak
amati hasil. pucat Tabung II : 4 ml
albumin
dicampurkan
Tabung III: berwarna tosca
Kuning agak menggumpal
pucat diatas dan
bergelembung

Tabung III: 6 ml
albumum
dicampurkan
berwarna biru
keunguan di atas
permukaan .

VII. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Praktikum kali ini membahas mengenai protein. Protein adalah kelompok


biomolekul berukuran besar yang terbentuk dari satu rantai panjang asam amino
atau lebih. Protein adalah makromolekul polipeptida yang tersusun dari
sejumlah L-asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Pengujian
kualitatif protein pada praktikum ini dilakukan dengan cara mereaksikan sampel
dengan beberapa jenis larutan uji. Sampel tersebut ialah pengujian secara
kualitatif yakni dengan uji kelarutan protein, uji pengendapan protein, dan uji
biuret. Kemudian dengan sampel putih telur puyuh.

a. Uji pertama ialah uji kelarutan protein dengan sempel putih telur
puyuh. Kelarutan protein di pengaruhi oleh komposisi asam
amino, berat molekul, dan kapolaran asam amino.
Pengujian ini dilakukan dengan menyediakan 5 tabung reaksi,
masing-masing diisi dengan: air suling, HCl 10%, NaOH 40%,
alcohol 96%, dan kloroform sebanyak 1 ml, tambahkan 2 ml
larutan albumin telur pada setiap tabung, kocoklah dengan kuat,
kemudian amati sifat kelarutannya, catatlah hasilnya.
Uji kelarutan protein ini menghasilkan Sebelum di campur
dengan reagen kelarutan protein Tabung I air biasa bewarna putih
bening. Tabung II HCl bewarna putih bening Tabung III NaOH
putih bening. Tabung ke IV alkohol putih bening. Tabung V
kloroform putih bening. Setelah di campur reagen kelarutan
protein. Tabung I air biasa bening dan bergelembung . Tabung II
HCl keruh dan bergelembung di atas . Tabung III NaOH bening
dan bergelembung diatas. Tabung ke IV alkohol keruh dan
mengumpal . Tabung V kloroform keruh, lumayan jernih dan
mengendap

b. Uji kedua ialah uji pengendapan protein dengan sempel albumin


telur. Prinsip pengendapan protein adalah berkurangnya kelarutan
protein dalam larutan karena air diserap oleh garam.
Pengujian ini dilakukan dengan Menyediakan 3 tabung reaksi
yang bersih, masing-masing diisi dengan 2 ml larutan albumin
telur, pada tabung 1,2 dan 3 berturut-turut tambahkan larutan
NaCl 5%, larutan CuSO4 dan asam cuka/air perasan jeruk nipis,
kocoklah setiap tabung dan amati perubahan yang terjadi, foto
dan catatlah hasilnya. Uji pengendapan protein ini mengahasilkan
Sebelum di campur reagen pengendapan protein Tabung I NaCl
5% bewarna kuning agak pucat. Tabung II CuSO4 kuning agak
pucat. Tabung ke III asam cuka kuning agak pucat
Sesudah di campur reagen pengendapan protein. Tabung I: NaCl
5% bening dan ada gelembung . Tabung II CuSO4 berubah
berwarna biru dan mengental. Tabung ke III asam cuka putih,
keruh dan ada penggumpalan di bagian atas.

c. Uji ketiga ialah uji biuret dengan sempel putih telur puyuh.
Biuret adalah reagen untuk menguji bahan makanan yang
mengandung protein.
Pengujian ini dilakukan dengan Sediakan 3 tabung reaksi yang
bersih, lalu masing-masing diisi dengan: 2mL Putih telur puyuh,
4ml Putih telur puyuh, 6ml Putih telur puyuh, tambahkan pada
setiap tabung 1 ml NaOH 10% dan 3 tetes CuSO4 0,2%, campur
dengan baik dan benar, amatilah perubahan warna yang terjadi,
foto dan catatlah hasilnya.
Uji biuret menghasilkan kuning agak pucat menjadi ungu diatas
permukaan (2ml), yang 4 ml menghasilkan kuning pucat menjadi
tosca menggumpal di atas dan bergelembung, yang 6 ml
menghasilkan kuning pucat menjadi biru keungu ingusan di atas
permukaan .

VIII. SIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan

Bedasarkan hasil pengamaTan dari pratikum ini dapat di simpulkan bahwa :

1. Kelarutan protein tabung pertama air biasa di campuri Menjadi bening dan
bergelembung, tabung kedua HCl di campuri menjadi keruh dan bergelembung,
tabung ketiga NaOH di campuri menjadi Bergelembung dan bening, tabung
keempat alkohol Setelah di campuri menjadi keruh dan menggumpal, tabung
kelima kloroform di campuri menjadi jernih, berkeruh dan mengendap.

2. Pengendapan protein percobaan pertama kuning agak pucat dan menjadi


bening ada gelembung, percobaan kedua kuning agak pucat menjadi biru
mengental, percobaan ketiga asam cuka kuning agak pucat menjadi asam cuka
Putih keruh dan ada Penggumpalan di bagian atas.

3. Biuret Yang 2 ml berwarna kuning pucat menjadi ungu diatas permukaan,


yang 4 ml menghasilkan kuning pucat menjadi tosca menggumpal di atas dan
bergelembung, yang 6 ml menghasilkan kuning pucat menjadi biru keungu
ingusan di atas permukaan .

b. Saran

Terimakasih buat teman teman yang sudah membantu berjalannya praktikum


dengan optimal, sehingga dapat berjalan dengan baik dan semoga dapat di
tingkatakan lagi.

IX. DAFTAR PUSTAKA

Winarno F.G. Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2004.
MODUL KIMIA MAKANAN

Anda mungkin juga menyukai