Aliran Kalam Qadariyah
Aliran Kalam Qadariyah
Aliran Kalam Qadariyah
ALIRAN QADARIYAH
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Perkembangan Pemikiran dalam Islam
Disusun Oleh:
MUHAMMAD ERSYAD ANSHARI 20123015
Dosen Pengampu:
Dr. H. Nunu Burhanuddin, Lc., M.A
Pemakalah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................................
DAFTAR ISI ..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................................
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah munculnya Aliran Qadariyah ...........................................................
B. Tokoh Aliran Qadariyah ................................................................................
C. Paham Qadariyah dan Argumennya ..............................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................
B. Saran ..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan islam pada masa kejayaannya ditandai dengan pesatnya
perkembangan pemikiran Islam, diantaranya di bidang Teologi.1 Teologi ialah
ilmu yang membicarakan tentang Tuhan dan hubungan Tuhan dan Dunia nyata.
Jika teologi ini dihubungkan dengan Islam, maka yang dimaksud dengan teologi
adalah Ilmu kalam. Dinamakan Ilmu Kalam adalah karena persoalan yang amat
penting dibicarakan dalam ilmu ini karena menyangkut firman Allah (Kalamullah)
yaitu Al-Quran: apakah dia Qadim atau baharu, apakah azali atau non azali.2
Salah satu problematika Teologi (Ilmu Kalam) yang sampai sekarang masih
perlu dikembangkan dan diteliti adalah persoalan takdir. Takdir atau dalam bahasa
arab disebut dengan al-qadaru merupakan masalah yang pelik dan mendasar,
bahkan bias mempengaruhi keimanan seseorang kepada Allah swt jika tidak
dipahami sesuai dengan tujuan menurut Syariat Islam.
Setiap muslim harus mengetahui bahwa seluruh perbuatan baik yang pernah
dilakukan hanyalah bersumber dari sisi Allah swt dan merupakan rangkaian akhir
dari perjalanan takdirnya. Manusia tidak dapat menetapkan hasil atas perbuatan
baik yang pernah ia lakukan sedikitpu untuk dirinya. Jika seseorang merasa
bahwa perbuatan baik yang telah ia lakukan adalah hasil dari kehendaknya, maka
ia telah masuk dalam perangkap syirik terembunyi, sebab Allah swt lah yang
mentakdirkan yang demikian itu.
Membicarakan persoalan takdir, tentunya ada kemiripan terhadap salah satu
pemahaman / aliran yang menonjolkan pemahaman diatas. Salah satunya ialah
pemahaman Qadariyah yang muncul pada zaman sahabat. Pemahaman ini lahir
karena mereka ingin mensucikan Allah dari sifat zalim, mereka beranggapan
bagaimana mungkin Allah menyiksa orang kafir di neraka sementara Allah sendiri
yang menciptakan kekafiran tersebut dan menghendaki serta menakdirkan orang
tersebut menjadi kafir. Sehingga mereka pun berkeyakinan bahwa adanya takdir
1
M Zurkani Jahja, Teologi Al-Ghazali: Pendekatan Metodologi (Pustaka Pelajar, 1996).
2
Hadis Purba and Salamuddin Salamuddin, “Theologi Islam: Ilmu Tauhid,” 2016.
merupakan kezaliman dan manusialah yang punya kehendak dan pilihan tanpa ada
campur tangan dari Allah, serta manusialah yang menciptakan perbuatannya
sendiri.
Pemahaman qadariyah yang ingin digaris bawahi dalam penulisan makalah
ini adalah pemahaman bahwa Allah swt tidak menciptakan perbuatan manusia
yang baik ataupun yang buruk, namun yang menciptakannya adalah manusia itu
sendiri.3 Tentu pemahaman ini menyelisihi akidah Islam yang sebenarnya Allah
berfirman QS.As-Saffat: 96
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang masalah yang telah dikemukakan maka dapat
dirumuskan masalahnya sebagai berikut :
1. Bagaimana Sejarah munculnya Aliran Qadariyah ?
2. Siapa Tokoh dibalik Aliran Qadariyah ?
3. Bagaimana pemikiran dan Argumen Aliran Qadariyah ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkna rumusan masalah diatas maka tujuan dari penulisan makalah
ini sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui sejarah munculnya Aliran Qadariyah
2. Untuk Mengetahui tokoh-tokoh dibalik Aliran Qadariyah
3. Untuk Mengetahui Pemikiran dan Argumen Aliran Qadariyah
3
Abdullah Nazhim Hamid and Awal Rifai, “Hukum Penisbahan Sifat Pencipta Pada Manusia
Dan Hubungannya Dengan Pemahaman Qadariyah,” NUKHBATUL’ULUM: Jurnal Bidang Kajian
Islam 6, no. 1 (2020): 122–35.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Munculnya Aliran Qadariyah
1. Istilah Qadariyah
Qadariyah berasal dari kata qadara maknanya ialah kekuatan atau
kemampuan dalam arti lain yaitu memutuskan. Menurut terminologi Qadariyah
adalah paham aliran yang menganggap bahwa segala perbuatan manusia
berdasarkan kehendaknya. Qadariyah meyakini manusia memiliki kebebasan dan
kekuatan untuk menentukan perbuatan yang dikehendakinya dan sesuai
kemampuannya. Aliran atau firqah yang menganut pemikiran ini berpendapat
bahwa manusia berkuasa untuk mewujudkan perbuatan baik atau menjauhi
perbuatan buruk atas kemampuan dan kemauannya sehingga paham ini menolak
anggapan bahwa manusia berbuat dan menjalani kehidupannya hanya mengikuti
takdir yaitu takdir dan nasib manusia yang sudah ditentukan oleh Allah semenjak
zaman azali. Dalam hal ini Harun Nasution menegaskan penamaan paham
Qadariyah berasal dari kata qudrah atau kekuatan untuk melakukan kehendak,
bukan pengertian bahwa manusia tunduk pada qadar Allah yang seharusnya
dimaknai dengan pengertian tersebut4
Dalam tinjauan filosofis , manusia bebas dan merdeka menentukan nasib
perjalanan hidupnya, bahagia atau sengsara, menjadi orang sesat atau mendapat
hidayah, memilih surge atau neraka. Menurut aliran ini tiap-tiap hamba Allah
adalah pencipta bagi segala perbuatannya: dia dapat berbuat segala sesuatu atau
meninggalkannya atas kehendaknya sendiri.5
Pemberian nama qadariyah bagi golongan ini ternyata tidak disukai oleh
para pengikutnya. Menurut sebagian dari mereka, nama Qadariyah tidak pantas
bagi kami, karena kami menolak adanya qadar. Justru kelompok yang percaya dan
menetapkan adanya qadarlah yang paling berhak memakai nama itu. Yang
dimaksud mereka golongan Jabariyah, mereka yang percaya penuh pada qadar
Allah Swt yang berhak menyandang nama itu.
4
Harun Nasution, “Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan,” 2008.
5
H Nunu Burhanuddin, Ilmu Kalam Dari Tauhid Menuju Keadilan (Prenada Media, 2017).
2. Latar Belakang Munculnya Aliran Qadariyah
Latar belakang munculnya ideologi ini adalah bentuk pertentangan pada
kebijakan politik khalifah Bani Umayyah yang terkesan memaksakan
kehendaknya, pemerintahan Bani Umayyah dikenal kejam karena tidak segan-
segan memberi hukuman mati kepada warganya yang memberontak dan
melakukan pembunuhan baik dari keturunan Rasulullah SAW sekalipun yaitu
Husain Bin Ali Bin Abu
Thalib.Ahli teologi islam menerangkan bahwa paham Qodariyah pertama
kali di kenalkan oleh Ma'bad Al-Juhani: seorang Tabi'in yang baik dan temannya
Ghailan Al-Dimasqi, yang keduannya memperoleh pahamnya dari orang Kristen
yang masuk islam di Irak. Menurut Ibnu Nabatah, seorang ahli penulis kitab
``Syahral 'uyun'' mengakatan bahwa orang yang mula-mula mengembangkan
paham Qodariyah adalah seorang penduduk Irak. Pada mulanya,ia seorang
Nasrani kemudian masuk islam dan akhirnya menjadi Nasrani lagi. Dari orang
inilah Ma'bad al-Juhani dan Gailan al- Dimasyqiy mengambil paham Qodariyah.
Dapat dipahami bahwa pengaruh keyakinan Mahesian munculnya aliran ini
karena pada masa itu, kaum muslimin bersentuhan langsung dengan penganut
agama Yahudi dan Nasrani. Termasuk di dalamnya muncul pengaruh Israiliyah
terhadap ayat-ayat al-qur'an.6
Abu Zahrah, selanjutnya menyimpulkan bahwasannya kaum muslimin pada
akhir masa Khulafaur Ar-Rasyidin dan masa pemerintahan Muawiyah ramai
membicarakan masalah Qadha dan Qadar. Sekelompok umat islam sangat
berlebihan dalam meniadakan hak memilih bagi umat manusia, mereka adalah
kaum Jabariyah. Sedangkan kaum qodariyah sangat berlebihan dengan
pendapatnya bahwa semua perbutaan manusia adalah murni keinginan manusia
yang terlepas dari keinginan atau kehendak Tuhan. Namun demikian,meski para
pakar berbeda pendapat tentang latar belakang kemunculan aliran Qodariyah, para
ahli hampir sepakat bahwa Ma'bad al-Junani adalah orang yang pertama kali
6
Laessach M Pakatuwo and Mawaddah, “Al Jabariyah Dan Al-Qadariyah; Pengertian, Latar
Belakang Munculnya Dan Pemikirannya,” Al-Ubudiyah: Jurnal Pendidikan Dan Studi Islam 1, no.
1 (2020): 14–20, https://doi.org/10.55623/au.v1i1.2.
dikalangan kaum muslimin menyampaikan paham periode sahabat.
7
Havelia Ramadhani, “Qadariyah Dan Jabariyah: Sejarah Dan Perkembangannya,” EDU-
RILIGIA: Jurnal Ilmu Pendidikan Islam Dan Keagamaan 4, no. 3 (2022).
8
Ahmad Sahidin, Aliran-Aliran Dalam Islam (Salamadani Pustaka Semesta, 2009).
C. Paham Qadariyah dan Argumennya
Paham Qadariyah memiliki pemikiran bahwa manusia memiliki kekuasaan,
kemampuan, kekuatan untuk melakukan perbuatan sesuai kehendaknya, dimana
pemikiran ini muncul dengan sumber landasan Q.S Al-Kahf :29
ق ِم ْن َر ِب ُك ْم ۖ فَ َم ْن شَا َء فَ ْليُ ْؤ ِم ْن َو َم ْن شَا َء فَ ْليَ ْكفُ ْر ۚ ِإنها أ َ ْعت َ ْدنَا ِلل ه
َ ظا ِل ِم
ين ُّ َوقُ ِل ا ْل َح
ۚ ش ِوي ا ْل ُو ُجو َه ْ َاء كَا ْل ُم ْه ِل ي ٍ ست َ ِغيثُوا يُغَاثُوا بِ َم ْ َس َرا ِدقُ َها ۚ َوإِ ْن يُ ط بِ ِه ْم َ ارا أ َ َحا
ً َن
سا َءتْ ُم ْرتَفَقًا َ اب َو ُ س الش َهر َ ِْبئ
Artinya: “Dan katakanlah, kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka
barang siapa yang ingin beriman biarlah ia beriman, barang siapa yang ingin
kafir biarlah ia kafir”. Sesungguhnya kami telah sediakan bagi orang-orang
zalim itu neraka, yang bergejolak mengepung mereka. Dan jika mereka minta
minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih
yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat
istirahat yang paling jelek”
QS. Al-Insan:3-4
Qadariyyah adalah sekte dari para pengikut Ma’bad al-Juhani, Gailan al-
Dimasyqi, para pengikut Wasil ibn ‘Atha, ‘Umar ibn ‘Ubaid dari kalangan
Mu’tazilah dan orang-orang yang sepemikiran dengan mereka. Kelompok ini
berkeyakinan bahwa takdir adalah independensi seorang manusia atas
perbuatannya (amalnya) dalam irādah (keinginan) dan qudrah (kekuasaan),
dimana tidak ada kehendak dan kekuasaan Allah Ta’ala sedikit pun yang dapat
mempengaruhinya. Mereka meyakini bahwa perbuatan-perbuatan manusia
bukanlah makhluk (ciptaan) Allah, tapi manusia sendirilah yang menciptakannya.
Sebagaimana kelompok ini mengatakan bahwa dosa-dosa yang terjadi tidaklah
terjadi karena kehendak Allah. Kelompok ekstrim Qadariyyah mengingkari bahwa
Allah mengetahui perbuatan-perbuatan buruk (dosa) manusia yang terjadi, mereka
pun mengingkari kehendak dan kekuasaan Allah yang bersifat universal.
Oleh karena itu, alliran teologi ini dijuluki sebagai Majusinya umat ini,
lantaran mereka menyerupai kaum Majusi yang mengatakan bahwa alam ini
memiliki dua tuhan, yaitu tuhan cahaya, yang menciptakan kebaikan dan tuhan
kegelapan yang menciptakan keburukan.9 Jika diperhatikan secara seksama,
Qadariyyah telah menjadikan sekutu bagi Allah dalam proses penciptaan. Mereka
meyakini bahwa manusia yang menciptakan perbuatan mereka sendiri. Untuk
memuluskan pemikirannya, kelompok ini menyebutkan beberapa dalil. Di
antaranya firman Allah dalam Q.S. al-Takwir/81: 28, Allah Ta’ala berfirman:
9
Ronny Mahmuddin and Syandri Syandri, “Qadariyah, Jabariyah Dan Ahlus Sunnah (Studi
Komparatif Merespon Kebijakan Pemerintah Dan Ulama Mencegah Merebaknya Covid-19),”
BUSTANUL FUQAHA: Jurnal Bidang Hukum Islam 1, no. 2 (2020): 209–22,
https://doi.org/10.36701/bustanul.v1i2.147.
ْ َِل َم ْن شَا َء ِم ْن ُك ْم أ َ ْن ي
ست َ ِقي َم
Artinya: “(Yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan
yang lurus.”
Aliran Qadariyah menyebutkan bahwa manusia berkuasa atas perbuatannya.
Manusia sendirilah yang melakukan seluruh perbuatan baik dan perbuatan buruk
atas kehendak, kekuasaan dan dayanya sendiri. Dari paham ini dapat disimpulkan
bahwa doktrin Qadariyah pada dasarnya menyatakan bahwa segala tingkah laku
manusia dilakukan atas kehendaknya sendiri. Manusia mempunyai kewenangan
untuk melakukan segala perbuatan atas kehendaknya sendiri, baik berbuat baik,
maupun berbuat jahat. Oleh karena itu, iya berhak mendapatkan pahala atas
kebaikan yang iya lakukan dan juga berhak memperoleh hukuman atas keahatan
yang diperbuat.10
Paham tentang qadar dalam pandangan Qadariyah bukanlah dalam
pengertian qadar yang umum dipakai oleh bangsa Arab ketika itu, yaitu paham
mengatakan bahwa nasib manusia telah ditentukan terlebih dahulu, atau paham
bahwa manusia hanya bertindak menurut nasib yang telah ditentukan seak azali
terhadap dirinya. Dalam pemahaman Qadariyah, manusia itu merdeka dalam
tingkah lakunya. Ia berbuat baik atas kehendak dan kemauan sendiri, dan ia
berbuat jahat atas kemauandan kehendaknya sendiri.
Menurut Ahamd Amin dalam kitabnya Fajrul Islam, menyebutkan beberapa
Doktrin ajaran aliran Qadariyah, sebagai berikut:
1) Mengingkari Ilmu Allah terhadap perbuatan manusia, mereka penganut
aliran ini meyakini bahwa Allah tidak mengetahui dan tidak menentukan
kejadian sebelum itu terjadi, artinya segala kejadian dimuka bumi ini
diketahui Allah setelah itu terjadi. Maka mereka meyakini tidak adanya
takdir karena semua kejadian baru ada saat terjadi.
2) Manusia atau Hamba itu sendiri yang memiliki kuasa atas kemauan dan
kebebasan dalam melakukan perbuatan, Allah juga tidak menciptakan
perbuatan baik ataupun buruk manusia, karena jika Allah menentukan
10
Burhanuddin, Ilmu Kalam Dari Tauhid Menuju Keadilan.
perbuatan buruk manusia maka Allah dianggap dzalim karena menghukum
manusia yang melakukan apa yang sudah ditentukan, jika Allah
menetapkan kebaikan pada diri seseorang maka Allah tidak adil karena
hanya memberi balasan nikmat untuk orang tertentu saja. Manusia dengan
akalnya sudah mampu membedakan baik dan buruk maka penciptaan
manusia itu sendiri disertai dengan kehendak dan daya manusia. Maka
penganut firqah ini meyakini akan dibalas sesuai dengan kebebasan
berkehendaknya manusia itu sendiri.
3) Orang yang melakukan dosa besar tidak termasuk kafir, namun juga tidak
tergolong mukmin, maka orang yang berdosa besar tergolong fasik, dan
tempatnya orang fasik adalah kekal di neraka. Karena Iman manusia tidak
dipengaruhi amalnya
4) Hanya meyakini satu sifat wajib Allah yaitu Allah Maha Esa, mereka
penganut aliran ini tidak menerima pemahaman mengenai sifat-sifat wajib
Allah yang lain seperti ‘Ilm, Basyar, Sami’ dll11
11
GOVERNANCE: JURNAL POLITIK LOKAL D A N PEMBANGUNAN, IMPLIKASI
DOKTRIN QADARIYAH DAN JABARIYAH DALAM PEMBANGUNAN KARAKTER SOSIAL
(Center for Open Science, 2022), https://doi.org/10.31219/osf.io/sazc5.
persoalan teologis- yang dahulu pada Zaman Rasulullah Saw tidak
dipermasalahkan.12
12
Burhanuddin, Ilmu Kalam Dari Tauhid Menuju Keadilan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam kajian Sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam salah satu
pembahasan mengenai pemikiran yang berkembang ialah Aliran Qadariyah
dimana pemikiran Aliran ini muncul dan berkembang di masa pemerintahan Bani
Umayyah. Aliran Qadariyah menyebutkan bahwa manusia berkuasa atas
perbuatannya. Manusia sendirilah yang melakukan seluruh perbuatan baik dan
perbuatan buruk atas kehendak, kekuasaan dan dayanya sendiri. Dari paham ini
dapat disimpulkan bahwa doktrin Qadariyah pada dasarnya menyatakan bahwa
segala tingkah laku manusia dilakukan atas kehendaknya sendiri. Manusia
mempunyai kewenangan untuk melakukan segala perbuatan atas kehendaknya
sendiri, baik berbuat baik, maupun berbuat jahat. Oleh karena itu, iya berhak
mendapatkan pahala atas kebaikan yang iya lakukan dan juga berhak memperoleh
hukuman atas keahatan yang diperbuat.
Paham tentang qadar dalam pandangan Qadariyah bukanlah dalam
pengertian qadar yang umum dipakai oleh bangsa Arab ketika itu, yaitu paham
mengatakan bahwa nasib manusia telah ditentukan terlebih dahulu, atau paham
bahwa manusia hanya bertindak menurut nasib yang telah ditentukan seak azali
terhadap dirinya. Dalam pemahaman Qadariyah, manusia itu merdeka dalam
tingkah lakunya. Ia berbuat baik atas kehendak dan kemauan sendiri, dan ia
berbuat jahat atas kemauandan kehendaknya sendiri. Aliran ini dipelopori oleh
Ma’bad Al-Juhani dan Ghailan Ad-Dimasqi pada abad 70 H/689 M di bashrah,
Iraq.
B. SARAN
Penulisan makalah ini tentulah banyak sekali kekurangannya, sehingga
diharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun baik dari Bapak
Dosen Pengampu maupun rekan-rekan mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin, H Nunu. Ilmu Kalam Dari Tauhid Menuju Keadilan. Prenada
Media, 2017.
Hamid, Abdullah Nazhim, and Awal Rifai. “Hukum Penisbahan Sifat Pencipta
Pada Manusia Dan Hubungannya Dengan Pemahaman Qadariyah.”
NUKHBATUL’ULUM: Jurnal Bidang Kajian Islam 6, no. 1 (2020): 122–35.
Jahja, M Zurkani. Teologi Al-Ghazali: Pendekatan Metodologi. Pustaka Pelajar,
1996.
Mahmuddin, Ronny, and Syandri Syandri. “Qadariyah, Jabariyah Dan Ahlus
Sunnah (Studi Komparatif Merespon Kebijakan Pemerintah Dan Ulama
Mencegah Merebaknya Covid-19).” BUSTANUL FUQAHA: Jurnal Bidang
Hukum Islam 1, no. 2 (2020): 209–22.
https://doi.org/10.36701/bustanul.v1i2.147.
Nasution, Harun. “Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan,”
2008.
Pakatuwo, Laessach M, and Mawaddah. “Al Jabariyah Dan Al-Qadariyah;
Pengertian, Latar Belakang Munculnya Dan Pemikirannya.” Al-Ubudiyah:
Jurnal Pendidikan Dan Studi Islam 1, no. 1 (2020): 14–20.
https://doi.org/10.55623/au.v1i1.2.
PEMBANGUNAN, GOVERNANCE: JURNAL POLITIK LOKAL D A N.
IMPLIKASI DOKTRIN QADARIYAH DAN JABARIYAH DALAM
PEMBANGUNAN KARAKTER SOSIAL. Center for Open Science, 2022.
https://doi.org/10.31219/osf.io/sazc5.
Purba, Hadis, and Salamuddin Salamuddin. “Theologi Islam: Ilmu Tauhid,” 2016.
Ramadhani, Havelia. “Qadariyah Dan Jabariyah: Sejarah Dan Perkembangannya.”
EDU-RILIGIA: Jurnal Ilmu Pendidikan Islam Dan Keagamaan 4, no. 3
(2022).
Sahidin, Ahmad. Aliran-Aliran Dalam Islam. Salamadani Pustaka Semesta, 2009.