Melestarikan Kearifan Budaya Lokal Topeng Maulud
Melestarikan Kearifan Budaya Lokal Topeng Maulud
Melestarikan Kearifan Budaya Lokal Topeng Maulud
Nama Kelompok:
Melestarikan kearifan budaya lokal topeng maulud penduduk desa Girilaya Surabaya ini
sebagai tradisi setiap bulan maulud. Perayaan tradisi ini memperingati hari kelahiran Nabi
Muhammad SAW dan tradisi ini juga yang selalu dirayakan oleh umat muslim di Indonesia.
Salah satunya daerah yang merayakan hari kelahiran Rasulullah ini adalah Desa Girilaya,
Kota Surabaya. Perayaan Maulid Nabi Muhammad ini salah satunya perayaan yang ditunggu
oleh umat muslim di desa Girilaya sebagai bentuk kepedulian agar kearifan budaya lokal
tidak tergerus oleh modernitas. Usai pembacaan doa, acara dilanjutkan dengan upacara
pemberkatan yang diawali dengan tarian topeng Gedeg Sanggar Menari Surabaya,
dilanjutkan dengan pembagian topeng Maulud oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Kemudian dilanjutkan dengan mengumpulkan segunung siamang dan segunung hasil
pertanian. Wali Kota Surabaya sekaligus penggagas acara Topeng Maulud, Tri Rismaharini,
mengatakan, acara yang digelar dua kali ini bertujuan untuk memudahkan generasi muda
khususnya anak-anak untuk mengenal tradisi topeng Maulud. Walikota Risma
menambahkan, ke depannya acara ini akan diadakan rutin setiap tahunnya dengan berbagai
penyempurnaan agar anak-anak dapat merasakan kekayaan budaya yang ada di Surabaya.
Jika sebelumnya hanya ada Topeng Maulud, kali ini ditambahkan Topeng Maulud
Gunungan , ini merupakan salah satu budaya intelektual lokal Surabaya selain ludruk,
manten pagon, tari remo, undukan doro dan perang okol. Pemerintah Kota Surabaya telah
melakukan banyak upaya untuk menjaga budaya lokal agar tetap eksis dan dikenal oleh
generasi muda. Herry Lento, salah satu penggagas Festival Topeng Maulud 2015
mengatakan, di Surabaya sudah lama ada tradisi merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW
dengan anak-anak. Tujuan dari acara ini adalah untuk menghidupkan kembali tradisi tersebut.
B. Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teori interaksi simbolik
karya George Herbert Mead dan Herbert Blummer sebagai teori utama dan teori
hegemoni Antonio Gramsci sebagai teori pendukung. Metode penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif dengan fokus pada penggunaan topeng Maulud yang dibuat sesuai
festival Grebeg Maulud versi 2016 sebagai fenomena budaya masyarakat Surabaya dalam
tradisi merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW.
C. Pembahasan
Topeng Maulud merupakan salah satu budaya intelektual lokal dari Surabaya, selain
ludruk manten pagoo, tari remo, undukan doro, dan gulat okol. Tradisi topeng maulud ini
juga merupakan tradisi yang sesuai dengan namanya Maulud ( Maulid Nabi Muhammad )
sebagai memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini dilakukan dengan
menampilkan berbagai tarian, setelah itu tradisi tersebut memakai topeng dan membawa
segudang hasil bumi. Khususnya buah-buahan, sayur-sayuran, jajanan dan makanan khas
Surabaya. Awalnya tradisi ini dilakukan oleh anak-anak pada tahun 60an, pada saat
Maulid Nabi, anak-anak di desa-desa pada masa itu memakai topeng mainan yang mereka
buat sendiri atau dibeli dari orang tuanya di pasar dan tradisi memakai topeng Maulud
menjadi trend di kali ini. Namun seiring berjalannya waktu tradisi ini lambat lalu hilang
dan akhirnya yang terjadi saat ini adalah banyak masyarakat yang melupakan tradisi ini.
Anak-anak zaman sekarang sudah tertular budaya barat sehingga belum mengetahui apa
itu topeng muludan. Suasana Maulud Nabi Muhammad SAW di Surabaya sanagat
menarik dan selalu ditunggu tunggu. Tidak cuman bari’an, tapi ada juga budaya
melestarikan topeng maulud. Misalnya di daerah Pandegling dan didepan pasar genteng
setiap kali maulid Nabi tiba di dua tempat tersebut penuh dengan penjual topeng. Tak
hanya disana, biasanya juga penjual topeng maulud ini bearada dijalan Gubeng atau jalan
wali kota Mustajab. Sayangnya, sekarang penjual topeng Maulud sudah tidak ada seperti
dulu lagi. Memang masih belum ditemukan hubungan antar topeng memeriahkan
perayaan Maulud Nabi. Namun. Kala itu topeng maulud menjadi primadona anak-anak
Suarabaya Sekarang kita tidak lagi melihat anak-anak di kampong-kampung yang
beramain topeng-topeng khas Mauludan itu. Dulunya kawasan Girilaya Surabaya dijuluki
kampung topeng Mulud karena hampir seluruh masyarakat di kawasan ini adalah
pengrajin topeng kertas. Namun karena peminatnya sangat sedikit, maka hanya sedikit
orang yang masih membuat topeng Mauludan. Dan sebelumnya, pada masa kejayaan
topeng muludan, di sepanjang Jalan Gubeng Besar Surabaya banyak orang yang menjual
topeng muludan bergambar binatang yang sangat sakti, terutama singa. Apalagi anak-
anak saat itu ingin membeli masker tersebut. Namun seiring berjalannya waktu, bentuk
topeng tersebut tidak hanya menjadi binatang tetapi juga robot atau tokoh kartun fiksi,
dll.
Pada tahun 2015 bertujuan untuk menghidupkan kembali tradisi kearifan lokal Surabaya,
khususnya topeng Maulud. Pemerintah Kota Surabaya menyelenggarakan Festival
Topeng Maulud di Taman Surya, Balai Kota Surabaya dan Jalan Tunjungan, Surabaya.
Acara ini diselenggarakan oleh hampir 1.000 warga Surabaya. Halaman Taman Surya
semarak dengan puluhan topeng dan gunung berisi berbagai hasil pertanian seperti sayur
mayur dan buah-buahan serta gunung berisi jajanan khas Surabaya. Wali Kota Surabaya
sekaligus penggagas acara topeng Maulud Tri Rismaharini mengatakan, acara yang
digelar sebanyak dua kali ini bertujuan untuk membantu generasi muda khususnya anak-
anak mengetahui tradisi penggunaan topeng Maulud. Hal ini sangat positif agar tradisi
Surabaya tidak hilang seiring berjalannya waktu.
D. Kesimpulan
Tradisi memakai topeng Maulud di Desa Girilaya Surabaya merupakan tradisi unik dalam
rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Meskipun awalnya populer pada
tahun 1960-an, tradisi ini mulai berkurang minatnya seiring dengan perubahan preferensi
budaya, terutama di kalangan anak-anak yang lebih banyak mengenal budaya Barat.
Girilaya, yang dahulu dikenal sebagai Kampung Topeng Mulud kini kesulitan
mempertahankan identitasnya sebagai sentra perajin topeng kertas karena minimnya
peminat. Namun upaya kota surabaya menghidupkan kembali tradisi tersebut. melalui
festival topeng maulud 2015 merupakan langkah positif dalam melestarikan warisan
budaya lokal. Meluasnya partisipasi masyarakat dalam acara ini membawa harapan baru
dalam melestarikan tradisi pemakaian topeng maulud, khususnya dengan fokus pada
pendidikan generasi muda. Inisiatif ini penting untuk menghindari hilangnya identitas
budaya dalam menghadapi globalisasi dan perubahan sosial. Festival topeng maulud tidak
hanya sekedar perayaan tetapi juga merupakan strategi efektif untuk menjaga kearifan
lokal Surabaya. Pemerintah dan masyarakat bekerja sama untuk melestarikan tradisi
budaya yang kaya, sekaligus memastikan warisan ini dapat diwariskan kepada generasi
mendatang. Dengan demikian, upaya ini menunjukkan pentingnya kerja sama antara
pemerintah dan masyarakat untuk menjaga keberagaman budaya dalam dinamika
perubahan zaman.
E. Daftar Pustaka
Ramdani, A., & Rochman, G. P. (2021, December). Analisis Ruang Interaksi Sosial:
Studi dari Keraton-Keraton di Kota Cirebon. In Prosiding Seminar Nasional
Unimus (Vol. 4).