Nanda Devi Kusumaningrum - Skripsi Gabung
Nanda Devi Kusumaningrum - Skripsi Gabung
Nanda Devi Kusumaningrum - Skripsi Gabung
OLEH :
OLEH :
i
HALAMAN PERNYATAAN
Nim : 1510036
MP-ASI Dengan Status Gizi Bayi 6-24 Bulan Di Posyandu Desa Bandung
Mojokerto saya susun tanpa melakukan plagiat sesuai dengan peraturan yang
Jika kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiat saya akan
bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Stikes
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya agar dapat digunakan
sebagaimana mestinya.
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
NIM : 151.0036
menyetujui bahwa Skripsi ini diajukan dalam sidang guna memenuhi sebagian
Pembimbing I Pembimbing II
Puji Hastuti, S. Kep., Ns., M. Kep Ayu Citra Mayasari, S. Pd., M. Kes
NIP. 03010 NIP. 03056
Ditetapkan di : Surabaya
Tanggal : 03 Juli 2019
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dari :
NIM : 151.0036
Ditetapkan di : Surabaya
Tanggal : 19 Juli 2019
iv
ABSTRAK
Kata kunci : perilaku pemberian MP-ASI, status gizi, bayi 6-24 bulan
v
ABSTRACT
The results showed that more than half the inappropriate behavior (53.7%)
of complementary feeding in Posyandu Desa Bandung and nutritional status of
infants 6-24 months were of good nutritional status (86.6%). The Spearman Rho
test showed the results that there was a relationship between complementary
feeding behavior and nutritional status with a p value = 0.015 (p≤ 0.005) with a
coefficient r = 0.295
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha
Esa, atas limpahan karunia dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyusun
Skripsi yang berjudul “Hubungan Perilaku Pemberian MP-ASI Dengan Status Gizi
Bayi 6-24 Bulan Di Posyandu Desa Bandung Mojokerto” dapat selesai sesuai waktu
Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah
sehingga Skripsi ini dibuat dengan sangat sederhana baik dari segi sistematika
1. Ibu Wiwiek Liestyaningrum, M. Kep selaku ketua Stikes Hang Tuah Surabaya
atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada peneliti untuk menjadi
2. Pembantu ketua 1, Pembantu ketua 2 dan Pembantu ketua 3 Stikes Hang Tuah
3. Ibu Puji Hastuti, S. Kep., Ns., M. Kep selaku Kepala Program Studi Pendidikan
vii
kesempatan untuk mengikuti dan menyelesaikan Program Pendidikan S-1
Keperawatan.
4. Ibu Diyah Arini, S. Kep., Ns., M. Kes selaku ketua penguji terima kasih atas
5. Ibu Puji Hastuti, S. Kep., Ns., M. Kep selaku pembimbing I yang penuh
6. Ibu Ayu Citra Mayasari, S. Pd., M. Kes selaku pembimbing II yang penuh
7. Ibu Nadia Okhtiary, A.md selaku Kepala Perpustakaan di Stikes Hang Tuah
penelitian ini.
8. Ibu Nunuk selaku Konsultan Gizi di Puskesmas Gedeg yang telah membantu
pada bayi.
9. Ibu Bidan Indar selaku Ketua Posyandu Balita Lavender Desa Bandung,
10. Ibu balita selaku responden penelitian yang telah bersedia dan berpastisipasi
11. Teman-teman sealmamater dan semua pihak yang telah membantu kelancaran
viii
Semoga budi baik yang telah diberikan kepada peneliti mendapatkan balasan
rahmat dari Allah Yang Maha Pemurah. Peneliti berharap semoga Skripsi ini
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
x
2.4.1 Teori Menurut Lawrence Green “precend-proced” ............................. 29
2.5 Hubungan Antar Konsep ...................................................................... 31
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan
Indeks ...................................................................................... 27
Gambar 2.2 Kerangka Teori Lawrence Green (1980) ................................. 31
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Hubungan Perilaku Pemberian MP-ASI
Dengan Status Gizi Bayi 6-24 Bulan Di Posyandu Desa
Bandung Mojokerto ................................................................. 33
Gambar 4.1 Bagan Rancangan Penelitian Cross Sectional ..................... 35
Gambar 4.2 Kerangka Kerja Hubungan Perilaku Pemberian MP-ASI
Dengan Status Gizi Bayi 6-24 Bulan Di Posyandu Desa
Bandung Mojokerto ................................................................. 36
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
DAFTAR SINGKATAN
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
bayi harus mendapatkan ASI untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Kebutuhan bayi
akan nutirisi semakin meningkat seiring bertambahnya usia bayi, hal ini
dihasilkan ibunya kurang memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu, pada usia
6 bulan bayi mulai diperkenalkan dan diberikan gizi tambahan yang berupa
makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) atau makanan tambahan yang
bertujuan agar gizi bayi bisa terpenuhi. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-
ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat yang diberikan pada
bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain ASI.
Pemberian MP-ASI merupakan proses transisi asupan dari susu (ASI) menuju
makanan keluarga semi padat secara bertahap, seperti jenis, jumlah, frekuensi,
tumbuh kembang anak dan kecerdasannya. Pemberian MP-ASI yang tidak sesuai
akan menimbulkan masalah dalam status gizi anak salah satunya masalah gizi
kurang dan gizi buruk (Mufida, Widyaningsih, & Maligan, 2015). Desa Bandung
ialah salah satu desa di Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto yang terdapat
balita dengan gizi kurang dan gizi buruk. Hasil studi pendahuluan yang sudah
dilakukan di Posyandu Desa Bandung ditemukan fenomena masih banyak ibu yang
1
2
frekuensi pemberian MP-ASI perhari, porsi pemberian MP-ASI sekali makan, dan
tekstur pemberian MP-ASI yang harus diberikan sesuai dengan usia buah hatinya.
Satu tahun terakhir di Desa Bandung terdapat kasus kematian bayi dengan gejala
awal BAB dengan bercampur darah. Bidan desa mengatakan bahwa ibu dari bayi
tersebut memberikan MP-ASI sebelum berusia 6 bulan dan ketika ibu ditanya
bagaiamana tekstur MP-ASI yang diberikan sesuai usia anaknya, ibu menjawab
diberikan nasi tim dan pisang, setiap anaknya menangis maka akan diberikan
makanan sampai anaknya tidak menangis lagi karena ibu mengira anaknya
menangis karena lapar. Pada tahun 2018 akhir, terulang kembali kejadian terdapat
bayi dengan BAB darah encer. Setelah dikaji ibu dari bayi tersebut memberikan
MP-ASI sebelum usia 6 bulan dan status gizi satu dari bayi tersebut mengalami gizi
pendidikan, dan lain-lain, dalam hal ini pengetahuan ibu sangat berpengaruh dalam
dari 50% kematian balita disebabkan oleh keadaan kurang gizi dan dua pertiganya
terkait dengan perilaku pemberian makan yang kurang tepat pada bayi dan anak
(Gulo & Nurmiyati, 2015). Indonesia menempati peringkat kelima dunia dalam
masalah gizi buruk atau sekitar 3,8% dari total 87 jumlah anak nasional.
mengemukakan bahwa status gizi pada balita di Indonesia tahun 2013 yang
mengalami gizi buruk sebesar 5,7% dan gizi kurang sebesar 13,9%, jika jumlah ini
dirata-rata sekitar 19,6% balita mengalami masalah gizi. Sedangkan tahun 2018,
3
angka ini mengalami penurunan dengan prevalensi sebanyak 3,9% untuk gizi buruk
dan 13,8% untuk gizi kurang dengan rata-rata sekitar 17,7%. Di provinsi Jawa
Timur, angka kejadian kasus gizi buruk dari tahun 2013 hingga tahun 2016 terus
mengalami penurunan yakni sebesar 5.663 kasus. Angka gizi buruk memang
hasil tersebut belum memenuhi target. WHO menargetkan masalah gizi akan
teratasi jika angka kejadian kurang dari 20%, sedangkan program pemerintah
menargetkan untuk gizi buruk dan kurang akan teratasi jika angka kejadian sebesar
17%. Provinsi Jawa Timur sendiri pada tahun 2018, angka prosentase balita dengan
gizi buruk dan gizi kurang di Jawa Timur sebesar 15% dan gizi buruk sebanyak
2,5% jika dijumlahkan maka hasilnya 17,5% (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Timur, 2017). Jumlah ini tentunya masih belum memenuhi target dari program
Salah satu daerah di provinsi Jawa Timur yang menjadi perhatian lebih
dalam masalah gizi buruk ialah Kabupaten Mojokerto. Hasil laporan yang diltulis
oleh Chariris (2018), dalam Radarmojokerto, data dari dinas kesehatan Kabupaten
Mojokerto sepanjang tahun 2017 terdapat 87 kasus balita yang mengalami gizi
buruk dan jumlah ini tersebar dalam 11 kecamatan. Salah satunya di Kecamatan
Gedeg yakni dengan 8 kasus balita yang mengalami gizi buruk dari jumlah 994
diantaranya berasal dari Desa Bandung. Hasil studi pendahuluan yang sudah
dilakukan pada tanggal 06 Februari 2019, didapatkan laporan bulan Januari dari
Puskesmas Gedeg bahwa di Desa Bandung sebanyak 3 bayi menderita gizi buruk,
4
8 bayi dengan gizi kurang, dan gizi lebih sebanyak 2 bayi dari 85 bayi dari usia 6-
24 bulan. Dari 8 bayi 2 bayi diberikan MP-ASI sebelum usia 6 bulan. Hal ini tentu
Pemberian MP-ASI yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan usia akan
gangguan pencernaan bayi. Sistem pencernaan bayi yang berusia kurang dari 6
bulan belum siap untuk menerima makanan semi padat dan beresiko terkena
masalah ganngguan pencernaanya seperti diare dan berak darah. Hal ini
dikarenakan sistem pencernaan bayi yang masih belum sempurna sehingga sistem
ASI yang tidak sesuai akan berakibat pada status gizi anak yang tidak terpenuhi,
dan pemberian MP-ASI yang melebihi pemberian akan mengakibatkan gizi anak
lebih (overweight) dan obesitas. Anak yang mengalami gizi kurang, gizi buruk dan
gizi lebih tentu saja akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang
terhambat, sehingga tumbuh kembang anak tidak akan optimal (Kemenkes RI,
2015).
Indonesia. Salah satu program pemerintah tersebut ialah pemenuhan gizi 1000 HPK
(Hari Pertama Kelahiran) yaitu dimulai sejak fase kehamilan (270 hari) hingga anak
berusia 2 tahun. Pemenuhan gizi anak di 1000 HPK sangat menentukan asuan
nutrisi dan tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, untuk mendukung program
orang tua anak tersebut. Orang tua perlu mengetahui dengan benar dalam
pemenuhan gizi selama hamil dan 1000 hari selanjutnya sehingga status gizi akan
5
sebagai konselor dan edukator dalam penyediaan informasi tentang pemenuhan gizi
tersebut agar orang tua ikut berperan aktif dalam pemenuhan nutrisi anaknya.
dan konsultasi kepada calon dan memeriksakan kehamilannya secara rutin. Orang
hubungan salah satu faktor penyebab perubahan status gizi diantaranya perilaku
dalam pemberian MP-ASI dengan keadaan status gizi bayi 6-24 bulan di Posyandu
bayi yang berusia 6-24 bulan di Posyandu Desa Bandung Kecamatan Gedeg
Kabupaten Mojokerto ?
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak hubungan antara
perilaku pemberian MP-ASI terhadap status gizi pada bayi yang berusia 6-24 bulan
2. Mengidentifikasi status gizi pada bayi yang berusia 6-24 bulan di Posyandu
pada bayi yang berusia 6-24 bulan di Posyandu Desa Bandung Kecamatan
nutrisi sangat berpengaruh terhadap status gizi anak apakah sudah tercukupi atau
kurang.
perilaku pemberian MP-ASI yng tepat sehingga gizi anak terpenuhi sesuai dengan
usianya.
Penelitian ini dapat menjadi awal bagi peneliti selanjutnya terkait dalam
perilaku pemberian MP-ASI serta mencari dampak yang signifikan jika pemberiam
Bab ini membahas mengenai konsep, landasan teori dan berbagai aspek
MP-ASI, 3) Konsep Status Gizi Bayi, 4) Teori Perilaku Kesehatan Lawrence Green,
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan arti yang sangat luas antara lain: berbicara, berjalan, menangis, tertawa,
bekerja, kuliah, membaca, menulis dan sebagainya. Perilaku manusia adalah semua
kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang diamati
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari
luar. Perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan
kemudian organisme tersebut merespon baik dari aspek biologis perilaku adalah
suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan.
dari luar). Perilaku terbentuk didalam diri seseorang dari dua faktor utama yaitu :
eksternal).
lingkungan fisik maupun non fisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi, politik
7
8
dan sebagainya. Dari penelitian yang ada faktor eksternal yang paling besar
perannya dalam membentuk perilaku manusia adalah faktor sosial dan budaya
2. Respon merupakan faktor dari dalam diri orang yang bersangkutan (faktor
internal).
Faktor internal yang menentukan seseorang itu merespon stimulus dari luar
dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang
berupa tindakan, atau praktik ini dapat di amati orang lain dari luar atau observable
behavior.
hasil bersama atau resultance dari berbagai faktor baik faktor internal maupun
1. Pengetahuan (Knowledge)
2. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau objek. Sikap bukan merupakan suatu tindakan atau aktivitas,
terhadap objek.
10
jam/hari/bulan yang lalu. Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung dengan
dari dalam diri individu itu sendiri, faktor-faktor tersebut antara lain :
1. Presepsi
2. Motivasi
tertentu, hasil dari pada dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk
perilaku.
3. Emosi
keadaan jasmani merupakan hasil keturunan (bawaan) oleh karena itu perilaku yang
4. Belajar
dalam lingkungan kehidupan. Perilaku manusia terjadi melalui suatu proses yang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi
c. Evaluation (menimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya) hal ini
didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut
1. Perilaku Baik, bila subjek mampu menjawab dengan benar 76-100% dari
seluruh pernyataan.
2. Perilaku Cukup, bila subjek mampu menjawab dengan benar 56-75% dari
seluruh pernyataan.
12
3. Perilaku Kurang, bila subjek mampu menjawab dengan benar <56% dari
seluruh pernyataan.
1. Faktor internal
a. Jenis ras/keturunan
tersendiri.
b. Jenis kelamin
c. Sifat fisik
Scheldon.
d. Kepribadian
dirinya yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap segala
rangsangan yang datang. Dari pengertian tersebut sudah jelas bahwa kepribadian
e. Intelegensia
secara terarah dan efektif. Tingkah laku yang dipengaruhi oleh intelegensia adalah
tingkah laku dimana seseorang bertindak secara cepat, tepat, dan mudah terutama
f. Bakat
g. Usia
matangnya usia seseorang maka pengalaman yang didapat juga akan lebih
maksimal.
2. Faktor eksternal
a. Pendidikan
tersebut adalah bentuk perilaku. Oleh karena itu, pendidikan sangat berpengaruh
b. Agama
Individu akan bertingkah laku sesuai dengan aturan dan norma dari agama
yang diyakininya.
c. Kebudayaan
d. Lingkungan
karena lingkungan merupakan lawan atau tantangan bagi individu tersebut untuk
dapat dikuasai.
14
e. Sosial ekonomi
seseorang.
minuman tambahan yang diberikan kepada bayi berusia lebih dari 6 bulan dan
mengandung zat gizi dengan tujuan memenuhi kebutuhan zat gizi selain dari ASI
(Lestari, Lubis, & Pertiwi, 2014). Hal ini dikarenakan kebutuhan bayi akan zat gizi
pertumbuhan dan perkembangan bayi, dan biasanya produksi ASI mulai menurun,
mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna
memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. Sedangkan pengertian makanan itu
sendiri adalah merupakan suatu kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap
saat dan memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh
(Nutrisiani, 2010).
dini dapat membahayakan bayi, karena bayi akan mudah mengalami alergi terhadap
salah satu zat gizi yang terkandung dalam makanan tersebut, terlambatanya
penyerapan zat besi dan zat gizi lainnya dari ASI, resiko obesitas, dan rentan
makanan tambahan juga tidak baik, karena kebutuhan gizi bayi tidak terckupi,
16
pemberian makanan pendamping ASI pada anak yang benar adalah setelah anak
berusia 6 bulan yaitu 6 bulan lebih 1 hari. Hal ini dikarenakan anak tidak akan
beresiko mengalami infeksi atau gangguan pencernaan akibat virus dan bakteri.
Pada usia ini bayi mulai diperkenalkan dengan beraneka ragam makanan
dengan memberikan makanan lumat sebanyak 3 kali sehari dengan takaran yang
cukup dan memberikan makanan selingan dengan porsi yang kecil sebanyak 1 kali
sehari
Pada usia ini juga bayi tetap diperkenalkan dengan beraneka ragam
makanan dan memberikan makanan lunak dalam tiga kali sehari dengan takaran
Pada usia ini berikan anak makanan keluarga sebanyak tiga kali sehari dan
berikan makanan selingan sebanyak dua kali sehari, dan tetap berikan makanan
makanan tambahan. Etika memberikan makanan tambahan di awal pada bayi harus
diberikan berupa bubur (lunak) seperti bubur susu yang terbuat dari tepung serelia
17
dan campuran susu. Agar bayi mudah dalam beradaptasi dengan makanan yang
baru diberikan, maka sebaiknya bubur dibuat lunak, kemudian secara bertahap
ditambahkan dan dicampurkan dengan bahan lain hinga semakin lama semakin
padat disesuaikan dengan usianya. Dan juga tidak boleh terlalu encer dan harus
makanan padat. Jika menggunakan produk makanan bayi buatan industri, maka
Dalam memberikan makanan pendamping ASI pada anak yang benar ialah
6. Jika makanan yang diberikan ada sisa atau tidak dihabiskan, jangan simpan
Jenis makanan pendamping ASI yang dapat diberikan antara lain (Marimbi,
2010) :
1. Buah-buahan yang sudah dihaluskan atau disajikan dalam bentuk sari buah,
2. Makanan lunak dan lembek seperti bubur susu dan nasi tim.
Jenis makanan pendamping yang bisa diberikan sesuai dengan usia anak
adalah sebagai berikut Menurut Depkes RI, 2007 dalam Nutrisiani (2010) :
1. Makanan lumat
disaring dan bentuknya lebih lembut dan halus tanpa ampas. Jenis makanan ini
biasanya diberikan pada anak usia 6-8 bulan. Contoh makanan lumat ini antara lain
bubur susu, bubur sumsum, pisang saring/pisang kerok, pepaya lumat dan nasi tim
saring.
2. Makanan lunak
Makanan lunak adalah makanan yang dimasak dengan air dan teksturnya
sedikit lebih kasar dari makanan lumat. Jenis makanan ini biasanya diberikan ketika
anak berusia 9-11 bulan. Contoh makanan ini antara lain bubur nasi, bubur ayam,
3. Makanan padat
Makanan padat ialah makanan lunak yang tidak berair dan biasa disebut
dengan makanan keluarga. Makanan ini mulai diperkenalkan pada anak usia 12-24
bulan. Contoh makanan padat antara lain lontong, nasi, lauk-pauk, sayur bersantan,
dan buah-buahan.
dipengaruhi oleh jumlah makanan atau minuman yang masuk dan keluar, karena
Frekuensi, tekstur dan porsi makan harus disesuaikan dengan tahap tumbuh
kembang bayi dana anak usia 6-24 bulan. Hal tersebut akan dijelaskan dalam tabel
berikut :
memelihara kesehatan pada umumnya. Kebutuhan gizi sendiri ditentukan oleh usia,
jenis kelamin, aktivitas yang dilakukan, berat badan, dan tinggi badan (Marimbi,
2010).
Pengertian status gizi menurut Rias (2016) ialah ekspresi dari keadaan
tergantung usia. Angka Kecukupan Gizi (AKG) rata-rata yang dianjurkan dan pola
makan pada bayi dan balita per hari dapat dilihat pada tabel 2.3.
1. Kebutuhan Energi
Sekitar 55% kalori total digunakan untuk aktivitas metabolisme, 25% untuk
aktivitas fisik, 12% untuk pertumbuhan, dan 8% zat yang dibuang sekitar 90-100
kkal/kgBB. Pada masa bayi energi yang dibutuhkan tidak setinggi masa batita dan
prasekolah.
2. Kebutuhan Protein
protein ini dapat dipakai ketika kebutuhan energi terpenuhi. Bila energi tidak
kurang/ tidak terpenuhi, maka sebagian protein yang dikonsumsi akan digunakan
kecukupan protein dan energi lebih tinggi karena akan digunakan untuk sintesis
jaringan baru yang susunanya sebagian besar adalah protein (Adriani & Wirjatmadi,
2014).
21
3. Kebutuhan Lemak
sumber energi yang konsentrasinya cukup tinggi dalam tubuh. Satu gram lemak
menghasilan 9 kkal. Lemak juga berperan sebagai sumber asam lemak esensial
pelarut vitamin A, D, E, dan K. Konsumsi lemak yang dianjurkan pada balita ialah
Gangguan akibat kekurangan gizi bergantung pada zat gizi yang mengalami
oleh pertumbuhan dan kesehatannya. Anak yang mendapat konsumsi gizi di bawah
AKG tetap dapat tumbuh dengan baik, tetapi anak yang sesuai AKG justru
untuk gizi seimbang dan anak menjadi seha serta tumbuh dengan baik (Widodo,
2013).
yang tidak mencukupi, peningkatan pengeluaran gizi dari dalam tubuh, kondisi
Makanan yang disediakan mempunyai nila cerna yang berbeda. Hal ini dipengaruhi
b. Status kesehatan
Kebutuhan zat gizi orang sehat dengan orang sakit tentunya berbeda. Hal
ini dikarenakan bagian sel tubuh orang sakit mengalami kerusakan dan perlu
diganti, sehingga membutuhkan zat gizi lebih banyak dan zat gizi lebih ini
c. Keadaan infeksi
muntah atau diare, atau mempengaruhi metabolisme makanan. Gizi buruk dan
infeksi, bermula dari kemiskinan dan lingkungan yang tidak sehat dengan sanitasi
yang buruk. Selain itu, infeksi dapat menyebabkan terhambatnya reaksi imunologis
yang normal. Adapun penyebab gizi buruk yang utama ialah penyakit infeksi
bawaan seperti diare, campak, ISPA, dan rendahnya asupan gizi akibat kurangnya
ketersediaan pangan atau karena pola asuh yang salah (Witjanarka dalam Adriani
d. Usia
banyak makanan bergizi daripada orang dewasa per kilo gram berat badannya.
e. Jenis kelamin
Anak laki-laki lebih banyak membutuhkan zat tenaga dan protein daripada
anak perempuan. Hal ini dikarenakan aktivitas laki-laki lebih banyak daripada
perempuan.
ASI merupakan makanan ideal terbaik dan paling sempurna untuk bayi. ASI
mudah dicerna oleh bayi, lengkap kandungan gizinya, dan mengandung zat
kekebalan tubuh dari berbagai infeksi. ASI juga menurunkan angka kematian bayi
karena diare. Jika bayi tidak mandapat ASI dalam jangka waktu yang lama maka
kepada bayi selain ASI eksklusif guna untuk memenuhi kebutuhan gizi anak mulai
usia 6-24 bulan. Bayi membutuhkan banyak zat gizi untuk pertumbuhan dan
Arisman dalam Adriani & Wirjatmadi (2014), bahwa ketika bayi memasuki
usia 6 bulan, bayi siap untuk menerima makanan bukan cair, karena gigi dan lidah
siap untuk menelan makanan setengah padat. Di awal kehidupan lambung dan usus
laktose dalam susu tetapi masih belum mampu menghasilkan amilase sendiri dalam
jumlah yang cukup. Pada usia 6 bulan keatas kebutuhan gizi bayi tidak akan cukup
jika hanya dipasok dengan ASI eksklusif. Ada sebagian bayi yang terus tumbuh
dengan baik meski tanpa makanan pendamping ASI, namun ada bayi lain juga yang
membutuhkan banyak zat gizi dan energi lebih dari zat gizi dalam ASI.
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor penting dalam proses
tumbuh kembang anak. Karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat
tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana kondisi kesehatan anaknya,
pengetahuan mengenai sumber gizi dan jenis makanan yang baik untuk konsumsi
keluarga. Ibu rumah tangga yang bependidikan akan cenderung memilih makanan
yang lebih baik dalam mutu dan jumlahnya, dibanding dengan ibu yang
Wirjatmadi, 2014).
b. Pendapatan keluarga
Tingkat pendapatan akan menentukan jenis dan ragam makanan yang akan
bahan makanan dengan jumlah uang yang seadanya, sehingga bahan makanan yang
yang dibeli tidak mencukupi untuk memelihara kesehatan seluruh keluarga. Asupan
25
makanan yang tidak cukup baik darri segi jumlah maupun kualitas dalam jangka
lama akan menyebabkan terjadinya gangguan gizi. Keadaan kurang gizi akan
Kasus balita gizi banyak ditemukan pada keluarga dengan jumlah anggota
keluarga yang besar dibandingkan keluarga kecil. Anak yang lebih kecil akan
mendapat jatah makanan yang kebih sedikit, karena makanan lebih banyak
diberikan kepada kakak mereka yang lebih besar, sehingga mereka menjadi kurang
Kasus balita gizi kurang banyak ditemukan pada keluarga dengan jumlah
memang menentukan status gizi, tetapi status gizi juga ditentukan oleh faktor lain,
seperti dukungan keluarga itu dalam pemberian makanan bergizi, dan penadapatan.
jenis makanan yang dikonsumsi. Dalam kehidupan, sering terlihat keluarga yang
ini tentu saja menunjukkan akan manfaat makanan bagi kesehatan tubuh,
Menurut Suhardjo, 1986 dalam Adriani & Wirjatmadi (2014), jika tingkat
pendidikan ibu baik, maka status gizi ibu dan anaknya akan baik. Sebab gangguan
gizi adalah karena kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi. Ibu yang cukup
26
pengetahuna akan gizi akan memperhatikan kebutuhan gizi anaknya supaya dapat
e. Ketersediaan makanan
Pola konsumsi ialah kebiasaan makan yang terbentuk dari perilaku yang
makanan.
tersedia di dalam keluarga. Kualitas menunjukkan adanya semua zat gizi yang
terhadap kebutuhan tubuh. Bila semua sudah terpenuhi, maka tubuh akan mendapat
kesehatan gizi yang baik. Kualifikasi tingkat konsumsi dibagi menjadi empat
1. Pemeriksaan langsung
a. Anthropometri
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengukur tinggi badan, berat badan,
lingkar lengan atas, tebal lipatan lemak (triceps, biceps, subcapula dan
suprailiaca). Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui status gizi berdasar satu
ukuran menurut ukuran lainnya, misal berat badan dan tinggi badan menurut umur
(BB/U & TB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), lingkar lengan atas
menurut umur (LLA/U), lingkar lengan atas menurut tinggi badan (LLA/TB).
Gambar 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks
(Kemenkes RI, 2010)
28
b. Biokima
jaringan tubuh (darah, urine, tinja, faal hati, dan otot) yang diuji secara laboratoris
c. Klinis
seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
d. Biofisik
struktur jaringan. Pemeriksaan ini bertujuan mengetahui situasi tertentu, misal pada
a. Survei konsumsi
b. Statistik vital
kematian, angka kesakitan dan kematian akibat dari hal-hal yang berhubungan
dengan gizi. Pemeriksaan ini bertujuan menemukan indikator tidak langsung status
gizi masyarakat.
29
c. Faktor ekologi
dipengaruhi oleh faktor ekologi (iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain). Faktor-faktor
oleh 2 faktor yaitu faktor perilaku dan faktor diluar perilaku. Perilaku dipengaruhi
Menurut Lawrence Green perilaku ini ditentukan oleh 3 faktor utama, yakni :
30
nilai, tradisi, dan sebagainya. Contohnya seorang ibu mau membawa anaknya ke
Posyandu, karena tahu bahwa di Posyandu akan dilakukan penimbangan anak untuk
tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana
Rumah Sakit, tempat pembuangan air, tempat pembuangan sampah, tempat olah
raga, makanan bergizi, uang dan sebagainya. Contohnya sebuah keluarga yang
bersih, buang air di WC, makan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Tetapi
apakah keluarga tersebut tidak mampu untuk mengadakan fasilitas itu semua, maka
dengan terpaksa buang air besar di kali/kebun menggunakan air kali untuk
kadang meskipun orang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak
melakukannya. Contohnya seorang ibu hamil tahu manfaat periksa hamil dan di
dekat rumahnya ada Polindes, dekat dengan Bidan, tetapi ia tidak mau melakukan
periksa hamil karena ibu lurah dan ibu tokoh-tokoh lain tidak pernah periksa hamil
31
namun anaknya tetap sehat. Hal ini berarti bahwa untuk berperilaku sehat
faktor lingkungan merupakan faktor baik fisik, biologis, maupun sosial buadaya
kepada bayi selain ASI eksklusif guna untuk memenuhi kebutuhan gizi anak mulai
usia 6-24 bulan. Bayi membutuhkan banyak zat gizi untuk pertumbuhan dan
32
Arisman dalam Adriani & Wirjatmadi (2014), bahwa ketika bayi memasuki
usia 6 bulan, bayi siap untuk menerima makanan bukan cair, karena gigi dan lidah
siap untuk menelan makanan setengah padat. Di awal kehidupan lambung dan usus
laktose dalam susu tetapi masih belum mamu menghasilkan amilase sendiri dalam
jumlah yang cukup. Pada usia 6 bulan keatas kebutuhan gizi bayi tidak akan cukup
jika hanya dipasok dengan ASI eksklusif. Ada sebagian bayi yang terus tumbuh
dengan baik meski tanpa makanan pendamping ASI, namun ada bayi lain juga yang
membutuhkan banyak zat gizi dan energi lebih dari zat gizi dalam ASI.
Perilaku dalam memenuhi keadaan gizi seseorang juga tergantung apa yang
diberikan sudah sesuai atau tidak, artinya MP-ASI yang diberikan sangat perlu
menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam makanan
tersebut dan perbandingannya yang satu dengan yang lain. Kuantitas menunjukkan
jumlah tubuh mendapatkan makanan dan zat gizi. Jika dua hal ini terpenuhi, baik
kualitas maupun kuantitasnya, maka tubuh akan mendapat kondizi kesehatan gizi
Faktor Pemungkin :
1. Ketersediaan sumber daya
kesehatan
2. Aksebilitas sumber daya Perilaku Pemberian
kesehatan MP-ASI
3. Prioritas masyarakat/
pemerintah dan komitmen
terhadap kesehatan Faktor Internal :
4. Keterampilan yang terkait 1. Nilai cerna makanan
dengan kesehatan 2. Status kesehatan
3. Keadaan infeksi
Faktor Presdisposisi : 4. Usia
1. Pengetahuan 5. Jenis kelamin
2. Sikap 6. Riwayat ASI Eksklusif
3. Kepercayaan 7. Riwayat MP-ASI Status Gizi
4. Nilai
5. Variabel Demografik
Faktor Eksternal :
1. Pendidikan orang tua
Faktor Internal :
2. Pekerjaan orang tua
1. Jenis Ras/ keturunan
3. Jumlah anggota keluarga
2. Jenis kelamin
4. Tingkat pengetahuan
3. Sifat fisik
5. Ketersediaan makanan
4. Keperibadian
6. Pola konsumsi makanan
5. Intelegensia
7. Tingkat konsumsi gizi
6. Bakat
7. Usia
Faktor Eksternal :
1. Pendidikan
2. Agama
3. Kebudayaan
4. Sosial ekonomi
Keterangan :
: Diteliti : Berpengaruh
: Tidak Diteliti : Berhubungan
33
34
3.2 Hipotesis
Ada hubungan perilaku pemberian MP-ASI dengan Status Gizi bayi 6-24
ASI dengan status gizi pada bayi usia 6-24 bulan di Posyandu Desa Bandung
menganalisa hubungan dan variabel independen dan dependen hanya satu kali
dilakukan pada satu waktu. Variabel independen dan dependen dinilai secara
Variabel X Variabel Y
35
36
Teknik Sampling:
Probability Sampling dengan pendekatan Simple Random Sampling
Sampel:
Bayi berusia 6-24 bulan di Posyandu Desa Bandung Kecamatan Gedeg
Kabupaten Mojokerto berjumlah 67 bayi
Desain Penelitian:
Analitik Korelasi, Cross Sectional
Pengumpulan Data
Variabel Dependen
Variabel Independen
Status Gizi Bayi 6-24 bulan
Perilaku pemberian MP-ASI
Aalat Ukur : Lembar Observasi
Alat Ukur : Lembar Kuesioner
BB dan tabel antropometri
Pengolahan Data
Editing, coding, skoring, Entry Data dan cleaning
Analisa Data
Bivariat : Uji Spearman Rho
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan April sampai bulan Mei 2019,
dalam 4 pos posyandu, yaitu POS 1, POS 2A, POS 2B, POS 3. Penelitian ini tentang
hubungan perilaku pemberian MP-ASI dengan status gizi bayi 6-24 bulan di
Populasi dalam penelitian ini adalah subjek (misal, manusia atau klien) yang
penelitian ini adalah semua bayi yang berusia 6-24 bulan di Posyandu Desa
Sampel dalam penelitian ini yaitu sebagian bayi berusia 6-24 bulan di
1. Kriteria Inklusi
2. Kriteria Eksklusi
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap
Perhitungan sampel ∶
2
𝑍1−∝/2 𝑃(1 − 𝑃)𝑁
𝑛= 2
𝑑 2 (N − 1) + 𝑍1−∝/2 𝑃(1 − 𝑃)
𝑛 = 67
Keterangan :
n : besarnya sampel
2
𝑍1−∝/2 : nilai distribusi normla baku (tabel Z) pada α tertentu
N : besarnya populasi
diantara populasi disesuaikan dengan apa yang dikehendaki peneliti dan diacak
sesuatu. Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas (Independent)
dependen. Variabel bebas atau independent dalam penelitian ini adalah perilaku
pemberian MP-ASI. Perilaku yang dimaksud dinilai dari usia pertama pemberian
MP-ASI, frekuensi MP-ASI dalam sehari, Tekstur MP-ASI, porsi MP-ASI dalam
Variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain (variabel terikat) adalah
faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan ada atau tidaknya hubungan atau
pengaruh dari variabel bebas. Variabel terikat atau dependent pada penelitian ini
1. Variabel bebas Bentuk reaksi atau 1. Usia awal Kuesioner Ordinal 1. Perilaku tidak tepat : skor total 12-19
(Independent) : tindakan ibu dalam pemberian MP- 2. Perilaku kurang tepat : skor total 20-27
Perilaku memberikan MP- ASI 3. Perilaku tepat : skor total 28-36
Pemberian MP- ASI bayi 6-24 bulan 2. Frekuensi MP-ASI
ASI dalam sehari
3. Tekstur MP-ASI
4. Porsi MP-ASI
sekali makan
5. Jenis bahan dasar
MP-ASI
2. Variabel terikat Keadaan Berat Badan (BB) Timbangan, lembar Ordinal 1. Gizi Buruk = < - 3 SD
(Dependent) : pemenuhan menurut Usia (U) atau observasi BB, dan 2. Gizi Kurang =
Status gizi bayi 6- kebutuhan nutrisi BB/U Tabel Antropometri -3 SD s/d < -2SD
24 bulan yang dinilai dengan dari Kementerian 3. Gizi Baik =
pengukuran berat Kesehatan -2 SD s/d 2 SD
badan sesuai usia Republik Indonesia 4. Gizi Lebih = > 2 SD
bayi 6-24 bulan (Kemenkes RI, 2010)
40
41
dengan nilai standar deviasi pada kategori gizi menurut Depkes RI. Lembar
kuesioner berisikan data demografi responden yang meliputi nama inisial anak,
jenis kelamin anak, tanggal lahir anak, usia anak, usia ibu, anak keberapa dalam
ASI terdiri dari: umur pemberian MP-ASI pertama kali, Jenis bahan dasar MP-ASI
yang diberikan, frekuensi pemberian MP-ASI dalam sehari, porsi pemberian MP-
yang diajukan kepada responden berupa pernyataan positif dan negatif. Pernyataan
disesuaikan dengan menggunakan skala Likert yang terdiri dari pernyataan positif
dengan skor Selalu=1, kadang-kadang=2, tidak pernah=3 dengan skor dengan skor
total:
3. Uji Validitas
Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan, yang berarti prinsip
Moment Pearson Corelation. Uji validitas kuesioner dilakukan pada bulan April
2019 yang diujikan pada ibu yang memiliki bayi dengan usia 6-24 bulan yang
sama dengan responden asli penelitian. Hasil uji validitas kuesioner setelah diujikan
dan yang tidak valid ada 3 pernyataan yakni nomor 1, 9, dan 14.
eksklusi.
45
11. Peneliti membuat daftar pernyataan yang berisi tentang data demografi
concent.
diberi kode responden dan dijumlah skor totalnya. Data yang telah terkumpul diberi
2. Setelah data dari kuesioner perilaku pemberian MP-ASI diberikan skor dan
dengan melihat BB/U dengan penilaian Gizi Buruk = <-3 SD, Gizi Kurang
= -3 SD s/d <-2SD, Gizi Baik = -2 SD s/d 2 SD, Gizi Lebih = >2 SD.
Penilaian status gizi terdiri dari 1 = Gizi buruk, 2 = Gizi kurang, 3 = Gizi
langkah persiapan dan tabulasi data. Proses yang dilakukan setelah pengumpulan
data adalah pengolahan data dan analisis data dengan tahapan sebagai berikut:
dikelompokkan.
a. Coding
1) Perilaku pemberian MP-ASI = tidak tepat (1), kurang tepat (2), tepat (3)
2) Status gizi = gizi buruk (1), gizi kurang (2), gizi baik (3), gizi lebih (4)
b. Scoring, pemberian skor pada tiap opsi jawaban tiap item dalam pernyataan.
untuk mengetahui frekuensi data karakteristik responden dengan uji Chi Square,
dan dependent menggunakan Non Parametrik: Uji Spearman jika hasil Significant
p<α=0,05 maka ada hubungan perilaku pemberian MP-ASI terhadap status gizi
mendapat surat rekomendasi dari STIKES Hang Tuah Surabaya dan izin dari Dinas
diteliti maka peneliti menghargai hak tersebut. Hal-hal yang dijelaskan meliputi
status responden selama penelitian dengan menyatakan bahwa data yang mereka
judul penelitian serta manfaat penelitian dengan tujuan responden mengerti maksud
48
kode dan alamat responden pada lembar Kuesioner dan mencantumkan tanda
3. Kerahasiaan (Confidentialy)
4. Keadilan (Justice)
penelitian ini dilakukan dengan cara tidak membedakan jenis kelamin, usia, suku/
bangsa dan pekerjaan sebagai rencana tindak lanjut dari penelitian ini.
Peneliti harus secara jelas mengetahui manfaat dan resiko yang mungkin
terjadi pada responden. Penelitian boleh dilakukan apabila manfaat yang diperoleh
lebih besar daripada resiko yang akan terjadi. Penelitian tidak boleh menimbulkan
49
penelitian ini dilakukan dengan cara menjelaskan secara detail tujuan, manfaat, dan
Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian dan pembahasan sesuai dengan
tujuan penelitian. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 4-11 Mei 2019, dan
penelitian, data umum (Distribusi responden), dan data khusus (variabel penelitian).
terbagi dalam 4 pos posyandu dengan total bayi yang berusi 6-24 bulan berjumlah
sebanyak 23 bayi,
di bawah wilayah kerja Puskesmas Gedeg yang berjarak 2 km dari Desa Bandung,
berjarak 5,2 km dari kantor kecamatan Gedeg dan 14 km dari kantor Dinas
50
51
setelah menimbang bayi maka pencatatan hasil timbang, setelah itu penilaian
tumbuh kembang anak, dan yang terakhir adalah pemberian imunisasi oleh bidan
dari puskesmas Gedeg di dampingi oleh 1 perawat, serta pemberian biskuit MP-
ASI dan air kacang hijau. Pemberian biskuit MP-ASI dan kacang hijau diberikan
kepda setiap bayi dengan usia diatas 8 bulan dengan diberikan 2 buah bungkus
biskuit MP-ASI dan 2 buah kantong air kacang hijau dan mengganti uang
para kader memang sering mengikuti pelatihan seperti peltihan menyusui dengan
benarr, pelatihan perawatan bayi dengan benar, dan sebagainya. Para kader aktif
untuk mengajak para orang tua bayi untuk ke posyandu tetapi para kader tidak aktif
Budaya yang ditemui ketika peneliti melakukan survei demografi desa ialah
kegiatan para ibu-ibu yang mempunyai bayi lebih suka untuk menyuapi anaknya
benar atau tidak. Dalam hal ini bisa dikatakan budaya lingkungan sekitar masih bisa
2. Kependudukan
2019
Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Di Desa Bandung Tahun
2019
Kelompok Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah
0-2 62 43 105
3-7 196 129 325
8-12 109 102 211
13-17 119 102 221
18-22 158 111 269
23-27 127 102 229
28-32 123 134 257
33-37 144 129 273
38-42 155 138 293
43-47 135 143 278
48-52 155 125 280
53-57 122 112 234
58-62 95 91 186
63-67 68 68 136
68-72 84 67 151
>72 176 179 355
Jumlah 2028 1775 3803
Sumber Data : Profil Desa Bandung, 2019
didominasi oleh kelompok usia diatas 72 tahun yaitu sebesar 355 orang dan jumlah
penduduk terendah di Desa Bandung didominasi oleh kelompok usia 0-2 tahun
2019
Bandung didominasi oleh pegawai swasta yaitu sebesar 560 orang dan petani yaitu
Tabel 5.3 Data Sarana Tempat Umum Di Desa Bandung Tahun 2019
No Nama Tempat Total
1. SARANA PENDIDIKAN
a. PAUD 2
b. Taman Kanak-kanak 1
c. SD 2
54
d. SLTP 0
e. SMA 0
2. TEMPAT IBADAH
a. Masjid 1
b. Mushola 24
c. Gereja 0
d. Pura 0
e. Wihara 0
3. SARANA INDUSTRI DAN PEREKONOMIAN
a. Pasar 0
b. Swalayan 0
c. Motel 0
d. PKL 0
e. Industri/rumah tangga 5
4. PUBLIC AREA YANG LAIN
a. Terminal 0
b. Lapangan Sepak Bola 1
c. Lapangan Bola Voli 2
d. Lapangan Futsal 1
Tabel 5.4 Data Sarana dan Prasarana Kesehatan Di Desa Bandung Tahun 2019
No Sarana Kesehatan Jumlah
1 Puskesmas Pembantu 0
2 Puskesmas Keliling 0
3 Posyandu Balita 4
4 Posyandu Lansia 4
5 Posbindu 1
6 Praktek Dokter Swasta 0
7 Praktek Dokter Gigi Swasta 0
8 Bidan Praktek Swasta 1
9 Poskesdes 1
TOTAL 11
Sumber Data : Profil Desa Bandung, 2019
55
Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Bayi 6-24 Bulan Di
Posyandu Desa Bandung Mojokerto 4-11 Mei 2019 (n=67).
Jenis Kelamin Distribusi (f) Prosentase (%)
Laki-laki 34 50,7
Perempuan 33 49,3
Total 67 100
Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Bayi 6-24 Bulan Di Posyandu
Desa Bandung Mojokerto 4-11 Mei 2019 (n=67)
Mean 15,54 Bulan
Median 16,00 Bulan
Standar Deviation 5,200 Bulan
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa rata-rata (mean) usia bayi di Posyandu Desa
Bandung yaitu 15,54 bulan sedangkan mediannya 16,00 bulan dan standar deviasi
sebesar 5,200.
Median 9,50 Kg
Standar Deviation 1,782 Kg
Posyandu Desa Bandung sebesar 9,52 kilogram sedangkan mediannya sebesar 9,50
Asi Eksklusif sebanyak 44 bayi (65,7%) dan hampir setengahnya tidak diberikan
Tabel 5.9 menunjukkan bahwa rata-rata (mean) usia ibu bayi di Posyandu
Desa Bandung yaitu 32,69 tahun sedangkan mediannya 36,00 tahun dan standar
Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Ibu Bayi 6-24
Bulan Di Posyandu Desa Bandung Mojokerto 4-11 Mei 2019 (n=67).
Tingkat Pendidikan
Distribusi (f) Prosentase (%)
Terakhir Ibu
SD 2 3,0
SMP 22 32,8
SMA 35 52,2
Perguruan Tinggi 8 10,4
Total 67 100
Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Orang Tua Bayi 6-
24 Bulan Di Posyandu Desa Bandung Mojokerto 4-11 Mei 2019 (n
=67).
Jenis Pekerjaan Distribusi (f) Prosentase (%)
Bekerja 23 34,3
Tidak bekerja 44 65,7
Total 67 100
Tabel 5.11 menunjukkan bahwa dari 67 ibu responden sebagian besar tidak
bekerja yakni berjumlah 44 orang (65,7%), sedangkan ibu yang bekerja sebanyak
Tabel 5.12 meunjukkan bahwa dari 67 orang tua responden sebagian besar
Tabel 5.13 Distribusi Perilaku Pemberian Mp-Asi Bayi 6-24 Bulan Di Posyandu
Desa Bandung Mojokerto 4-11 Mei 2019 (n=67).
Perilaku Pemberian MP-ASI Distribusi (f) Prosentase (%)
Tidak Tepat 11 16,4
Kurang Tepat 36 53,7
Tepat 20 29,9
Total 67 100
Bandung sebagian besar masih memiliki perilaku kurang tepat dalam pemberian
tepat berjumlah 20 orang (29,9%), dan sebagian kecil berperilaku tidak tepat
Tabel 5.14 Distribusi Status Gizi Bayi 6-24 Bulan Di Posyandu Desa Bandung
Mojokerto 4-11 Mei 2019 (n=67).
Status Gizi Distribusi (f) Prosentase (%)
Gizi Buruk 2 3,0
Gizi Kurang 5 7,5
Gizi Baik 58 86,6
Gizi Lebih 2 3,0
Total 67 100
jumlah 58 bayi berstatus gizi baik (86,6%), gizi kurang sebanyak 5 bayi (7,5%),
gizi buruk sebanyak 2 orang (3,0%) dan gizi lebih sebanyak 2 orang (3,0%).
59
Tabel 5.15 Hubungan Perilaku Pemberian MP-ASI Dengan Status Gizi Bayi 6-24
Bulan Di Posyandu Desa Bandung Mojokerto 4-11 Mei 2019 (n=67)
Status Gizi
Perilaku
pemberian Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih Total
MP-ASI
f % f % f % f % f %
Tidak Tepat 2 18,2 4 36,4 3 27,3 2 18,2 11 100
Kurang Tepat 0 0,0 1 2,8 35 97,2 0 0,0 36 100
Tepat 0 0,0 0 0,0 20 100 0 0,0 20 100
Total 2 3,0 5 7,5 58 86,6 2 3,0 67 100
Nilai uji statistik Spearman’s Rho 0,015 (α=<0,05), r = 0,295
pemberian MP-ASI tidak tepat sebanyak 11 responden memiliki status gizi buruk
sebanyak 2 bayi (18,2%), hampir setengahnya berstatus gizi kurang sebanyak 4 bayi
(36,4%), gizi baik sebanyak 3 bayi (27,3%), dan gizi lebih sebanyak 2 bayi (18,2%).
36 bayi dengan status gizi kurang sebanyak 1 anak (2,8%), hampir seluruhnya gizi
baik sebanyak 35 anak (97,2%), dan tidak satupun yang memiliki status gizi lebih
seluruhnya berstatus gizi baik sebanyak 20 bayi (100%) dan tidak satupun dengan
status gizi buruk, status gizi kurang, dan status gizi lebih (0%).
Nilai uji statistik Spearman’s Rho dikatakan ada hubungan atau korelasi jika
nilai α=<0,05. Hasil yang didaptkan menunjukkan hasil 0,015 yang berarti terdapat
hubungan kemaknaan antara perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI dengan status
gizi bayi 6-24 bulan di Posyandu Desa Bandung Mojokerto. Dengan nilai koefisien
r=0,295. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara perilaku
pemberian MP-ASI dengan status gizi bayi 6-24 bulan di Posyandu Desa Bandung
Mojokerto.
60
5.2 Pembahasan
5.2.1 Perilaku Ibu Dalam Pemberian MP-ASI Bayi 6-24 Bulan di Posyandu
Penelitian perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI pada bayi 6-24 bulan di
Posyandu Desa Bandung memberikan hasil bahwa kategori perilaku ibu adalah
(29,9%), dan tidak tepat sebanyak 11 responden (16,4%). Penelitan ini membahas
3 kategori perilaku yaitu tidak tepat, kurang tepat, dan tepat. Hasil kategori perilaku
ekonomi. Salah satu faktor ang berpengaruh ialah sosial ekonomi. Sosial ekonomi
tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan (Kumalasari, Sabrian, & Hasanah,
2015).
kategori pekerjaan orang tua didapatkan hasil perilaku kurang tepat terbanyak
dengan ibu yang bekerja sebanyak 34 orang (94%). Peneliti berasumsi bahwa ibu
bekerja akan memiliki sedikit waktu untuk anaknya tertama dalam pengasuhan
anak sehingga pekerjaan rumah termasuk mengurus anak perlu bantuan dari orang
lain seperti pembantu rumah tangga, ibu asuh atau pengasuh dari keluarga terdekat
sehingga perilaku ibu dalam memberikan MP-ASI kurang tepat. Pengaruh dari
61
orang lain misal keluarga terdekat dan lngkungan bisa jadi hal yang perlu
pemberian MP-ASI juga. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Sari (2018), dalam
penelitiannya mengatakan ibu yang tidak bekerja lebih memiliki pola asuh yang
baik kepada anaknya, ibu bisa lebih memperhatikan tumbuh kembang anaknya dan
pola asuh dalam memenuhi gizi anaknya. Hasil penelitian lain mengatakan bahwa
ibu yang bekerja memberikan makan secara komersial artinya ibu memberikan apa
saja untuk anaknya tanpa mengetahui takaran, porsi, dan kandungan gizi yang tepat
untuk anaknya, sehingga perilaku yang kurang tepat ini bisa menimbulkan risiko
Arcury, 2010). Hal ini tidak sejalan dengan penelitian dari Marfuah & Kurniawati
(2017), mereka mengatakan ibu yang hanya bekerja di rumah dan mempunyai
waktunya, banyak ibu yang tidak bekerja sudah memberikan makanan tambahan
sebelum waktu yang di anjurkan dan mengkombinasikan jenis MP-ASI lain seperti
bubur instan.
Hal ini juga dibuktikan dengan nilai terendah pengisian kuesioner berada
makanan tambahan anak saya 1 mangkok kecil penuh setiap kali makan”,
berdasarkan hasil tersebut bisa dikatakan bahwa dari 36 ibu yang menjawab tidak
tepat sebanyak 23 orang dengan usia bayi kurang dari 12 bulan yakni ibu bayi
dengan usia bayi 9 bulan sebanyak 9 orang, berusia 10 bulan sebanyak 8 orang dan
kecil penuh sesuai dengan usia bayi lebih dari 12 bulan tetapi tidak dianjurkan untuk
62
usia dibawah 12 bulan dan bisa dikatakan ke 23 ibu bayi berperilaku ibu kurang
tepat dalam pemberian MP-ASI. Selain itu kebiasaan ibu yang mudah terpengaruh
oleh lingkungan sekitar bisa jadi salah satu penyebab ibu berperilaku kurang tepat
yakni sebanyak 20 responden (29,9%) yang dilihat dari usia ibu. Hasil
crosstabulation antara usia bayai dengan perilaku menyatakan ibu dengan usia bayi
12-24 bulan sebanyak 11 ibu bayi dengan perilaku pemberian MP-ASI yang tepat.
dengan usia ibu diatas 30 tahun. Hasil mean kategori usia ibu ialah usia 32 tahun,
usia tersebut merupakan usia yang siap atau matang dalam hal pengasuhan anak.
Menurut peneliti ibu dengan usia lebih dari 30 tahun akan lebih siap untuk menjadi
ibu dalam pengasuhan anaknya dan telah memiliki pengalaman yang cukup. Hal ini
bahwa semakin dewasa usia akan semakin matang dalam bersikap dan bertindak.
Hal ini juga sejalan dengan hasil. Hal ini sesuai juga dengan penelitian dari Aziza
dan Mugiati dalam Aji, Wati, & Rahardjo (2016), hasil menunjukkan bahwa ibu
pemberian makanan. Dari 20 orang (100%) yang mempunyai anak lebih dari satu
semuanya berperilaku tepat dalam hal pemberian MP-ASI. Hal ini mungkin bisa
dikarenakan pengalaman ibu dalam mengasuh anak lebih baik daripada ibu yang
mempunyai 1 anak. Penelitian dari Palupi (2014), ia berpendapat ibu yang belum
siap usia dalam memiliki anak cenderung memberikan makanan tambahan pada
bayinya sejak dini dengan alasan sekedar coba-coba karena ingin meniru
63
tetangganya dan dorongan dari keluarga dekat sehingga aspek budaya mudah
mempengaruhi ibu usia muda karena rendahnya pengalaman dan pemikiran yang
masih labil.
hasil tersebut bisa dikatakan bahwa ibu memberikan MP-ASI ke anaknya sebanyak
3 kali sehari. Anjuran menurut Depkes RI yang benar memang memberikan MP-
ASI 3x sehari yakni dengan 2 kali makanan utama dan 1 selingan seperti snack atau
makanan selingan. Dari 67 total ibu bayi, yakni sebanyak 42 ibu (63%) menjawab
benar tentang frekuensi pemberian MP-ASI yang sudah sesuai dengan usia bayinya.
adalah tidak tepat yakni sebesar 11 orang (16,4%) dari total 67 responden. Perilaku
kedua berada di nomor 3 yakni tentang tekstur MP-ASI dengan pernyataan “Saya
memberikan makanan tambahan anak saya berupa bubur tim saat anak saya berusia
6-8 bulan”. Hampir semua responden dalam memberikan MP-ASI salah, dimana
anak sudah diberikan MP-ASI saat usia kurang dari 6 bulan. Bahkan terdapat 1
responden yang menyatakan telah memberikan MP-ASI sejak usia anaknya 3 bulan
dan akhirnya ketika usia 5 bulan bayi tersebut harus menjalani perawatan di rumah
Pemberian MP-ASI yang tidak tepat usia juga disebabkan karena adanya kebiasaan
ibu-ibu yang sering berkumpul dengan tetangga sehingga pengaruh lingkungan dan
64
perilaku seseoang.
Hasil crosstabulation data umum dan data khusus didapatkan bahwa dari
yang memiliki hasil dominan dalam kategori perilaku tidak tepat tertinggi berada
responden (100%) dari jumlah total 2 responden yang berpendidikan terakhir SD.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi ilmu seseorang maka akan
hidup. Pendidikan sangat berperan dalam proses pertumbuhan anak. Pendidikan ibu
yang baik akan memperoleh segala informasi dari luar terutama tentang cara
pengasuhan anak yang baik dan menjaga kesehatan anak yang nantinya akan
berpengaruh terhadap pola asuh makan dan berdampak terhadap status gizi anak.
Dari hasil analisa tersebut bisa dikatakan pendidikan sangat berpengaruh terhadap
perilaku seseorang.
semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi pula pengetahuan yang dimiliki.
juga kurang. Anak-anak yang terlahir dari ibu yang mempunyai latar pendidikan
tinggi akan mendapat kesempatan tumbuh lebih baik (Rias, 2016). Hal ini sesuai
juga dengan penelitian di Nairobi Afrika oleh Abuya, Ciera, & Kimani-Murage
merupakan faktor penting dalam hal perilaku ibu kepada anaknya, semakin tinggi
5.2.2 Status Gizi Bayi 6-24 Bulan di Posyandu Desa Bandung Mojokerto
antropometri dari Kemenkes RI yang didasarkan pada pengukuran berat badan bayi
sesuai usia (BB/U) untuk mencari nilai z-score kemudian hasil didapatkan dengan
Kemenkes RI, dan didapatkan dari 67 bayi hasilnya adalah 2 bayi (3,0%) berada
dalam kategori gizi buruk, 5 bayi (7,5%) dalam kategori gizi kurang, gizi lebih
Status gizi pada kategori baik dan lebih menempati prosentase terbesar
dalam penelitian ini. Kategori gizi baik yakni 58 bayi dan gizi lebih sebanyak 2
bayi. Untuk bayi dengan gizi baik, 39 (68%) bayi berasal dari keluarga dengan
pendapatan lebih dari 3 juta dan 16 bayi (32%) berasal dari keluarga dengan
penghasilan 3 juta. Sementara untuk bayi dengan gizi lebih terdapat 2 bayi (100%)
66
bersal dari keluarga dengan penghasilan 3 juta. Hal ini membuktikan bahwa status
pengahsilan atau penerimaan nyata dari seluruh anggota keluarga untuk memenuhi
kebutuuhan rumah tangga. Pengasuhan yang tidak tepat juga bisa menyebabkan
status gizi anak tidak terkontrol seperti anak yang ingin memakan apapun yang dia
mau dan orang tua selalu memberikannya tanpa mengetahui kandungan apa dalam
makanan tersebut. Ibu berpendapat bahwa anaknya suka makan dan memakan
camilan, ibu suka anaknya berbadan besar. Gizi lebih sangat beresiko pada tumbuh
kembang anak dan gerak motorik anak yang berakibat gerak anak menjadi tidak
leluasa. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulazimah (2017),
Selain gizi baik dan lebih, di Posyandu Desa Bandung juga terdapat bayi
dengan gizi buruk dan kurang. Bayi dengan gizi buruk berjumlah 2 bayi (3,0%),
dan gizi kurang sebanyak 5 bayi (7,5%). Bayi yang menderita gizi buruk tersebut
berasal dari keluarga dengan ekonomi menengah kebawah yakni keluarga dengan
penghasilan kurang dari 3 juta. Dan untuk gizi kurang 1 bayi (20%) berasal dari
keluarga dengan penghasilan kurang dari 3 juta dan 4 bayi (80%) berasal dari
keluarga dengan penghasilan 3 juta. Hal ini bisa dikatakan bahwa keluarga dengan
penghasilan 3 juta dan diatas 3 juta bisa memenuhi gizi bayinya sehingga gizi
bayinya tercukupi.
67
makanan dengan jumlah uang yang seadanya, sehingga bahan makanan yang yang
makanan yang tidak cukup baik dari segi jumlah maupun kualitas dalam jangka
lama akan menyebabkan terjadinya gangguan gizi. Hal ini sejalan dengan penelitian
mempunyai efek yang positif pada status gizi anak. Pendapatan keluarga memadai
akan menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan
semua kebutuhan anak baik primer maupun sekunder (Indarti, 2016). Sesuai juga
dengan penelitian dari Handini (2013) yaitu terdapat hubungan antara pendapatan
keluarga dengan status gizi balita. Dalam penelitianya juga mengatakan kemiskinan
sebagai penyebab gizi kurang menduduki posisi pertama pada kondisi yang umum
Suhardjo, 2002 dalam Handini (2013). Sejalan dengan penelitian dari Hadju,
Yunus, Arundhana, Salmah, & Wahyu (2017) dalam Asian Journal of Clinical
memiliki berat badan kurang, kurang tinggi dan kurus dengan sosial ekonomi yang
rendah. Namun, hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rias
dengan status gizi. Ia berpendapat masalah gizi bersifat multikompleks yang artinya
68
banyak faktor yang mempengaruhi karena tidak hanya faktor ekonomi yang
5.2.3 Hubungan Perilaku Pemberian M-ASI Dengan Status Gizi Bayi 6-24
perilaku pemberian MP-ASI dengan status gizi bayi 6-24 bulan di Posyandu Desa
Bandung Mojokerto pada tanggal 4-11 Mei 2019 adalah terdapat hubungan perilaku
pemberian MP-ASI dengan status gizi bayi 6-24 bulan di Posyandu Desa Bandung.
Hal ini sesuai dengan hasil uji korelasi antar variabel Spearman Rho dengan hasil
kemaknaan p=0,015 (p=<0,05). Hasil yang menonjol ialah perilaku tidak tepat
dengan gizi baik. Dari hasil ini menurut peneliti ibu berperilaku tidak tepat seperti
memberikan MP-ASI tidak sesuai porsi dan frekuensi, tetapi ibu memberikan
anaknya makanan selingan yang banyak mengandung banyak kalori atau biskuit
MP-ASI sehingga meskipun tidak tepat dalam pemberiannya gizi anak tetap
ASI (Air Susu Ibu) adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain
baik susu formula, air putih, air jeruk, ataupun makanan tambahan lain. Selain
diberikan ASI bayi yang berusia mulai dari 6 bulan sudah diberikan makanan
pendamping ASI (MP-ASI). Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah
makanan dan minuman tambahan yang diberikan kepada bayi berusia lebih dari 6
bulan dan mengandung zat gizi dengan tujuan memenuhi kebutuhan zat gizi selain
dari ASI (Lestari et al., 2014). Pemberian MP-ASI merupakan proses transisi
asupan dari susu (ASI) menuju makanan keluarga semi padat secara bertahap,
kebutuhan bayi terpenuhi (Rotua et al., 2018). Peneliti berasumsi jika pemberian
MP-ASI yang benar akan sangat berpengaruh pada proses tumbuh kembang anak
dan kecerdasannya. Sejalan dengan penelitian dari Mufida et al. (2015) Pemberian
MP-ASI yang tidak sesuai akan menimbulkan masalah dalam status gizi anak salah
ekonomi. Salah satu faktor ang berpengaruh ialah kebudayaan. Kebudayaan dalam
Sebagai contoh ibu yang memberikan MP-ASI sebelum usia 6 bulan dikarenakan
paksaan atau dorongan dari anggota keluarga lain. Hal ini sesuai dengan penelitian
keseimbangan antara kebutuhan dan masukan zat gizi. Pengertian status gizi
menurut Rias (2016) ialah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk
Kebutuhan tiap orang berbeda-beda salah satunya tergantung usia. Status gizi
mungkin ditentukan oleh ketersediaan zat gizi dalam jumlah cukup dan dalam
kombinasi waktu yang tepat di tingkat sel tubuh agar berkembang dan berfungsi
secara normal. Status gizi kemungkinan juga ditentukan zat gizi yang diperlukan
penggunaan zat- zat tersebut. Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan yang ditandai
70
dengan pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat disertai dengan perubahan
dalam kebutuhan zat gizi (Notoatmodjo, 2012). Penyebab kekurangan gizi sendiri
pengeluaran gizi dari dalam tubuh, kondisi tubuh tertentu yang menyebabkan
2013).
anak-anak usia 3-15 bulan berkaitan dengan rendahnya pemberian ASI dan
ASI sendiri bisa dipengaruhi oleh budaya masyarakat maupun lingkungan sekitar.
Hal ini dikarenakan masih banyak keluarga yang tinggal dengan keluarga yang lain
atau dengan kata lain satu rumah terdapat beberapa kepala keluarga, sehingga
budaya dan lingkungan sangat berperan dalam perilaku pengasuhan anak termasuk
pemberian MP-ASI. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Utami (2010), hasil
MP-ASI sebelum usia 6 bulan ialah kultur atau budaya turun-temurun dari keluarga
bulan. Selain itu pemberian jenis MP-ASI yang diberikan ketika ada di posyandu
juga perlu diperhatikan. Di Posyandu Desa Bandung sendiri, ketika ibu membawa
ke posyandu, para bayi hanya diberikan satu jenis makanan yakni kacang hijau.
memiliki berat badan yang dibawah normal. Hal ini sesuai penelitian dari Manikam
71
gizi pada bayi dan anak disebabkan karena pemberian MP-ASI yang tidak tepat.
Keadaan ini memerlukan penanganan tidak hanya penyediaan pangan, tetapi juga
masyarakat. Selain itu, umur pertama kali pemberian MP-ASI sangat penting dalam
5.3 Keterbatasan
waktu sehingga data yang diperoleh kurang memberi hasil yang spesifik.
persespsi yang berbeda dari responden sehingga terdapat data yang tidak
4. Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku dan status gizi bayi yang belum
6.1 Kesimpulan
3. Ada hubungan perilaku pemberian MP-ASI dengan status gizi bayi 6-24
6.2 Saran
memberikan MP-ASI yang tepat dan benar pada anak agar perkembangan
anak lebih baik dan berkembang sesuai dengan usianya serta terpenuhinya
pentingnya memberikan MP-ASI yang benar dan tepat usia serta cara
memenuhi kebutuhan asupan gizi yang cukup dan seimbang untuk balita.
MP-ASI”.
72
DAFTAR PUSTAKA
abuya, B. A., Ciera, J., & Kimani-Murage, E. (2012). Effect Of Mother’s Education
On Child’s Nutritional Status In The Slums Of Nairobi. Bmc Pediatrics,
12(1998). Https://Doi.Org/10.1186/1471-2431-12-80
Adriani, M., & Wirjatmadi, B. (2014). Gizi Dan Kesehatan Balita (Pertama).
Jakarta: Kencana.
Aji, D. S. K., Wati, E. K., & Rahardjo, S. (2016). Analisis Faktor-Faktor Yang
Berpengaruh Terhadap Pola Asuh Balita Di Kabupaten Banyumas. Jurnal
Kesmas Indonesia, 8, 1–15.
Aridiyah, F. O., Rohmawati, N., & Ririanty, M. (2015). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kejadian Stunting Pada Anak Balita Di Wilayah Pedesaan Dan
Perkotaan ( The Factors Affecting Stunting On Toddlers In Rural And Urban
Areas ), 3(1).
Baliwati, Y. . (2004). Pengantar Pangan Dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Chariris, M. (2018, January). Miris, 87 Balita Di Kabupaten Mojokerto Alami Gizi
Buruk. Radarmojokerto.Id. Retrieved From
Https://Radarmojokerto.Jawapos.Com/Read/2018/01/27/4417/Miris-87-
Balita-Di-Kabupaten-Mojokerto-Alami-Gizi-Buruk
Depkes RI. (2007). Buku Pedoman Pemberian Makanan Pendamping Asi. Jakarta:
Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat.
Dewi, U. M. (2013). Pengaruh Karakteristik Ibu Terhadap Pemberian Asi Eksklusif
Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Bpm Nurul Trianawati, Sst Surabaya, 146–150.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. (2017). Profil Kesehatan Jawa Timur.
Grzywacs, G, J., Tucker, J., Clinch, C., & Arcury, T. A. (2010). Individual And
Job-Related Variation In Infant Feeding Practices Among Working Mothers.
American Journal Of Health Behavior, 34(2), 186-196(11).
Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.5993/Ajhb.34.2.6
Gulo, M. J., & Nurmiyati, T. (2015). Hubungan Pemberian Mp Asi Dengan Status
Gizi Bayi Usia 6-24 Bulan Di Puskesmas Curug Kabupaten Tangerang. Jurnal
Bina Cendekia Kebidanan, 1.
Hadju, V., Yunus, R., Arundhana, A. I., Salmah, A. U., & Wahyu, A. (2017).
Nutritional Status Of Infants 0-23 Months Of Age And Its Relationship With
Socioeconomic Factors In Pangkep. Asian Journal Of Clinical Nutrition, 9(2),
71–76. Https://Doi.Org/10.3923/Ajcn.2017.71.76
Handini, D. (2013). Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga Dengan Status Gizi
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kalijambe. Skripsi.
Indarti, Y. (2016). Hubungan Status Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita
Di Kecamatan Ajung Kabupaten Jember Tahun 2016, 15(1), 149–16
73
74
Lampiran 1
CURICULUM VITAE
Agama : Islam
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
Lampiran 2
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
PERSEMBAHAN
2. Kedua orangtua saya (Suharto dan Komsiatin) yang tak pernah lelah untuk
selalu mendoakan saya dengan tulus ikhlas, menemani dan memotivasi saya
dalam menyelesaikan tugas akhir saya. Kakak saya (Nunkey dan Ellya) serta
(Firman Ridhoansyah) yang menemani saya dari duduk di bangku SMA, yang
tidak pernah bosan menjadi partner perang saya, menghibur dan senantiasa
3. Para Rangers (Agung, Ais, Nadya dan Wahyu) yang selalu membantu dan
memberikan motivasi serta doa dalam penyusunan tugas akhir ini. Teman satu
kelompok tugas akhirku (Yurista, Nata, dan Asmaul). Teman satu kelas S1-4
serta satu angkatan 21, susah senang selama bimbingan tugas akhir telah kita
membuat saya bahagia yang sangat saya banggakan dan selalu menjadi tempat
saya menghilangkan segala beban saya. Terima kasih untuk motivasi dan
semangatnya.
78
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Kepada Yth.
Ibu/ pengasuh calon responden penelitian
Di Posyandu Desa Bandung Kecamatan Gedeg
Mojokerto
Saya adalah mahasiswa Prodi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah
Surabaya akan mengadakan penelitian sebagai syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Hubungan Perilaku
Pemberian MP-ASI dengan Status Gizi Bayi 6-24 Bulan Di Posyandu Desa
Bandung Mojokerto”.
Partisipasi anda dan bayi anda dalam penelitian ini akan bermanfaat bagi
peneliti dan menambah pengetahuan bagi anda dalam mengetahui pemberian MP-
ASI yang tepat sesuai usia dan status gizi anak. Saya mengharapkan tanggapan atau
jawaban yang diberikan sesuai dengan yang terjadi pada anda tanpa ada pengaruh
atau paksaan dari orang lain.
Dalam penelitian ini partisipasi anda bersifat bebas artinya anda ikut serta
atau tidak serta maka tidak akan mendapat sanksi apapun. Jika anda bersedia
menjadi responden silahkan untuk menanda-tangani lembar persetujuan yang telah
disediakan.
Informasi atau keterangan yang anda berikan akan dijaga kerahasiaannya
dan akan digunakan untuk kepentingan penelitian ini saja. Apabila penelitian ini
telah selesai, pernyataan anda akan saya hanguskan.
Mojokerto, 2019
Yang dijelaskan, Yang menjelaskan,
Lampiran 10
Oleh karena itu saya secara sukarela menyatakan ikut berperan serta dalam
penelitian ini. Tanda tangan saya dibawah ini, sebagai bukti kesediaan saya untuk
menjadi responden penelitian.
Mojokerto, 2019
Yang bertanda tangan dibawah ini,
(........................................................)
Nama Terang
86
Lampiran 11
HASIL UJI VALIDASI KUESIONER
87
Reliability
N %
Total 50 100,0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,720 15
Item-Total Statistics
Scale Scale Corrected Cronbach'
Mean Variance Item-Total s Alpha if
if Item if Item Correlatio Item
Delete Deleted n Deleted
d
item_1 35,54 17,396 ,039 ,731
item_2 35,74 14,645 ,388 ,698
item_3 35,56 13,966 ,655 ,662
item_4 35,92 14,769 ,578 ,677
item_5 35,62 16,281 ,279 ,711
item_6 35,64 15,949 ,337 ,704
item_7 35,34 16,515 ,352 ,706
item_8 35,66 15,535 ,370 ,700
item_9 35,50 17,643 -,014 ,735
item_10 35,64 15,256 ,499 ,687
item_11 35,74 14,115 ,726 ,659
item_12 35,74 15,951 ,308 ,707
item_13 35,58 16,085 ,287 ,717
item_14 35,96 17,549 -,052 ,757
item_15 35,62 16,077 ,310 ,707
88
Lampiran 12
LEMBAR DATA KARAKTERISTIK RESPONDEN
No. Responden :
Tanggal pengisian :
Petunjuk pengisian :
1. Berikan tanda centang (√) pada tanda kotak
2. Isi titik-titik sesuai jawaban anda
ASI EKSKLUSIF :
Iya Tidak
Rp..............................,-/ bulan
89
Lampiran 13
KUESIONER
PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI BAYI 6-24 BULAN DI POSYANDU
DESA BANDUNG KECAMATAN GEDEG
KABUPATEN MOJOKERTO
Petunjuk pengisian :
1. Berikan tanda centang (√) pada kolom sebelah kanan yang menurut anda sesuai
2. Kolom skor tidak perlu diisi
TOTAL SKOR
INTERPRETASI HASIL :
a. Perilaku Tepat : skor total 28-36
b. Perilaku Kurang Tepat : skor total 20-27
c. Perilaku Tidak tepat : skor total 12-19
91
Lampiran 14
Lampiran 15
18 tahun 2 3,0
19 tahun 1 1,5
20 tahun 2 3,0
21 tahun 0 0,0
22 tahun 1 1,5
23 tahun 2 3,0
24 tahun 1 1,5
25 tahun 2 3,0
26 tahun 1 1,5
27 tahun 2 3,0
Usia ibu 28 tahun 3 4,5 32,69 36,00 6,006
29 tahun 1 1,5
30 tahun 2 3,0
31 tahun 2 3,0
32 tahun 2 3,0
33 tahun 3 4,5
34 tahun 0 0,0
35 tahun 2 3,0
36 tahun 13 19,4
37 tahun 13 19,4
38 tahun 12 17,9
SD
2 3,0
SMP
Pendidikan 22 32,8
SMA 3,73 4,00 0,709
terakhir ibu 35 52,2
Perguruan
8 11,9
Tinggi
Bekerja 44 65,7
Pekerjaan Ibu 1,66 2,00 0,478
Tidak Bekerja 23 34,3
<3 juta 6 9,0
Penghasilan
3 juta 45 67,2 2,15 2,00 0,557
Perbulan
>3 juta 16 23,9
Perilaku Tidak tepat 11 16,4
pemberian MP- Kurang tepat 36 53,7 2,13 2,00 0,672
ASI Tepat 20 29,9
Gizi Buruk 2 3,0
Gizi Kurang 5 7,5
Status Gizi 2,90 3,00 0,465
Gizi Baik 58 86,6
Gizi Lebih 2 3,0
24 Count 1 0 0 1
% within Usia 100,0% 0,0% 0,0% 100,0%
Ibu
% within 9,1% 0,0% 0,0% 1,5%
Perilaku
Pemberian
MPASI
% of Total 1,5% 0,0% 0,0% 1,5%
25 Count 0 2 0 2
% within Usia 0,0% 100,0% 0,0% 100,0%
Ibu
% within 0,0% 5,6% 0,0% 3,0%
Perilaku
Pemberian
MPASI
% of Total 0,0% 3,0% 0,0% 3,0%
26 Count 0 1 0 1
% within Usia 0,0% 100,0% 0,0% 100,0%
Ibu
% within 0,0% 2,8% 0,0% 1,5%
Perilaku
Pemberian
MPASI
% of Total 0,0% 1,5% 0,0% 1,5%
27 Count 0 1 1 2
% within Usia 0,0% 50,0% 50,0% 100,0%
Ibu
% within 0,0% 2,8% 5,0% 3,0%
Perilaku
Pemberian
MPASI
% of Total 0,0% 1,5% 1,5% 3,0%
28 Count 0 1 2 3
% within Usia 0,0% 33,3% 66,7% 100,0%
Ibu
% within 0,0% 2,8% 10,0% 4,5%
Perilaku
Pemberian
MPASI
% of Total 0,0% 1,5% 3,0% 4,5%
29 Count 0 0 1 1
% within Usia 0,0% 0,0% 100,0% 100,0%
Ibu
% within 0,0% 0,0% 5,0% 1,5%
Perilaku
Pemberian
MPASI
% of Total 0,0% 0,0% 1,5% 1,5%
30 Count 0 1 1 2
% within Usia 0,0% 50,0% 50,0% 100,0%
Ibu
% within 0,0% 2,8% 5,0% 3,0%
Perilaku
Pemberian
MPASI
% of Total 0,0% 1,5% 1,5% 3,0%
31 Count 0 1 1 2
97
Badan
Anak
% within 0,0% 0,0% 1,7% 0,0% 1,5%
Status
Gizi
% of Total 0,0% 0,0% 1,5% 0,0% 1,5%
8 Count 0 1 0 0 1
% within 0,0% 100,0% 0,0% 0,0% 100,0%
Berat
Badan
Anak
% within 0,0% 20,0% 0,0% 0,0% 1,5%
Status
Gizi
% of Total 0,0% 1,5% 0,0% 0,0% 1,5%
8 Count 0 0 1 0 1
% within 0,0% 0,0% 100,0% 0,0% 100,0%
Berat
Badan
Anak
% within 0,0% 0,0% 1,7% 0,0% 1,5%
Status
Gizi
% of Total 0,0% 0,0% 1,5% 0,0% 1,5%
9 Count 0 0 2 0 2
% within 0,0% 0,0% 100,0% 0,0% 100,0%
Berat
Badan
Anak
% within 0,0% 0,0% 3,4% 0,0% 3,0%
Status
Gizi
% of Total 0,0% 0,0% 3,0% 0,0% 3,0%
9 Count 0 0 1 0 1
% within 0,0% 0,0% 100,0% 0,0% 100,0%
Berat
Badan
Anak
% within 0,0% 0,0% 1,7% 0,0% 1,5%
Status
Gizi
% of Total 0,0% 0,0% 1,5% 0,0% 1,5%
9 Count 0 0 1 0 1
% within 0,0% 0,0% 100,0% 0,0% 100,0%
Berat
Badan
Anak
% within 0,0% 0,0% 1,7% 0,0% 1,5%
Status
Gizi
% of Total 0,0% 0,0% 1,5% 0,0% 1,5%
9 Count 0 0 1 0 1
% within 0,0% 0,0% 100,0% 0,0% 100,0%
Berat
Badan
Anak
107
Badan
Anak
% within 0,0% 0,0% 3,4% 0,0% 3,0%
Status
Gizi
% of Total 0,0% 0,0% 3,0% 0,0% 3,0%
11 Count 0 0 1 0 1
% within 0,0% 0,0% 100,0% 0,0% 100,0%
Berat
Badan
Anak
% within 0,0% 0,0% 1,7% 0,0% 1,5%
Status
Gizi
% of Total 0,0% 0,0% 1,5% 0,0% 1,5%
11 Count 0 0 1 0 1
% within 0,0% 0,0% 100,0% 0,0% 100,0%
Berat
Badan
Anak
% within 0,0% 0,0% 1,7% 0,0% 1,5%
Status
Gizi
% of Total 0,0% 0,0% 1,5% 0,0% 1,5%
11 Count 0 0 1 0 1
% within 0,0% 0,0% 100,0% 0,0% 100,0%
Berat
Badan
Anak
% within 0,0% 0,0% 1,7% 0,0% 1,5%
Status
Gizi
% of Total 0,0% 0,0% 1,5% 0,0% 1,5%
12 Count 0 0 1 0 1
% within 0,0% 0,0% 100,0% 0,0% 100,0%
Berat
Badan
Anak
% within 0,0% 0,0% 1,7% 0,0% 1,5%
Status
Gizi
% of Total 0,0% 0,0% 1,5% 0,0% 1,5%
13 Count 0 0 1 0 1
% within 0,0% 0,0% 100,0% 0,0% 100,0%
Berat
Badan
Anak
% within 0,0% 0,0% 1,7% 0,0% 1,5%
Status
Gizi
% of Total 0,0% 0,0% 1,5% 0,0% 1,5%
13 Count 0 0 1 0 1
% within 0,0% 0,0% 100,0% 0,0% 100,0%
Berat
Badan
Anak
111
1 2 Total
Usia 18 Count 0 2 2
Ibu
% within Usia Ibu 0,0% 100,0% 100,0%
% within Anak Ke 0,0% 4,3% 3,0%
% of Total 0,0% 3,0% 3,0%
19 Count 0 1 1
% within Usia Ibu 0,0% 100,0% 100,0%
% within Anak Ke 0,0% 2,1% 1,5%
% of Total 0,0% 1,5% 1,5%
20 Count 0 2 2
% within Usia Ibu 0,0% 100,0% 100,0%
% within Anak Ke 0,0% 4,3% 3,0%
% of Total 0,0% 3,0% 3,0%
22 Count 0 1 1
% within Usia Ibu 0,0% 100,0% 100,0%
% within Anak Ke 0,0% 2,1% 1,5%
% of Total 0,0% 1,5% 1,5%
23 Count 1 1 2
% within Usia Ibu 50,0% 50,0% 100,0%
% within Anak Ke 5,0% 2,1% 3,0%
% of Total 1,5% 1,5% 3,0%
24 Count 0 1 1
% within Usia Ibu 0,0% 100,0% 100,0%
% within Anak Ke 0,0% 2,1% 1,5%
% of Total 0,0% 1,5% 1,5%
25 Count 0 2 2
% within Usia Ibu 0,0% 100,0% 100,0%
% within Anak Ke 0,0% 4,3% 3,0%
% of Total 0,0% 3,0% 3,0%
26 Count 0 1 1
% within Usia Ibu 0,0% 100,0% 100,0%
% within Anak Ke 0,0% 2,1% 1,5%
% of Total 0,0% 1,5% 1,5%
27 Count 1 1 2
115
Lampiran 17
Correlations
Perilaku Status Gizi
Pemberian
MPASI
Spearman's rho Perilaku Correlation Coefficient 1,000 ,295*
Pemberian Sig. (2-tailed) . ,015
MPASI N 67 67
Status Gizi Correlation Coefficient ,295* 1,000
Sig. (2-tailed) ,015 .
N 67 67